BAB V PENUTUP. 1. Sebelum proses pelaksanaan bawon diawali dengan beberapa tahap terkait

dokumen-dokumen yang mirip
SISTEM BAWON DI DESA MUNGSENG KECAMATAN TEMANGGUNG KABUPATEN TEMANGGUNG RINGKASAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan

BAB V PENUTUP. 1. Proses pelaksanaan upacara adat 1 Sura dalam pelaksanaanya terdapat dua

Bahwa tiada yang orang dapatkan, kecuali yang ia usahakan, Dan bahwa usahanya akan kelihatan nantinya. (Q.S. An Najm ayat 39-40)

HASIL OBSERVASI. 1 Lokasi Sawah tempat panen padi dan rumah tempat bawon berada di 2 lingkungan yaitu : 2 Waktu 06, 20, 27 Januari 2013

BAB II KAJIAN TEORI. pengertian masyarakat. Dalam bahasa Inggris dipakai istilah society yang

SISTEM BAWON DI DESA MUNGSENG KECAMATAN TEMANGGUNG KABUPATEN TEMANGGUNG SKRIPSI. Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Yogyakarta

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Letak dan Luas Wilayah Desa Mungseng. geografis desa Mungseng berada di sebelah selatan Kecamatan dan kota

BAB V PENUTUP. pola interaksi yang diterapkan masyarakat Kampung Cyber yaitu secara

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Persyaratan Lahan. Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

BAB I PENDAHULUAN. mendukung statusnya sebagai negara agraris, dengan sebagian besar masyarakat

BAB IV PENUTUP. Desa Sepande Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo. Kesimpulan yang. dihasilkan dalam penelitian ini sebagai berikut:

BAB V PENUTUP. terkena pembangunan Waduk Sermo. Pembangunan Waduk Sermo yang di

BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. 1. Pandangan Masyarakat Mengenai Upacara Adat Maras Taun Di Desa

DAFTAR PUSTAKA. Adisasmita, Rahardjo, (2006), Pembangunan Pedesaan dan Perkotaan, Yogyakarta: Graha Ilmu.

ETOS KERJA PETANI. (Studi DiDesa Sukamaju Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo) SUMIATI PAKAYA DR. RAUF A HATU M.SI

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

Lampiran 1. Pengukuran Variabel. Tabel 1. Pengukuran variabel profil anggota kelompok tani Sri Makmur

BAB III METODE PENELITIAN. desa Mungseng sebagai tempat penelitian karena desa Mungseng merupakan

BAB V PENUTUP. 1. Bersama Membangun Solidaritas Untuk Bertahan Hidup

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

BAB V PENUTUP. motif batik terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat di Dusun. Dongkelan Desa Panggungharjo Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN. 1. Persepsi Masyarakat terhadap Warisan Adat Istiadat tentang. Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang dianggap sudah mewakili dari keseluruhan petani yaitu sebanyak 250 orang

PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA MENYEWA TANAH PERTANIAN BERDASARKAN HUKUM ADAT (Studi kasus di Desa Mudal Kabupaten Boyolali)

BAB V PENUTUP. kehidupan masyarakat Desa Serang. 1. Dampak sosial alih fungsi lahan Desa Serang

BAB III METODE PENELITIAN. bertujuan mempelajari secara intensif mengenai latar belakang dan dilakukan

BAB V PENUTUP. pendatang yang kebanyakan berasal dari daerah Cilacap yang datang ke Pantai

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam penyediaan pangan, pangsa pasar, dan hasil produksi.

Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Diponegoro Semarang 2010

VII ANALISIS PENDAPATAN

II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. sifat-sifat bumi, menganalisa gejala-gejala alam dan penduduk, serta mempelajari corak khas

BAB V STRUKTUR PENGUASAAN TANAH LOKAL

Apa yang dimaksud dengan PHSL?

HUBUNGAN PERANAN WANITA TANI DALAM BUDIDAYA PADI SAWAH DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V PENUTUP. dikemukakan kesimpulan sebagai berikut : Memberikan Kredit Dengan Jaminan Fidusia. tahun 1999 tentang jaminan fidusia.

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. tanaman non-pangan serta digunakan untuk memelihara ternak maupun ikan,

BAB VI SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. PT.Kereta Api Indonesia (Persero) Menjadi Pemukiman Penduduk di

DAFTAR PUSTAKA. Abdulsyani Sosiologi Skematika, Teori, dan Terapan. Jakarta : Bumi Aksara.

BAB V DAMPAK REVOLUSI HIJAU TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL, BUDAYA DAN EKONOMI MASYARAKAT SUKAWENING-GARUT

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan

PERAN WANITA DALAM USAHATANI PADI SAWAH DI DESA LAWADA KECAMATAN SAWERIGADI KABUPATEN MUNA BARAT. Oleh : Nur Rahmah dan Erni Wati ABSTRAK PENDAHULUAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

dapat menghasilkan padi lebih melimpah.

