III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun PT NTF (Nusantara Tropical Farm) Way

dokumen-dokumen yang mirip
III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Tanaman Industri dan Penyegar

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Oktober 2011 sampai Maret 2012 di Rumah Kaca

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan Kebun

III. BAHAN DAN METODE. Jurusan Agroteknologi, Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan mulai

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Penyakit Tumbuhan, Bidang

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan di halaman

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian,

III. BAHAN DAN METODE. Sampel tanah diambil dari daerah di sekitar risosfer tanaman nanas di PT. Great

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi

III. METODE PENELITIAN. Persiapan alat dan bahan yang akan digunakan. Pembuatan media PDA (Potato Dextrose Agar)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Jurusan Biologi, Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Fakultas Matematika dan Ilmu

BAHAN DAN METODE. Kasa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Penyakit Tanaman Fakultas

Fusarium sp. ENDOFIT NON PATOGENIK

III. METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian

I. METODE PENELITIAN. Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari Juni 2011 sampai Januari 2012.

III. BAHAN DAN METODE. Tanaman, serta Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas

BAHAN DAN METODE. Pengambilan sampel tanaman nanas dilakukan di lahan perkebunan PT. Great

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tanaman dan Laboratorium

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Tabel 1 Kombinasi perlakuan yang dilakukan di lapangan

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat + 25

II. MATERI DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian Laboratorium dilaksanakan di Laboratorium Agroteknologi,

BAB III METODE PENELITIAN. eksplorasi dengan cara menggunakan isolasi jamur endofit dari akar kentang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian telah dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian

III. METODE PENELITIAN. Penelitan ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Tumbuhan dan Penyakit

III. BAHAN DAN METODE. Pengambilan sampel buah kopi penelitian dilakukan pada perkebunan kopi rakyat

III. METODE PENELITIAN. dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung dari bulan Januari sampai

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

Faktor kedua adalah dosis Dregs (D) yang terdiri dari 4 taraf yaitu: DO = Tanpa pemberian dregs DI = 10 g dregs /kg gambut D2 = 20 g dregs /kg gambut

BAHAN DAN METODE. Pembiakan P. fluorescens dari Kultur Penyimpanan

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Tumbuhan Jurusan

III. BAHAN DAN METODE A.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Desember 2014.

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Agrobioteknologi, Laboratorium

No Nama Alat Merk/Tipe Kegunaan Tempat 1. Beaker glass Pyrex Tempat membuat media PDA

BAB III BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan dari 2 Juni dan 20 Juni 2014, di Balai Laboraturium

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Oktober 2014 di

III. BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyediaan Isolat Fusarium sp. dan Bakteri Aktivator

III. BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE. Bahan

bio.unsoed.ac.id MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1. Bahan Penelitian

Lampiran 1. Lokasi pengambilan sampel tanah diperakaran Cabai merah (Capsicum annum) di Desa Kebanggan, Sumbang, Banyumas

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Penelitian Metode Penelitian Isolasi dan Identifikasi Cendawan Patogen

III. BAHAN DAN METODE. Pelaksanaan vermicomposting dilakukan di rumah plastik FP Unila. Perhitungan

III. MATERI DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyiapan tanaman uji

BAB 4. METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga Surabaya dan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Peremajaan Aktinomiset dari Kultur Penyimpanan Perbanyakan Sclerotium rolfsii dari Kultur Penyimpanan

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pangan dan Hortikultura Sidoarjo dan Laboratorium Mikrobiologi, Depertemen

IV. KULTIVASI MIKROBA

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

I. PENDAHULUAN. Tanaman pisang menghasilkan salah satu komoditas unggulan di Indonesia yaitu

III. BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Percobaan akan dilaksanakan di Laboratorium Nematologi dan Rumah Kaca Jurusan Hama

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Februari 2014.

