BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan dan persaingan dalam dunia usaha saat ini semakin ketat, perusahaan membutuhkan berbagai daya upaya dan strategi yang jitu guna memenangkan persaingan usaha. Perusahaan harus menciptakan strategi baru dan berinovasi semaksimal mungkin agar pasar yang telah dibentuk tidak diambil alih oleh pihak pesaing. Salah satu strategi yang harus diterapkan adalah efisiensi biaya, dimana dengan efisiensi maka produk berkualitas dapat ditekan pembiayaannya sehingga berdampak pada harga produk yang dipasarkan rendah. Efisiensi biaya erat kaitannya dengan berbagai kebijakan perusahaan yang salah satunya adalah keputusan dalam membentuk struktur modal (Hartoyo, 2014). Pada umumnya, struktur modal menekankan pada kombinasi utang dan ekuitas untuk membiayai sebuah perusahaan. Berbagai keputusan pembiayaan sangat penting untuk kesejahteraan keuangan perusahaan. Sebuah keputusan yang salah tentang struktur modal dapat menyebabkan kesulitan keuangan dan akhirnya akan mengalami kebangkrutan. Pengelolaan suatu perusahaan dalam menetapkan struktur modal haruslah dengan cara yang maksimal dan optimal. Stuktur modal yang optimal adalah struktur modal yang mengoptimalkan keseimbangan antara risiko dan pengembalian sehingga memaksimumkan atau meningkatkan nilai perusahaan (Hartoyo et al. 2014). Banyak penelitian telah berusaha untuk menemukan struktur modal yang optimal. Meskipun penelitian tentang struktur 1
2 modal banyak dilakukan, tidak ada metode khusus yang dikembangkan para manajer untuk menentukan struktur modal yang optimal (Sheikh dan Wang, 2011). Pemilihan pembiayaan perusahaan didorong oleh biaya seleksi negatif yang timbul karena asimetri informasi antara manajer yang mendapatkan informasi lebih baik dan investor yang kurang informasi (Hovakimian et al., 2004). Suatu perusahaan apabila dalam memenuhi kebutuhan modal atau dananya mengutamakan pemenuhan modal atau dana yang berasal dari sumber internal, maka hal ini akan mengurangi ketergantungan perusahaan pihak luar. Tetapi dengan semakin meningkatnya kebutuhan dana atau modal karena pertumbuhan perusahaan, sedangkan dana dari sumber internal sudah digunakan semua, maka tidak ada jalan lain selain menggunakan modal yang berasal dari sumber eksternal, baik dengan menggunakan saham maupun hutang. Pengambilan keputusan dalam penggunaan modal pihak luar harus benar-benar dipertimbangkan karena dampaknya adalah perusahaan harus menanggung beban bunga utang tiap bulan atau tiap tahunnya. Pola pembiayaan (financing) perusahaan yang berada pada negara-negara yang sedang berkembang, lebih mudah untuk memasuki dan mendapatkan pembiayaan eksternal. Oleh karena memiliki akses yang lebih baik untuk memasuki pembiayaan eksternal, maka perusahaan di Indonesia cenderung untuk memilih menggunakan pembiayaan eksternal (debt financing) yaitu menggunakan pinjaman dari bank atau pihak eksternal lainnya, dibandingkan dengan menggunakan pembiayaan internal atau equity financing (Hartoyo et al. 2014).
3 Damodaran (2015) berpendapat bahwa perusahaan hanya akan memperoleh dana melalui dua sumber yaitu, utang dan ekuitas. Utang dapat didefinisikan sebagai wahana pendanaan yang memiliki claim tetap terhadap aliran kas perusahaan berupa bunga, dapat mengurangi beban pajak yang harus ditanggung oleh perusahaan, lebih diutamakan ketika perusahaan mengalami kebangkrutan, memiliki jatuh tempo dan tidak memiliki peranan dalam mengatur perusahaan. Sementara secara singkat ekuitas dapat didefinisikan sebagai wahana pendanaan dimana pihak yang menanamkan dana dalam bentuk ekuitas memiliki hak terkait pengambilan keputusan perusahaan, akan tetapi mendapat prioritas terakhir ketika perusahaan mengalami kebangkrutan. Sebagian pihak berpendapat bahwa ekuitas mengacu pada saham. Akan tetapi hal tersebut bergantung pada apakah perusahaan tersebut dimiliki secara pribadi atau perusahaan yang menjual hak kepemilikan kepada publik. Secara umum, bentuk ekuitas jika mengacu pada perusahaan yang dimiliki pribadi adalah modal pemilik yang disetor dan jika mengacu pada perusahaan yang menjual hak kepemilikan kepada publik adalah saham. Secara jelas utang merupakan alternatif sumber dana selain ekuitas. Utang melalui lembaga perbankan merupakan sumber dana yang sering digunakan baik oleh private firm maupun publicly traded firms. Utang dalam bentuk obligasi merupakan sumber dana yang digunakan oleh perusahaan-perusahaan besar. Alternatif lain dalam memilih sumber dana dalam bentuk utang adalah leasing yang sering digunakan untuk membiayai proses akuisisi terhadap aset yang dibutuhkan perusahaan (Axel, 2015).