1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Kelompok tani sehamparan

BAB III PRAKTIK AKAD MUKHA>BARAH DI DESA BOLO KECAMATAN UJUNGPANGKAH KABUPATEN GRESIK. sebagaimana tertera dalam Tabel Desa Bolo.

DAFTAR PUSTAKA. Abdullah, Taufik & A. C. Van Der Leeden, Durkheim dan Pengantar Sosiologi. Moralitas, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1986).

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Bank yang diteliti adalah Bank Muamalat Indonesia Cabang Kota Malang, yang beralamat di Jl. Kawi Atas No. 36A Malang.

BAB III METODE PENELITIAN

DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

Ciparay Kabupaten Bandung. Ketinggian tempat ±600 m diatas permukaan laut. dengan jenis tanah Inceptisol (Lampiran 1) dan tipe curah hujan D 3 menurut

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

1 LAYANAN KONSULTASI PADI TADAH HUJAN Kelompok tani sehamparan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. geosfer dengan sudut pandang kelingkungan atau kewilayahan dalam konteks

BAB V PENUTUP. dengan rumusan masalah bahwa permainan playstation telah membawa. maupun prestasi pada anak usia sekolah sebelum dan sesudah gemar

BAB V PENUTUP. sebelumnya, diperoleh kesimpulan sebagai berikut. Pelaksana Teknis (UPT) I Dinas Pengelolaan Pasar Kota Yogyakarta.

PERGESERAN NILAI GOTONG ROYONG DALAM PENGOLAHAN LAHAN PERTANIAN DESA PULUNG KENCANA. (Jurnal) Oleh

SOLIDARITAS SOSIAL KOMUNITAS UNDERGROUND MAHASISWA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG SKRIPSI

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini bagian dari kegiatan SLPHT kelompok tani Sumber Rejeki yang

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. kekerasan. Hal ini dapat dilihat dari tabel tentang jumlah kejahatan yang

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

DAFTAR PUSTAKA. Abdurahman, Dudung. (1999). Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

DAFTAR PUSTAKA. Remaja Rosdakarya, Bandung, Adji, Oemar Seno, Perkembangan Delik Pers di Indonesia, Erlangga,

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada kamar kos-kosan yang berlokasi di

REFERENSI. http// resmi kota Palembang.com. Chaliq Muchtar, Transformasi Budaya. Srikandi. Surabaya. Hal 17.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu

BUDIDAYA PADI RATUN. Marhaenis Budi Santoso

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari:

KEHIDUPAN PETANI PENGGARAP STUDI KASUS DI DESA TALANGO KECAMATAN KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL

DAFTAR PUSTAKA. 1.Buku Abdurachmat, Idris dan Enok, Maryani. (1997). Geografi Ekonomi. Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS IKIP Bandung.

SISTEM BAGI HASIL PETANI PENYAKAP DI DESA KRAI KECAMATAN YOSOWILANGUN KABUPATEN LUMAJANG

KRITIK SOSIAL DALAM FILM (Analisis Isi Film Tanah Air Beta Karya Ari Sihasale) S K R I P S I

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. modern. Salah satu pasar tradisonal yang masih eksis di Yogyakarta yaitu

III. METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI DAN TINGKAT EFISIENSI PENCURAHAN TENAGA KERJA PADA USAHATANI PADI SAWAH

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan mereka sehari-hari begitu juga penduduk yang bertempat tinggal di

Analis Pendapatan Usaha Tani Padi dengan Sistem Tanam Benih Langsung (TABELA) di Kelurahan Padangsappa Kecamatan Ponrang Kabupaten Luwu

59 ZIRAA AH, Volume 43 Nomor 1, Pebruari 2018 Halaman ISSN ELEKTRONIK

TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI SISTEM TANAM BENIH LANGSUNG (TABELA) DI LAHAN SAWAH IRIGASI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH PENDAHULUAN

PT. PERTANI (PERSERO) UPB SUKASARI

DAFTAR PUSTAKA. Arief Budiman, Fungsi Tanah dalam Kapitalisme, Dalam Jurnal Aanalisis Sosial: Madani, Jakarta: IAIN Press, 2000, hal. 5.

