BAB I PENDAHULUAN 1.1 Analisis Lingkungan Eksternal Terigu adalah salah satu bahan pangan yang banyak dibutuhkan oleh konsumen rumah tangga dan industri makanan di Indonesia. Tepung terigu banyak digunakan sebagai bahan dasar berbagai macam produk olahan seperti mie, roti, kue, bakso, dan berbagai aneka produk makanan kecil. Industri makanan berbahan baku terigu berkembang sangat pesat di Indonesia, hal ini menyebabkan meningkatnya permintaan produk terigu dari tahun ke tahun. Terigu merupakan produk pangan yang bisa dikatakan memenuhi hajat hidup orang banyak. Oleh karena itu, tepung terigu menjadi komoditas yang sangat penting bagi masyarakat Indonesia. Tabel 1.1 Konsumsi Rata-rata per Kapita Setahun Beberapa Bahan Makanan di Indonesia, 2007-2011 (Kg) Komoditi 2007 2008 2009 2010 2011 Beras 90,468 93,44 91,302 90,155 89,477 Beras Ketan 0,261 0,261 0,209 0,209 0,261 Tepung Beras 0,469 0,365 0,313 0,365 0,365 Tepung terigu 1,877 1,408 1,251 1,304 1,46 Ketela Pohon 6,987 7,665 5,527 5,058 5,788 Gaplek 0,261 0,261 0,052 0,052 0,104 Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional, 2007 2011 Tabel 1.1 menunjukkan data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional, pada tahun 2011 didapatkan data bahwa konsumsi rata-rata per kapita setahun untuk komoditas tepung terigu mencapai sebesar 1,46 Kg. Jika dikalikan dengan jumlah penduduk Indonesia sebesar 237 juta jiwa maka akan menghasilkan jumlah yang cukup besar. Hal ini didukung dengan data jumlah import tepung terigu yang dilakukan oleh Indonesia. Pada tahun 2011 jumlah impor tepung terigu mencapai 1
680,12 ribu ton yang menghabiskan devisa negara sebesar 281,757,606 US$ (Kemenperin, 2012). 775,53 580,89 530,91 645,01 680,12 2007 2008 2009 2010 2011. Gambar 1.1. Data Import Terigu (Ribu Ton) (Kemenperin, 2012) Kondisi ini jika terus menerus terjadi akan menimbulkan beberapa masalah. Ketergantungan masyarakat Indonesia pada terigu telah menimbulkan masalah dalam sistem ketahanan pangan di Indonesia. Hal ini disebabkan karena tanaman gandum, bahan dasar tepung terigu merupakan tanaman sub-tropis sehingga tanaman ini kurang optimal pertumbuhannya di Indonesia yang beriklim tropis. Hal ini menyebabkan seluruh kebutuhan tepung terigu di Indonesia didapatkan dari impor. Impor gandum atau terigu mengalami kenaikan yang signifikan dari tahun ke tahun seiring dengan meningkatnya konsumsi tepung terigu dalam negeri. Oleh karena itu, program diversifikasi pertanian dan usaha penganekaragaman bahan pangan yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia 2
untuk menekan ketergantungan masyarakat terhadap terigu perlu mendapatkan perhatian yang serius. Ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dan strategis, mengingat pangan merupakan kebutuhan dasar manusia. Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama, karena itu pemenuhannya menjadi hak asasi setiap individu. Pada KTT Pangan Sedunia Tahun 1996 di Roma para pemimpin Negara dan pemerintah telah mengikrarkan kemauan politik dan komitmennya untuk mencapai ketahanan pangan dan melanjutkan upaya penghapusan kelaparan. Pemerintah juga mulai gencar melakukan program ketahanan pangan ini melalui Kementrian Pertanian dan Badan Ketahanan Pangan. Program yang dilakukan adalah program peningkatan diversifikasi dan ketahanan pangan masyarakat tahun 2012. Sejauh ini pemanfaatan pangan lokal hanya sampai pada tahapan menjadi bahan dasar berbentuk tepung-tepungan untuk kudapan. Kedepannya diharapkan dapat mensubstitusi atau mengganti beras dan terigu, melalui teknologi pengolahan pangan dapat dikembangkan (Kementrian, 2012). Ketergantungan bangsa kita terhadap komoditas tepung terigu impor yang sangat tinggi ini merupakan masalah yang perlu segera dicarikan solusi. Upaya untuk meningkatkan ketahanan pangan adalah masalah kita bersama. Salah satu upaya untuk membangun ketahanan pangan adalah dengan mengembangkan bahan-bahan substitusi yang mampu mengurangi ketergantungan terigu impor. Indonesia merupakan negara kepulauan yang dikenal memiliki berbagai macam keanekaragaman hayati. Salah satu tumbuhan yang ada di Indonesia 3
