BAB III KAJIAN LAPANGAN A. OBSERVASI 1. Stasiun Gambir Jakarta Pusat Merupakan Stasiun yang terbesar di Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Indonesia dan terletak di Gambir, Jakarta Pusat. Dibangun pada dasawarsa 1930-an dengan nama Stasiun Koningsplein dan mendapatkan renovasi besar-besaran pada 1990-an. Mempunyai 4 jalur, stasiun Gambir melayani transportasi kereta api untuk tujuan tujuan utama di Pulau Jawa. Stasiun ini berada di Daerah Operasi (DAOP) I Jakarta. Gambar III.1 Stasiun Gambir (Dokumen Pribadi) Stasiun ini terdiri dari tiga tingkat. Hall utama, loket, beberapa restaurant dan took, serta ATM center terdapat pada tingkat pertama. Tingkat kedua adalah ruang tunggu dengan beberapa restaurant cepat saji dan kafetaria, sedangkan peron berada pada tingkat ketiga. 91
Gambar III.2 Pintu Selatan Stasiun Gambir (Dokumen Pribadi) Gambar III.3, III.4 ATM Center Stasiun Gambir (Dokumen Pribadi) Stasiun Gambir mempunyi kelas stasiun yang bersifat stasiun besar. Stasiun Gambir tidak melayani perjalanan kereta api dengan kelas ekonomi. Hanya terdapat pelayanan kelas eksekutif dan bisnis saja di stasiun Gambir.Stasiun Gambir mempunyai 2 akses pintu masuk yaitu pintu utara dan pintu selatan. Elemen Pembentuk Ruang - Dinding Dinding pada stasiun gambir ini sudah berbahan batu bata dan ada beberapa diding yang bersifat tidak permanen yang fungsinya ditambahakan sesuai dengan kebutuhan saat ini. Finishing dengan warna hijau mencerminkan warna khas dari betawi yang merupakan budaya khas dari Jakarta. Terdapat beberapa dinding yang difungsikan untuk media 92
informasi ataupun media promosi untuk calon penumpang, penumpang dan lain-lain. Gambar III.5, III.6 Loket dan Gerbang Masuk Stasiun Gambir (Dokumen Pribadi) Gambar III.7, III.8 Lost and Found dan Layanan Bantuan Stasiun Gambir (Dokumen Pribadi) Gambar III.9, III.10 Menuju Ruang Menyusui dan Tangga di Stasiun Gambir (Dokumen Pribadi) 93
- Lantai Lantai di stasiun Gambir ini menggunakan keramik yang keseluruhan berwana atau bernuansa kehijauan menyesuaikan warna bangunan. Pada lantai tiga yaitu peron, lantai menggunakan hotmix aspal. Gambar III.11, III.12 Anak Tangga di Stasiun Gambir (Dokumen Pribadi) Gambar III.13, III.14 Peron Stasiun Gambir (Dokumen Pribadi) - Ceilling Menggunakan bahan cor beton karena bangunan stasiun Gambir bertingkat 3. Cor beton di tutup oleh finishing lumbersering berwarna abuabu. Terdapat juga ceiling yang menggunakan gypsum pada lantai 1 94
Gambar III.15, III.16 Pintu Masuk Selatan dan Hall Stasiun Gambir (Dokumen Pribadi) Interior Sistem - Pencahayaan Pencahayaan di stasiun ini menggunakan 2 sumber pencahayaan yaitu pencahayaan alami dan pencahayaan buat. Pencahayaan buatan di stasiun Gambir menggunakan spotlight untuk menyorot beberapa objek, LED light sebagi pencahayaan general. Gambar III.17, III.18 Hall Stasiun gambir (Dokumen Pribadi) Gambar III.19, III.20 Lampu General dan Spotlight di Stasiun Gambir (Dokumen Pribadi) 95
