BAB III METODE PENELITIAN. dalam penelitian yang dilakukan dalam penyusunan tugas akhir. Bab ini

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sebagai Negara berkembang mirip dengan Negara lainnya. Pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. aksesibilitas dan mobilitas di daerah tersebut yang sebaliknya akan dapat

INFRASTRUKTUR BAB PERHUBUNGAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada skripsi mengenai

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bambang Herawan ( ) Universitas Sumatera Utara

Gambar 3.1. Bagan Alir Penelitian.

RUMAH SUSUN SEDERHANA MILIK di CENGKARENG JAKARTA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. kinerja (performance) dalam memfasilitasi mobilitas orang dan barang. Hal ini

PENDAHULUAN. Pelaksanaan kegiatan Kajian Pengembangan Sarana Transportasi Pedesaan

III. METODOLOGI PENELITIAN. penelitian. Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini

ANALISA DAN RENCANA PENGEMBANGAN. secara garis besar kebutuhan transportasi di Kabupaten Serdang Bedagai dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum. Transportasi adalah proses memindahkan suatu benda mencakup benda hidup

Sejalan dengan berkembangnya suatu kota atau wilayah dan meningkatnya kebutuhan manusia, infrastruktur jalan sangat diperlukan untuk menunjang proses

BAB I PENDAHULUAN. penduduk atau barang atau jasa atau pikiran untuk tujuan khusus (dari daerah asal ke daerah

METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. kian meningkat dalam aktivitas sehari-harinya. Pertumbuhan sektor politik,

I. PENDAHULUAN. kebijakan di kawasan tertentu. Kawasan tersebut adalah wilayah yang berada

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan dengan

BAB III METODOLOGI 3.1 UMUM 3.2 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan transportasi di daerah Yogyakarta terjadi sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. konsekuensi logis yaitu timbulnya lalu lintas pergerakan antar pulau untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Berdasarkan, Juknis LLAJ, Fungsi Terminal Angkutan Jalan dapat ditinjau dari 3 unsur:

BAB I PENDAHULUAN. sektor terutama sektor transportasi. Luasnya wilayah jasa pelayanan angkutan darat

SHOPPING CENTER DI KAWASAN MONORAIL INTERCHANGE KARET, JAKARTA PUSAT Penekanan Desain Konsep Arsitektur Renzo Piano

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Sistem jaringan jalan terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sistem

KAJIAN TINGKAT PELAYANAN FASILITAS SOSIAL BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT DI PERKOTAAN SUBANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat.

EKSISTENSI ANGKUTAN PLAT HITAM PADA KORIDOR PASAR JATINGALEH GEREJA RANDUSARI TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, umumnya seragam, yaitu kota-kota mengalami tahap pertumbuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perencanaan merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai

III. METODOLOGI PENELITIAN. penelitian. Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini

STUDI PERENCANAAN TERMINAL LAMONGAN BERDASARKAN TRAVEL DEMAND DAN PENENTUAN LOKASI STRATEGIS DENGAN ADJACENT MATRIX TUGAS AKHIR

BAB III. METODOLOGI. diperoleh kesimpulan untuk mencapai tujuan dari suatu penelitian. Metodologi

PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN

BAB V TINGKAT PERKEMBANGAN DESA

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang terjadi bukan hanya disebabkan oleh terbatasnya sistem

BAB III METODOLOGI. Sari Mandala I, Kecamatan Medan Denai, kota Medan sebagai daerah studi.

KONDISI LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km,

BAB III. tahapan penelitian yang dilakukan sebagai pendekatan permasalahan yang ada. MULAI SURVEY

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Peranan tersebut menjadikan angkutan umum perkotaan sebagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. Halmahera Utara, Kabupaten Halmahera Selatan, Kabupaten Kepulauan Sula,

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V PEMBAHASAN. Kota Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. dicapai. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu gambaran mengenai dampak

I. PENDAHULUAN. Permasalahan di sektor transportasi merupakan permasalahan yang banyak terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Jalan raya merupakan salah satu sarana transportasi darat, di samping sarana

BAB IV DATA DAN ANALISA DATA

Perilaku Pergerakan Masyarakat Perkotaan Dalam Proses Urbanisasi Wilayah di Kabupaten Tegal TUGAS AKHIR. Oleh: TITI RATA L2D