BAB II METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Keterangan : Yijk = H + tti + Pj + (ap)ij + Sijk. Sijk

III. BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Maret 2014 di Laboratorium

BAB III METODE PERCOBAAN. Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor perlakuan, yaitu perlakuan jenis

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan berdasarkan metode Experimental dengan meneliti

III. METODE PENELITIAN. Suka Jaya, Kecamatan Sumber Jaya, Kabupaten Lampung Barat. Identifikasi

PENGUJIAN DAYA MORTALITAS FUNGISIDA PADA ARSIP KERTAS

LAMPIRAN. Lampiran 1. Alur Kerja Isolasi Bakteri Endofit dari Batang dan Akar Tanaman Dara metode Radu & Kqueen (2002) yang dimodifikasi

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis percobaan pada penelitian ini adalah penelitian eksperimental,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai bulan November 2009, di

Gambar 1 Tanaman uji hasil meriklon (A) anggrek Phalaenopsis, (B) bunga Phalaenopsis yang berwarna putih

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian dilakukan adalah eksperimen. Termasuk penelitian

LAPORAN PENGUJIAN EFEKTIFITAS FUNGISIDA PADA JAMUR YANG MERUSAK ARSIP KERTAS

Gambar 3. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq)

BAHAN DAN METODE Tempat dan waktu penelitian Bahan dan Alat Isolasi dan Uji Reaksi Hipersensitif Bakteri Penghasil Siderofor

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Pra-pengamatan atau survei

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian

MATERI DAN METODE. Mikrobiologi (PEM) Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri

Transkripsi:

31 III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kebun PT NTF (Nusantara Tropical Farm) Way Jepara, Lampung Timur dan Laboratorium Penyakit Tumbuhan, Bidang Proteksi Tanaman UNILA dari November 2012 sampai Juni 2013. B. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain cawan petri, tabung reaksi, labu erlenmeyer, mikroskop, gelas ukur, bor gabus, jarum ose, nampan plastik, alumunium foil, plastik penutup, plastik tahan panas, cutter, gelas preparat, gelas penutup, dan spidol permanen. Bahan yang digunakan antara lain ialah bahan tanaman (tanaman pisang Cavendish klon CJ30, umur 2 minggu dan dua bulan yang diproduksi oleh PT NTF), biakan Fusarium oxysporum f.sp. ras 4 (TR4), sampel tanah, bahan organik (kulit singkong, jerami padi, kompos), alkohol 70% dan 90%, media kultur jamur (PDA-L dan PDA-RSC). C. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap pertama skrining Trichoderma spp. dan tahap kedua uji efikasi Trichoderma spp. terhadap penekanan perkembangan penyakit layu fusarium. Skrining Trichoderma spp.

32 dilakukan terhadap tanah di sekitar rizosfer tanaman pisang sehat yaitu sebanyak lima tanaman. Uji efikasi Trichoderma spp. terhadap penekanan perkembangan penyakit layu fusarium disusun dalam rancangan acak kelompok lengkap dengan 12 perlakuan dan empat ulangan, setiap ulangan terdiri atas 10 tanaman. Perlakuan: (1) F 0 T 0 O 0 = bibit pisang tanpa inokulasi Foc dan Trichoderma (2) FT 0 O 0 = bibit pisang diinokulasi Foc, tanpa Trichoderma, tanpa bahan organik (3) FT 1 O 0 = bibit pisang diinokulasi Foc + Trichoderma di pembibitan (4) FT 0 O 1 = bibit pisang diinokulasi Foc + jerami padi (5) FT 0 O 2 = bibit pisang diinokulasi Foc + kulit singkong (6) FT 0 O 3 = bibit pisang diinokulasi Foc + kompos (7) FT 1 O 1 = bibit pisang diinokulasi Trichoderma di pembibitan + jerami padi + Foc (8) FT 1 O 2 = bibit pisang diinokulasi Trichoderma di pembibitan + kulit singkong + Foc (9) FT 1 O 3 = bibit pisang diinokulasi Trichoderma di pembibitan + kompos + Foc (10) FT 2 O 1 = bibit pisang diinokulasi Trichoderma di media tanah + jerami padi + Foc (11) FT 2 O 2 = bibit pisang diinokulasi Trichoderma di media tanah + kulit singkong + Foc (12) FT 2 O 3 = bibit pisang diinokulasi Trichoderma di media tanah + kompos + Foc

