BAB I PENDAHULUAN. tahunnya. Menurut RUPTL PT. PLN , antara tahun 2008 dan 2012,

dokumen-dokumen yang mirip
1. BAB I PENDAHULUAN

Studi Biaya Transmisi di Sistem Kelistrikan Jawa-Bali Karena Injeksi Daya di Sistem 150 kv Menggunakan Sequential Quadratic Programming

BAB I PENDAHULUAN. berbagai peralatan listrik. Berbagai peralatan listrik tersebut dihubungkan satu

Materi Paparan Menteri ESDM

Materi Paparan Menteri ESDM Strategi dan Implementasi Program MW: Progres dan Tantangannya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

RENCANA USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK (RUPTL) DAN PROGRAM PEMBANGUNAN PEMBANGKIT MW. Arief Sugiyanto

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK

POKOK-POKOK PENGATURAN PEMANFAATAN BATUBARA UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK DAN PEMBELIAN KELEBIHAN TENAGA LISTRIK (Permen ESDM No.

BAB I PENDAHULUAN. listrik yang semakin meningkat sehingga diperlukan energy alternatif untuk energi

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan 2015 adalah 5,6 %. Angka pertumbuhan. % pada tahun Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. terus dilaksanakan. Pembangungan Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU), Pusat

PROGRAM MW DALAM RUPTL PERKUAT SISTEM KELISTRIKAN NASIONAL. Pandu Satria Jati B S.IP

BAB I PENDAHULUAN. PT. PLN (Persero) memiliki program yang ambisius yaitu. mencapai 100%. Pemerintahan Joko Widodo Jusuf Kalla serius mendorong

Paparan Publik PT ABM Investama Tbk

BAB I PENDAHULUAN. apabila terjadi gangguan di salah satu subsistem, maka daya bisa dipasok dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat.

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI

APLIKASI MATLAB UNTUK PERAMALAN BEBAN BERDASARKAN GOLONGAN TARIF JARINGAN DISTRIBUSI RANDUDONGKAL TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,1% dan akan. mengalami peningkatan menjadi sebesar 5,2% pada tahun 2015.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu keharusan yang harus dipenuhi. Ketersediaan energi listrik yang

1. BAB I PENDAHULUAN

KEPPRES 37/1992, USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK OLEH SWASTA USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK OLEH SWASTA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I. PENDAHULUAN. daya listrik dipengaruhi oleh banyak faktor. Diantaranya adalah kualitas daya

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Harga Pembelian Listrik Skala Kecil. Menengah..

1. BAB I PENDAHULUAN

1. BAB I PENDAHULUAN

Benny Marbun Kepala Divisi Niaga PT PLN (Persero) Batam, 23 November 2012

Disampaikan pada: Komunikasi Nasional Jogjakarta, 5 Desember 2007 Persero) Electricity For A Better Life

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. ISAK 8 merupakan panduan untuk menentukan apakah suatu perjanjian

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan bisnis, industri, dan lain sebagainya. Sehingga diperlukan peramalan

KONSEP PENGATURAN PEMANFAATAN BERSAMA JARINGAN TENAGA LISTRIK (POWER WHEELING)

APLIKASI MATLAB UNTUK PERAMALAN BEBAN JARINGAN DISTRIBUSI DI UPJ RANDUDONGKAL TAHUN

Rencana Pengembangan Energi Baru Terbarukan dan Biaya Pokok Penyediaan Tenaga Listrik Dialog Energi Tahun 2017

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Di jaman modern seperti sekarang ini, listrik menjadi kebutuhan yang amat

Perkembangan Kelistrikan Indonesia dan Kebutuhan Sarjana Teknik Elektro

- 3 - Nomor 05 Tahun 2014 tentang Tata Cara Akreditasi dan

BAB I PENDAHULUAN. pada masa sekarang ini di kehidupan sehari-hari. Hampir seluruh manusia di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zenny Jaelani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan energi listrik dengan gangguan pemadaman yang minimal.

BAB 1 PENDAHULUAN. Oleh karena itu, berbagai upaya telah dilakukan oleh Pemerintah untuk

UNIVERSITAS INDONESIA STUDI ANALISIS PROGRAM PERCEPATAN MW TAHAP I PADA OPERASI SISTEM TENAGA LISTRIK JAWA BALI TESIS

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia dan juga dapat berpengaruh pada peningkatan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berjalannya waktu, permintaan akan tenaga listrik di Indonesia terus

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Pemanfaatan cadangan..., Mudi Kasmudi, FT UI, 2010.

