BAB III KAJIAN LAPANGAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Gambar Data Pengguna Transportasi (Sumber : BPS Jawa Barat, 2014)

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V PENUTUP. Gambar V.1 Aplikasi Ide (Sumber : Penulis) commit to user

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB III STUDI LAPANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN STASIUN KA BANDARA INTERNASIONAL SOEKARNO-HATTA

BAB III PERMASALAHAN & DATA SURVEY PEMBANDING

BAB III ANALISA DAN DATA PROYEK

Gambar V.1 Aplikasi Ide (Sumber : Penulis)

SUDIMARA STATION INTERCHANGE DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR MODERN

BAB IV KONSEP. 4.1 Ide Awal

BAB IV KONSEP DESAIN. Konsep utama dari pool dan lounge yang akan dibuat adalah FUN atau menyenangkan

BAB III KAJIAN LAPANGAN

BAB V. PENGOLAHAN INTERIOR DENAH KHUSUS

BAB III KAJIAN LAPANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Gaya dari perancangan interior Museum permainan tradisional Jakarta ini mengarah pada gaya

Desain Interior Stasiun Surabaya Gubeng Baru Dengan Konsep Ruang Pamer Bertema Edukasi Perkereta-apian

BAB IV KONSEP PERANCANGAN. Bagan 4.1 Kerangka Berpikir Konsep

BAB III KONSEP PERANCANGAN

Alamat : Jl. Boulevard Bukit Gading Raya, Jakarta, Kota Jakarta Utara.

LOKASI Lokasi berada di Jl. Stasiun Kota 9, dan di Jl. Semut Kali, Bongkaran, Pabean Cantikan.

BAB IV: PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB V KESIMPULAN. BAB V Kesimpulan dan Saran 126

Desain Interior Restoran pada Rest Area di Kabupaten Probolinggo Berkonsep Jawa Rustik dengan Sentuhan Ikon Khas Probolinggo

BAB III TINJAUAN KAWASAN STASIUN KERETA API PASAR SENEN, JAKARTA PUSAT


STASIUN DAN BALAI YASA MANGGARAI

KONSEP MAKRO & KONSEP MIKRO

BAB IV KONSEP. Gambar 25 Konsep Hub

BAB.IV. KONSEP DESAIN. IV.1 Tema Perancangan Tema Perancangan Proyek medical spa ini adalah, Refreshing, Relaxing and Theurapetic,

BAB III TINJAUAN DATA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

PENGEMBANGAN STASIUN KERETA API PEMALANG DI KABUPATEN PEMALANG

KONSEP PERANCANGAN INTERIOR RUANG TIDUR UTAMA

BAB VI KONSEP PERENCANAAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Kemacetan jalan-jalan di DKI Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan

BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN KERETA API TAMBUN BEKASI

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

Karakter Visual Bangunan Stasiun Kereta Api Tanjung Priok

BAB II FIRST LINE. ditinggalkan dan diabaikan oleh masyarakatnya sendiri. pada tahun yang berisi pengembangan Transit Oriented Development

TINGKAT KEPUASAN PENGGUNA JASA KRL COMMUTER LINE (STUDI KASUS JALUR BOGOR-JATINEGARA) : ARI W B RAHARJO, Ir. MM

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Penjelasan Skema : Konsep Citra yang diangkat merupakan representasi dari filosofi kehidupan suku Asmat yang berpusat pada 3 hal yaitu : Asmat sebagai

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Bab 4 KONSEP PERANCANGAN INTERIOR

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

PERANCANGAN INTERIOR STASIUN KERETA API MADIUN. Lintang Laili Rohmah

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. kehidupan modern dengan tuntutan kebutuhan yang lebih tinggi. Seiring

KONSEP DESAIN. WARNA Warna yang digunakan adalah warna khas budaya Toraja yang terdapat pada elemen arsitektural dan motif ornamen.