33 D. Pelaksanaan Penelitian 1. Skrining Trichoderma spp. a. Isolasi Trichoderma spp. dari Tanah Kebun Pisang Tanah diambil dari rizosfer tanaman pisang yang tidak bergejala layu fusarium di sekeliling tanaman pisang yang bergejala layu fusarium di kebun pisang PT NTF Way Jepara, Lampung Timur. Pengambilan sampel tanah dilakukan pada tiga tanaman pisang, masing-masing diambil 1 kg tanah yaitu pada empat titik yang berjarak 20 cm dari bonggol tanaman pisang sebanyak 250 g tanah, lalu dimasukkan ke dalam plastik dan diaduk. Di laboratorium, Trichoderma spp. diisolasi dengan teknik pengenceran (dilution plate technique) menurut Johnson & Curl (1972). Masing-masing sampel tanah diambil sebanyak 10 g tanah dan dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer, diaduk dengan 90 ml akuades steril selama 30 menit. Dengan menggunakan mikropipet, sebanyak 1 ml suspensi tanah tersebut dimasukkan ke dalam labu lain yang berisi 99 ml akuades steril untuk mendapatkan pengenceran 10-3. Dengan cara serupa dibuat suspensi sampai pengenceran 10-5. Dari kedua suspensi tersebut akan diambil 0,25 ml dengan mikropipet untuk dituang dan disebaratakan pada permukaan media PDA-R yang diberi rosebengal 40 ppm dalam cawan petri. Pengamatan dilakukan 3-5 hari setelah infestasi ke media. Isolat Trichoderma spp. yang ditemukan kemudian ditransfer ke media PDA-L dan dimurnikan dengan teknik ujung hifa (hyphal tips) (Agrios, 2005).

34 b. Identifikasi Trichoderma spp. Hasil isolasi jamur yang berupa biakan murni diidentifikasi berdasarkan morfologi mikroskopisnya. Identifikasi sampai ke tingkat spesies dilakukan menurut Rifai (1969) dalam Domsch et al. (1993). Identifikasi dilakukan dengan memperhatikan bentuk miselium, konidiospor, filiad dan konidia dari Trichoderma spp. di bawah mikroskop. c. Penyiapan Biakan F. oxysporum f.sp. cubense (Foc) F. oxysporum diisolasi dari potongan bonggol dan batang tanaman pisang yang menunjukkan gejala layu fusarium di perkebunan PT NTF Way Jepara, Lampung Timur. Isolasi dilakukan dengan cara memotong jaringan tanaman di antara yang sakit dan sehat dengan ukuran kira-kira 0,5 x 0,5 cm atau lebih kecil, lalu potongan tersebut dicelupkan dalam larutan NaOCl 0,525 % selama 1-2 menit dan dibilas dengan aquades steril. Dengan menggunakan pinset yang sudah disterilkan, potongan-potongan tersebut ditiriskan dengan cara meletakkannya di atas kertas tissu steril. Potongan-potongan jaringan tanaman diletakkan ke dalam satu cawan petri yang telah berisi media PDA-L. Pengamatan dilakukan 3-5 hari setelah infestasi. Isolat Foc yang ditemukan kemudian ditransfer ke media PDA-L dan dimurnikan dengan teknik ujung hifa (hyphal tips) (Agrios, 2005). Hasil isolasi Foc di media PDA-L kemudian dilakukan pengujian terhadap sifat patogeniknya, yaitu dengan melakukan langkah-langkah postulat Koch. Isolat Foc diisolasi lalu kemudian direinokulasikan pada tanaman pisang ambon kuning.

