BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

Hierarki Pengendalian

TESIS ANALISIS TINGKAT RISIKO KECELAKAAN KERJA DENGAN METODE FMEA DAN PEMODELAN SISTEM KESELAMATAN KERJA DENGAN SISTEM DINAMIK (STUDI KASUS: PROYEK GE

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PENERAPAN SAFETY MANAGEMENT TERHADAP KINERJA PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA SKRIPSI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. simulasi komputer yang diawali dengan membuat model operasional sistem sesuai dengan

PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK SIPIL

Jurnal Teknologi Vol. 7, No. 2, Oktober 2017, Hal E- ISSN : ISSN : Copyright 2017 by LPPM UPI YPTK Padang

PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK SIPIL

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan dan keselamatan kerja perlu dilakukan karena menurut Undang-Undang

Menerapkan Prosedur Kesehatan, Keselamatan dan Keamanan Kerja (K3)

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 27 Ayat 2 Ditetapkan bahwa Setiap warga

IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA DAN RESIKO K3 PERTEMUAN 3 FIERDANIA YUSVITA KESEHATAN MASYARAKAT, FIKES UEU

Teknik Identifikasi Hazard (Survey Jalan Lintas, Job Safety Analysis, Job Safety Observation)

Analisis Prioritas Kecelakaan Kerja dengan Metode Failure Mode and Effect Analysis di PT. PAL Indonesia (Persero)

Model System Dinamics

BAB I PENDAHULUAN. contohnya mesin. Bantuan mesin dapat meningkatkan produktivitas,

BAB 1 PENDAHULUAN. kerja, kondisi serta lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka meningkatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMAKASIH DAFTAR ISI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

PENENTUAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIFITAS PADA PROYEK KONSTRUKSI DENGAN SISTEM DINAMIK

HADI SUTANTO NRP

BAB I PENDAHULUAN. pelaku dalam industri (Heinrich, 1980). Pekerjaan konstruksi merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

USULAN PERBAIKAN KECELAKAAN KERJA DI TERMINAL PETIKEMAS KOJA BERDASARKAN METODE FMEA (FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (Research and Development/R&D) melalui pendekatan sistem dinamis

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan industri besar dan sedang di Jawa Tengah pada tahun 2008

BAB V HASIL DAN ANALISIS. Penyebab dari kegagalan yang dialami oleh APU unable to start atau tak bisa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kata kunci: K3, sosio-teknikal, sistem dinamik, industri perkapalan

BAB III METODE PENELITIAN

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ANALISA RESIKO DALAM USAHA MENGELOLA FAKTOR RESIKO SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS DAN KUANTITAS PRODUK JADI

BAB 3 METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan suatu cara untuk menjawab permasalahanpermasalahan penelitian yang dilakukan secara ilmiah.

PENGERTIAN (DEFINISI) RESIKO DAN PENILAIAN (MATRIKS) RESIKO

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor yaitu, unsafe action dan unsafe condition. OHSAS menyebutkan risiko

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Lokasi Penelitian

BAB II TEORI DASAR PROSES PENILAIAN KESELAMATAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Paramita Anggraini ( ) Pembimbing : Dr.Ir. Sri Gunani Partiwi. Co Pembimbing : Prof.Dr.Ir. Budisantoso Wirjodirdjo, M.

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan untuk membantu kehidupan manusia. Penggunaan mesin-mesin,

3. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Memasuki Era pertumbuhan yang maju, lingkungan perusahaan beroperasi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pesat dunia industri konstruksi bangunan di Indonesia

BAB III TINJAUAN PIRANTI LUNAK

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu dari sekian banyak bidang usaha yang tergolong sangat

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA ESTIMATOR BIAYA JALAN (COST ESTIMATOR FOR ROAD PROJECT)

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Oleh : Achmad Sebastian Ristianto

Modul. Blok II 1. Magister Manajemen Rumahsakit Fakultas Kedokteran UGM. Identifikasi Dan Analisis Resiko

BAB 7 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil wawancara dengan berpedoman pada Internal Control

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan Dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja

Analisis Keandalan Pada Boiler PLTU dengan Menggunakan Metode Failure Mode Effect Analysis (FMEA)

Bisnis Proses Mapping Perusahaan Target Tiap Proses Ruang Lingkup Perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals.

