1 BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini diuraikan mengenai latar belakang kegiatan penelitian yang akan dilakukan, rumusan masalah yang menjadi topik pembahasan yang akan diteliti, serta tujuan dan manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini. 1.1. Latar Belakang Bandara Internasional Lombok (BIL) merupakan bandara baru bertaraf internasional yang berlokasi di Desa Penujak, Kecamatan Praya Barat, Kabupaten Lombok Tengah, tepatnya di sebelah tenggara Kota Praya, di antara Desa Batujai- Penujak, dan Tanak Awu. BIL merupakan pengembangan infrastruktur yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) sebagai upaya dalam melengkapi fungsi Bandara Selaparang. Bandara Selaparang pada awalnya merupakan sebuah bandara yang dimiliki oleh Provinsi NTB yang berlokasi di pusat kota Mataram. Menurut data yang diperoleh dari BPS Provinsi NTB Tahun 2011, dalam lima tahun terakhir aktivitas Bandara Selaparang mengalami peningkatan volume penumpang, frekuensi penerbangan dan volume barang. Pada tahun 2006 jumlah penumpang yang datang adalah 437.496 orang, jumlah yang datang semakin bertambah dalam 5 tahun berikutnya hingga mencapai 676.889 orang pada tahun 2010. Demikian 1
2 juga dengan jumlah pesawat yang datang, pada tahun 2006 jumlah pesawat yang datang sebanyak 6.104 buah, dalam lima tahun terakhir juga mengalami peningkatan, hingga mencapai 7.066 buah pada tahun 2010. Peningkatan jumlah penumpang tentunya akan mendukung program pemerintah dalam memajukan pariwisata di Provinsi NTB. Sebagai upaya dalam menyiasati peningkatan jumlah penumpang, akan tetapi dengan kondisi bandara yang sedemikian rupa, diperkirakan cukup sulit untuk dikembangkan sesuai permintaan kebutuhan. Oleh karena itu dibangunlah sebuah bandara baru yang lebih besar dan bertaraf internasional dengan nama Bandara Internasional Lombok sebagai terminal kedatangan wisatawan domestik maupun mancanegara di Provinsi NTB. Lahan yang digunakan sebagai lahan pembangunan BIL sebelumnya merupakan lahan sawah irigasi semi teknis, namun lahan yang diperuntukkan untuk pembangunan area bandara merupakan lahan tidur. BIL memiliki panjang landasan pacu sebesar 2.750 m x 45 m, sehingga pesawat berbadan lebar dengan jenis Air Bus 330 dan Boeing 767 dipastikan dapat mendarat dengan aman (Wikipedia, 2014). Pembangunan bandara ini memiliki tujuan untuk mengembangkan dan menggerakkan perekonomian Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), khususnya di wilayah Kabupaten Lombok Tengah. Dengan adanya bandara bertaraf internasional, diharapkan kunjungan wisatawan ke Provinsi NTB akan semakin meningkat. Hal ini mengingat adanya akses baru menuju Lombok yang relatif
3 mudah, baik dari dalam maupun luar negeri. BIL juga diharapkan menjadi pintu masuk investasi dan mampu meningkatkan perekonomian Provinsi NTB, khususnya melalui sektor pariwisatanya. Pembangunan BIL dilaksanakan melalui tiga tahap utama, yaitu tahap prakonstruksi, konstruksi dan operasional. BIL mulai dibangun pada tahun 2008 dan rampung pada Oktober 2011. Pada tahap pra-konstruksi masyarakat setempat sudah mulai dilibatkan di dalamnya sebagai pekerja maupun penyediaan jasa lainnya. Pada tahap konstruksi hingga pengoperasian BIL yang berlangsung pada tahun 2008-2011, banyak pembangunan dan perkembangan yang terjadi di wilayah sekitarnya, salah satunya adalah pembangunan infrastruktur berupa jalan bypass BIL-Gerung sebagai jalan arteri primer yang menghubungkan Gerung sebagai ibu kota Kabupaten Lombok Barat, Kota Mataram sebagai ibu kota Provinsi NTB, dan wilayah Praya sebagai ibu kota Kabupaten Lombok Tengah menuju BIL. Penunjukan jalan Gerung (Patung Sapi) menuju BIL sebagai jalan nasional berdasarkan laporan akhir pekerjaan penyusunan master plan jaringan jalan di Provinsi NTB oleh Pemerintah Provinsi NTB Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah pada tahun 2008. Perubahan status jalan juga diperkuat dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Tengah Nomor 07 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2011-2031 yang menyebutkan bahwa ruas jalan Sulin-Penujak-BIL merupakan jalan nasional.