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah

Infrastruktur DIRINCI TIAP CABANG PLN TAHUN CABANG Banyaknya Pelanggan Banyaknya Pemakaian (KWH) 1 Kalabahi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I TINJAUAN PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Persentasi Jumlah Kendaraan Bermotor di DKI Jakarta Tahun Bus 8% Gambar 1. Pembagian Moda (Dinas Perhubungan DKI Jakarta, 2004)

EVALUASI RUTE TRAYEK ANGKUTAN UMUM PENUMPANG (AUP) BERDASARKAN PERSEBARAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN SRAGEN TUGAS AKHIR

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

BAB III LANDASAN TEORI. mengetahui pelayanan angkutan umum sudah berjalan dengan baik/ belum, dapat

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. penduduk yang tinggi disebabkan oleh tingkat fertilitas yang tinggi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian

BAB 1 PENDAHULUAN. Angkutan umum sebagai salah satu moda transportasi untuk melakukan

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.

REKOMENDASI SEMINAR STRATEGI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI JANGKA MENENGAH PROVINSI JAMBI 22 DESEMBER 2005

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. penumpang, bus kecil, bus sedang,dan bus besar.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran yang sangat strategis terhadap aspek ekonomi, juga memiliki

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi sebagai penggerak, pendorong dan penunjang. dan prasarana yang didukung oleh tata laksana dan sumber daya manusia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Menunggu Jalur Lintas Selatan Pulau Jawa Menjadi Kenyataan

PERENCANAAN TRAYEK KERETA API DALAM KOTA JURUSAN STASIUN WONOKROMO STASIUN SURABAYA PASAR TURI TUGAS AKHIR

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas tersebut memerlukan berbagai sarana transportasi. Pelayanan transportasi

MANAJEMEN LALU LINTAS AKIBAT BEROPERASINYA TERMINAL TIPE C KENDUNG BENOWO SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. sangat kompleks terhadap kehidupan masyarakat termasuk diantaranya

KAJIAN PENGARUH JEMBATAN KAPUAS TERHADAP LALU LINTAS AIR MAUPUN DARAT DI KOTA SINTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial diketahui tidak dapat hidup sendiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring perkembangan kegiatan perekonomian Kota Purwokerto

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan salah satu bagian penting dari

BAB VI PENUTUP VI.1. Temuan Studi

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. negara sedang berkembang, maka perencanaan transportasi sangat erat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

BAB III METODOLOGI MULAI. Studi Pustaka. Perumusan Masalah dan Tujuan. Persiapan dan Pengumpulan Data

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Hubungan antara kota dengan kawasan tepi air telah terjalin sejak awal peradaban manusia.

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: ( Print C-45

V. GAMBARAN UMUM LOKASI. Cicurug memiliki luas sebesar hektar. Kecamatan Cicurug terletak pada

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN Bab metode penelitian ini menguraikan tentang cara kerja dan tahapan dalam penelitian yang dilakukan dalam penyusunan tugas akhir. Bab ini menjelaskan tentang penggunaan metode yang tepat dalam pengumpulan data dan pengolahan data. Semua ini dilakukan agar data-data yang menunjang studi tentang permasalahan ini dapat tersusun dengan rapi dan sistematis sehingga tujuan studi ini dapat tercapai. Metode pelaksanaan studi meliputi : 1. Persiapan penelitian yang meliputi studi literatur mengenai topik-topik yang berhubungan dengan arah tujuan studi ini. 2. Metode pengumpulan data yang mencakup data lapangan dan data objek studi. 3. Metode analisis data yang digunakan dalam studi ini. Terdapat beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam pelaksanaan metode ini, seperti keterbatasan biaya dan batas waktu studi. Namun keterbatasan tersebut diusahakan tidak mempengaruhi peninjauan studi ini. Langkah kerja yang berturut dan sistematis diperlukan untuk dapat mengerjakan dan menyelesaikan tugas akhir ini. Oleh karena itu dalam pembuatan tugas akhir ini tahapan dimulai dengan pengidentifikasi masalah sampai analisis dan diakhiri dengan kesimpulan dari hasil tugas akhir ini. Secara umum metode pelaksanaan dalam pengerjaan tugas akhir ini dapat dilihat dari bagan alir dibawah ini:

