BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

dokumen-dokumen yang mirip
PERANAN PENYULUHAN KELOMPOK TANI TERHADAP KEMANDIRIAN PETANI DI KELURAHAN KARANGMOJO, KECAMATAN TASIKMADU, KARANGANYAR. Oleh : Agung Nugroho

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB III LAPORAN PENELITIAN

VI KAJIAN KEMITRAAN PETANI PADI SEHAT DESA CIBURUY DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPLUBIKA

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PANEN RAYA PADI DI DESA SENAKIN KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB VI PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENCIPTAKAN PERUBAHAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PANEN KELOMPOK PETANI JAGUNG DI KABUPATEN ACEH TENGGARA

VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG

BAB IX FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN PROGRAM PEMBERDAYAAN KOMUNITAS DALAM PENERAPAN PERTANIAN ORGANIK

I. PENDAHULUAN. rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris memiliki kekayaan alam hayati yang

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi

POLA PENGEMBANGAN KOMODITI JAGUNG HIBRIDA. di KAB. SUMBA TIMUR

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH

PERAN PENYULUHAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN. Oleh ; Dian Mirawati Penyuluh pertanian Pertama

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB VII PENERAPAN SISTEM PERTANIAN PADI SEHAT DAN PERUBAHAN BENTUK ORGANISASI

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD): Rekomendasi Kebijakan Penyempurnaan Pelaksanaan Program UPSUS Pajale ke Depan: Evaluasi UPSUS Pajale 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian masih sangat penting bagi perekonomian nasional. Hal

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN. pedesaan yang sesungguhnya berwajah perempuan dari kelas buruh. Bagian

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lingkungan sekitarnya. Perubahan tersebut bisa terlihat didalam perilaku atau

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR... TAHUN... TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. usaha mencapai tujuan organisasi. Partisipasi menurut Kamus Besar Bahasa

Pembangunan di pedesaan adalah bagian dari proses pembangunan. nasional yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

STRATEGI PENCAPAIAN UPAYA KHUSUS PENINGKATAN PRODUKSI PADI DI SUKOHARJO (STUDI KASUS DI DALANGAN TAWANGSARI)

BAB VI DINAMIKA AKSI PERUBAHAN. A. Membangun Kesepahaman Sebagai Warga Lokal. proses inkulturasi dengan masyarakat. Hal ini dikarenakan peneliti

9.b PENGUKURAN PENCAPAIAN PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN SIAK TAHUN 2016 (CAPAIAN KINERJA SKPD BERDASARKAN TARGET RPJMD)

I. PENDAHULUAN. dan sumber devisa negara, pendorong pengembangan wilayah dan sekaligus

BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN. peningkatan produksi pangan dan menjaga ketersediaan pangan yang cukup dan

BAB VII PELAKSA AA MODEL PEMBERDAYAA PETA I SEKOLAH LAPA GA PE GELOLAA TA AMA TERPADU

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

V. DAMPAK SUBSIDI PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADOPSI PUPUK ORGANIK DI PROVINSI LAMPUNG

BAB III KEBIJAKAN PEMBANGUNAN TAHUN Target. Realisasi Persentase URAIAN (Rp)

IV.B.13. Urusan Wajib Ketahanan Pangan

VII. KERAGAAN DAN POLA DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara agraris yang artinya sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. kepada pemberdayaan dan partisipasi. Sebelumnya telah dilalui begitu banyak

Selanjutnya tugas pembantuan tersebut meliputi : 1. Dasar Hukum 2. Instansi Pemberi Tugas Pembantuan

pelaksanaan pencapaian ketahanan pangan dan kemandirian pangan nasional.