Pencahayaan alami terdapat pada beberapa tempat di lantai satu dan dua. Sedangkan lantai tiga mendapat pencahayaan alami penuh pada siang hari. Gambar III.21, III.22 Suasana Hall Stasiun Gambir (Dokumen Pribadi) - Penghawaan Sistem penghawaan di stasiun Gambir menggunakan 2 macam sumber penghawaan yaitu penghawaan alami dan penghawaan buatan Penghawaan alami bersumber pada bukaan bukaaan yang terdapat pada stasiun Gambir. Bukaan cukup besar sehingga memungkinkan meminimalisir penggunaan mesin pendingin undara atau AC. Gambar III.23, III.24 Suasana Hall dan Suasana Lantai 2 Stasiun Gambir (Dokumen Pribadi) 96
Penghawaan buatan bersumber pada penggunaan mesin pendingin udara atau AC. Pendingin udara di letakkan di tempat yang benar benar membutuhkan udara karena suatu kebutuhan tertentu. 2. Stasiun Jakarta Kota Terletak di Kelurahan Pinangsia, Kota Tua Jakarta stasiun Jakarta Kota memiliki tipe sebuah stasiun akhiran atau stasiun awalan karena tidak memiliki kelanjutan jalur. Dikenal juga dengan nama stasiun Boes dan Stasiun Batavia Zuid dulunya. Dibangun sekitar tahun 1870, kemudian ditutup pada tahun 1926 untuk direnovasi menjadi bangunan yang sekarang ini. Stasiun Jakarta Kota sekarang ini merupakan salah satu bangunan cagar budaya yang dilindungi keberadaannya oleh Undang Undang. Gambar III.25 Pintu Masuk Stasiun Jakarta Kota (Dokumen Pribadi) Stasiun Jakarta Kota hanya memelayani beberapa perjalanan komersiil menuju luar Jakarta dan hanya mengutamakan perjalanan kereta api commuter line atau krl yang hanya sepanjang wilayah Jabodetabek. 97
Beberapa perjalanan yang ada di stasiun Jakarta Kota seperti Kereta Api Gumarang, Kereta Api Serayu, Kereta Api Argo Parahayangan dan Kereta Api Tegal Arum. Stasiun Jakarta Kota mempunyai 2 akses pintu masuk. Gamabr III.26 Hall Stasiun Jakarta Kota (Dokumen Pribadi) Elemen Pembentuk Ruang - Dinding Dinding pada stasiun gambir ini sudah berbahan batu bata dan ada beberapa diding yang bersifat tidak permanen yang fungsinya ditambahakan sesuai dengan kebutuhan saat ini. Finishing dengan warna putih, krem, dan terdapat finishing yang menggunakan keramik. Beberapa dinding difungsikan untuk media informasi ataupun media promosi untuk calon penumpang, penumpang dan lain-lain. Gambar III.27, III.28 Dinding Hall Finishing Cat Putih, Krem dan Dinding Hall Finishing Keramik Stasiun Jakarta (Dokumen Pribadi) 98
Gambar III.29, III.30 ATM Center dan Ruang Informasi di Stasiun Jakarta Kota (Dokumen Pribadi) - Lantai Lantai di stasiun Jakarta Kota ini menggunakan keramik yang keseluruhan berwana krem dan coklat. Terdapat pula penggunaan keramik warna putih pada ruangan tertentu. Pada area peron penumpang lantai menggunakan hotmix aspal. Gambar III.31, III.32 Lantai Ruang PAP dan Lantai Area Loket Stasiun Jakarta Kota (Dokumen Pribadi) Gambar III.33, III.34 Ruang Loket dan Area Peron Stasiun Jakarta Kota (Dokumen Pribadi) 99