III.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Adapun penelitian mengenai dampak pembangunan jalan terhadap perkembangan wilayah kecamatan Gomo kabupaten Nias Selatan ini dilakukan di wilayah Kecamatan Gomo. Daerah analisa perlu dibatasi, pembatasan ini didasarkan pada batas daerah kecamatan Gomo dan Lahusa. Studi ini hanya akan membahas tentang pengaruh kemudahan akses transportasi terhadap kemajuan wilayah tersebut. Lokasi penelitian ini dinilai strategis karena berbatasan langsung dengan wilayah urban yaitu Kecamatan Lahusa sehingga mudah dijangkau dan dekat dengan fasilitas-fasilitas umum dan kantor pemerintahan seperti Kantor Kecamatan Gomo dll. Penelitian dilakukan selama 1 (satu) bulan dimulai tanggal 16 Oktober 2011 sampai dengan bulan November 2011. III.2 Jenis Dan Sumber Data Di dalam penelitian biasanya dilakukan penggolongan mengenai jenis penelitian yang akan digunakan dan sumber data yang digunakan untuk mendukung penelitian. III.2.1 Sumber Data Dalam penelitian terdapat dua jenis sumber data yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang didapat melalui pengukuran dan observasi secara langsung pada objek penelitian. Sedangkan data sekunder adalah data yang melalui hasil pengukuran dan observasi pihak lain.

a. Data Primer Adapun data primer yang digunakan selama penelitian ini diperoleh dari observasi dan interview secara langsung yaitu keterangan-keterangan yang didapat langsung dari masyarakat setempat dan kuisioner yang disediakan dan diisi oleh masyarakat. b. Data Sekunder Data yang sekunder yang diperoleh berasal dari Dinas-dinas terkait seperti Kantor Kecamatan Gomo di Jl.Pancasila III.3 Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data Adapun metode penelitian yang digunakan untuk menjawab tujuan penelitian tugas akhir ini adalah analisis Regresi Linier. Analisis merupakan suatu alat ukur yang juga dapat digunakan untuk mengukur ada atau tidaknya korelasi antar variabel (repository.ui.ac.id). Sementara dalam penelitian ini analisis tersebut digunakan untuk mengkaji pengaruh kemudahan akses transportasi seperti jumlah armada transportasi, banyaknya rute serta pertambahan tujuan transportasi yang digunakan sebagai moda transportasi dari wilayah Kecamatan Gomo ke Kota Gunung Sitoli melalui Kecamatan Lahusa dan pengaruhnya terhadap perkembangan wilayah di daerah Kecamatan Gomo tersebut. Hasil penelitian dan kemudian diuji dengan hipotesa yang telah ada. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara : 1. Penelitian kepustakaan (library research)

Untuk memperoleh data dan informasi tertulis dengan penelaahan literature maupun buku referensi sebagai landasan teoritis dan perbandingan terhadap data yang diperoleh melalui penelitian di lapangan. Diperoleh dalam bentuk buku-buku, artikel, jurnal dan berbagai hal yang berhubungan dengan penulisan tugas akhir ini. 2. Penelitian Lapangan (field research) a. Observasi (pengamatan) Penulis langsung kelokasi penelitian dan mengamati serta menganalisa perkembangan wilayah yang terjadi di daerah Kecamatan Gomo. b. Wawancara (interview) Melakukan tanya jawab dengan instansi terkait, seperti pegawai pemerintahan di kantor Kecamatan Gomo dan masyarakat yang tinggal di Kecamatan Gomo tetapi bekerja di Kota Gunung Sitoli. 3. Penelitian data-data pemerintahan terkait Data-data yang diperoleh dari instansi pemerintahan terkait berupa peta Kecamatan Gomo, jumlah armada angkutan umum, rute perjalanan dan tujuan kecamatan yang diperoleh dari pelaku angkutan kota Gunung Sitoli. III.4 Analisis Data Setelah data-data terkumpul kemudian dilakukan penganalisisan data yaitu dengan cara memasukkan data - data tersebut pada program Exel dan akan dihasilkan sebuah kesimpulan yang akan menjawab semua tujuan penelitian tersebut.