PENGANTAR TEKNIK TRANSPORTASI TERMINAL. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 4 HASIL & PEMBAHASAN

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. Perancangan Pusat Pemasaran Mebel di Kota Pasuruan ini menggunakan

Bab 4 KONSEP PERENCANAAN DESAIN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. adalah High-Tech Of Wood. Konsep High-Tech Of Wood ini memiliki pengertian

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN HASIL DESAIN

A. IDE GAGASAN PERANCANGAN

KONSEP TUGAS AKHIR REDESAIN RESTORAN ITALIA PRONTO DENGAN KONSEP ITALIA KONTEMPORER

BAB IV PENGEMBANGAN STASIUN KERETA API PEMALANG DI KABUPATEN PEMALANG

BAB IV KONSEP PERENCANAAN INTERIOR

b. Kebutuhan ruang Rumah Pengrajin Alat Tenun

Gambar 5. 1 Citra ruang 1 Gambar 5. 2 Citra ruang 2 2. Lounge Lounge merupakan salah satu area dimana pengunjung dapat bersantai dan bersosialisasi de

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN FASILITAS TRANSPORTASI INTERMODA BSD

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GALERI SENI LUKIS MODERN DI YOGYAKARTA

BAB V KONSEP. mengasah keterampilan yaitu mengambil dari prinsip-prinsip Eko Arsitektur,

S K R I P S I & T U G A S A K H I R 6 6

BAB III ANALISA. Gambar 20 Fungsi bangunan sekitar lahan

Putih Abu Hitam Coklat

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB II TINJAUAN OBJEK

BAB 4. Analisis dan Bahasan

Bab IV. Konsep Perancangan

BAB III KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN MUSEUM BANK INDONESIA BANDUNG

KONSEP PERANCANGAN RUMAH SAKIT KHUSUS PARU

HASIL PERANCANGAN ... BAB IV. 4.1 Deskripsi Umum Projek

House Of Sampoerna. Nama Objek : Museum House Of Sampoerna. Lokasi : Jalan Taman Sampoerna 6,Surabaya. Kepemilikan : Sampoerna

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN INTERMODA DI TANGERANG

BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN HASIL DESAIN

BAB VI HASIL RANCANGAN

11.4 Kegiatan atau aktivitas dan mang-mang yang ada pada stasiun

BAB 4 KONSEP DESAIN. 4.1 Konsep Dasar Perancangan

Bumi Paranggelung blends work and leisure in harmony

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

STASIUN INTERCHANGE MASS RAPID TRANSIT BLOK M DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR BIOKLIMATIK DI JAKARTA

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

Pelabuhan Teluk Bayur

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB IV TINJAUAN TERMINAL TIPE B DI KAWASAN STASIUN DEPOK BARU

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GRIYȀ PERNIKAHAN DI YOGYAKARTA

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL TIPE B DI KAWASAN STASIUN DEPOK BARU

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DESAIN

Desain Interior Hotel Alila dengan Langgam Modern Luxury Nuansa Budaya Jawa

Transkripsi:

BAB III KAJIAN LAPANGAN A. OBSERVASI 1. Stasiun Gambir Jakarta Pusat Merupakan Stasiun yang terbesar di Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Indonesia dan terletak di Gambir, Jakarta Pusat. Dibangun pada dasawarsa 1930-an dengan nama Stasiun Koningsplein dan mendapatkan renovasi besar-besaran pada 1990-an. Mempunyai 4 jalur, stasiun Gambir melayani transportasi kereta api untuk tujuan tujuan utama di Pulau Jawa. Stasiun ini berada di Daerah Operasi (DAOP) I Jakarta. Gambar III.1 Stasiun Gambir (Dokumen Pribadi) Stasiun ini terdiri dari tiga tingkat. Hall utama, loket, beberapa restaurant dan took, serta ATM center terdapat pada tingkat pertama. Tingkat kedua adalah ruang tunggu dengan beberapa restaurant cepat saji dan kafetaria, sedangkan peron berada pada tingkat ketiga. 91

Gambar III.2 Pintu Selatan Stasiun Gambir (Dokumen Pribadi) Gambar III.3, III.4 ATM Center Stasiun Gambir (Dokumen Pribadi) Stasiun Gambir mempunyi kelas stasiun yang bersifat stasiun besar. Stasiun Gambir tidak melayani perjalanan kereta api dengan kelas ekonomi. Hanya terdapat pelayanan kelas eksekutif dan bisnis saja di stasiun Gambir.Stasiun Gambir mempunyai 2 akses pintu masuk yaitu pintu utara dan pintu selatan. Elemen Pembentuk Ruang - Dinding Dinding pada stasiun gambir ini sudah berbahan batu bata dan ada beberapa diding yang bersifat tidak permanen yang fungsinya ditambahakan sesuai dengan kebutuhan saat ini. Finishing dengan warna hijau mencerminkan warna khas dari betawi yang merupakan budaya khas dari Jakarta. Terdapat beberapa dinding yang difungsikan untuk media 92

informasi ataupun media promosi untuk calon penumpang, penumpang dan lain-lain. Gambar III.5, III.6 Loket dan Gerbang Masuk Stasiun Gambir (Dokumen Pribadi) Gambar III.7, III.8 Lost and Found dan Layanan Bantuan Stasiun Gambir (Dokumen Pribadi) Gambar III.9, III.10 Menuju Ruang Menyusui dan Tangga di Stasiun Gambir (Dokumen Pribadi) 93