- Ceilling Menggunakan ceiling yang meekspose bagian atasnya sehingga memberi kesan luas dan besar, mengeekspose dengan bahan plat dan besi yang dibentuk seperti huruf n". Di Stsaiun Jakarta Kota beberapa ruang juga menggunnakan finishing cat dan gypsum. Gambar III.35 Ruang Tunggu Stasiun Jakarta (Dokumen Pribadi) Gambar III.36, III.37 Ruang Loket Stasiun dan Ceilling Ruang Loket Jakarta Kota (Dokumen Pribadi) Interior Sistem - Pencahayaan Pencahayaan di stasiun ini menggunakan 2 sumber pencahayaan yaitu pencahayaan alami dan pencahayaan buat. 100
Pencahayaan buatan di stasiun Jakarta Kota menggunakan spotlight untuk menyorot beberapa objek, LED light sebagi pencahayaan general Gambar III.38 Pengaplikasian Lampu Spot di Stasiun Jakarta Kota (Dokumen Pribadi) Gambar III.39 Pengaplikasian Lampu LED di Stasiun Jakarta Kota (Dokumen Pribadi) Gambar III.40 Pengaplikasian Lampu LED di Stasiun Jakarta Kota (Dokumen Pribadi) Pencahayaan alami terdapat pada beberapa tempat di lantai satu dan dua. Namun lantai satu mendapat pencahayaan alami penuh pada siang hari. 101
Gambar III.41, III.42 Hall Stasiun dan Area Ruang Tunggu Jakarta Kota (Dokumen Pribadi) - Penghawaan Sistem penghawaan di stasiun Jakarta Kota menggunakan 2 macam sumber penghawaan yaitu penghawaan alami dan penghawaan buatan Penghawaan alami bersumber pada bukaan bukaaan yang terdapat pada stasiun Jakarta Kota. Bukaan cukup besar sehingga memungkinkan meminimalisir penggunaan mesin pendingin undara atau AC. Gambar III.43, III.44 Hall Stasiun dan Ruang Tunggu Jakarta Kota (Dokumen Pribadi) Penghawaan buatan bersumber pada penggunaan mesin pendingin udara berupa kipas angin atau AC. Pendingin udara di letakkan di tempat yang benar benar membutuhkan udara karena suatu kebutuhan tertentu, seperti perkantoran, ruang loket, ruang PAP dan lain lain. 102
Gambar III.45, III.46 Ruang PAP dan Ruang Loket Stasiun Jakarta Kota ( Dokumen Pribadi) 3. Stasiun Tanjung Priok Stasiun yang terletak di Jakarta Utara tepatnya di Kecamatan Tanjung Priok. Stasiun Tanjung Priok merupakan bangunan cagar budaya yang keberadaannya dilindungi oleh undang-undang. Letaknya juga berada di seberang pelabuhan Tanjung Priok. Gambar III.47 Stasiun Tanjung Priok (Dokumen Pribadi) Stasiun Tanjung Priok menghubungkan Pelabuhan Tanjung Priok dengan Batavia yang berada di selatan pada saat itu. Alasan pembangunan ini karena pada masa lalu wilayah Tanjung Priok sebagian besar adalah hutan dan rawa-rawa berbahaya sehingga dibutuhkan kereta api yang merupakan sarana transportasi yang aman pada saat itu. Dibangun 103
tepatnya pada tahun 1914 pada masa Gurbernur Jendral A.F.W. Idenburg. Untuk menyelesaikan stasiun ini, diperlukan sekitar 1700 tenaga kerja dan 130 diantaranya adalah pekerja berbangsa Eropa. Gambar III.48 Ruang Tunggu Stasiun Tanjung Priok (Dokumen Pribadi) Stasiun Tanjung Priok untuk sementara ini tidak difungsikan untuk perjalanan umum. Dikarenakan fasilitas yang belum terlalu memadai di dalam stasiun, namun di stasiun Tanjung Priok tetap membuka layanan loketnya untuk melayani pemesanan tiket kereta api. Elemen Pembentuk Ruang - Dinding Dinding pada stasiun gambir ini sudah berbahan batu bata.dinding di Tanjung Priok ini masih dipertahankan bentuknya sejak dulu. Dinding Stasiun Tanjung Priok memiliki finishing cat berwarna putih ataupun abuabu, ada pula yang di beri treatment kayu dan juga keramik. Pada plint atau skirting menggunakan marmer. Terdapat beberapa dinding yang difungsikan untuk media informasi ataupun media promosi. 104