4 Perencanaan pembangunan bypass awalnya mengikuti jalur semula yang telah ada, yaitu melewati Desa Penujak dengan menambah lebar jalan dan menaikkan statusnya menjadi jalan provinsi berupa jalan bypass. Akan tetapi mengingat adanya pasar tradisional di Desa Penujak yang letaknya di pinggir jalan yang sulit dipindahkan, serta beberapa pertimbangan ganti rugi yang besar jika melalui jalur ini, maka perencanaan bypass direncanaulangkan menjadi tidak melalui Desa Penujak. Jalur baru bypass direncanakan langsung ke arah timur di pertigaan Batujai langsung menuju BIL, dengan membebaskan lahan yang berupa permukiman masyarakat Desa Batujai. Pembangunan bypass BIL-Batujai menyebabkan alih fungsi lahan dari yang awalnya berupa lahan persawahan menjadi jalan baru bypass, yang seiring dengan berjalannya waktu akan ada pembangunan baru di sepanjang jalan tersebut. Wilayah sekitar BIL, yaitu Desa Penujak, Setanggor, Bonder, dan Batujai dalam kurun waktu empat tahun (2001-2004) luas lahan sawah mengalami penurunan setiap tahunnya. Laju penurunan sebesar 2,58% (DPTPH Kabupaten Lombok Tengah tahun 2006). Hal ini memberikan gambaran mengenai alih fungsi lahan yang terjadi di wilayah sekitar BIL, yang mana koridor bypass BIL-Batujai termasuk di dalamnya. Pasca beroperasinya bypass sebagai jalur penghubung menuju BIL, banyak pembangunan bermunculan di sepanjang koridor bypass BIL-Batujai, baik permanen maupun non-permanen dengan beragam fungsi, di antaranya: bangunan akomodasi wisata, hotel, pusat pelelangan mutiara, perumahan, pertokoan, dan bangunan komersial lainnya juga diakibatkan karena adanya kegiatan BIL.
5 Di samping pembangunan baru dan alih fungsi lahan sebagai akibat pembangunan BIL, harga lahan juga mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya, terlebih setelah pembangunan bandara rampung. Hal ini menjadikan warga sekitar tergiur untuk menjual tanah mereka, sehingga hak kepemilikan lahan di sekitar bandara khususnya yang berada tepat di sisi jalan bypass mengalami pemindahan hak kepemilikan lahan dari penduduk asli ke tangan investor yang pada umumnya berasal dari luar daerah. Dengan kepemilikan lahan oleh pihak asing, maka alih fungsi lahan di wilayah sekitar bandara sedikit demi sedikit mulai terlihat. Dari fungsi lahan sebagai pertanian kini berubah menjadi non-pertanian yang difungsikan sebagai bangunan, baik itu bangunan hotel maupun bangunan komersial lainnya. Peningkatan harga lahan dan pembangunan yang terjadi di sepanjang koridor bypass BIL-Batujai merupakan perkembangan keruangan yang terjadi. Pembangunan yang ada terdapat di beberapa titik di sepanjang koridor bypass BIL-Batujai, menyebabkan terjadinya zonasi pembangunan berdasarkan tingkat keramaian hingga zona yang menyepi yang tidak terlalu ramai pembangunan baru dan pengguna jalan yang sedikit. Pasca adanya bypass BIL-Batujai, jalan yang semula telah ada sebagai penghubung Desa Batujai-Desa Penujak-Desa Tanak Awu menjadi sepi karena sebagian besar pengguna jalan dengan tujuan BIL ke arah timur melalui jalan bypass. Sepinya jalur ini dari pengguna jalan menyebabkan berubahnya kehidupan perekonomian dan sosial budaya masyarakat di Desa Penujak. Banyaknya artshop yang tidak difungsikan lagi akibat semakin sepinya jalur