BAB VIII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. persepsi baik elemen pemerintah maupun masyarakat regional secara umum

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 STUDI KONSOLIDASI USAHATANI SEBAGAI BASIS PENGEMBANGAN KAWASAN PERTANIAN

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Dari segi model bagi hasil pada petani bawang merah di dusun

LAPORAN KEMAJUAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap

DASAR DASAR AGRONOMI MKK 312/3 SKS (2-1)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Selama beberapa dekade terakhir sektor pertanian masih menjadi tumpuan

BAB I PENDAHULUAN. sektor pertanian yang tinggi dan sekaligus terjadi perubahan masyarakat tani dari

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

I. PENDAHULUAN. menjadi suatu keharusan, agar produksi dapat menunjang permintaan pangan yang

BAGIAN PEREKONOMIAN DINAS PERTANIAN ,95 JUMLAH

TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan rakyat, dan pembangunan dijalankan untuk meningkatkan produksi dan

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era teknologi tinggi, penggunaan alat-alat pertanian dengan mesin-mesin

BAB I PENDAHULUAN. desa yang amat kecil dan terpencil dari desa-desa lain yang ada di Kecamatan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kajian Kinerja dan Dampak Program Strategis Departemen Pertanian

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

PERBEDAAN PENDAPATAN USAHATANI BUNCIS DENGAN SISTEM TEBASAN DAN TANPA TEBASAN

Terdapat berbagai jenis Program OPD tahun Dinas Pertanian perkebunan dan kehutanan. Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan

BAB I PENDAHULUAN. dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang Nomor 18 tahun 2012

I. PENDAHULUAN. pertanian dalam arti luas mencakup perkebunan, kehutanan, peternakan dan

Bagian Ketujuh Bidang Pengembangan Usaha Pasal 20 (1) Bidang Pengembangan Usaha mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan

POLICY BRIEF MENDUKUNG GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) MELALUI TINJAUAN KRITIS SL-PTT

BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEINOVATIFAN PETANI DAN LAJU ADOPSI INOVASI

BAB V PENUTUP. ternyata tidak pilih kasih. Artinya, ia tidak saja melanda daerah-daerah yang

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB VI FAKTOR FAKTOR PENDUKUNG PERUBAHAN PRODUKSI PERTANIAN 6.1 Faktor Eksternal Komoditas Kelapa Sawit memiliki banyak nilai tambah dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan salah satu komoditi pangan yang sangat dibutuhkan di

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

PAPER TUTORIAL PENGANTAR EKONOMI PERTANIAN. Kebijakan Produksi (Intesifikasi melalui BIMAS)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia yang masih

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara agraris di dunia, dimana sektor

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. perkebunan besar), kehutanan, peternakan, dan perikanan (Mubyarto, 1977 : 15).

Transkripsi:

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penyuluhan Kelompok Tani merupakan proses perubahan dan pembelajaran. Melalui perannya, petani mandiri di Desa Karangmojo belajar dan hasil dari pembelajaran tersebut membawa perubahan yang lebih baik dalam perkembangan usaha taninya. Peran penyuluhan kelompok tani terbagi atas peran fasilitatif, peran edukasional, dan peran teknis. Peran fasilitatif penyuluh pemerintah yang bertugas di Desa Karangmojo, dalam penyuluhan kelompok tani dalam memajukan petani mandiri dilakukan melalui pendampingan pengajuan bantuan hibah alat pertanian, pupuk, maupun uang. Pengajuan ini melalui prosedur proposal terlebih dahulu, petani mandiri anggota kelompok tani yang didominasi kaum tua biasanya tidak bisa menyusun proposal. Maka dari itu dengan adanya penyuluh dapat mendampingi petani mengajukan bantuan, dari mulai pembuatan proposal sampai pengajuanya. Peran fasilitatif penyuluh swasta ditunjukkan dengan pemberian bantuan obat tanaman. Peran fasilitatif berupa pemberian sampel produk kepada petani mandiri dilakukan dengan orientasi promosi produk. Namun diluar itu, penyuluh swasta juga menyediakan pinjaman obat pertanian kepada petani mandiri. Dengan sistem pembayaran dibayar setelah panen. Pemberian pinjaman obat tanaman ini dilakukan penyuluh swasta untuk menyiasati petani yang terkadang kekurangan modal untuk merawat tanamanya. Peran edukasional dilakukan dengan penyampaian informasi dan sosialisasi kepada petani mandiri. Penyampaian informasi maupun sosialisasi yang dilakukan penyuluh pemeirntah maupun penyuluh swasta di Desa Karangmojo tidak hanya dilakukan saat pertemuan kelompok tani saja, namun juga dilakukan saat penyuluh bertemu petani mandiri di sawah, ataupun petani mandiri yang datang kerumah penyuluh untuk bertanya mengenai masalah commit to user 140