KEHANDALAN INFRASTRUKTUR KETENAGALISTRIKAN INDONESIA

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat seperti publik, bisnis, industri maupun sosial. Hampir disemua sektor,

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI. Disampaikan oleh

BAB I PENDAHULUAN. serta alasan penulis memilih obyek penelitian di PT. X. Setelah itu, sub bab

POKOK-POKOK UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG KETENAGALISTRIKAN

Pemerataan atau penyeimbangan beban merupakan salah satu cara untuk menekan losses teknik. Penekanan losses terjadi dengan prinsip mengurangi arus yan

Coffee Morning dengan Para Pemangku Kepentingan Sektor Ketenagalistrikan

1. BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. dalam melakukan kehidupan sehari-hari. Besar kecilnya beban serta perubahannya

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Selain itu ketenagalistrikan akan mempengaruhi laju perekonomian dari berbagai

EFEKTIVITAS KEBIJAKAN FIT (FEED IN TARIFF) ENERGI BARU DAN TERBARUKAN DI INDONESIA. Nanda Avianto Wicaksono dan Arfie Ikhsan Firmansyah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGESAHAN RENCANA USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK (RUPTL) PT PLN (PERSERO)

TATA CARA PERIZINAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK (BERDASARKAN PERATURAN MENTERI ESDM NOMOR 35 TAHUN 2013)

TATA CARA PERIZINAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK (Berdasarkan Peraturan Menteri ESDM Nomor 35 Tahun 2013)

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Hal ini akan menyebabkan permintaan energi listrik akan mengalami

KESIAPAN BADAN USAHA DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN PEMBANGKIT MW. Oleh : Puji Muhardi Ketua Umum PP APEI

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi saat ini, persaingan bisnis semakin ketat menuntut setiap

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam sebuah kehidupan. Energi listrik merupakan energi yang sangat

ANALISIS SISTEM PROTEKSI GENERATOR PADA PUSAT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR WONOGIRI

BAB V. SIMPULAN, KETERBATASAN, & SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN. energi yang memproduksi minyak bumi dan produksi sampingan berupa gas alam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. PT PLN (Persero) merupakan Perusahaan Listrik di Indonesia dan satu- satunya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Program pembangunan pembangkit listrik Megawatt (MW) merupakan program strategis pemerintahan Jokowi-JK untuk mendukung

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pesat mulai dari dunia pendidikan, kedokteran, pemerintahan, perusahaan

Kelistrikan Yang Adil Dan Sehat ( )

UPDATE INFRASTRUKTUR BIDANG KETENAGALISTRIKAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. ke seluruh wilayah Indonesia. Hal ini diatur dalam UU No 15 tahun Tentang Ketenaga-listrikan pada pasal 1 yang berbunyi:

Energi Rumah tangga (ERT): ERT Listrik = 391,381-11,994 HListrik RT per KWh + 0,009 PDB + 1,072 ERT Listrik...(1-2).

KEBIJAKAN PEMANFAATAN PANAS BUMI UNTUK KELISTRIKAN NASIONAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2006 TENTANG

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tidak dapat disanggah lagi jika di era sekarang ini segala aktivitas yang

BAB I PENDAHULUAN. Semua kekayaan bumi Indonesia yang dikelola sebagai pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. kv, yang membentang sepanjang Pulau Jawa-Bali. Sistem ini merupakan

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. sistem tenaga listrik terdiri dari beberapa sub sistem, yaitu pembangkitan,