adalah tanaman pangan yaitu yang berupa padi, jagung, kedelai, ubi kayu (singkong) dan ubi jalar. Pada Gambar 1.2 menunjukkan produksi berbagai macam bahan pangan yang ada di Indonesia. 131,51 35,29 48,09 1,7 4,39 Padi Jagung Kedelai Ubi Kayu Ubi Jalar Gambar 1.2. Produksi Bahan Pangan di Indonesia (Juta Ton) (BPS, 2012) Dari berbagai bahan pangan yang ada yang bisa dijadikan alternatif solusi adalah ubi kayu. Hal ini karena produk bahan pangan ini merupakan kedua terbanyak setelah padi. Padi merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian penduduk Indonesia dan jumlah yang ada masih mengalami kekurangan. Oleh karena itu ubi kayu menjadi alternatif terbaik yang bisa digunakan mengingat juga bahan pangan ini juga belum begitu dimanfaatkan secara maksimal. Singkong atau ubikayu (Manihot esculenta crantz) merupakan salah satu sumber karbohidrat lokal yang banyak terdapat di Indonesia yang menduduki urutan kedua terbesar setelah padi. Tanaman ini merupakan bahan baku yang paling potensial untuk diolah menjadi tepung. Tanaman palawija ini telah dikenal dan dibudidayakan secara luas di hampir seluruh wilayah Indonesia. Selama lima 4
tahun terakhir, produksi singkong Indonesia terus meningkat secara konsisten. Pada tahun 2011, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) produksi singkong nasional mencapai 48,09 juta ton. Ubi Kayu berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai penyangga ketahanan pangan. Saat ini ubi kayu dianggap pangan inferior karena penampilan penyajiannya kurang menarik, kurang luwes untuk diolah menjadi makanan siap saji dengan cepat, selain itu ubi kayu cepat rusak. Salah satu cara pengawetannya ialah dengan pengeringan. Pembuatan tepung dari ubi kayu kering selain merupakan usaha pengawetan, juga sekaligus lebih ringkas, lebih mudah diangkut dan lebih luwes untuk diolah (Haryadi, 2011). Tepung mocaf adalah salah satu tepung olahan yang berasal dari ubi kayu. Mocaf (modified cassava flour), adalah produk tepung dari ubi kayu/singkong yang diproses menggunakan prinsip memodifikasi sel ubi kayu dengan cara fermentasi. Mikroba yang tumbuh menyebabkan perubahan karakteristik pada tepung yang dihasilkan, yaitu berupa naiknya viskositas, kemampuan gelasi, daya rehidrasi, dan kemudahan melarut. Mikroba juga menghasilkan asam-asam organik, terutama asam laktat yang akan terimbibisi dalam tepung, dan ketika tepung tersebut diolah akan dapat menghasilkan aroma dan citra rasa khas, yang dapat menutupi aroma dan citra rasa ubi kayu yang cenderung tidak menyenangkan konsumen (BKPPP Bantul, 2010). Tepung mocaf memiliki prospek pengembangan yang bagus untuk dikembangkan di Indonesia, pertama dilihat dari ketersediaan ubi kayu yang berlimpah sehingga kemungkinan kelangkaan produk dapat dihindari karena tidak 5