BAB I PENDAHULUAN. (Sumber:

Sistem Pendukung Keputusan / Decision Support System PENGAMBILAN KEPUTUSAN, SISTEM, PEMODELAN DAN DUKUNGAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB VI SKENARIO, KESIMPULAN, DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran aspek..., Aldo Zaendar, FKM UI, 2009

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V PEMBAHASAN. Khusus Busway Kapten Tendean Blok.M Cileduk Paket Kapten Tendean

Analisis Gangguan Jaringan Kabel dengan Kombinasi Metode Fault Tree Analysis dan Failure Mode and Effect Analysis (Studi kasus PT.

METODOLOGI PENELITIAN. Kerangka Pemikiran

KESELAMATAN KERJA. Keselamatan & Kesehatan Kerja


BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin ketatnya persaingan di bidang industri menuntut perusahaan untuk mengoptimalkan seluruh sumber daya yang

Sistem Pendukung Keputusan / Decision Support System

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

MANAJEMEN RESIKO KERUSAKAN DI UNIT PENGEMASAN PT. SEMEN INDONESIA, Tbk, PABRIK TUBAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

KECELAKAAN TAMBANG. Oleh : Rochsyid Anggara

BAB 1 PENDAHULUAN. Potensi bahaya dan risiko kecelakaan kerja antara lain disebabkan oleh

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 3 METODE PENELITIAN PENDAHULUAN LANDASAN TEORI PENGUMPULAN, PENGOLAHAN ANALISA DATA PEMETAAN PROSES ALIRAN IMPOR CKD

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI. HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS KATA PENGANTAR...

SIDANG PROPOSAL TUGAS AKHIR

USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK MENGGUNAKAN METODE FAULT TREE ANALYSIS (FTA) DAN FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA) DI PABRIK ROTI BARITON 1

Analisis Model dan Simulasi. Hanna Lestari, M.Eng

Pengertian (Definisi) Bahaya

BAB 1 : PENDAHULUAN. perhatian dan kerja keras dari pemerintah maupun masyarakat.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Bab III. Metodologi Penelitian. digunakan dalam penyelesaian masalah pada PT. Calvin Metal Products.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan nasional, titik berat pembangunan nasional

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan dan Kesehatan Kerja (K3) ILO (2003) mendefinisikan K3 adalah upaya pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan para pekerja baik secara fisik, mental, dan sosial. Hal ini berhubungan dengan kecelakaan yang terjadi di tempat kerja. Kecelakaan yang sering terjadi di tempat kerja seperti luka dan pendarahan, patah tulang, luka bakar, pajanan bahan kimia, sengatan listrik, kekurangan oksigen, pajanan bahan kimia, dan lainnya (ILO, 2013). Menurut Asiyanto (2005) faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja konstruksi, sebagai berikut: 1. Pelaku-pelaku konstruksi 2. Material konstruksi 3. Peralatan konstruksi 4. Metode konstruksi 5. Desain konstruksi Sebab itu diperlukan sistem manajemen yang dapat mengontrol dan mengawasi kecelakaan di tempat kerja, sistem manajemen ini dikenal dengan SMK3. Sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja (SMK3) berdasarkan OHSAS 18001:2007 adalah bagian dari suatu sistem manajemen yang digunakan untuk mengembangkan dan menerapkan kebijakan K3 (keselamantan dan kesehatan kerja) dan mengelolah risiko-risiko K3. Dengan kata lain SMK3 adalah kegiatan untuk mengidentifikasi risiko dan mengolah risko K3 dengan

7 menerapkan sistem keselamatan kerja sehingga peluang kecelakaan menjadi berkurang. Risiko kecelakaan kerja timbul karena adanya potensi bahaya kecelakaan pada setiap pekerjaan. ILO (2013) membagi potensi bahaya yang menimbulkan risiko dalam empat kategori sebagai berikut : Tabel 2.1 Potensi Bahaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja Didasarkan pada Dampak Korban Sumber : ILO 2013 Dari tabel di atas, risiko yang biasanya menjadi perhatian penuh dalam proyek kontruksi pada kategori B yaitu risiko langsung pada keselamatan. Kecelakaan yang timbul dari kategori B berasal dari peyebab langsung. Penyebab langsung kecelakaan berdasarkan teori efek domino (Heinrich, 1959), berasal dari unsafe act dan unsafe condition.

