DAFTAR ISI SAMPUL DALAM PERSETUJUAN PEMBIMBING PENETAPAN PANITIA PENGUJI PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ABSTRAK ABSTRACT RINGKASAN SUMMARY KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR SINGKATAN DAFTAR LAMPIRAN Halaman i ii iii iv v vi vii ix xi xii xiv xv xvi xvii BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Rumusan Masalah 4 1.3 Tujuan Penelitian 4 1.4 Manfaat Penelitian 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 2.1 Definisi Kematian dan Tenggelam 6 2.2 Patofisiologi Tenggelam 7 2.3 Diagnosis Tenggelam 9 2.3.1 Temuan Makroskopis pada Korban Tenggelam 9 2.3.2 Pemeriksaan Khusus pada Korban Tenggelam 11 2.4 Tes Diatom dalam Penentuan Penyebab Kematian Tenggelam 14 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 17 3.1 Kerangka Berpikir 17
3.2 Kerangka Konsep 19 3.3 Hipotesis Penelitian 20 BAB IV METODE PENELITIAN 21 4.1 Jenis Rancangan Penelitian 21 4.2 Subyek Penelitian 21 4.3 Besar Sampel 21 4.4 Variabel Penelitian 22 4.5 Bahan Penelitian 23 4.6 Instrumen Penelitian 23 4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian 24 4.8 Prosedur Penelitian 24 4.9 Cara Pengolahan dan Analisis Data 30 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pemeriksaan Luar pada Tikus yang Mati Sebelum Tenggelam dan Tikus yang Mati Karena Tenggelam... 31 5.2 Pemeriksaan Dalam pada Tikus yang Mati Sebelum Tenggelam dan Tikus yang Mati Karena Tenggelam... 34 5.4 Pemeriksaan Getah Paru pada Tikus yang Mati Sebelum Tenggelam dan Tikus yang Mati Karena Tenggelam... 35 5.5 Pemeriksaan Diatom pada Tikus yang Mati Sebelum Tenggelam dan Tikus yang Mati karena Tenggelam... 37 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan 40 6.2 Saran 41 DAFTAR PUSTAKA 42 LAMPIRAN 44 Lampiran 1 45 Lampiran 2 46 Lampiran 3 47 Lampiran 4 52
ABSTRAK PERBEDAAN KARAKTERISTIK TEMUAN PADA PEMERIKSAAN LUAR, PEMERIKSAAN DALAM, DAN PEMERIKSAAN DIATOM ANTARA TIKUS YANG MATI SEBELUM TENGGELAM DENGAN TIKUS YANG MATI KARENA TENGGELAM Pembuktian tenggelam sebagai penyebab kematian menjadi salah satu masalah yang sulit dipecahkan dalam kedokteran forensik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan temuan pemeriksaan luar, pemeriksaan dalam, dan pemeriksaan diatom antara tikus yang mati karena tenggelam dengan tikus yang mati sebelum ditenggelamkan serta membandingkan hasil pemeriksaan tes getah paru dengan pemeriksaan diatom. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian eksperimental dengan menggunakan 10 tikus putih (Rattus norvegicus) sebagai sampel yang dibagi ke dalam dua kelompok terdiri dari kelompok yang dimasukkan ke dalam air dalam keadaan mati dan kelompok yang dimasukkan ke dalam air dalam keadaan hidup. Kemudian dilakukan pemeriksaan luar, pemeriksaan dalam, pemeriksaan getah paru, dan pemeriksaan diatom terhadap kedua kelompok sampel. Dari pemeriksaan luar didapatkan nilai p=0,008 pada sianosis; 0,048 pada busa di hidung dan mulut; 0,048 pada bintik perdarahan. Dari pemeriksaan dalam didapatkan nilai p=0,524 pada busa di jalan nafas dan 1,00 pada bercak paltauf. Hasil pemeriksaan getah paru menunjukan nilai p=1,00. Demikian pula pemeriksaan diatom dengan destruksi paru menunjukkan hasil yang konstan, namun pemeriksaan diatom dengan destruksi ginjal menunjukkan nilai p=0,048. Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan secara statistik antara kedua kelompok pada pemeriksaan luar dan pemeriksaan diatom dengan destruksi ginjal, sedangkan pemeriksaan dalam, pemeriksaan getah paru, dan pemeriksaan diatom dengan destruksi paru tidak menunjukkan adanya perbedaan antara kedua kelompok. Diharapkan penelitian ini dapat dilakukan pada manusia dan pemeriksaan diatom dapat dilakukan pada kasus tenggelam di RSUP Sanglah. Kata kunci: pemeriksaan diatom, tikus tenggelam, temuan tenggelam