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

VI. HASIL dan PEMBAHASAN

Transkripsi:

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan bahwa: Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan 1. Sebelum proses pelaksanaan bawon diawali dengan beberapa tahap terkait dengan kegiatan penanaman sampai dengan pemanenan. Tahap-tahap tersebut dimulai dengan tahap persiapan lahan atau sawah yaitu proses pembentukan lahan/media tanam di areal sawah yang dilakukan dengan pembajakan dengan traktor ataupun alat tradisional (hewan). Tahap selanjutnya yaitu pembenihan dan penyemaian bibit padi, penyiapan bibit ini padi biasanya petani akan merendam gabah selama 3-4 hari untuk kemudian disemai di areal tanah pembibitan, lama waktu pembibitan ini sekitar 25-30 hari sebelum di tanam di lahan tanam. Setelah tahap pembibitan dan penyemaian selanjutnya pada tahap penanaman para buruh tanam padi akan bersama-sama ke sawah untuk tandur atau menanam padi pada pagi hari. Tahap pemupukan dan perawatan tanaman padi menjadi tahap selanjutnya, pemupukan pertama dilakukan pada umur 7 hari setelah tanam (hst) menggunakan pupuk NPK sebanyak 150 kg/ha dan urea sebanyak 50 kg/ha. Pada proses pemanenan atau derep ini diawali dengan 96

97 pemotongan batang padi terlebih dahulu, setelah padi selesai di potong menggunakan sabit maka proses selanjutnya yaitu perontokan padi. Apabila semua padi sudah terkumpul dan dimasukkan ke dalam karung maka para buruh tani akan mengangkut ke rumah pemilik sawah untuk dikumpulkan dan di bawonkan. Pelaksanaan bawon ini bila hasil derep terkumpul maka pemilik akan bawoni dengan cara membagi padi dengan perbandingan 5:1 artinya apabila buruh tani mendapat derep 60 kg maka yang 50 kg akan diperoleh petani dan 10 kg untuk buruh tani. 2. Makna sistem bawon yang pertama adalah makna berbagi, hal tersebut tercermin saat petani menyuruh atau mengajak tetangganya untuk ikut menanam padi, alasan untuk mengajak tetangga dekat untuk ikut menanam padi dilandasi dengan rasa berbagi dan tolong-menolong, rasa berbagi agar para tetangganya dapat mendapatkan bawonan dan agar para tetangganya mendapat pekerjaan sampingan dan tambahan pendapatan dari selain pekerjaan pokoknya. Makna bawon selanjutnya adalah makna gotongroyong, pada saat panen atau derep, biasanya penderep akan saling gotong-royong dan tolong-menolong apabila ada salah satu tetangganya belum selesai nggebuk padi. Artinya para penderep akan saling membantu satu sama lain agar pekerjaan derep cepat selesai dan bisa cepat pulang bersama-sama. Makna bawon terakhir adalah makna kebersamaan. Prinsip kebersamaan di masyarakat desa ini tercermin dalam hal bercocok tanam atau pertanian. Sistem bawon mempunyai makna kebersamaan karena penderep yang merupakan para tetangga pemilik sawah melakukan

98 kegiatan nandur, derep dan bawon secara bersama-sama tanpa saling mendahului, mereka tanpa egois atau saling curang satu sama lain. Tindakan kebersamaan mereka wujudkan melalui kerja sama saling membantu dan tolong-menolong dalam mengerjakan derep dan bawon. 3. Beberapa faktor yang melandasi ditinggalkanya sistem bawon di desa Mungseng adalah: a)sulitnya pengawasan saat panen (derep) dan timbulnya rasa sungkan dalam proses pekerjaan panen. b)munculnya sistem tebasan pada panen padi yakni petani menjual padi langsung kepada penebas/tengkulak ketika tanaman padi masih menguning dan masih tegak disawah beberapa hari sebelum dipanen. c)faktor guna memperoleh pendapatan lebih (ekonomis), meski sarat dengan rasa berbagi dan kebersamaan tidak lantas mendorong semua petani untuk melestarikan tradisi tersebut. Salah satu petani sudah tidak menggunakan sistem bawon dalam pembagian upah, karena disamping sudah jarang yang mau disuruh tandur dan derep, hasil dari bawon tersebut juga agak berkurang dibandingkan dengan menyewa buruh tandur dan derep. d)sulitnya mencari tenaga kerja (buruh tani) karena para warga desa yang tidak mempunyai sawah sudah jarang yang mau bekerja di sawah, mereka lebih memilih pekerjaan lain seperti berdagang, kuli bangunan, tukang meubel atau merantau ke kota besar. Para pemuda di desa Mungseng saat ini sudah tidak ada yang mau apabila disuruh kerja di sawah, mereka cenderung gengsi dan malu bila menjadi seorang petani.

99 B. Saran Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian dan pembahasan tentang sistem bawon di desa Mungseng Kecamatan Temanggung Kabupaten Temanggung, maka penulis dapat mengemukakan beberapa saran yang dijadikan masukan atau bahan pertimbangan yaitu, sebagai berikut: 1. Kepada masyarakat dan petani di Desa Mungseng, Kecamatan Temanggung, Kabupaten Temanggung, agar tetap mendukung dan melestarikan sistem bawon, terutama karena terdapat banyak makna didalamnya yang sangat berguna dan bermanfaat dalam kehidupan seharihari serta bagi generasi penerus bangsa. 2. Kepada buruh tani di Desa Mungseng, Kecamatan Temanggung, Kabupaten Temanggung, agar lebih bersikap disiplin dan teratur dalam melakukan pekerjaan derep dan bawon agar sistem bawon yang mempunyai banyak manfaat dan maknanya dapat tetap terjaga kelestariannya.