8 2.2 Teori Efek Domino Berdasarkan teori efek domino (Heinrich, 1959), kecelakaan terjadi melalui mata rantai yang berhubungan, sebab akibat dari faktor penyebab kecelakaan kerja yang saling berhubungan sehingga menimbulkan kecelakaan kerja dan kerugian lainnya. Faktor-faktor penyebab kecelakaan kerja seperti penyebab langsung kecelakaan kerja, penyebab tidak langsung kecelakaan kerja, dan penyebab dasar kecelakaan kerja. Termasuk faktor penyebab langsung kecelakaan kerja adalah kondisi tidak aman (unsafe condition) dan tindakan tidak aman atau berbahaya (unsafe action). Contoh penyebab kondisi tidak aman seperti tempat kerja tidak memenuhi syarat/standar, alat pelindung diri tidak sesuai standar yang ditetapakan, pencahayaan serta instalasi listrik yang buruk, alat kerja/mesin/kendaraan yang kurang layak pakai, material berbahaya, dan waktu atau jam kerja yang berlebihan. Contoh tindakan tidak aman seperti bekerja sambil bercanda, meninggalkan prosedur kerja, tidak menggunakan alat pelindung diri (APD), bekerja tanpa perintah, mengabaikan instruksi kerja, tidak mematuhi ramburambu di tempat kerja, tidak melaporkan adanya kerusakan alat/mesin ataupun APD, dan tidak mengurus izin kerja berbahaya sebelum memulai pekerjaan dengan risiko/bahaya tinggi. Termasuk dalam faktor penyebab tidak langsung kecelakaan kerja ialah faktor pekerjaan dan faktor pribadi. Contoh faktor pekerjaan seperti pekerjaan tidak sesuai dengan tenaga kerja, pekerjaan tidak sesuai sesuai dengan kondisi sebenarnya, pekerjaan berisiko tinggi namun belum ada upaya pengendalian di

9 dalamnya, dan beban kerja yang tidak sesuai. Contoh faktor pribadi seperti mental/kepribadian tenaga kerja tidak sesuai dengan pekerjaan, konflik, stress, dan keahlian yang tidak sesuai. Termasuk dalam faktor penyebab dasar kecelakaan kerja ialah lemahnya manajemen dan pengendaliannya, kurangnya sarana dan prasarana, kurangnya sumber daya, kurangnya komitmen, dan lainnya. Dalam teori efek domino manajemen keselamatan kerja menjadi salah satu yang mempengaruhi kecelakaan, sehingga perlu sebuah manajemen yang dapat bekerja dengan baik. Heinrich (1959) juga menyatakan bahwa kontribusi terbesar penyebab kasus kecelakaan adalah kelalaian manusia sebesar 88%, faktor ketidaklayakan alat/properti dan kondisi lingkungan kerja sebesar 10%, dan sisanya 2% faktor lain-lain. 2.3 FMEA (Failure Modes and Effects Analysis) Sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja (SMK3) pada proyek konstruksi dalam membuat safety plan perlu melakukan identifikasi potensi bahaya yang timbul. Setelah melakukan identifikasi bahaya lalu dilakukan pengukuran tingkat risiko kecelakaan. Identifikasi potensi bahaya dan pengukuran tingkat risiko kecelakaan menurut ILO (2013) bertujuan untuk memberikan informasi secara menyeluruh dan mendetail mengenai risiko yang ditemukan dengan menjelaskan konsekuensi dari yang paling ringan sampai dengan yang paling berat. Beberapa metode yang dapat digunakan untuk identifikasi bahaya kecelakaan, pengukuran tingkat kecelakaan, dan evaluasinya antara lain inspeksi, check list, hazops, what if, FMEA, audits, CIA (Confidentiality,Integrity, and