PLN DAN ISAK 16 (ED) Electricity for a Better Life. Jakarta, Mei 2010

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Arief Hario Prambudi, 2014

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Kebutuhan listrik masyarakat Indonesia mengalami kenaikan setiap tahunnya. Menurut RUPTL PT. PLN 2013-2022, antara tahun 2008 dan 2012, penjualan listrik meningkat dari 128 TWh pada 2008 menjadi 172 TWh pada 2012 dan jumlah pelanggan meningkat dari 39 juta pada 2008 menjadi 50 juta pada 2012. Konsumsi energi listrik Indonesia diperkirakan akan meningkat dari 189 TWh menjadi 386 TWh. Sedangkan, kebutuhan listrik Jawa-Bali diperkirakan akan meningkat dari 144 TWh menjadi 275 TWh. Untuk melayani pertumbuhan kebutuhan listrik tersebut, diperlukan tambahan kapasitas pembangkit sebanyak 59,5 GW untuk seluruh Indonesia, atau pertambahan kapasitas rata-rata mencapai 6 GW per tahun seperti ditunjukkan pada Gambar 1.1. Dari kapasitas tersebut PLN dan IPP akan membangun masing-masing 16,9 GW dan 25,5 GW. Sedangkan 17,1 GW lainnya merupakan proyek unallocated, yaitu proyek yang belum ditetapkan pengembang maupun sumber pendanaannya. Sedangkan pada sistem Jawa-Bali dibutuhkan tambahan kapasitas pembangkit sebesar 31,5 GW atau penambahan kapasitas rata-rata 3,2 GW per tahun. Dari kapasitas tersebut PLN akan membangun sebanyak 8,3 GW. Partisipasi swasta direncanakan cukup besar, yaitu 15,6 GW dan proyek unallocated sebesar 7,5 GW. Gambar 1.2 1

menunjukkan bahwa sistem Jawa-Bali membutuhkan penambahan kapasitas pembangkitan sebesar 7,5 GW yang masih merupakan proyek unallocated, 12000 10000 8000 6000 4000 2000 0 Rencana Kebutuhan Tambahan Kapasitas Pembangkit Indonesia (MW) 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 *sumber RUPTL PLN 2013-2022 PLN IPP Unallocated Gambar 1.1 Rencana Kebutuhan Kapasitas Pembangkit Indonesia 8000 Rencana Kebutuhan Tambahan Kapasitas Pembangkit Jawa-Bali (MW) 6000 4000 2000 0 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 PLN IPP Unallocated *sumber RUPTL PLN 2013-2022 Gambar 1.2 Rencana Kebutuhan Kapasitas Pembangkit Jawa-Bali 2

yaitu proyek yang belum ditetapkan pengembang maupun sumber pendanaannya. Untuk itu, dibuka kesempatan kepada pihak ketiga non-ipp untuk berpartisipasi dalam pembangunan pembangkit listrik dengan konsep power wheeling. Power wheeling merupakan pemanfaatan bersama suatu jaringan tenaga listrik oleh pihak penyedia listrik lain sebagai suatu alternatif permasalahan penyediaan pasokan serta keandalan sistem tenaga listrik. Definisi lain adalah penggunaan jaringan transmisi atau distribusi untuk mengirimkan daya listrik dari dan ke entitas lain (Merill,1989) atau pengiriman daya listrik dari penjual ke pembeli melalui jaringan yang dimiliki oleh pihak ketiga (Sood,2002). Istilah power wheeling di Indonesia dikenal dengan Pemanfaatan Bersama Jaringan Transmisi (PBJT) atau sewa jaringan transmisi. Payung hukum mekanisme PBJT ini telah terdapat pula pada UU Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan. Dengan adanya konsep power wheeling, perusahaan swasta pembangkit listrik non-ipp dapat menyewa jaringan transmisi milik PLN untuk mengirimkan energi listrik ke pelangan-pelanggannya. Dengan konsep ini PLN selaku penyedia listrik nasional diuntungkan karena mendapatkan solusi alternatif masalah penyediaan energi listrik di Indonesia. Adanya wheeling dalam sistem tenaga listrik ini menjadi landasan adanya transmission open access, dimana jaringan transmisi dibuka selebar-lebarnya untuk setiap perusahaan pembangkitan tenaga listrik. Transmisi tenaga listrik harus diperlakukan sebagai objek bisnis yang terpisah dengan pembangkitan maupun distribusi. 3