tergantung dari impor seperti gandum. Kedua yaitu harga harga tepung mocaf relatif lebih murah dibanding dengan harga tepung terigu maupun tepung beras, sehingga biaya pembuatan produk dapat lebih rendah. Harga mocaf di pasaran Rp.6.000,00/kg sedangkan terigu Rp. 9.000,00 /kg dan yang ketiga adalah pasar lokalnya sangat prospektif karena begitu banyak industri makanan yang menggunakan bahan baku tepung. Dengan demikian lahirnya teknologi produksi tepung mocaf akan bermanfaat bagi industri pengolahan makanan nasional sebagai diversifikasi pangan berbahan lokal, selain itu diharapkan membuka peluang bisnis besar yang bisa meningkatkan ekonomi lokal. 1.2 Analisis Lingkungan Internal Lingkungan internal perusahaan menitikberatkan kepada faktor-faktor dari internal perusahaan yang memiliki pengaruh terhadap bisnis yang di jalankan. Lingkungan internal fokus kepada kekuatan yang dimiliki perusahaan secara internal, serta kelemahannya. Bisnis kue yang akan didirikan penulis berupa produksi dan penjualan kue yang bahan baku berasal dari mocaf yang akan diberi nama Mocaffe. Dengan menggunakan bahan baku dari mocaf akan membuat keunggulan bersaing dari produk ini seperti produk yang masih baru menggingat tepung mocaf belum begitu banyak digunakan. Harga produksi yang digunakan juga dapat lebih murah serta kondisi bahan yang tidak terlalu bergantung pada import karena produk tepung mocaf berasal dari hasil produksi dalam negeri. 6
Manfaat yang ditawarkan oleh produk dari Mocaffe adalah kue yang dibuat dari mocaf yang lebih sehat dibandingkan dengan kue lainnya. Kue yang ditawarkan memiliki kandungan serat dua kali dari kue yang berasal dari terigu, dan aman untuk penderita autis. Makanan merupakan produk yang gampang masuk disemua kalangan. Sehingga target konsumen dari produk ini adalah dari berasal semua kalangan. Status kepemilikan perusahaan ini adalah bersifat perusahaan bersama dengan status hukum dalam persekutuan komanditer (CV) yang melibatkan sekutu aktif dan sekutu pasif. Sekutu aktif berperan dalam menjalankan usaha sehari-hari sedangkan sekutu pasif lebih berperan dalam kesertaan modal. Dalam segi lokasi, usaha ini nantinya akan didirikan di daerah Yogyakarta. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan analisis lingkungan eksternal dan internal diatas, bisnis kue dari mocaf memiliki peluang untuk dikembangkan di Yogyakarta. Tingginya kebutuhan terigu di Indonesia sebagai bakan baku dalam berbagai produk kue sedangkan geografis Indonesia yang tidak cocok untuk tanaman gandum dapat menjadi peluang bagi usaha pembuatan kue dengan menggunakan bahan baku mocaf sebagai alternatif pengganti tepung terigu. Sejauh ini pemanfaatan bahan pangan lokal belum begitu dilakukan secara maksimal. Ubi kayu dianggap pangan inferior karena penampilan penyajiannya kurang menarik, kurang luwes untuk diolah menjadi makanan siap saji dengan cepat, selain itu ubi kayu memiliki sifat cepat rusak. 7
Selain itu, adanya dukungan pemerintah melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal ikut membuat Mocaffe ambil bagian dalam menyukseskan kebijakan ini. Dari permasalahan tersebut memunculkan ide untuk dilakukan penelitian rencana bisnis dalam pembuatan kue menggunakan bahan baku tepung mocaf. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian dari rencana bisnis ini adalah untuk membuat sebuah rencana bisnis mocaf dimana dapat mengetahui peluang, hambatan serta aspek lainnya yang ada di bisnis ini yang berpengaruh atas kelayakan bisnis terkait pembuatan kue berbahan baku tepung mocaf. 1.5 Manfaat Bagi entrepreneur Manfaat rencana bisnis ini bagi pihak entrepreneur adalah dapat menjadi acuan dalam menjalankan dan mengembangkan bisnis kue dari mocaf. Bagi Mitra Manfaat rencana bisnis ini bagi pihak mitra adalah untuk dapat mengetahui peluang dan hambatan apa saja yang ada di bisnis ini yang berpengaruh atas kelayakan bisnis. 8