BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lupus Eritematosus Sistemik atau yang dikenal juga dengan Systemic lupus erythematosus (SLE) adalah penyakit reumatik autoimun yang ditandai adanya inflamasi yang tersebar luas, mempengaruhi setiap organ atau sistem dalam tubuh. Penyakit ini berhubungan dengan deposisi auto antibodi dan kompleks imun sehingga mengakibatkan kerusakan jaringan. Penyakit ini menyerang wanita muda dengan insiden puncak usia 14-64 tahun selama masa reproduktif dengan ratio wanita dan pria 11:1. 1 Menurut literatur yang dilaporkan bahwa di Amerika Serikat ditemukan 1,8 sampai 7,6 per 100.000 orang penduduk terdiagnosis sebagai orang dengan penyakit lupus (Odapus). Beberapa gejala awal yang dialami pasien lupus, antara lain sakit pada sendi dan tulang, demam berkepanjangan.sedangkan gejala yang dialami pasien pada tahap lanjut penyakit lupus, diantaranya bercak merah berbentuk seperti kupukupu (butterfly rash), ujung jari berwarna pucat kebiruan, kejang, sakit kepala, stroke, dan keguguran pada ibu hamil. 1,2 Prevalensi Lupus Eritematosus Sistemik di Amerika Serikat adalah 15-50 per 100.000 populasi setiap tahun ditemukan lebih dari 100.000 penyandang SLE baru di seluruh dunia. SLE dapat mengenai semua ras, wanita Afrika-Amerika mempunyai insidensi tiga kali lebih tinggi dibandingkan kulit putih serta memiliki kecenderungan perkembangan penyakit pada usia muda dan dengan komplikasi yang lebih serius. SLE juga umum mengenai wanita hispanik Asia. 1 Selain itu, rasa sakit dan kelelahan yang disebabkan oleh penyakit ini dapat mengakibatkan berkurangnya aktifitas pada pasien, sehingga mengurangi aktifnya massa tulang yang lebih meningkatkan resiko osteoporosis. 3 Pada salah satu etiologi SLE yang menjelaskan
bahwa paparan sinar matahari merupakan salah satu penyebab penyakit lupus, sehingga membuat penderita menghindari paparan sinar matahari. Maka pada keadaan tersebut,dapat menyebabkan kekurangan vitamin D, sehingga memberikan kontribusi untuk massa tulang berkurang. 1,2 Beberapa penelitian telah menemukan peningkatan kehilangan tulang pada penderita SLE.Bahkan, wanita yang menderita penyakit lupus lebih mungkin mengalami kerusakan pada tulang sendi yang dapat menyebabkan osteoporosis dibandingkan mereka yang tanpa penyakit lupus. 3 Manifestasi sistemik dari SLE sangat bervariasi, salah satunya adalah manifestasi muskoloskeletal.sistem ini melibatkan berbagai jenis jaringan baik sendi, otot, tulang, jaringan lunak dan struktur pendukung tulang sendi seperti tendon, ligamen, dan bursae.kelainan sendi merupakan kelainan yang paling banyak terjadi yang mana radang sendi terjadi sebanyak 90% pada penderita Odapus. Obat-obatan merupakan salah satu manifestasi dari muskoskeletal yang nantinya dapat menyebabkan osteoporosis atau kehilangan tulang. 1,2 Menurut Almehed et al., (2008), pada 163 wanita SLE di Swedia, yang dikategorikan pada SLE yang menggunakan kortikosteroid menyatakan 55% dari wanita berusia 47 tahun cenderung berdampak postmenopausal. Formigaetal., (2000)dinilai padabmd(bone Mineral Density)dari waktu ke waktupada 25 pasiendengansle, setelah 18 bulantidak adapenurunan yang signifikan dalambmd(bone Mineral Density).Yee et al., (2000), menunjukkan 9% dari 242 pasien mengalami patah tulang non traumatik sejak di diagnosis SLE. Lebih dari 90% dari pasien yang menderita patah tulang dalam penelitian ini memiliki BMD yang rendah dan 31,8% adalah osteoporosis. 4 Radiografi merupakan komponen penting dalam bidang kedokteran gigi untuk perawatan pasien yang komprehensif.pemeriksaan radiografi membantu dalam tujuan diagnostik, rencana perawatan, dan mengevaluasi hasil perawatan.radiografi juga dapat membantu melihat banyak kondisi yang tidak dapat dilihat secara klinis pada gigi dan jaringan lunak untuk mengevaluasi kesehatan gigi dan tulang. 5