Sejauh ini konsep power wheeling tersebut sedang dalam tahap perintisan untuk dapat diaplikasikan di Indonesia terutama pada sistem jaringan transmisi Jawa-Bali. Untuk mengaplikasikan konsep power wheeling, perlu dilakukan tinjauan terkait aspek teknis dan ekonomi. Terkait aspek teknis perlu dilakukan tinjauan mengenai kapasitas jaringan transmisi yang dapat digunakan untuk wheeling tenaga listrik. Sedangkan terkait aspek ekonomi, perlu dilakukan tinjauan mengenai biaya sewa jaringan transmisi. Sehingga evaluasi mengenai biaya jaringan transmisi merupakan hal yang sangat penting. Metode-metode penentuan biaya transmisi telah banyak dipublikasikan dan diimplementasikan sebagai biaya sewa jaringan transmisi di beberapa negara. Untuk itu diperlukan suatu kajian komprehensif mengenai karakteristik tiap metodemetode penentuan biaya jaringan transmisi. Penelitian ini memberikan suatu kajian komprehensif mengenai kelayakan beberapa metode penetuan biaya jaringan transmisi untuk diaplikasikan pada jaringan transmisi di Indonesia terutama jaringan transmisi 500 kv Jawa-Bali. Rumusan Masalah Perumusan masalah untuk tugas akhir ini mengenai studi pemanfaatan bersama jaringan transmisi pada jaringan transmisi Jawa-Bali. Penelitian akan dilakukan mengenai analisis beberapa metode penentuan biaya jaringan transmisi untuk diaplikasikan dalam penentuan tarif wheeling tenaga listrik pada jaringan transmisi Jawa-Bali. Analisis metode-metode penentuan biaya jaringan transmisi tersebut akan ditinjau terkait kebutuhan datanya. Kemudian akan ditinjau terkait ketersediaan data dan kemudahan implementasinya pada jaringan transmisi Jawa- 4

Bali. Selain itu juga akan dilihat kelebihan dan kekurangan setiap metode penentuan biaya jaringan transmisi. Setelah melakukan analisis, dapat ditetapkan metode-metode yang saat ini dapat diterapkan dalam aplikasi wheeling tenaga listrik Jawa-Bali. Batasan Masalah Batasan yang digunakan untuk penulisan tugas akhir ini yaitu: 1. Sistem transmisi yang menjadi objek penelitian merupakan sistem transmisi 500 kv Jawa-Bali, 2. Penelitian ini difokuskan pada implementasi tiap metode penentuan biaya jaringan transmisi dengan mempertimbangkan aspek kelayakannya pada sistem transmisi Jawa Bali. 3. Pembahasan tidak mencakup perhitungan tarif jaringan untuk tiap metode penentuan biaya jaringan transmisi, 4. Data yang digunakan sesuai dengan data sistem Jawa-Bali tahun 2013 yang dimiliki PT. P3B JB. Manfaat dan Tujuan Penelitian Pembahasan mengenai penentuan biaya transmisi suatu sistem power wheeling pada sistem transmisi jaringan Jawa-Bali memiliki beberapa manfaat, diantaranya sebagai berikut: 1. Mengetahui prinsip sewa jaringan transmisi untuk pemanfaatan bersama antara pihak pemilik jaringan transmisi dengan pihak penyewa jaringan transmisi, 5

2. Menyusun daftar metode penentuan biaya jaringan transmisi yang umum digunakan, 3. Dengan mengetahui metode penentuan biaya transmisi yang tepat diharapkan dapat menjadi landasan implementasi wheeling sistem kelistrikan di Indonesia. Tujuan dilakukannya penelitian adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui karakteristik tiap metode penentuan biaya jaringan transmisi, 2. Menentukan metode penentuan biaya jaringan transmisi yang sesuai dalam aplikasi wheeling tenaga listrik pada jaringan transmisi Jawa-Bali. Sistematika Penulisan Laporan tugas akhir ini merupakan karya tulis yang akan dipaparkan dalam lima bab. Bab pertama merupakan pendahuluan. Bab ini membahas tentang latar belakang mengapa penelitian ini dilakukan, rumusan masalah, manfaat dan tujuan penelitian, batasan masalah, serta sistematika penulisan. Bab kedua merupakan tinjauan pustaka dan landasan teori. Bab ini berisi studi pustaka atas penelitian yang telah dipublikasikan. Selain itu berisi dasar teori mengenai wheeling tenaga listrik dan metode-metode penentuan biaya jaringan transmisi yang umum digunakan. Bab ketiga adalah metode penelitian. Bab ini berisi metode yang digunakan dalam penelitian, sumber data penelitian, dan diagram alir penelitian. 6

Bab keempat merupakan hasil dan pembahasan. Bab ini menjelaskan karakteristik tiap metode penentuan biaya jaringan transmisi, ketersediaan data dan kemudahan implementasinya pada jaringan transmisi Jawa-Bali. Selain itu juga akan membahas kelebihan dan kekurangan setiap metode penentuan biaya jaringan transmisi. Bab kelima merupakan kesimpulan dan saran. Bab ini berisi kesimpulasn yang diperoleh dari hasil pembahasan serta saran-saran yang berhubungan dengan hasil tersebut dan kaitannya dengan pengembangan aplikasi wheeling tenaga listrik di Indonesia. 7