100 DAFTAR PUSTAKA Abdulrahman. (1984). Hukum Adat Menurut Perundang-undangan Republik Indonesia. Jakarta: Cendara Press. Amiruddin. (2010). Pengantar Metode Penelitian Hukum. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Arikunto Suharmisi. (2002). Prosedur Penelitian. Edisi Lima. Jakarta: Rineka Cipta. Arumbinang Kasihono. (1993). Sistem Bawon Untuk KUD: Suatu Alternatif Pengalihan Saham 20%. Jakarta: CV Haji Masagung. A.T, Mosher. (1968). Menggerakkan dan Membangun Pertanian. Jakarta: Yasagama. Basrowi. (2005). Pengantar Sosiologi. Jakarta: Ghalia Indonesia. Burhanuddin Bungin. (2003). Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta. C.E. Bishop, W.D. Toussaint. (1979). Pengantar Analisa Ekonomi Pertanian. Jakarta: Mutiara. Dannerius Sinaga. (1988). Sosiologi dan Antropologi. Klaten: PT. Intan Pariwara. Fadholi Hernanto. (1996). Ilmu Usaha Tani. Jakarta: Penebar Swadaya. Gatut Murniatmo, dkk. (2000). Khazanah Budaya Lokal (Sebuah Pengantar untuk Memahami Kebudayaan Daerah di Nusantara). Yogyakarta: Adicita Karya Nusa. Gunawan Wiradi dkk. (2009). Ranah Studi Agraria: Penguasaan dan Hubungan Agraris. Yogyakarta: STPN. Hayami Yujiro dan Masao Kikuchi. (1987). Dilema Ekonomi Desa: Suatu Pendekatan Ekonomi Terhadap Perubahan Kelembagaan di Asia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Hilman Hadikusuma. (1992). Pengantar Ilmu Hukum Adat Indonesia. Bandung: Mandar Maju.

101 I Gede A.B Wiranata. (2003). Hukum Adat Indonesia Perkembangannya dari Masa ke Masa. Bandung: Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan Nasional (Edisi Keempat). (2008). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Koentjaraningrat. (2009). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta Lexy J. Moleong. (2009). Metode Penelitian Kualtitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Margono, S. (2007). Metodologi Penelitian Pendidikan: Komponen MKDK. Jakarta: Rineka Cipta. Munandar Soelaeman. (1992). Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. OK. Chairudin. (1993). Sosiologi Hukum. Jakarta: Sinar Grafika. Paul Johnson, Doyle. (1986). Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta: PT Gramedia. Phil. Astrid S. Susanto. (1999). Pengatar Sosiologi dan Perubahan Sosial. Jakarta: Raja Garindo Press. P.J. Bouman. (1980). Ilmu Masyarakat Umum: Pengantar Sosiologi. Jakarta: PT. Pembangunan. Sanapiah Faisal. (2001). Format-format Penelitian Sosial. Jakarta: Raja Graindo Press. Selo Soemardjan. (1993). Masyarakat dan Manusia dalam Pembangunan (Pokokpokok Pikiran Selo Soemardjan). Jakarta: Pusakata Sinar Harapan. Sinaga, Dannerius dkk. (1988). Sosiologi dan Antropologi. Palembang: PT Intan Pariwara. Soekartawi. (1986). Pembangunan Pertanian. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Soepomo. (1989). Kedudukan Hukum Adat di Kemudian Hari. Jakarta: Pustaka Rakyat.. (1997). Sistem Hukum di Indonesia Sebelum Perang Dunia II. Jakarta: Pradnjaparamita.

102 Soerjono Soekanto. (2006). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Pers.. (2011). Pokok-pokok Sosiologi Hukum. Jakarta: Rajawali Soleman B. Taneko. (1984). Struktur dan Proses Sosial Suatu Pengantar Sosiologi Pembangunan. Jakarta: Rajawali. Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta. Suharsimi Arikunto. (2006). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Wahyudi Panjta Sunjata. (1997). Kupatan Jalasutera Tradisi, Makna dan Simboliknya. Yogyakarta: Depdikbud. Internet http://paskomnas.com/id/berita/biaya-panen-murah-produksi meningkat.php/ (diakses pada tanggal 03 September 2012 pukul 20.30 WIB). http://www.suaramerdeka.com/harian/0704/02/kedu05.htm/ (diakses pada tanggal 06 September 2012 pukul 13.40 WIB).