- Lantai Lantai di stasiun Gambir ini menggunakan keramik yang keseluruhan berwana atau bernuansa kehijauan menyesuaikan warna bangunan. Pada lantai tiga yaitu peron, lantai menggunakan hotmix aspal. Gambar III.11, III.12 Anak Tangga di Stasiun Gambir (Dokumen Pribadi) Gambar III.13, III.14 Peron Stasiun Gambir (Dokumen Pribadi) - Ceilling Menggunakan bahan cor beton karena bangunan stasiun Gambir bertingkat 3. Cor beton di tutup oleh finishing lumbersering berwarna abuabu. Terdapat juga ceiling yang menggunakan gypsum pada lantai 1 94

Gambar III.15, III.16 Pintu Masuk Selatan dan Hall Stasiun Gambir (Dokumen Pribadi) Interior Sistem - Pencahayaan Pencahayaan di stasiun ini menggunakan 2 sumber pencahayaan yaitu pencahayaan alami dan pencahayaan buat. Pencahayaan buatan di stasiun Gambir menggunakan spotlight untuk menyorot beberapa objek, LED light sebagi pencahayaan general. Gambar III.17, III.18 Hall Stasiun gambir (Dokumen Pribadi) Gambar III.19, III.20 Lampu General dan Spotlight di Stasiun Gambir (Dokumen Pribadi) 95

Pencahayaan alami terdapat pada beberapa tempat di lantai satu dan dua. Sedangkan lantai tiga mendapat pencahayaan alami penuh pada siang hari. Gambar III.21, III.22 Suasana Hall Stasiun Gambir (Dokumen Pribadi) - Penghawaan Sistem penghawaan di stasiun Gambir menggunakan 2 macam sumber penghawaan yaitu penghawaan alami dan penghawaan buatan Penghawaan alami bersumber pada bukaan bukaaan yang terdapat pada stasiun Gambir. Bukaan cukup besar sehingga memungkinkan meminimalisir penggunaan mesin pendingin undara atau AC. Gambar III.23, III.24 Suasana Hall dan Suasana Lantai 2 Stasiun Gambir (Dokumen Pribadi) 96

Penghawaan buatan bersumber pada penggunaan mesin pendingin udara atau AC. Pendingin udara di letakkan di tempat yang benar benar membutuhkan udara karena suatu kebutuhan tertentu. 2. Stasiun Jakarta Kota Terletak di Kelurahan Pinangsia, Kota Tua Jakarta stasiun Jakarta Kota memiliki tipe sebuah stasiun akhiran atau stasiun awalan karena tidak memiliki kelanjutan jalur. Dikenal juga dengan nama stasiun Boes dan Stasiun Batavia Zuid dulunya. Dibangun sekitar tahun 1870, kemudian ditutup pada tahun 1926 untuk direnovasi menjadi bangunan yang sekarang ini. Stasiun Jakarta Kota sekarang ini merupakan salah satu bangunan cagar budaya yang dilindungi keberadaannya oleh Undang Undang. Gambar III.25 Pintu Masuk Stasiun Jakarta Kota (Dokumen Pribadi) Stasiun Jakarta Kota hanya memelayani beberapa perjalanan komersiil menuju luar Jakarta dan hanya mengutamakan perjalanan kereta api commuter line atau krl yang hanya sepanjang wilayah Jabodetabek. 97

Beberapa perjalanan yang ada di stasiun Jakarta Kota seperti Kereta Api Gumarang, Kereta Api Serayu, Kereta Api Argo Parahayangan dan Kereta Api Tegal Arum. Stasiun Jakarta Kota mempunyai 2 akses pintu masuk. Gamabr III.26 Hall Stasiun Jakarta Kota (Dokumen Pribadi) Elemen Pembentuk Ruang - Dinding Dinding pada stasiun gambir ini sudah berbahan batu bata dan ada beberapa diding yang bersifat tidak permanen yang fungsinya ditambahakan sesuai dengan kebutuhan saat ini. Finishing dengan warna putih, krem, dan terdapat finishing yang menggunakan keramik. Beberapa dinding difungsikan untuk media informasi ataupun media promosi untuk calon penumpang, penumpang dan lain-lain. Gambar III.27, III.28 Dinding Hall Finishing Cat Putih, Krem dan Dinding Hall Finishing Keramik Stasiun Jakarta (Dokumen Pribadi) 98