sehat. 7,8 Taguchi et al., (2006), pada 158 pasien menyatakan untuk pemeriksaan Dalam mendiagnosis dan melakukan perawatan terhadap pasien, dokter gigi sering menggunakan radiografi panoramik. 1 Beberapa penelitian telah menyatakan bahwa, radiografi panoramik berguna mengidentifikasi wanita dengan kehilangan tulang (osteoporosis)yang tidak terdeteksi dengan pengujian BMD(Bone Mineral Density) menggunakan DXA (Dual Energy X-ray Absorptiometry) yang tidak tersedia secara luas. Penelitian di Jepang (2002) menyatakan radiografi panoramik digunakan pada sekitar 65.000 instansi dokter gigi untuk mengidentifikasi osteoporosis. 6 Ardakani FE seorang dokter gigi (2004) melakukan penelitian tentang penggunaan radiografi panoramik dalam mengindentifikasi osteoporosis pada wanita.penelitian ini melaporkan bahwa untuk setiap pertambahan tahun masa menopause, maka ketebalan korteks mandibula akan turun sebanyak 0,1 mm. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Kribbs (2006) yang membandingkan ketebalan angular korteks mandibula wanita sehat dan wanita osteoporosis dan Kribss menemukan bahwa korteks mandibula wanita osteoporosis lebih tipis dibandingkan wanita densitometri tulang, dokter gigi dapat merujuk wanita yang berusia kurang dari 65 tahun melakukan tes hanya dengan temuan sinar-xpanorama. Vlasiadis et al., (2007),menentukanresorpsi tulang dan osteoporosis pada perempuan dengan kelompok umur yang berbeda.mereka menemukan bahwa ketika lumbar tulang belakang T-score menurun,mtc (Mandibular Cortical Thickness) menurun secara signifikandan indeks ini berpengaruh pada jumlah gigi yang hilang.mereka menyimpulkan bahwa dokter gigi memilikiinformasi sinar-x yang cukup untuk melakukan skrininguntuk osteoporosis. 9 Karayianni et al., (2007), membandingkan survei klinis dan temuan X-ray dalam rangkauntuk mengidentifikasi resiko untuk pengembangan osteoporosis padaperempuan. 5 Jumlah yang besar juga untuk foto radiografi panoramik (kira-kira 10 juta di Jepang, 17 juta di Amerika, dan 1,5 juta di Wales, Inggris). 10
Di Indonesia terdapat sekitar 150.000 penderitalupus eritematosus sistemik yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Sedangkan, berdasarkan data tahun 2002 di RSU Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, didapatkan 14% kasus SLE dari total kunjungan pasien di poliklinik Reumatologi Penyakit Dalam, sementara di RS Hasan Sadikin Bandung 291 Pasien SLE atau 10,5% dari total pasien yang berobat ke poliklinik reumatologi selama tahun 2010. 8 Hal tersebut menunjukkan bahwa, semakin bertambahnya jumlah penduduk Indonesia yang mengalami SLE setiap tahunnya. Untuk memperbaiki kualitas hidup para penderita lupus tersebut, saat ini telah didirikan sebuah komunitas lupus di Medan yaitu Cinta Kupu. Cinta Kupu didirikan pada tanggal 16 Oktober 2011 yang bertujuan untuk membantu sesama Odapus dengan cara berbagi informasi seputar penyakit lupus baik bersumber dari pengalaman maupun bersumber dari dokter ahli. Menurut survei pendahuluan peneliti, Odapus yang bergabung di Komunitas Cinta Kupu SUMUT terdiri dari 70 Odapus. 11 Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan di atas dan belum adanya data tentang keadaan tulang kortikal mandibula pada pasien Lupus Eritematosus Sistemik, maka peneliti bermaksud melakukan penelitian dengan radiografi panoramik untuk melihat manifestasi penyakitlupus eritematosus sistemik terhadap kehilangan tulang kortikal mandibula di Komunitas Cinta Kupu SUMUT. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas maka rumusan masalah yang timbul sebagaiberikut: Bagaimana kerusakan tulang kortikal mandibula pada penderita lupus eritematosus sistemikakibat pemakaian obat kortikosteroid ditinjau secara radiografi panoramik.
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui kerusakan tulang kortikal mandibula pada penderita lupus eritematosus sistemikkomunitas Cinta Kupu Medan ditinjau dengan menggunakan radiografi panoramik. 1.3.2 Tujuan Khusus Mengetahui bentuk kerusakan tulang kortikal pada penderita lupus eritematosus sistemikkomunitas Cinta Kupu Medan akibat pemakaian Obat Kortikosteroid ditinjau dengan menggunakan radiografi panoramik. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah: Hasil penelitian ini diharapkan akan memberi informasi atau konstribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan tentang kondisi tulang kortikal mandibula penderita SLE. Memberi informasi bagi dokter gigi dalam penegakan diagnosis, rencana perawatan, dan evaluasi hasil perawatan terutama pada pasien lupus eritematosus sistemik 1.4.2 Manfaat Aplikatif Manfaat aplikatif dari penelitian ini adalah: Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan bagi tenaga-tenaga kesehatan, terutama dokter gigi dalam memperhatikan setiap tindakan yang berhubungan dengan perawatan pasien lupus, seperti: pencabutan, pembedahan, dan keaadan manifestasi oral pada pasien lupus.