Untuk menjawab tujuan penelitian 1(tentang pengaruh akses / rute transportasi terhadap perkembangan wilayah maka digunakan data rute angkutan ke arah kecamatan Gomo dari tahun 2008 sampai 2011 dan pengaruhnya dengan angka pergeseran pekerjaan masyarakat dari tahun 2008 sampai 2011 tersebut. Untuk menjawab tujuan penelitian kedua tentang pengaruh peningkatan tujuan angkutan terhadap pergeseran pola pekerjaan masyarakat di Kecamatan Gomo. Data yang digunakan adalah data banyaknya kecamatan yang dilewati angkutan dan pengaruhnya terhadap pergeseran pola pekerjaan masyarakat Kecamatan Gomo.

BAB IV ANALISA DAN HASIL PENELITIAN IV.1 Deskripsi Lokasi Wilayah Penelitian Penelitian tentang Dampak Pembangunan Jalan Terhadap Perkembangan Kecamatan Gomo Kabupaten Nias Selatan ini dilakukan di Kecamatan Gomo yang terletak di Provinsi Sumatera Utara dan berbatasan dengan Kabupaten Nias dari sebelah Utara, Kecamatan Lahusa pada bagian Selatan, sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Lolomatua dan Kecamatan Amandraya, dan sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Lahusa dan Kabupaten Nias. Wilayah Kecamatan Gomo mempunyai luas ± 158,60 km 2 yang terdiri dari 31 Desa dengan jumlah penduduk sekitar 53.416 jiwa. Perubahan wilayah secara visual pada wilayah ini terlihat biasa, bangunanbangunan yang ada berupa bangunan bangunan umum pada wilayah pedesaaan. Selain itu jalan-jalan yang ada masih kurang layak dikarenakan pembangunan jalan terakhir pada tahun 2008, hal ini mengakibatkan kurangnya jumlah angkutan umum yang melakukan perjalanan di Kecamatan ini, ditambah lagi minimnya minat masyarakat untuk melakukan perjalanan dikarenakan mayoritas pekerjaan masyarakat Kecamatan Gomo ini hanya buruh tani dan hanya beberapa orang saja yang melakukan perjalanan setiap harinya.

IV.2. Pengaruh Pertambahan Akses Transportasi Terhadap Perkembangan Wilayah Konsep yang mendasari hubungan antara tataguna lahan dan transportasi adalah tingkat aksesibilitas. Yang dimaksud tingkat aksesibilitas adalah kemudahan mencapai daerah tersebut dari daerah lain yang berdekatan, atau juga bisa dilihat dari sudut kemudahan mancapai daerah lain yang berdekatan bagi masyarakat yang tinggal di daerah tersebut. Ada berbagai unsur yang mempengaruhi tingkat aksesibilitas, misalnya kondisi jalan, jenis alat angkutan yang tersedia, frekuensi keberangkatan, dan jarak. Mengukur tingkat aksesibilitas suatu lokasi/daerah dapat memakai rumus sederhana yaitu : Tij = PiPj d ijᵇ.f (Zi) Tij Pi Pj d ij = Tingkat aksesibilitas dari daerah i ke daerah j = Penduduk daerah i (daerah yang dianalisis) = Penduduk Daerah j (daerah terdekat yang ordenya lebih tinggi) = jarak dari daerah I ke daerah j, tapi lebih baik dinyatakan dalam waktu tempuh (menit) ᵇ = Pangkat dari d (dalam banyak hal b = 2) F (Zi) = Fungsi Zi, dimana Zi adalah ukuran daya tarik daerah i. Dalam konteks yang paling luas, aksesibilitas berarti kemudahan melakukan pergerakan di antara dua tempat. Salah satu kemudahan yang dirasakan dalam melakukan pergerakan dari satu tempat ketempat lain yaitu adanya jalan yang memadai. Adanya peningkatan jumlah jalan aspal yang ada di

Kecamatan Gomo tentunya sangat berperan dalam kemudahan masyarakat bepergian keluar dari Kecamatan Gomo tersebut menuju Kecamatan lainnya untuk melakukan banyak kegiatan seperti bekerja dan sekolah. Berikut data yang diperoleh dari Nias Selatan Dalam Angka dan hasil analisis sebagai bukti perkembangan wilayah di Kecamatan tersebut : Tabel IV.1 Perkembangan Infrastruktur Transportasi Fasilitas Tahun Transportasi 2006/2007 2007/2008 2008/2009 2009/2010 2010/2011 Pembangunan Jalan (Km) 8 10 10 6 5 Jumlah Armada (Unit) 8 20 25 N/A N/A Tujuan Angkutan 1 1 1 1 1 Sumber : Nias Selatan dalam angka tahun 2010 dan hasil analisis Gambar IV.1 : Chart Fasilitas Transportasi