Gambar III.29, III.30 ATM Center dan Ruang Informasi di Stasiun Jakarta Kota (Dokumen Pribadi) - Lantai Lantai di stasiun Jakarta Kota ini menggunakan keramik yang keseluruhan berwana krem dan coklat. Terdapat pula penggunaan keramik warna putih pada ruangan tertentu. Pada area peron penumpang lantai menggunakan hotmix aspal. Gambar III.31, III.32 Lantai Ruang PAP dan Lantai Area Loket Stasiun Jakarta Kota (Dokumen Pribadi) Gambar III.33, III.34 Ruang Loket dan Area Peron Stasiun Jakarta Kota (Dokumen Pribadi) 99

- Ceilling Menggunakan ceiling yang meekspose bagian atasnya sehingga memberi kesan luas dan besar, mengeekspose dengan bahan plat dan besi yang dibentuk seperti huruf n". Di Stsaiun Jakarta Kota beberapa ruang juga menggunnakan finishing cat dan gypsum. Gambar III.35 Ruang Tunggu Stasiun Jakarta (Dokumen Pribadi) Gambar III.36, III.37 Ruang Loket Stasiun dan Ceilling Ruang Loket Jakarta Kota (Dokumen Pribadi) Interior Sistem - Pencahayaan Pencahayaan di stasiun ini menggunakan 2 sumber pencahayaan yaitu pencahayaan alami dan pencahayaan buat. 100

Pencahayaan buatan di stasiun Jakarta Kota menggunakan spotlight untuk menyorot beberapa objek, LED light sebagi pencahayaan general Gambar III.38 Pengaplikasian Lampu Spot di Stasiun Jakarta Kota (Dokumen Pribadi) Gambar III.39 Pengaplikasian Lampu LED di Stasiun Jakarta Kota (Dokumen Pribadi) Gambar III.40 Pengaplikasian Lampu LED di Stasiun Jakarta Kota (Dokumen Pribadi) Pencahayaan alami terdapat pada beberapa tempat di lantai satu dan dua. Namun lantai satu mendapat pencahayaan alami penuh pada siang hari. 101

Gambar III.41, III.42 Hall Stasiun dan Area Ruang Tunggu Jakarta Kota (Dokumen Pribadi) - Penghawaan Sistem penghawaan di stasiun Jakarta Kota menggunakan 2 macam sumber penghawaan yaitu penghawaan alami dan penghawaan buatan Penghawaan alami bersumber pada bukaan bukaaan yang terdapat pada stasiun Jakarta Kota. Bukaan cukup besar sehingga memungkinkan meminimalisir penggunaan mesin pendingin undara atau AC. Gambar III.43, III.44 Hall Stasiun dan Ruang Tunggu Jakarta Kota (Dokumen Pribadi) Penghawaan buatan bersumber pada penggunaan mesin pendingin udara berupa kipas angin atau AC. Pendingin udara di letakkan di tempat yang benar benar membutuhkan udara karena suatu kebutuhan tertentu, seperti perkantoran, ruang loket, ruang PAP dan lain lain. 102

Gambar III.45, III.46 Ruang PAP dan Ruang Loket Stasiun Jakarta Kota ( Dokumen Pribadi) 3. Stasiun Tanjung Priok Stasiun yang terletak di Jakarta Utara tepatnya di Kecamatan Tanjung Priok. Stasiun Tanjung Priok merupakan bangunan cagar budaya yang keberadaannya dilindungi oleh undang-undang. Letaknya juga berada di seberang pelabuhan Tanjung Priok. Gambar III.47 Stasiun Tanjung Priok (Dokumen Pribadi) Stasiun Tanjung Priok menghubungkan Pelabuhan Tanjung Priok dengan Batavia yang berada di selatan pada saat itu. Alasan pembangunan ini karena pada masa lalu wilayah Tanjung Priok sebagian besar adalah hutan dan rawa-rawa berbahaya sehingga dibutuhkan kereta api yang merupakan sarana transportasi yang aman pada saat itu. Dibangun 103