35 Setelah muncul gejala layu fusarium, patogen direisolasi dari jaringan tanaman sakit (Agrios, 2005). d. Seleksi Trichoderma spp. melalui Uji Antagonisme Biakan Trichoderma spp. yang diperoleh kemudian diseleksi berdasarkan uji daya antagonismenya terhadap Foc. Uji antagonisme dilakukan dengan metode kultur ganda yaitu pada satu cawan petri ditumbuhkan dua jamur secara berlawanan. Cawan petri dibalik dan pada bagian belakangnya dibuat garis yang saling berpotongan pada tengah cawan petri dengan menggunakan spidol permanen. Kemudian pada garis tersebut ditentukan dua titik yang berjarak 2 cm dari tepi cawan secara berlawanan. Titik-titik tersebut digunakan sebagai tempat infestasi cuplikan jamur yang berdiameter 0,8 cm (Gambar 1). Trichoderma spp. dan Foc yang masing-masing berumur 3 hari diinfestasikan pada titik-titik tersebut kemudian diletakkan pada nampan dan diinkubasi dalam suhu ruang. Gambar 1. Tata letak jamur Trichoderma spp. dan Foc pada uji antagonisme dalam cawan petri Keterangan : A = biakan Foc, B = biakan Trichoderma spp.

36 e. Pengamatan Pengamatan dilakukan setiap hari sampai koloni jamur memenuhi cawan petri. Peubah yang diamati dalam percobaan ini adalah persentase penghambatan pertumbuhan Foc oleh Trichoderma dengan cara mengukur jari-jari koloni Foc. Nilai penghambatan pertumbuhan dihitung dengan rumus : Keterangan : P = Persentase penghambatan Foc (%) P = K T K x 100% K = Jari-jari koloni Foc kontrol (arah berlawanan dengan koloni Trichoderma spp.) T = Jari-jari koloni Foc hasil perlakuan (ke arah koloni Trichoderma spp.) (Agrios, 2005). 2. Uji Efikasi Trichoderma viride terhadap Penekanan Perkembangan Penyakit Layu Fusarium a. Penyiapan Starter Trichoderma viride Penyiapan biakan T. viride dilakukan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan. Isolat T. viride yang digunakan adalah isolat yang paling efektif dalam menekan pertumbuhan Foc sesuai dengan hasil screening pada percobaan sebelumnya. Isolat berasal dari kultur murni pada media agar miring potato dextrose agar (PDA) dalam tabung reaksi, kemudian dilakukan peremajaan pada media PDA dalam cawan petri. Pembuatan starter T. viride dengan cara membiakkannya pada media menir beras. Menir beras dimasak setengah matang lalu dimasukkan ke

37 dalam plastik tahan panas lalu disterilkan dalam otoklaf selama 1 jam pada tekanan 1,5 atm dengan suhu 121 0 C. Miselium T. viride yang berumur 4 hari dimasukkan ke dalam masing-masing media tersebut dengan menggunakan bor gabus dengan lima lubang, kemudian seluruh media diinkubasi selama 14 hari disertai dengan penghomogenan setelah tampak pertumbuhan jamur (Ivayani, 2010). b. Perbanyakan dan Infestasi Campuran Trichoderma viride dengan Bahan Organik Bahan organik yang digunakan sebagai pencampuran T. viride adalah jerami padi, kulit singkong, dan kompos. Jerami padi dan kulit singkong dipotongpotong atau dicacah-cacah dan dilembabkan. Untuk inokulasi Trichoderma spp. di pembibitan (umur bibit dua minggu) sebanyak 10 g isolat Trichoderma spp. pada menir beras (1,73 x 10 8 spora/g) dicampurkan dengan media di pembibitan yaitu dengan cara diaduk rata di sekitar perakaran tanaman pisang (Gambar 2.). Setelah bibit pisang dipindahkan ke media tanah ditambahkan bahan organik sebanyak 100 g tanah (Gambar 3.). Media tanam di pembibitan berupa sekam, serbuk gergaji, pupuk kandang, dan cocopeat (sampah kelapa). Untuk perlakuan Trichoderma spp. di media tanah, dilakukan bersamaan dengan aplikasi bahan organik yaitu pada saat bibit berumur dua bulan dan dipindah ke media tanah, dicampurkan Trichoderma spp. sebanyak 10 g (1,69 x 10 8 spora/g) dan bahan organik sebanyak 100 g ke tanah (Gambar 4.)