4 Dalam penelitian ini struktur modal akan di lihat dari total hutangnya atau rasio hutangnya. Rasio hutang digunakan untuk mengetahui seberapa besar hutang yang dimiliki perusahaan jika dibandingkn dengan total asetnya. Rasio ini penting untuk mengetahui solvabilitas perusahaan. Adapun beberapa faktor yang dapat mempengaruhi rasio utang antara lain agresivitas pajak dengan proksi effective tax rate, struktur aset, ukuran perusahaan dan profitabilitas. Faktor yang mendorong sebuah perusahaan meningkatkan utangnya adalah tingkat keuntungan pajak yang didapat dari beban bunga yang dibayarkan perusahaan dapat mengurangi pajak yang harus disetorkan kepada Negara (Fitriana, 2014). Tingkat keuntungan pajak suatu perusahaan mempunyai pengaruh yang positif, sehingga perusahaan tersebut memiliki motivasi untuk mengurangi pajak perusahaan, yang antara lain dapat dilakukan dengan meningkatkan utangnya. Tarif pajak memiliki hubungan positif dengan utang, hubungan positif yang signifikan antara tingkat pajak efektif dari perusahaan dan rasio utang jangka panjang adalah bahwa pajak mempengaruhi keputusan pembiayaan (Alipour et al. 2015). Sogorb-Mira dan (2005) menegaskan hubungan negatif antara effective tax rate dan rasio hutang. Dalam penelitiannya dipaparkan bahwa manajer tidak mencoba untuk mengurangi komitmen fiskal melalui utang, karena mereka menggunakan perangkat lain untuk mencapai tujuan ini seperti Non Debt Tax Shield yang beberapa diantaranya terdiri dari depresiasi, research and development expenses, investment deductions. Huang dan Song (2006) menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara effective tax rate dan jumah
5 utang dalam struktur modal. Tidak adanya hubungan antara effective tax rate dan jumlah utang karena dalam penelitian Huang dan Song (2008) rasio hutang jangka panjang perusahaan yang terdaftar di Bursa Cina hanya menunjukan angka 8,88%, angka ini menunjukan angka yang kecil, padahal tarif pajak penghasilan badan di Cina adalah 33%. Hal ini menunjukan bahwa perusahaan-perusahaan di Cina tidak menggunakan hutang untuk mendapatkan keuntungan pajak, karena mereka dapat memperoleh keuntungan pajak, diskon pajak atau pun membayar pajak lebih rendah dengan membuat pabrik atau menjalankan operasinya di Daerah Pembangunan Spesial di Cina. Pengaruh struktur aset terhadap rasio hutang juga memiliki hasil yang cukup variatif. Chiang (2010) mengatakan bahwa terdapat hubungan positif antara struktur aktiva dan rasio utang jangka panjang. Semakin banyak aset yang digunakan sebagai jaminan untuk pinjaman maka akan semakin yakin pula kreditur dalam memberikan pinjamannya. Selain itu, banyak hasil penelitian yang menunjukan adanya hubungan positif antara struktur aktiva dan rasio hutang (Al- Najjar dan Taylor, 2008; Tekker, 2009; Antoniuo et al., 2009). Sedangkan Amidu (2007) dan Abor dan Biekpe (2009) menyimpulkan bahwa struktur aktiva berhubungan positif dengan rasio utang jangka panjang. Booth (2001) menyimpulkan bahwa ada hubungan negatif antara rasio struktur aktiva dan rasio jumlah utang (leverage), tetapi struktur aset secara positif terkait dengan rasio utang jangka panjang. Hartoyo et.al (2014) mengemukakan bahwa ketika struktur aset perusahaan mengalami peningkatan maka struktur modal akan mengalami penurunan. Hal tersebut disebabkan karena sebagian besar modal perusahaan
6 tertanam dalam aset tetap, perusahaan akan mengutamakan pemenuhan modalnya dengan modal yang permanen. Dengan kata lain besarnya modal sendiri hendaknya paling sedikit dapat menutup jumlah aset tetap dan aset lain yang bersifat permanen. Profitabilitas dapat dijadikan gambaran dari kinerja manajemen dilihat dari keuntungan yang diperoleh perusahaan. Brigham dan Houston (2011) mengatakan bahwa perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi, cenderung menggunakan utang yang relatif kecil. Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan perusahaan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan dana dengan dana yang dihasilkan secara internal. Dengan demikian, semakin tinggi profitabilitas perusahaan, maka akan semakin kecil kemungkinan perusahaan menggunakan utang. Penelitian yang dilakukan oleh Nurita (2012), dan Tarazi (2013) menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap Struktur Modal. Indahningrum et al (2009) dalam Hardiningsih et al (2012), perusahaan dengan profit yang tinggi maka akan semakin rendah tingkat kebijakan utangnya. Mazur (2007) menyimpulkan bahwa perusahaan yang lebih profitable dan mempunyai rasio likuiditas tinggi lebih memilih menggunakan dana internal untuk keperluan operasionalnya. Yeniatie et al, (2010) dalam penelitiannya mengatakan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap struktur modal. Alipour et al (2015) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa adanya pengaruh negatif antara profitabilitas dan struktur modal. Adanya hubungan negatif yang signifikan antara struktur modal dan profitabilitas tergantung pada