tanaman. Peran edukasional yang dilakukan penyuluh pemerintah mengacu pada program penyuluhan dari Dinas Pertanian. Program penyuluhan dari pemerintah mengacu pada komoditas yang ditanam petani mandiri. Komoditas yang ditanam petani mandiri di Desa Karangmojo mayoritas padi, dan program penyuluhan pemerintah kebanyakan ditujukan untuk tanaman padi. Program penyuluhan dari Dinas Pertanian yang direalisasikan petani mandiri di Desa Karangmojo saat ini adalah Program Jajar Legowo. Sebelumnya, petani mandiri di Desa Karangmojo diberikan sosialisasi dan pelatihan pembuatan pupuk organik. Program penyuluhan yang diberikan oleh penyuluh swasta mengacu pada produk obat pertanian yang dipasarkan. Penyuluh swasta memberikan informasi dan sosialisasi mengenai produk yang dipasarkan. Bagaimana produk tersebut digunakan, apa manfaatnya, dan contoh tanaman yang berhasil disembuhkan dari penyakit dengan menggunakan produk yang dipasarkan. Peran edukasi yang dilakukan penyuluh swasta dengan memberikan 5 tepat penggunaan pestisida. Pestisida atau obat tanaman jika dosisnya salah, juga tidak baik untuk tanaman. Informasi yang diberikan penyuluh swasta mengikuti produk yang dipasarkanya. Jika ada produk baru yang belum masuk pasaran, penyuluh swasta melakukan sosialisasi atau pemberian informasi agar petani mengenal produknya. Peran Teknis ini merupakan peran dimana penyuluh pertanian melakukan kegiatan teknis di lapangan yang berhubungan dengan tanaman. Selain melakukan pemantauan lapangan, penyuluh juga melakukan riset dalam peran teknisnya. Peran teknis yang dilakukan penyuluh pertanian pemerintah dengan memantau tanaman padi yang sedang digarap petani mandiri dengan sistem Jajar Legowo dan riset melalui pengalaman pemantauan tanaman petani mandiri. Peran teknis penyuluh pertanian pemerintah ditunjukkan dengan menghadiri enam kelompok tani di Desa Karangmojo secara bergiliran dan memantau tanaman petani mandiri. Pemantauan ini juga berhubungan dengan program Jajar Legowo yang sedang dilaksanakan Kelompok Tani Makmur 1 dan 3. Penyuluh swasta juga terjun kelapangan memantau tanaman petani mandiri. Pemantauan dilakukan bersama petani mandiri jika petani mandiri commit mengeluh to user tentang penyakit tanaman, atau 141