ABSTRACT DIFFERENCES IN THE CHARACTERISTICS OF EXTERNAL EXAMINATION, AUTOPSY, AND DIATOM TEST FINDINGS BETWEEN DEAD RATS WHICH ARE DRAWN WITH DROWNING RATS The authentication of drowning as a cause of death is become one of most difficult to be solved problems in forensic medicine. This study aimed to know if there were differences in the characteristics of external examination, autopsy, and diatom test findings between dead rats which are drawn with drowning rats and to compare the lung sap examination results and diatom test results. Study design that were conduct was experimental study design, in which using 10 rats (Rattus norvegicus) as sample that were divided into two groups. The first group consists of rats that are drawn in death condition while the second group consists of rats that are drawn in alive condition. After that, external examination, autopsy, lung sap examination, and diatom test were done. From external examination were obtained p value=0,008 on cyanosis; 0,048 on white froth on mouth and nose; 0,048 on petechie. From autopsy were obtained p value=0,524 on airway and 1,00 on paltauf spots. Lung sap examination result showed p value=1,00. As well as diatom test by lung destruction were obtained a constant value, while the diatom test by kidney destruction were obtained p value=0,048. It can be concluded that there were differences statistically between the two groups on external examination and diatom test by kidney destruction, while the autopsy, lung sap examination, and diatom test by lung destruction didn t show any differences between the two groups. Hopefully this study can be done on human and the diatom test can be done on drowning suspects in Sanglah Hospital. Keywords: Diatom test, drowning rats, drowning finding
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan data WHO di tahun 2012, tenggelam (drowning) menjadi salah satu dari 10 penyebab kematian pada kelompok umur 1-24 tahun di dunia, di mana kasus terbanyak ditemukan pada kelompok umur 5-14 tahun. WHO Global report on drowning: preventing a leading killer, yang dipublikasikan pada tahun 2014 menggarisbawahi sekitar 372.000 orang di dunia tenggelam setiap tahunnya. Jika dilihat dari jenis kelamin, prevalensi tenggelam lebih banyak dialami oleh laki-laki dibandingkan perempuan (WHO, 2014). Sebuah penelitian di Swedia menunjukkan bahwa dari 2166 korban tenggelam yang diotopsi dalam periode tahun 2002 hingga 2010 yang mana kebanyakan (72%) berjenis kelamin laki-laki, sebanyak 55% merupakan kasus kecelakaan, 28% bunuh diri, 0,5% pembunuhan, dan 16% penyebabnya masih belum jelas. (Claesson A dkk, 2013). Yang menjadi salah satu tantangan bagi kedokteran forensik adalah mengungkap penyebab kematian korban dalam kasus tenggelam, apakah korban meninggal sebelum tubuhnya masuk ke dalam air atau meninggal karena masuk ke dalam air (tenggelam). Tubuh korban mungkin ditemukan terbenam baik di air tawar maupun asin, tetapi pembuktian bahwa kematiannya disebabkan karena tenggelam menjadi salah satu masalah yang sulit dipecahkan dalam kedokteran forensik (Piette dan Letter, 2006). Hal ini disebabkan karena tidak adanya tanda patognomonis yang khas. Diagnosis tenggelam menjadi salah satu diagnosis tersulit dalam patologi forensik terutama jika tanda-tanda post mortem tidak ditemukan lagi pada yang sudah membusuk (Jakhar P, 2013). 1
2 Penentuan sebab kematian karena tenggelam tidak dapat ditegakkan hanya dari hasil otopsi saja. Terdapat banyak faktor ambigu yang mengaburkan dari hasil temuan otopsi sehingga diperlukan tes lainnya untuk mendukung diagnosis apakah korban yang ditemukan di dalam air tersebut memang meninggal karena tenggelam atau ada penyebab lain. Tes-tes tersebut antara lain tes getah paru dan tes diatom yang memang telah diterapkan dalam kedokteran forensik untuk mendiagnosis kematian karena tenggelam. Saat ini di dunia, tes diatom dijadikan sebagai baku emas untuk pemeriksaan terhadap kasus-kasus yang diduga tenggelam (Vinayak, 2013). Akan tetapi, penelitian yang dilakukan oleh Yuniaryaningsih (2012) menunjukkan bahwa hingga saat ini pemeriksaan mikroskopik getah paru masih menjadi baku emas penentuan kejadian tenggelam di RSUP Sanglah (Yuniaryaningsih, 2012). Sementara faktanya pemeriksaan diatom belum pernah dilakukan terhadap kasus-kasus tenggelam di RSUP Sanglah. Meskipun dinilai memiliki akurasi yang paling tinggi di antara pemeriksaan-pemeriksaan lainnya, pemeriksaan