Jumlah armada tetap yang menuju Kecamatan Gomo dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 tidak memiliki data yang akurat, hal ini dikarenakan armada yang menuju Kecamatan ini tidak memiliki Stasiun pemberhentian lagi di Kecamatan Gomo, maka armada angkutan hanya akan datang menuju Kecamatan Gomo 1 kali sehari dengan jumlah kendaraan bergantung pada jumlah penumpang yang akan menuju Kecamatan Gomo dari Gunung Sitoli. Tabel IV.2 Perkembangan Jumlah Penduduk Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 Jumlah Penduduk (Jiwa) 53.078 53.232 53.416 53.599 53.772 Sumber : Nias Selatan dalam angka tahun 2010 dan hasil analisis Rata rata pertumbuhan jumlah penduduk Kecamatan Gomo pada tahun 2000 hingga tahun 2009 mencapai 0,91 % per tahun. Tabel IV.3 Perkembangan Infrastruktur Pendidikan Fasilitas Tahun Pendidikan (Unit) 2006/2007 2007/2008 2008/2009 2009/2010 2010/2011 TK 0 0 0 1 1 SD 21 21 21 32 32 SMP 16 4 8 8 8 SMA 8 8 7 7 7 Perguruan Tinggi 0 0 0 0 0 Sumber : Nias Selatan dalam angka tahun 2010 dan hasil analisis

Peningkatan sarana pendidikan di Kecamatan Gomo berlangsung menurun jumlahnya, ini dikarenakan minimnya keinginan masyarakat untuk bersekolah karena mayoritas masyarakat hanya berprofesi sebagai buruh tani. Tabel IV.4 Perkembangan Infrastruktur Kesehatan Fasilitas Tahun Kesehatan (Unit) 2006/2007 2007/2008 2008/2009 2009/2010 2010/2011 R.S.U 0 0 0 0 0 Puskesmas 2 2 2 2 2 Puskesmas Pembantu 3 3 3 5 5 Klinik 0 0 0 0 0 Apotik 0 0 0 0 0 Toko Obat 0 0 0 0 0 Sumber : Nias Selatan dalam angka tahun 2010 dan hasil analisis Peningkatan layanan kesehatan masyarakat di Kecamatan Gomo sangat rendah dari tahun ke tahun. Dapat dilihat di tahun 2006 Rumah Sakit di daerah Percut Sei Tuan belum ada sementara tahun 2011 masih belum dibangun. Dan begitu juga dengan fasilitas lainnya, seperti Puskesmas, pada tahun 2006 ada 2 unit dan masih bertahan dengan jumlah tersebut hingga sekarang. Hal ini dikarenakan Gomo adalah daerah yang masih tergolong wilayah Peri Urban dan mayoritas masyarakatnya masih lebih memilih pola pengobatan alternatif.

Tabel IV.5 Perkembangan Infrastruktur Perbankan Fasilitas Tahun Perbankan (Unit) 2006/2007 2007/2008 2008/2009 2009/2010 2010/2011 Bank Pemerintah 0 0 0 0 0 Bank Swasta 0 0 0 0 0 Koperasi 3 3 5 5 6 Tengkulak/rentenir 4 4 5 5 6 Sumber : Nias Selatan dalam angka tahun 2010 dan hasil analisis Dikarenakan Mayoritas masyarakat Kecamatan Gomo bekerja sebagai buruh tani maka mereka lebih membutuhkan keberadaan Koperasi dan para Rentenir untuk mendukung pendanaan mereka dalam bertani. Tabel IV.6 Perkembangan Infrastruktur Vital Fasilitas Tahun Vital (Unit) 2006/2007 2007/2008 2008/2009 2009/2010 2010/2011 PLN 0 0 0 0 0 PDAM 0 0 0 0 0 Polisi 1 1 1 1 1 Sumber : Nias Selatan dalam angka tahun 2010 dan hasil analisis