tepatnya pada tahun 1914 pada masa Gurbernur Jendral A.F.W. Idenburg. Untuk menyelesaikan stasiun ini, diperlukan sekitar 1700 tenaga kerja dan 130 diantaranya adalah pekerja berbangsa Eropa. Gambar III.48 Ruang Tunggu Stasiun Tanjung Priok (Dokumen Pribadi) Stasiun Tanjung Priok untuk sementara ini tidak difungsikan untuk perjalanan umum. Dikarenakan fasilitas yang belum terlalu memadai di dalam stasiun, namun di stasiun Tanjung Priok tetap membuka layanan loketnya untuk melayani pemesanan tiket kereta api. Elemen Pembentuk Ruang - Dinding Dinding pada stasiun gambir ini sudah berbahan batu bata.dinding di Tanjung Priok ini masih dipertahankan bentuknya sejak dulu. Dinding Stasiun Tanjung Priok memiliki finishing cat berwarna putih ataupun abuabu, ada pula yang di beri treatment kayu dan juga keramik. Pada plint atau skirting menggunakan marmer. Terdapat beberapa dinding yang difungsikan untuk media informasi ataupun media promosi. 104

Gambar III.49, III.50 Hall dan Keramik Motif di Dinding Stasiun Tanjung Priok (Dokumen Pribadi) Gambar III.51 Area Perkantoran Stasiun Tanjung Priok (Dokumen Pribadi) - Lantai Lantai di stasiun Tanjung Priok ini menggunakan keramik yang keseluruhan berwana putih dan beberapa warnal lain seperti hitam dan abu-abu digunakan untuk membentuk motif. Gambar III.52, III.53 Hall Stasiun Tanjung Priok (Dokumen Pribadi) 105

Gambar III.54, III.55 Ruang Tunggu dan Peron Stasiun Tanjung Priok (Dokumen Pribadi) - Ceilling Menggunakan ceiling yang meekspose bagian atasnya sehingga memberi kesan luas dan besar. Ceiling memiliki finishing cat berwarna putih dan abu-abu untuk ceiling ekspose kayu sedangkan untuk ceiling yang terdapat pada ruang tunggu dan peron menggunakan besi ekspose dengan warna coklat metalic dan abu-abu. Gambar III.56, III.57 Ceilling Hall Stasiun Tanjung Priok (Dokumen Pribadi) Gambar III.58, III.59 Ceilling Ruang Tunggu dan Peron Stasiun Tanjung Priok (Dokumen Pribadi) 106

Interior Sistem - Pencahayaan Pencahayaan di stasiun ini menggunakan 2 sumber pencahayaan yaitu pencahayaan alami dan pencahayaan buat. Pencahayaan buatan di stasiun Tanjung Priok menggunakan spotlight untuk menyorot beberapa objek, LED light sebagi pencahayaan general dan beberapa lampu TL di sudut sudut ruangan. Gambar III.60 III.61 Lampu LED dan Lampu Sorot Stasiun Tanjung Priok (Dokumen Pribadi) Pencahayaan alami terdapat pada beberapa tempat di lantai satu dan dua. Pencahayaan alami bersumber melalui bukaan kaca yang terdapat di sisi atas dinding dan terdapat pada treatment ceiling yang menggunakan kaca ekspose. Gambar III.62, III.63 Hall Stasiun Tanjung Priok (Dokumen Pribadi) 107

Gambar III.64, III.65 Hall Stasiun Tanjung Priok (Dokumen Pribadi) Gambar III.66, III.67 Ruang Tunggu dan Peron Stasiun Tanjung Priok (Dokumen Pribadi) - Penghawaan Sistem penghawaan di stasiun Tanjung Priok menggunakan 1 macam sumber penghawaan yaitu penghawaan alami. Penghawaan alami bersumber pada bukaan bukaaan yang terdapat pada stasiun Jakarta Kota. Bukaan cukup besar sehingga memungkinkan meminimalisir penggunaan mesin pendingin undara atau AC. Karena stasiun Tanjung Priok belum digunakan secara komersil belom terlalu banyak fasilitas seperti pendingin udara dipergunakan. Perkantoranpun 108

memanfaatkan sirkulasi udara yang ada pada ventilasi atau lubang udara yang ada. Gambar III.68, III.69 Ruang Tunggu dan Hall Stasiun Tanjung Priok (Dokumen Pribadi) 4. Stasiun Bogor Terletak di ketinggian +246 m stasiun Bogor dahulu yang dikenal dengan stasiun Buitenzorg adalah stasiun kereta api di Kota Bogor, Indonesia yang dibangun pada tahun 1881. Renovasi stasiun pernah dilakukan oleh Kementrian Perhubungan tahun 2009. bangunan stasiun yang bertuliskan 1881 ini, yang menghadap Jalan Nyi Raja Permas Raya (Taman Topi) ini akhirnya tidak difungsikan sebagai pintu masuk stasiun. Kini bangunan stasiun dipindah menghadap jalan Mayor Oking. 109