penyuluh swasta sendiri terjun langsung kesawah untuk menawarkan produknya. Riset yang dilakukan penyuluh swasta mengacu pada produk obat pertanian yang dijual kepada petani mandiri. Namun, riset yang dilakukan penyuluh swasta hanya sebatas pengalaman pengamatan tanaman petani. Riset secara langsung, ditangani bagian riset di kantor pusat di Jakarta. Perubahan yang dibawa dari penyuluhan kelompok tani nampak pada perilaku petani mandiri. Petani mandiri berdasarkan perilakunya terbagi menjadi dua, petani mandiri rasional dan petani mandiri tradisional. Perilaku petani mandiri rasional dan tradisional diukur melalui enam indikator. Enam indikator tersebut adalah strategi pemecahan masalah, penerapan tekhnologi baru, maksimalisasi keuntungan/daya jual produk, pemenuhan kebutuhan berbeda/investasi, keaktifan kelompok tani, dan realisasi program kegiatan kelompok tani. Semua petani mandiri di Desa Karangmojo mempunyai strategi pemecahan masalah yang rasional dan semua merujuk kepada upaya-upaya teknis yang paling efektif. Hal ini dikarenakan mau tidak mau para petani mandiri di Desa Karangmojo harus memperjuangkan usaha pertanianya yang menopang kesejahteraan dan kelangsungan hidup. Dan disisi lain karakter petani mandiri sendiri yang kebanyakan militan. Penerapan teknologi baru oleh petani mandiri di Desa Karangmojo sudah beberapa ditemui. Penyuluhan kelompok tani membawa informasi, dan alih teknologi yang semakin berkembang. Ditemui pada petani mandiri di Karangmojo seperti penggunaan mesin penanam padi, dan mesin semprot tanaman. Beberapa teknologi baru pertanian didapat petani mandiri di Desa Karangmojo melalui bantuan dari pemerintah. Selain itu ada petani mandiri yang membeli sendiri mesin semprot tanaman. Perilaku petani mandiri rasional dalam menggarap sawah padinya menggunakan teknologi baru pertanian berupa mesin semprot maupun mesin menanam padi. Perilaku petani mandiri tradisional belum menerapkan teknologi baru pertanian. Penggarapan sawah masih menggunakan cara commit to user 142

tradisional dan menggunakan alat manual yang masih menggunakan tenaga manusia. Pemasaran hasil pertanian dengan maksimal dilakukan agar keuntungan yang diperoleh lebih banyak. Maksimalisasi keuntungan atau daya jual produk merupakan faktor yang berpengaruh dalam perkembangan petani mandiri dan bergantung pada kepandaian managemen usaha tani. Perilaku petani mandiri rasional dengan adanya masalah pemasaran dengan menjual produk pertanian padi saat harga padi tinggi. Atau diolah terlebih dahulu menjadi padi kering (gabah/wos) atau digilingkan menjadi padi. Upaya petani mandiri dengan menjual hasil pertanian padi berupa padi kering atau beras dapat memaksimalkan keuntungan, terlebih apabila dijual ketika harga dipasar tinggi karena sedikitnya stok padi dipasaran. Perilaku petani mandiri tradisional dalam maksimalisasi keuntungan/daya jual produk pertanian khususnya padi dilakukan dengan sistem tebas. Tanaman padi dijual dalam bentuk tanaman, penentuan harga dilakukan dengan tawar menawar antara petani dan tengkulak/bakul dengan menkira-kira berapa hasil padi yang didapat, tidak dengan menimbangnya. Sistem tebas ini dirasa kurang menguntungkan karena harga yang tidak pasti. Terlebih terkadang petani mandiri tradisional sangat bergantung dengan tengkulak karena petani tidak bisa menjual sendiri hasil panenya. Perilaku petani mandiri rasional dalam menggunakan hasil pertanian dalam indikator pemenuhan Kebutuhan Lain/Investasi lebih maju dari pada petani mandiri tradisional. Petani mandiri rasional menggunakan hasil dari usaha pertanian selain untuk kebutuhan sehari-hari juga digunakan untuk memberli mesin atau alat pertanian. Petani mandiri rasional di Desa Karangmojo juga meninvestasikan hasil pertanianya untuk menyewa lahan lebih luas lagi guna menambah pendapatan. Selain investasi untuk menyewa lahan yang lebih luas dan membeli alat mesin pertanian, investasi oleh petani mandiri rasional di Desa Karangmojo juga digunakan untuk membeli ternak, seperti sapi. Secara umum petani mandiri tradisional menggunakan hasil panenya hanya untuk kebutuhan sehari-hari. Padi hasil panen hanya commit untuk to konsumsi user pribadi, sisanya dijual untuk 143