38 Trichoderma viride Gambar 2. Aplikasi Trichoderma viride di pembibitan. Sebanyak 10 g preparasi T. viride diaplikasikan di rizosfer tanaman pisang yang berumur 2 minggu. bahan organik dalam media tanah Gambar 3. Aplikasi bahan organik di media tanah. Sebanyak 100 g bahan organik diaplikasikan di rizosfer tanaman pisang yang berumur 2 bulan (bibit pisang berumur 2 bulan) Trichoderma viride dan bahan organik dalam media tanah Gambar 4. Aplikasi T. viride dan bahan organik di media tanah. Sebanyak 10 g preparasi T. viride dan 100 g bahan organik diaplikasikan di rizosfer tanaman pisang yang berumur 2 bulan

39 c. Perbanyakan dan Infestasi Fusarium oxysporum f.sp. cubense (Foc) Isolat berasal dari kultur murni pada media agar miring potato dextrose agar (PDA) dalam tabung reaksi, kemudian dilakukan peremajaan pada media PDA dalam cawan petri. Foc diperbanyak dalam medium beras sebagai bahan inokulum untuk diinokulasikan pada bibit pisang. Inokulasi Foc dilakukan setelah tanaman yang berumur dua bulan dipindahkan ke media tanah yaitu dengan membuat empat lubang disekeliling tanaman sedalam 5 cm, dengan jarak 2 cm dari pangkal tanaman. Setelah itu, biakan Foc dalam media beras diinokulasikan ke dalam lubang tersebut sebanyak 10 g/tanaman, masing-masing 2,5 g/lubang dan ditimbun kembali dengan tanah (Nurbailis & Martinus, 2011). d. Persiapan Tanaman dan Media Tanam Percobaan kedua ini dikondisikan semilapang. Tanaman pisang ditanam di dalam polybag berukuran 10 kg dengan media tanam 10 kg tanah dan diberikan pupuk sesuai dengan teknik budidaya di PT NTF. Bibit pisang yang dipakai ialah bibit pisang Cavendish klon CJ30 yang berumur dua minggu dan dua bulan hasil kultur jaringan di PT NTF (NTF, 2012). e. Pengamatan Pengamatan dilakukan terhadap intensitas penyakit (keterjadian dan keparahan penyakit) layu fusarium, pertumbuhan bibit pisang (tinggi tanaman, jumlah daun, lingkar batang), kepadatan propagul Trichoderma spp. dan Fusarium oxysporum fsp. cubense pada media tanam.

40 (1) Intensitas Penyakit (a) Keterjadian Penyakit Layu Fusarium Pada Tanaman Pisang Pengamatan keterjadian penyakit dilakukan berdasarkan masa inkubasinya yaitu munculnya gejala pertama setelah inokulasi Foc sampai tanaman berumur 16 minggu. Keterjadian penyakit (Disease incidence) pada daun dan bonggol dihitung menggunakan rumus: KtP = n N x 100% Keterangan: KtP = Keterjadian penyakit n = Jumlah tanaman yang sakit/ bergejala sakit N = Jumlah tanaman yang diamati (b) Keparahan Penyakit Layu Fusarium Pada Tanaman Pisang Pengamatan dilakukan berdasarkan gejala pada daun dan bonggol pada akhir pengamatan yaitu dengan menggunakan skor penyakit. Kategori skor kerusakan pada daun dan bonggol berdasarkan skor kerusakan menurut Mak et al. (2008) dalam Soesanto (2009). Pengamatan dilakukan setiap satu minggu sekali selama 16 minggu setelah aplikasi untuk skoring kerusakan daun, sedangkan untuk bonggol dilakukan pada akhir pengamatan saja.