Tabel IV.7 Perkembangan Infrastruktur PDAM Pelanggan Air Bersih Tahun 2004/2005 2005/2006 2006/2007 2007/2008 2008/2009 2009/2010 Pelanggan (unit) 762 789 817 1.455 1.716 1.479 Produksi (M³) 199.186 202.169 228.27 181.514 280.932 361.973 Sumber : Nias Selatan dalam angka tahun 2010 dan hasil analisis Tabel IV.8 Perkembangan Infrastruktur PLN Pelanggan energi listrik (KWH) Tahun 2006/2007 2007/2008 2008/2009 2009/2010 Rumah tangga 6.112,5 8.178,0 7.749.112 649.072 Bisnis 0 0 0 88.973 Pemerintah 355,1 498,9 643.88 55.682 Industri 115,2 64,4 142.848 15.569 Sosial 903,7 939,1 963.288 29.12 Sumber : Nias Selatan dalam angka tahun 2010 dan hasil analisis Perkembangan jumlah pelanggan dan produksi air minum PDAM Tirta Nadi cabang Teluk Dalam dan perkembangan penjualan energi listrik PT. PLN ranting Teluk Dalam, sampai saat ini Kecamatan Gomo masih mengambil suplay air bersih dan listrik kecamatan dari Kecamatan Teluk Dalam yang dikarenakan Kecamatan Gomo belum memiliki Fasilitas air bersih dan listriknya sendiri.

Tabel IV.9 Perkembangan Infrastruktur Pendukung Fasilitas Tahun Pendukung (Unit) 2006/2007 2007/2008 2008/2009 2009/2010 2010/2011 Pasar 4 4 5 5 5 Swalayan 0 0 0 0 0 Salon 0 0 1 2 2 T.Pangkas 2 2 3 3 3 Sumber : Nias Selatan dalam angka tahun 2010 dan hasil analisis Berdasarkan bentuk morfologi daerah, pertumbuhan kenampakan fisik kecamatan Gomo tidak sama untuk bagian terluar sehingga sangat bervariasi, dimana perkembangan daerahnya lebih cepat dari pedesaaannya sehingga dapat dikategorikan memiliki bentuk under bounded city. Dampak perkembangan fisik Kecamatan Gomo mempunyai struktur Peri Urban berupa kawasan pusat Kecamatan sebagai pusat pembangunan utama, kawasan Desa lainnya sebagai kawasan terkait dengan sektor kawasan industri, pertanian dan sektor pendukung lainnya serta kawasan permukiman. Melihat kondisi diatas, kecenderungan struktur Kecamatan dan distribusi kegiatan dalam ruang serta pemahaman pola kebutuhan transportasi maka Kecamatan Gomo dikategorikan dalam teori pola tata guna lahan pusat lipat ganda (multiple nuclei concept). Pola jaringan jalan Kecamatan Gomo memebentuk pola kisi-kisi berupa pola jalan dengan struktur sudut bersiku, hal ini dipengaruhi oleh latar belakang wilayah sebagai daerah perkebunan. Bentuk pergerakan yang terjadi di Kecamatan Gomo berdasarkan maksud perjalanan termasuk dalam ciri pergerakan

non spasial dan spasial. Pergerakan non spasial dengan maksud perjalanan ekonomi, sosial, politik, pendidikan, rekreasi daan kebudayaan seluruhnya terjadi di Kecamatan Gomo. Sedangkan untuk pola pergerakan spasial yang terdiri dari pergerakan orang dan barang yang berperan adalah sebaran spasial dari daerah Pedesaan dan pertanian. IV.3 Pembahasan Berdasarkan hasil survei dan analisa, didapat bahwa perkembangan pembangunan infrastruktur transportasi yang meningkat tiap tahunnya, tetapi juga mengalami penurunan dalam beberapa sistem kegiatan seperti penurunan jumlah armada yang pada tahun 2009 berjumlah 25 unit, dan pada tahun 2010 menjadi N/A unit, dan peningkatan dalam beberapa sistem kegiatan yang lainnya seperti peningkatan jumlah bangunan sekolah, kesehatan, dan perbankan. Perkembangan ini dapat dilihat pada gambar IV.2. Wilayah Kecamatan Gomo mengalami keterhambatan dalam perkembangan wilayah yang dikarenakan oleh minimnya pemeliharaan sarana jalan yang tersedia dan kurangnya kesadaran masyarakat akan perkembangan wilayahnya yang dikarenakan pola kemasyarakatan yang masih tertutup dari hal yang berbau Moderinisasi. Masyarakat secara mayoritas masih menganut faham Orthodox yang masih menjaga ketat kebudayaan nenek moyang dan mereka menolak keterlibatan pihak lain dalam mengembangkan wilayah mereka. Hal ini memicu kurangnya keinginan pihak luar untuk memasuki wilayah Kecamatan Gomo dan secara langsung berakibat tertinggalnya pembangunan pada wilayah Kecamatan Gomo.