menggarap sawah lagi. Luasan sawah yang digarap juga hanya sedikit. Tidak ada inisiatif untuk mengembangkan usaha pertanianya lebih luas. Yang menjadi indikator dimana kelompok tani dikatakan aktif, dan yang kurang aktif adalah antusiasme anggota kelompok tani dalam mengikuti kegiatan kelompok tani. Petani mandiri sebagai anggota kelompok tani masing-masing berbeda dalam memposisikan kelompok tani. bagi petani mandiri rasional memposisikan kelompok tani sebagai wadah kegiatan petani, sebagai rumah bagi petani untuk menyampaikan masalah dan memecahkanya bersama-sama. Perilaku petani mandiri rasional untuk aktif dalam kegiatan kelompok tani terlihat dari bagaimana seorang petani mandiri rasional memposisikan kelompok tani menjadi kebutuhan nonteknis yang harus dipenuhi dalam usaha pertanian. Bagi petani mandiri tradisional memposisikan kelompok tani hanya sebatas formalitas birokrasi pemerintah maupun swasta, lebih parahnya lagi bagi beberapa petani mandiri tradisional memposisikan kelompok tani hanya sebagai alat untuk mengajukan bantuan hibah usaha pertanian. Perilaku petani mandiri tradisional dalam indikator keaktifan kelompok tani ditunjukkan melalui anggapan petani bahwa kelompok tani dan program kegiatan yang dilaksanakanya tidak memberikan manfaat bagi usaha pertanian maupun kemampuan petani mandiri. Sikap petani mandiri tradisional juga tidak menunjukkan kepedulian akan kegiatan yang dilakukan kelompok tani. Selain yang lebih jelasnya lagi petani mandiri tradisional enggan untuk mengikuti kelompok tani. Berbeda dengan indikator Keaktifan Kelompok Tani yang terlihat dari masing-masing petani mandiri dalam menyikapi kelompok tani, realisasi kegiatan kelompok tani memerlukan kerjasama antar anggota untuk bagaimana program penyuluhan dapat diwujudkan secara bersama-sama. Realisasi kegiatan kelompok tani perlu adanya kerjasama antar anggota kelompok tani karena harus ada koordinasi antar anggota kelompok dalam realisasi program, baik itu dari pemerintah maupun swasta. Penyuluh pertanian maupun penyuluh swasta bekerjasama dengan Lurah atau pun pihak kelurahan berkoordinasi dalam pelaksanaan program atau kegiatan commit kelompok to user tani. Perilaku petani mandiri 144

rasional dalam merealisasikan kegiatan kelompok tani dinilai dari orientasi dalam menjalankan suatu program kegiatan. Orientasi petani mandiri rasional dalam merealisasikan program kegiatan kelompok tani berdasarkan kesadaran bahwa kegiatan kelompok tani akan memajukan usaha pertanianya. Anggapan bahwa kegiatan kelompok tani akan memajukan usaha pertanian nampak pada tanggapan positif dari petani mandiri akan kegiatan kelompok tani. Perilaku petani mandiri v dalam merealisasikan kegiatan kelompok tani kurang bagus. Realisasi program kegiatan kelompok tani memerlukan kerjasama antar anggota kelompok. Kelompok Tani Makmur 1 yang kurang maju tentunya para anggotanya, petani mandiri yang menjadi informan peneliti tergolong petani mandiri tradisional. Kelompok Tani Makmur 1 kurang melembaga terhadap anggotanya, yang menjadikan program kegiatan Kelompok Tani Makmur 1 terkesan sebatas formalitas. Tidak hanya untuk anggota Kelompok Tani Makmur 1 saja, namun juga untuk petani mandiri yang tergolong tradisional. Orientasi realisasi program kegiatan kelompok tani hanya untuk mendapatkan bantuan. Pengetahuan petani mandiri akan program kegiatan yang dilakukan kelompok tani pun kurang. B. Implikasi 1. Implikasi Teoritis Teori tindakan sosial yang dikemukakan Max Weber dapat menjelaskan fenomena perilaku petani mandiri sebagai tindakan sosial yang diarahkan kepada petani mandiri lain yang hubunganya dilembagakan melalui kelompok tani. Kemudian dari perilaku petani mandiri juga menunjukkan tindakan sosial yang diarahkan kepada penyuluh pertanian melalui tanggapanya terhadap program kegiatan yang diberikan penyuluh pertanian. Tindakan sosial juga mampu mengidentifikasi beragam tindakan petani mandiri, yang dibedakan atas tindakan rasional dengan pertimbangan sadar, tindakan berorientasi nilai budaya sebagai petani dan nilai ekonomi yang nampak dalam orientasi pekerjaan, tindakan afektif/tindakan yang dipengaruhi emosi yang dapat dilihat dari perilaku hubungan dekat dengan penyuluh dan kedekatan dengan petani mandiri lain yang commit to user 145