10 Availability), FTA (Fault Tree Analysis), dan ETA ( Event Tree Analysis). Metode FMEA mempunyai kelebihan dalam penilaian tingkat risiko kecelakaan kerja. Metode ini memberi nilai tingkat risiko kecelakaan berdasarkan dampak (severity), kemungkinan kejadian (occurance), dan alat pencegah atau penditeksi (detection). Identifikasi dan pengukuran pada metode ini dilakukan pada setiap sub pekerjaan. Sehingga dianggap metode ini cocok untuk mengidentifikasi potensi bahaya dan menilai tingkat risiko kecelakaan pada proyek kontruksi yang memiliki sub pekerjaan yang banyak. Failure modes and effects analysis (FMEA) adalah sebuah teknik rekayasa yang digunakan untuk menetapkan, mengidentifikasi, dan untuk menghilangkan kegagalan yang diketahui, permasalahan, error, dan sejenisnya dari sebuah sistem, desain, proses, dan atau jasa sebelum mencapai konsumen (Satamatis, 1995). Berikut langkah-langkah dalam menggunakan metode FMEA menurut Kustiyaningsih (2011 ) : 1. Penjabaran produk atau proses beserta fungsinya 2. Membuat blok diagram, yaitu diagram yang menunjukan komponen terhubung oleh garis yang menunjukan komponen berhubungan 3. Membuat formulir FMEA, berisi produk/sistem, subsitem/ subproses, komponen, dan desain FMEA (dimodifikasi sesuai kebutuhan) 4. Mengidentifikasi potensi kegagalan, yaitu kondisi dimana komponen, sub sitem, sistem, ataupun proses tidak sesuai desain seharusnya 5. Mendaftar setiap kegagalan secara teknis, untuk fungsi dari setiap komponen atau langkah-langkah proses

11 6. Mendeskripsikan efek penyebab dari setiap kegagalan, sesuai dengan persepsi konsumen 7. Menentukan faktor probabilitas, yaitu pembobotan numeric pada setiap penyebab yang menunjukan setiap keseringan terjadi. 8. Identifikasi kontrol yang ada, yaitu mekanisme yang mencegah penyebab kegagalan terjadi 9. Review Risk Priority Number (RPN), yaitu hasil perkalian antara: a) Keseringan terjadi kesalahan (occurance) b) Alat kontrol akibat penyebab yang potensial (detection) c) Keseriusan akibat kesalahan terhadap proses (severity) 10. Menentukan rekomendasi untuk kegagalan potensial yang memiliki RPN tinggi 11. Update FMEA apabila ada perubahan desain atau proses Metode FMEA menilai tingkat risiko kecelakaan berdasarkan nilai RPN (risk priority number), nilai menunjukan tingkat risiko kecelakan yang timbul akibat potensi bahaya kecelakaan pada pekerjaan. Risk priority number (RPN) adalah produk matematis yang menunjukan tingkat keparahan, tingkat keseringan atau kemungkinan terjadi yang akan mempunyai pengaruh/ akibat, dan kemampuan kegagalan sebelum terjadi. RPN dipengaruhi oleh severity, occurance, dan detection. Severity adalah penilaian seberapa besar dampak dari bentuk kegagalan yang terjadi, dengan skala 1 sampai 10. Rangking penilaian untuk serverity dapat dilihat pada lampiran A tabel A.2 sesuai dengan standar Incident Severity Scale

12 (National Incident Database Report, 2011 dan Wang, et al, 2009) disesuaikan dengan proses yang dianalisis. Occurance adalah frekuensi dari penyebab kegagalan secara spesifik dari suatu proyek tersebut terjadi dan menghasilkan bentuk kegagalan yang terjadi, dengan skala 1 sampai 10. Rangking penilaian occurance dapat dilihat pada lampiran A tabel A.3 sesuai dengan tabel Crisp Ratings for Occurance of a Failure (Wang, et al, 2009) disesuaikan dengan proses atau pekerjaan yang dianalisis. Detection adalah pengukuran terhadap kemampuan alat untuk mendeteksi atau mengontrol kegagalan yang terjadi, dengan skala 1 sampai 10. Rangking penilaian detection dapat dilihat pada lampiran A tabel A.4 sesuai dengan tabel Crisp Ratings for Detection of a Failure (Wang, et al, 2009) disesuaikan dengan proses atau pekerjaan yang dianalisis. Metode FMEA dalam identifikasi potensi bahaya dan penilaian tingkat risiko digunakan bersama metode lain untuk mencari penyebab kecelakaan dan perbaikan yang perlu dilakukan. Metode lain yang biasanya digunakan bersama FMEA mencari penyebab kecelakaan dan rekomendasi perbaikan seperti FTA (Fault Tree Analysis), ETA (Event Tree Analysis) dan JSA (Job Safety Analysis). Tetapi metode ini hanya memberi hasil yang kulitatif untuk rekomendasi perbaikanya, selain itu rekomendasi yang diberikan juga tidak dapat uji hasilnya. Diperlukan sebuah metode lainnya yang memberi hasil dari penyebab kecelakaan yang lebih kompleks dan menunjukan hasil perubahan tingkat kecelakaan dari waktu ke waktu. Metode yang dapat melihat permasalahan lebih kompleks dan