` Gambar III.70 Stasiun Bogor (Dokumen Pribadi) Stasiun Bogor memberangkatkan kereta api listrik (krl) yang melayani kawasan Jabodetabek, yakni menuju Stasiun Jakarta Kota dan Stasiun Jatinegara. Stasiun Bogor juga memberangkatkan kereta api Pangrango dari stasiun Paledang yang berjarak 200 m disebelah selatan stasiun Bogor untuk melayani rute Sukabumi Bogor. Langsiran lokomotif KA Pangrango dilakukan di stasiun Bogor dikarenakan di Stasiun Paledang hanya mempunyai 1 jalur kereta api. Gambar III.71 Stasiun Bogor (Dokumen Pribadi) 110

Elemen Pembentuk Ruang - Dinding Dinding pada stasiun Bogor ini sudah berbahan batu bata dan ada beberapa diding yang bersifat tidak permanen yang fungsinya ditambahakan sesuai dengan kebutuhan saat ini. Finishing dengan warna putih dan masih ada bagian yang terbuat kayu yang di finishing plitur masih dipertahankan sejak dulu. Terdapat beberapa dinding yang difungsikan untuk media informasi ataupun media promosi untuk calon penumpang, penumpang dan lain-lain. Gambar III.72, III.73 Dinding RuangVIP Stasiun Bogor Gambar III.74, III.75 Hall Stasiun Bogor (Dokumen Pribadi) 111

Gambar III.76 Ruang PAP Stasiun Bogor (Dokumen Pribadi) - Lantai Lantai di stasiun Bogor ini menggunakan keramik yang berwarna coklat tua, coklat muda dan abu-abu. Gambar III.77, III.78 Ruang Tunggu dan Hall Stasiun Bogor (Dokumen Pribadi) - Ceilling Menggunakan ceiling yang meekspose bagian atasnya sehingga memberi kesan luas dan besar. Pada area perkantoran, hall dan pertokoan ceiling memakai gypsum yang berwarna putih. Sedangkan pada area hall depan ruang loket menggunakan ceilling ekspose berbahan besi dan kaca. 112

Gambar III.79 Ceilling Ruang VIP Stasiun Bogor (Dokumen Pribadi) Gambar III.80 Ceilling Ruang Tunggu Stasiun Bogor (Dokumen Pribadi) Gambar III.81 Hall Stasiun Bogor (Dokumen Pribadi) Interior Sistem 113

- Pencahayaan Pencahayaan di stasiun ini menggunakan 2 sumber pencahayaan yaitu pencahayaan alami dan pencahayaan buat. Pencahayaan buatan di stasiun Jakarta Kota menggunakan spotlight untuk menyorot beberapa objek, LED light sebagi pencahayaan general. Gambar III.82 Ceilling Ruang Loket Stasiun Bogor (Dokumen Pribadi) Gambar III.83 Ceilling Hall Stasiun Bogor (Dokumen Pribadi) Gambar III.84 Ceilling Hall Stasiun (Dokumen Pribadi) 114

Pencahayaan alami bersumber pada bukaan besar yang langsung memberi cahaya ke ruang ruang publik di Stasiun Bogor. Gambar III.85, III.86 Hall Stasiun Bogor (Dokumen Pribadi) Gambar III.87, III.88 Hall dan Pintu Keluar Stasiun Bogor (Dokumen Pribadi) - Penghawaan Sistem penghawaan di stasiun Bogor menggunakan 2 macam sumber penghawaan yaitu penghawaan alami dan penghawaan buatan Penghawaan alami bersumber pada bukaan bukaaan yang terdapat pada stasiun Bogor. Bukaan cukup besar sehingga memungkinkan meminimalisir penggunaan mesin pendingin undara atau AC. 115

Gambar III.89 Area Menuju Pintu Keluar Stasiun Bogor (Dokumen Pribadi) Gambar III.90 Ruang Loket Stasiun Bogor (Dokumen Pribadi) Gambar III.91 Ruang Tunggu Stasiun Bogor 116

Penghawaan buatan bersumber pada penggunaan mesin pendingin udara berupa kipas angin atau AC. Pendingin udara di letakkan di tempat yang benar benar membutuhkan udara karena suatu kebutuhan tertentu. Gambar 92 Ruang Loket Stasiun Bogor (Dokumen Pribadi) 117