41 Tabel 1. Skor penyakit pada daun tanaman pisang Skor Keterangan (gejala) 1 Tidak ada infeksi (tanaman sehat) 2 Daun sedikit menguning (<50% jumlah daun) 3 Sebagian besar daun menguning (>50% jumlah daun) 4 Semua daun menguning 5 Tanaman mati Tabel 2. Skor penyakit pada bonggol tanaman pisang Skor Keterangan (gejala) 1 Tidak ada bintik hitam pada jaringan bonggol 2 Ada beberapa bintik hitam pada bonggol 3 Ada bintik hitam menutupi <1/3 dari jaringan bonggol 4 Ada bintik hitam menutupi 1/3 2/3 dari jaringan bonggol 5 Ada bintik hitam menutupi >2/3 dari jaringan bonggol 6 Terdapat bintik hitam pada seluruh jaringan bonggol Keparahan penyakit (Disease severity) pada daun dan bonggol dihitung menggunakan rumus: KpP = (nilai kategori x jumlah tanaman tiap kategori serangan) x 100% (jumlah tanaman yang diamati x skor tertinggi) (2) Kepadatan Propagul Trichoderma viride dan Foc Penghitungan kepadatan propagula dilakukan dengan metode pengenceran bertingkat. Media yang digunakan ialah media potato dextrose agar rosebengal streptomycin (PDA-RSC). Media PDA-RSC ini diperoleh dengan cara menambahkan 40 mg rosebengal pada 1 liter media PDA, kemudian media diotoklaf selama 1 jam pada tekanan1,5 atm, kemudian media ditunggu sampai

42 suhu media turun menjadi ±48 0 C lalu 60 mg streptomycin dan 60 mg chloramfenicol dimasukan ke dalam media tersebut. Pengamatan terhadap kepadatan propagul Trichoderma viride. dan Foc dilakukan pada 6 dan 12 minggu setelah inokulasi (msi). Pengamatan dilakukan pada seluruh 2 ulangan dan masing-masing ulangan terdiri dari dua unit percobaan. Tanah di sekitar rizosfer tanaman diambil sebanyak 100 g yaitu pada empat titik yang berjarak 10 cm dari bonggol tanaman pisang sebanyak 25 g tanah, lalu dimasukkan ke dalam plastik dan diaduk. Masing-masing sampel tanah diambil sebanyak 10 g tanah dan dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer, diaduk dengan 90 ml akuades steril selama 30 menit. Dengan menggunakan mikropipet, sebanyak 1 ml suspensi tanah tersebut dimasukkan ke dalam labu lain yang berisi 99 ml akuades steril untuk mendapatkan pengenceran 10-3. Dengan cara serupa dibuat suspensi sampai pengenceran 10-5. Sebanyak 0,5 ml suspensi hasil pengenceran disebar-ratakan pada cawan petri yang mengandung PDA-R kemudian diinkubasikan selama 3-5 hari. Penghitungan propagula dilakukan dengan menghitung koloni yang muncul dihitung dengan menggunakan hand counter (Agrios, 2005). (3) Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Pisang Aspek agronomi yang diamati pada penelitian ini ialah tinggi tanaman, lingkar batang dan jumlah daun tanaman pisang. Pengamatan dimulai pada saat tanaman dipindahkan ke media tanah kemudian setiap bulannya diamati sampai dengan umur tanaman empat bulan.

43 E. Analisis Data Data yang diperoleh diolah secara statistika dengan uji ragam (ANOVA) kemudian dilanjutkan dengan uji BNT dan analisis ortogonal kontras (P 0,05).