13 perubahannya dari waktu ke waktu, salah satunya adalah sistem dinamik. Sistem dinamik dapat memberikan penyebab kecelakaan, tingkatan kecelakaan dari waktu ke waktu, dan hasil yang kuantitatif. Hasil dari sisitem dinamik dapat diukur dengan nilai rill sehingga lebih mudah dalam mengevaluasi dan pengambilan keputusan. 2.4 Sistem Dinamik Kim (1999) salah satu pentingnya untuk memahami sistem adalah mengetahui tujuannya, baik sebagai suatu entitas yang terpisah maupun dalam kaitannya dengan sitem yang lebih besar tempat sistem tersebut berada. Jay W. Forrester merupakan orang pertama kali mengenalkan sistem dinamik pada sekitar tahun 1950-an, merupakan suatu metode untuk memecahkan masalah-masalah yang kompleks yang timbul karena adanya kecenderungan sebab akibat dari berbagai variabel dalam sistem. Menurut Law dan Kelton (1991), simulasi merupakan suatu teknik meniru operasi-operasi atau proses- proses yang terjadi dalam suatu sistem dengan bantuan perangkat komputer dan dilandasi oleh beberapa asumsi tertentu sehingga sistem tersebut bisa dipelajari secara ilmiah. Dapat disimpulkan model sistem dinamik adalah sebuah pemodelan terhadap suatu sistem yang dimana variabelvariabel didalamnya saling mempengaruhi satu sama lainnya dengan batasan yang telah ditetapkan. Tahapan simulasi sistem dinamik secara umum sebagai berikut : 1. Identifikasi dan definisi masalah 2. Konseptualisasi sistem

14 3. Formalisasi model 4. Simulasi model 5. Analisa kebijakan 6. Implementasi kebijakan Pendekatan sistem merupakan tahap awal dalam sistem dinamik dengan simulasi, bedasarkan langkah-langkah di atas pendekan sistem sebatas formaliasi. Seperti penjelasan di atas, pertama adalah identifikasi dan pendefinisian masalah dilakukan untuk mengetahui dimana pemodelan sistem diperlukan, tahap selanjutnya menetapkan tujuan dan batasan-batasan dari sistem yang dimodelkan. Batasan sistem meliputi kegiatan di dalam sistem sehingga perilaku yang dipelajari timbul karena interaksi komponen-komponen dalam sistem (Purnomo, 2003). Selanjutnya konseptualisasi model dilakukan pada permasalahan yang didefinisikan, diawali dengan identifikasi komponen atau variabel yang terlibat dalam model. Konseptualisasi model dapat memberi kemudahan bagi pembaca untuk mengikuti pola pikir yang tertuang dalam model untuk pemahaman lebih mendalam tetang sistem (Purnomo, 2003). Terakhir formalisasi model bertujuan untuk merumuskan setiap relasi dalam model konseptual dengan cara memasukan data kuantitatif kedalam model. Pemodelan yang dilakukan untuk mementukan nilai parameter dan melakukan percobaan-percoban dalam pengembangan model dengan mengkomunikasikan faktor-faktor yang terlibat, diformulasikan dengan persamaan numerik (Purnomo,