diatom masih menimbulkan berbagai kritik dan kontroversi. Ancaman kontaminasi dapat dianggap sebagai alasan rata-rata untuk mengkritik metode analisis diatom (Van Beeck, 2005). Dalam beberapa penelitian yang disebutkan oleh Wilianto (2012), diatom ditemukan pada organ paru-paru dan organ lain dari jenazah yang mati bukan karena tenggelam misalnya penelitian oleh Pachar dan Cameron yang menunjukkan bahwa terdapat diatom sebanyak 5-25 dalam 100 gr organ paru dan 10 dalam 100 gr organ tertutup. Disebutkan pula oleh Wilianto (2012) hal serupa juga disampaikan oleh Foged yang menemukan hingga 54 diatom pada hati, 51 pada ginjal, dan 17 diatom pada sumsum tulang. Hal lain yang juga menjadi kritik dari
3 pemeriksaan diatom adalah diatom tidak selalu ditemukan pada jenazah yang meninggal karena tenggelam. Hasil false negatif ini ditunjukan oleh Rota dalam penelitiannya yang disebutkan oleh Wilianto (2012) di mana dari 48 jenazah yang mati karena tenggelam, sebanyak 24% tidak ditemukan adanya diatom baik pada paru-paru maupun organ-organ tertutup lainnya. Oleh sebab itu, meskipun pemeriksaan diatom menunjukkan hasil negatif pada kasus diduga mati tenggelam, kemungkinan tenggelam sebagai penyebab kematian tidak semestinya disingkirkan begitu saja (Wilianto, 2012). Berdasarkan uraian di atas, penulis mencoba melakukan penelitian menggunakan tikus sebagai model percobaan untuk melihat perbedaan karakteristik antara tikus yang mati sebelum ditenggelamkan dan tikus yang mati karena ditenggelamkan. Pemilihan tikus sebagai model percobaan dalam penelitian ini mempertimbangkan beberapa hal. Pertama, penelitian ini menggunakan rancangan penelitian eksperimental di mana syarat dari desain penelitian ini sampel harus diberi perlakuan, dalam hal ini sampel akan diberi perlakuan berupa ditenggelamkan sehingga penggunaan sampel jenazah manusia sangatlah tidak etis. Kedua, penggunaan jaringan dari rumah potong, kultur sel, maupun hewan dari ordo yang lebih rendah dirasa tidak mungkin mengingat penelitian ini melibatkan fungsi fisiologis sistem pernapasan secara keseluruhan. Pemilihan tikus dilakukan karena secara fisiologis sistem pernapasan tikus tidak jauh berbeda dengan sistem pernapasan manusia meskipun secara struktural terdapat beberapa perbedaan seperti pola aliran mukus dan udara akibat perbedaan lintasan nasal, pola cabang bronkus, dan pola percabangan alveolar duct (McClellan, 1995).
4 1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah terdapat perbedaan karakteristik temuan dari pemeriksaan luar antara tikus yang mati karena tenggelam di air tawar dengan tikus yang mati sebelum ditenggelamkan? 2. Apakah terdapat perbedaan karakteristik temuan dari pemeriksaan dalam antara tikus yang mati karena tenggelam di air tawar dengan tikus yang mati sebelum ditenggelamkan? 3. Apakah terdapat perbedaan hasil pemeriksaan getah paru antara tikus yang mati karena tenggelam di air tawar dengan tikus yang mati sebelum ditenggelamkan? 4. Apakah terdapat perbedaan hasil pemeriksaan diatom menggunakan tes destruksi antara tikus yang mati karena tenggelam di air tawar dengan tikus yang mati sebelum ditenggelamkan? 5. Apakah terdapat perbedaan antara hasil pemeriksaan getah paru dengan pemeriksaan diatom menggunakan tes destruksi paru? 1.3 Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan temuan pemeriksaan luar, pemeriksaan dalam, dan pemeriksaan diatom antara tikus yang mati karena tenggelam di air tawar dengan tikus yang mati sebelum ditenggelamkan serta membandingkan hasil pemeriksaan tes getah paru dengan pemeriksaan diatom menggunakan tes destruksi.
5 1.4 Manfaat 1.4.1 Manfaat Teoritis Penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai perbedaan karakteristik temuan pemeriksaan luar, pemeriksaan dalam, dan pemeriksaan diatom antara tikus yang mati karena tenggelam di air tawar dengan tikus yang mati sebelum ditenggelamkan serta membandingkan hasil pemeriksaan tes getah paru dengan pemeriksaan diatom menggunakan tes destruksi. 1.4.2 Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar penelitian selanjutnya pada hewan yang tingkatannya lebih tinggi.