mempengaruhi tindakan sosial petani mandiri, dan tindakan tradisional/kebiasaan yang ditunjukkan melalui perilaku rutinitas petani mandiri yang menjadi dasar tindakan sosialnya. Namun diluar itu semua, teori tindakan sosial hanya mampu mengidentifikasi setiap tindakan petani mandiri dalam menjalankan usaha pertanianya. Padahal dalam menjalankan usaha pertanian sebagai upaya meningkatkan kesejahteraanya petani mandiri menjalani proses yang secara berkelanjutan. Proses yang berkelanjutan inilah bentuk perilaku atau tindakan yang utuh. Disebut utuh karena jangka waktunya panjang dan menyertakan perubahan dalam kajianya, dan pilihan tindakan dalam beberapa indikator dapat diambil kesimpulan sehingga dengan melihat tindakan atau perilaku dapat menggolongkan objek kajian. 2. Implikasi Metodologis Dengan menggunakan jenis metode penelitian kulitatif peran penyuluhan kelompok tani terhadap kemandirian petani dapat diungkapkan dengan mendalam. Melalui berbagai macam indikator kajian yang mendalam mengenai perilaku petani mandiri dalam tanggapanya terhadap penyuluhan kelompok tani merupakan metode yang tepat karena permasalahan dapat dijelaskan dengan jelas. Infikator tersebut juga sebagai sarana peneliti untuk membangun realitas dan mengukur perilaku petani mandiri. Pendekatan penelitian dengan menggunakan pendekatan fenomenologi pembahasan mengenai perilaku petani mandiri dapat memberi penjelasan mengenai gejala-gejala yang ada pada petani mendiri sebagai wujud tindakan yang diarahkan kepada orang lain. Gejala tersebut timbul melalui hubungan petani mandiri dengan petani mandiri lain dan penyuluh pertanian. Menggunakan pendekatan fenomenologi juga dapat memunculkan klasifikasi yang disebut tipifikasi terhadap petani mandiri berdasarkan perilakunya. Pendekatan fenomenoligi juga sejalan dengan prinsip teori yang digunakan, dimana tindakan sosial menganggap setiap tindakan commit manusia to user merupakan tindakan yang harus dikaji 146