15 2003). Pada tahap ini akan mendapatkan model dinamik berupa casual loop diagram. Setelah melakukan pendekatan sistem sesuai langkah sismulasi sitem dinamik di atas, maka selajutnya simulasi model dengan bantuan program yang dijelaskan pada sub bab 2.5 2.5 Pemodelan Simulasi Sistem Dinamik STELLA merupakan program komputer untuk simulasi model dikarenakan karena kemudahan dan kecagihan dalam penggunaannya terus dikembangkan. Dalam STELLA, model kuntitatif disajikan dalam bentuk grafik dari satu atau lebih variabel terhadap waktu. Simulasi terhadap model dan melakukan validasi model yang juga akan menimbulkan umpan balik terhadap pemahaman sistem. Menurut Muhammadi, et al (2001), simulasi model dilakukan untuk memahami gejala atau proses sistem, membuat analisis dan peramalan perilaku gejala atau proses tersebut di masa depan. Validasi model dilakukan untuk mengetahui kesesuaian antara hasil simulasi dengan gejala atau proses yang ditirukan. Permasalahan yang dimodelkan dengan pendekatan sistem dinamik sebaiknya mengandung dua karakteristik (Richardson dan Pugh, 1986), yaitu : 1. Masalah yang akan dimodelkan mempunyai sifak dinamik, artinya menyangkut kuantitas yang berubah menurut waktu, akan direpresentasikan dalam grafik kuantitas terhadap waktu

16 2. Adanya sistem umpan balik Sistem dinamik mengambarkan sebuah konsep umpan balik pada struktur sistem yang dikenal dengan diagran kausal (causal loop diagram) atau CLD. CLD terdiri dari variabel yang saling berhubungan dengan tanda panah menandakan pengaruh penyebab diantara variabel. Tanda panah pada diagram diberi tanda (+) atau (-) tergantung pada hubungan yang terjadi apakah positif atau negatif. Tanda (+) digunakan untuk menyatakan hubungan yang terjadi antara dua faktor yang berubah dalam arah yang sama. Sedangkan tanda (-) digunakan jika hubungan yang terjadi antara dua faktor tersebut berubah dalam arah yang berlawanan (Muhammadi et al, 2001). Gambar dibawah ini menunjukan diagram alur kerja simulasi sistem dianamik : INPUT -Pengumpulan data -Pengolahan data PROSES -Simulasi sistem dalam diagram alir OUTPUT Awal -Perilaku sistem OUTPUT Akhir -Perilaku sistem EVALUASI -Rancangan Gambar 2.1. Alur Kerja Sistem Dinamik (Sumber : Muhammadi, Aminullah, Soesilo, 2001) Tahap input terdiri dari pengumpulan data, validasi data, dan pengolahan data. Tahap selanjutnya merupakan proses merancang simulasi sistem dengan

17 SFD (Stock Flow Diagram), dengan cara mengiput variabel-variabel dari data tahap awal. Pada tahap output pertama akan menghasilkan grafik yang digunakan untuk merancang kebijakan pada tahap evaluasi. Kembali lagi ke tahap proses sampai model sesuai dengan realitas. Lalu tahap terakhir output dari kebijakan yang dibuat. 2.6 Model Keselamatan Kerja Dengan Sistem Dinamik Model keselamatan kerja (Mozier, 1999), terdiri dari tiga umpan balik yaitu terdiri dari satu pengutan dan dua penyeimbang. Loop penguatnya adalah loop komitmen K3, lalu untuk loop penyeimbangnya adalah loop tindakan proaktif dan loop tindakan reaktif. Gambar 2.2. Casual Loop Digram (Sumber : Mozier, 1999)

18 Dasar teori penyusunan model ini adalah teori efek domino (Heinrich, 1959). Sehingga dalam model ini, sistem manajemen menjadi faktor penting mengendalikan tingkat keselamatan dan unsafe action menjadi dasar tingkat kecelakaan kerja. Stock flow diagram model terdiri dari enam sektor antara lain sektor pelaporan kecelakaan dan investigasi, sektor insiden kecelakaan, sektor tenaga kerja, sektor bahaya kecelakaan, sektor safety KSA, dan biaya keselamat. Dalam penelitiannya (Mozier, 1999) membuat model keselamatan kerja untuk sebuah perusahaan industri kayu di Inggris pada bagian finishing. Model ini menggambarkan bahwa bahaya dan risiko kecelakaan tergantung pada tingkat pengetahuan keselamatan kerja dan perilaku aman dari pekerja. Sehingga pengontrolan bahaya dilakukan pada tingkat rata-rata KSA (Knowledge, Skill, and Attitute) pekerja dengan cara pelatihan keselamatan kerja.