Hal ini dapat dilihat dari rendahnya pembangunan beberapa fasilitas yang ada, yaitu perkembangan jumlah penduduk, perkembangan infrastruktur transportasi, pendidikan, kesehatan, perbankan, vital (PLN, PDAM, polisi), dan infrastruktur pendukung (pasar, swalayan, dan salon).

Gambar IV.2 : Chart dampak Pembangunan jalan terhadap beberapa aspek

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.I Kesimpulan Berdasarkan hasil seluruh pembahasan yang telah diuraikan pada penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Prasarana jalan merupakan alat pemicu bagi kegiatan pengembangan wilayah, sosial ekonomi, ataupun akselerator pembangunan pada umumnya. Dalam kenyataannya, pengembangan jalan menghadapi banyak masalah, terkait dengan sosial budaya dan interaksi masyarakat, berhubungan dengan berbagai bidang, serta melibatkan banyak pihak. 2. Perkembangan sarana jalan di Kecamatan Gomo menghadapi tantangan terutama berkaitan dengan Keinginan masyarakat untuk berkembang, interaksi dan tata ruang yang tidak seimbang, kondisi jalan saat ini yang belum optimal. Bahkan dapat dikatakan masih sangat tertinggal. Hal ini memerlukan langkah-langkah strategis dan prioritas kebijaksanaan yang tajam serta terarah dengan berorientasi pada tujuan pengembangan wilayah Kecamatan Gomo. 3. Hasil penilaian dari analisa standar pelayanan minimal sarana jalan indeks aksesibilitas eksistingnya = 4,07 > 0,15, indeks mobilitas eksistingnya = 0,72 < 2,0, Dan nilai indeks kecelakaan eksistingnya = 0,15. Rendahnya perkembangan pembangunan beberapa fasilitas yang ada, yaitu perkembangan jumlah penduduk, perkembangan infrastruktur transportasi, pendidikan, kesehatan, perbankan, vital (PLN, PDAM, polisi), dan

infrastruktur pendukung (pasar, swalayan, dan salon)sarana jalan yang merupakan akses masuk menuju wilayah Kecamatan Gomo dari wilayah Kabupaten Nias Selatan masih belum berfungsi sebagaimana seharusnya. Ada pun akses alternativenya adalah melalui Desa Huna, tetapi jalan ini hanya bisa di lalui dengan sepeda motor saja. Sarana jalan ini merupakan salah satu kunci yang dapat membuka perkembangan wilayah Kecamatan Gomo tetapi masih terbengkalai, dan dapat dikatakan tidak layak guna. 6.2 Saran 1. Untuk perkembangan wilayah Kecamatan Gomo diperlukan adanya pengkajian ulang akan akses jalan dari Kecamatan Lahusa menuju Kecamatan tersebut, dan dapat memakai alternatif akses jalan lain yaitu dari Kecamatan Tetehosi, Desa Huna. Penggunaan akses lain merupakan suatu alasan kuat untuk pengembangan wilayah Kecamatan Gomo. 2. Akses Jalan yang digunakan selama ini sebagai salah satu akses menuju Kecamatan Gomo, sebagian besar perkerasan jalan sangat memerlukan perbaikan, dimana bentuk perkerasannya sudah mengalami kerusakan dan masih sirtu atau masih berkerikil. Untuk pemeliharaan jalan seperti perbaikan perkerasan akibat adanya lubang yang menghambat pergerakan perlu di kaji ulang terutama di dekat jembatan yang menghubungkan kecamatan Lahusa dan Kecamatan Gomo. 3. Dan penggunaan terminal di Gomo sebagai titik pertemuan dari angkutan yang dari atau menuju Gomo agar di pergunakan lagi, karena hal ini juga dapat memicu terjadinya peningkatan jumlah angkutan yang akan

membantu interaksi yang lebih baik dari kawasan diluar Kecamatan Gomo. Perlu adanya pertimbangan akan sarana angkutan umum massal sebagai sarana angkutan yang lebih berperan aktif dan mendominasi sarana angkutan umum.