7 asimetri informasi antara manajer dan investor, dengan kata lain, jumlah utang tergantung pada jumlah asimetri informasi, kehadiran utang di struktur modal perusahaan tergantung pada profitabilitas pada masa yang lalu dan peluang investasi. Menurut Riyanto (2001) yang dimaksud dengan firm size adalah besar kecilnya perusahaan dilihat dari besarnya nilai ekuitas, nilai penjualan atau nilai total aset. Perusahaan besar relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil. Semakin besar ukuran perusahaan, perusahaan akan lebih mudah memasuki pasar modal dan memperoleh penilaian kredit yang tinggi dari kreditur yang mana semuanya itu akan sangat mempengaruhi tingkat keuntungan yang akan dihasilkan oleh perusahaan. Berdasarkan teori Trade-off ada pengaruh positif antara ukuran perusahaan dan debt ratio, karena perusahaan besar memilliki kemungkinan kecil mengalami kegagalan finansial, Karadeniz et al (2009). Hasil analisis regresi yang dilakukan Alipour et al (2015) menunjukkan bahwa ada hubungan negatif antara ukuran perusahaan dan struktur modal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan kecil mungkin tidak memiliki banyak pilihan selain mengandalkan pinjaman bank. Namun, temuan ini konsisten dengan Pecking Order Theory, alasannya bahwa informasi asimetri adalah masalah yang tidak terlalu berat di perusahaan besar. Penelitian ini akan dilakukan pada perusahaan manufaktur karena saat ini di Indonesia pertumbuhan perusahaan tersebut berkembang cukup pesat. Di tengah pelambatan ekonomi nasional, industri manufaktur masih terus
8 tumbuh. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan terjadi kenaikan pertumbuhan produksi industri manufaktur baik industri besar-sedang dan mikro-kecil pada triwulan II-2015 dibandingkan periode yang sama tahun 2014. Kepala BPS Suryamin mengemukakan "Triwulan II-2015 ini, produksi industri manufaktur besar-sedang itu naik 5,44 persen dibandingkan triwulan I-2015. Kenaikan juga terjadi pada produksi industri mikro-kecil sebesar 4,57 persen dari periode yang sama tahun lalu (www. Kompas.com, Senin 13 Agt 2015). Dengan mengetahui perkembangan agresivitas pajak dengan proksi tarif pajak efektif, struktur aktiva, ukuran perusahaan dan profitabilitas yang mempengaruhi rasio utang perusahaan manufaktur diharapkan bisa menjadi bahan pertimbangan bagi evaluasi manajemen. Populasi dan sampel akan dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2013 2015. Oleh karena itu judul penelitian ini adalah : Pengaruh Agresivitas Pajak, Struktur Aset, Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas terhadap Struktur Modal (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2013-2015). B. Rumusan Masalah Penelitian Merujuk pada masalah penelitian diatas, maka rumusan masalah yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah Agresivitas Pajak berpengaruh terhadap Struktur Modal? 2. Apakah Struktur Aset berpengaruh terhadap Struktur Modal? 3. Apakah Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap Struktur Modal? 4. Apakah Profitabilitas berpengaruh terhadap Struktur Modal?
9 C. Tujuan dan Kontribusi Penelitian 1. Tujuan Penelitian Seperti yang dijelaskan pada rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk : 1) Untuk menguji pengaruh agresivitas pajak terhadap struktur modal. 2) Untuk menguji pengaruh struktur aset terhadap struktur modal. 3) Untuk menguji pengaruh ukuran perusahaan terhadap struktur modal. 4) Untuk menguji pengaruh profitabilitas terhadap struktur modal. 2. Kontribusi Penelitian 1) Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan dibidang manajemen keuangan khususnya keputusan struktur modal, sebagai pembanding serta bahan refrensi untuk penelitian selanjutnya. 2) Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi kepada perusahaan terutama manajer keuangan tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keputusan struktur modal khususnya rasio hutang serta memberikan gambaran bagi investor atau pemengku
10 kepentingan terkait keputusan investasi dengan mempertimbangkan rasio utang dari perusahaan yang bersangkutan.