secara objektif dan mengesampingkan evaluasi/nilai dari tindakan tersebut. Begitupun dengan pendekatan fenomenologi. 3. Implikasi Empiris Berdasarkan hasil penelitian yang didapat ditemukan fakta bahwa tidak semua petani mandiri dalam menjalankan usaha pertanianya bertindak berdasarkan tindakan yang rasional. Terdapat beberapa alasan yang menjadi dasar penentuan tindakan petani mandiri. Terlepas adanya beberapa alasan dan beragam tindakan yang dilakukan petani mandiri, sifat petani mandiri yang militan membuat tekanan yang dialami petani mandiri akan mendorong petani berfikir lebih rasional. Selain itu kesadaran petani mandiri akan pemilihan alat untuk mencapai tujuan usaha pertanian juga mempengaruhi tindakan petani mandiri, sehingga perlu membangun kesadaran petani untuk menjalankan usaha pertanianya dengan lebih baik lagi. Kesadaran petani mandiri dibangun melalui kegiatan penyuluhan kelompok tani. Proses penyuluhan dilakukan melalui program-program penyuluhan yang tentunya bermanfaat dan menguntungkan apabila dilakukan. Namun petani mandiri yang kebanyakan berusia tua, dengan SDM yang dapat dikatakan kurang, kemudian lebih parah lagi tidak banyak mempunyai modal dalam menjalankan usaha membuat proses penyuluhan terhambat. Peran penyuluh yang dibatasi oleh prosedur penyuluhan, baik dari pemerintah ataupun swasta membuat penyuluh pertanian tidak bisa menjalankan peranya lebih luas. Petani mandiri akan lebih maju apabila dapat berfikir secara rasional, yang selain didorong melalui tekanan yang dialaminya juga dapat melalui proses penyadaran. Proses penyadaran dilakukan melalui penyuluhan pertanian. Hambatan yang dialami petani mandiri yang secara garis besar membuat petani mandiri tidak mau menanggung resiko atas percobaan yang dilakukan berdasarkan program kegiatan penyuluhan menjadi penghalang. Keduanya, tindakan petani mandiri yang tidak rasional, dan proses penyuluhan kelompok tani berbenturan dengan kenyataan bahwa commit petani to user mandiri-lah yang menanggung resiko 147

atas kegagalan dalam melakukan usaha pertanianya. Penyuluh pertanian hanya berperan dalam pemberian ilmu dan mengupayakan bantuan alat yang akan membantu usaha pertanianya. Petani mandirilah yang menjalankan usaha pertanianya dan menanggung resiko atas kegagalan atau keberhasilanya. Apabila penyuluh pertanian dan petani mandiri ditautkan dalam hubungan kerjasama yang bersifat ekonomis, resiko atas kegagalan petani dan ketidakefektifan proses penyuluhan dapat diatasi. Hubungan kerjasama yang bersifat ekonomis selain membuat beban tangunggan petani mandiri atas resiko yang diterimanya lebih ringan, juga membuat penyuluh pertanian mendapat keuntungan lebih dari upaya penyuluhanya. Hubungan kerjasama yang bersifat ekonomis dapat berbentuk kerjasama dagang, jaminan pemasaran, ataupun pinjaman modal dengan pengelolaan yang jelas. Yang perlu ditekankan, dengan hubungan kerjasama ini dapat mengoptimalkan petani dan penyuluh pertanian dalam hubungan yang saling menguntungkan dan mendorong nilai gotong royong. C. Saran 1. Bagi Penyuluh Segala macam program kegiatan penyuluhan kelompok tani di Desa Karangmojo oleh penyuluh pemerintah maupun swasta sudah dilakukan dengan baik dan patut diapresiasi. Namun akan lebih baik apabila penyuluh melakukan penyuluhan tidak hanya sekedar menjalankan pekerjaan, namun juga mempunyai tanggung jawab sosial atas peningkatan kesejahteraan petani. 2. Bagi Petani Dalam menjalankan usaha tani, petani di Desa Karangmojo sudah melakukan yang terbaik sebagai upaya peningkatan kesejahteraan. Tetapi disisi lain kesadaran mengenai pentingnya kelompok tani, maupun program penyuluhan perlu ditingkatkan. Petani juga diharapkan lebih aktif dan mempunyai inisiatif dalam mengembangkan usaha pertanianya, karena dengan bergantung kepada penyuluh pertanian bukan menjadi commit solusi to untuk user mendapat keuntungan dari hasil 148

pertanian yang lebih banyak. Namun, penyuluh pertanian dalam hal ini adalah fasilitator, pengajar, dan teknisi yang apabila dimanfaatkan dan dijalankan ilmunya akan memberikan manfaat yang banyak. 3. Bagi Pembaca Hasil penelitian yang didapat semoga dapat memberikan ilmu dan pengetahuan yang selanjutnya akan dijadikan referensi untuk proses keilmuan yang akan terus berkembang. commit to user 149