6 tersebut, ditambah lagi dengan pekerjaan masyarakat yang banyak berubah, dari petani dan pengrajin gerabah menjadi calo tanah yang menjual tanah di wilayah sekitar BIL khususnya di sepanjang koridor bypass BIL-Batujai, hingga membuka usaha baru sebagai jasa travel ilegal di area BIL. Sebagai upaya dalam mengantisipasi perkembangan yang terjadi, pemerintah juga tentunya melakukan usaha dalam pengendalian perkembangan yang terjadi agar perkembangan yang terjadi tetap dalam konteks perkembangan positif. Salah satunya adalah penggunaan kawasan di sekitar bandara harus memperhatikan zona kawasan keselamatan operasional penerbangan dengan arahan penggunaan lahan yang spesifik (Keputusan Dirjen Perhubungan Udara No.SKEP/109/VI/2000). Dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah telah membuat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Bandara Baru Lombok Tahun 2006 sebagai pengendali perkembangan yang terjadi di wilayah sekitar BIL. Berdasarkan dari gambaran fenomena lapangan tersebut, maka memunculkan gagasan untuk melakukan penelitian mengenai perkembangan keruangan yang terjadi di sepanjang koridor bypass BIL-Batujai tersebut pasca pembangunan BIL, bagaimana fenomena perkembangan keruangan yang terjadi dan faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya perkembangan tersebut. Hal ini perlu dilakukan mengingat perkembangan di koridor bypass BIL-Batujai yang akan terus berkembang, baik secara spontan atau pun tidak oleh masyarakat. Hasil penelitian nantinya diharapkan pula dapat memberi gambaran kepada pemerintah dalam mengendalikan perkembangan wilayah di sekitar BIL ke depannya.
7 1.2. Rumusan Masalah Sehubungan dengan latar belakang sebelumnya, maka dapat diketahui beberapa rumusan masalah sebagai berikut. a. Apa saja fenomena perkembangan keruangan yang terjadi di koridor bypass BIL-Batujai setelah pembangunan Bandara Internasional Lombok? b. Faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya perkembangan keruangan tersebut? c. Dampak apa yang terjadi akibat faktor-faktor perkembangan keruangan? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus, yang dapat dijabarkan sebagai berikut. a. Tujuan Umum Tujuan umum dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui fenomena perkembangan keruangan seperti apa yang terjadi di koridor bypass BIL-Batujai setelah adanya pembangunan BIL. b. Tujuan Khusus Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi perkembangan yang terjadi dengan arahan yang ada, menganalisis faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya perkembangan di koridor bypass BIL- Batujai tersebut pasca pembangunan BIL dan dampak yang terjadi akibat faktorfaktor perkembangan keruangan tersebut terhadap perkembangan keruangan yang terjadi, serta menganilisis kesesuaian perkembangan terhadap teori yang relevan.
8 1.4. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini dibedakan menjadi manfaat akademik dan manfaat praktis, yang dijabarkan sebagai berikut. a. Manfaat akademis Secara Teoritis diharapkan dapat menambah informasi dan wawasan yang lebih jelas bagi dunia pendidikan, khususnya dalam bidang arsitektur dan perencanaan wilayah dan kota, mengenai fenomena perkembangan keruangan yang terjadi di suatu koridor bypass pasca adanya pembangunan bandara bertaraf internasional di wilayah sekitarnya dan faktor-faktor penyebabnya, serta dampak yang terjadi akibat faktor-faktor perkembangan keruangan tersebut. b. Manfaat Praktis (1) Bagi Peneliti Manfaat bagi peneliti adalah mengetahui bagaimana fenomena perkembangan keruangan di koridor bypass BIL-Batujai setelah adanya pembangunan Bandara Internasional Lombok dan faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya perkembangan keruangan tersebut, serta dampak yang diakibatkan oleh faktor-faktor penyebab perkembangan keruangan tersebut. (2) Bagi pemerintah Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi Pemerintah Provinsi NTB, khususnya Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Tengah dalam pengendalian wilayah berkembang pasca adanya kegiatan Bandara Internasional Lombok dengan tetap memperhatikan keberlanjutan kehidupan sekitarnya.