Gambar III.49, III.50 Hall dan Keramik Motif di Dinding Stasiun Tanjung Priok (Dokumen Pribadi) Gambar III.51 Area Perkantoran Stasiun Tanjung Priok (Dokumen Pribadi) - Lantai Lantai di stasiun Tanjung Priok ini menggunakan keramik yang keseluruhan berwana putih dan beberapa warnal lain seperti hitam dan abu-abu digunakan untuk membentuk motif. Gambar III.52, III.53 Hall Stasiun Tanjung Priok (Dokumen Pribadi) 105
Gambar III.54, III.55 Ruang Tunggu dan Peron Stasiun Tanjung Priok (Dokumen Pribadi) - Ceilling Menggunakan ceiling yang meekspose bagian atasnya sehingga memberi kesan luas dan besar. Ceiling memiliki finishing cat berwarna putih dan abu-abu untuk ceiling ekspose kayu sedangkan untuk ceiling yang terdapat pada ruang tunggu dan peron menggunakan besi ekspose dengan warna coklat metalic dan abu-abu. Gambar III.56, III.57 Ceilling Hall Stasiun Tanjung Priok (Dokumen Pribadi) Gambar III.58, III.59 Ceilling Ruang Tunggu dan Peron Stasiun Tanjung Priok (Dokumen Pribadi) 106
Interior Sistem - Pencahayaan Pencahayaan di stasiun ini menggunakan 2 sumber pencahayaan yaitu pencahayaan alami dan pencahayaan buat. Pencahayaan buatan di stasiun Tanjung Priok menggunakan spotlight untuk menyorot beberapa objek, LED light sebagi pencahayaan general dan beberapa lampu TL di sudut sudut ruangan. Gambar III.60 III.61 Lampu LED dan Lampu Sorot Stasiun Tanjung Priok (Dokumen Pribadi) Pencahayaan alami terdapat pada beberapa tempat di lantai satu dan dua. Pencahayaan alami bersumber melalui bukaan kaca yang terdapat di sisi atas dinding dan terdapat pada treatment ceiling yang menggunakan kaca ekspose. Gambar III.62, III.63 Hall Stasiun Tanjung Priok (Dokumen Pribadi) 107
Gambar III.64, III.65 Hall Stasiun Tanjung Priok (Dokumen Pribadi) Gambar III.66, III.67 Ruang Tunggu dan Peron Stasiun Tanjung Priok (Dokumen Pribadi) - Penghawaan Sistem penghawaan di stasiun Tanjung Priok menggunakan 1 macam sumber penghawaan yaitu penghawaan alami. Penghawaan alami bersumber pada bukaan bukaaan yang terdapat pada stasiun Jakarta Kota. Bukaan cukup besar sehingga memungkinkan meminimalisir penggunaan mesin pendingin undara atau AC. Karena stasiun Tanjung Priok belum digunakan secara komersil belom terlalu banyak fasilitas seperti pendingin udara dipergunakan. Perkantoranpun 108
memanfaatkan sirkulasi udara yang ada pada ventilasi atau lubang udara yang ada. Gambar III.68, III.69 Ruang Tunggu dan Hall Stasiun Tanjung Priok (Dokumen Pribadi) 4. Stasiun Bogor Terletak di ketinggian +246 m stasiun Bogor dahulu yang dikenal dengan stasiun Buitenzorg adalah stasiun kereta api di Kota Bogor, Indonesia yang dibangun pada tahun 1881. Renovasi stasiun pernah dilakukan oleh Kementrian Perhubungan tahun 2009. bangunan stasiun yang bertuliskan 1881 ini, yang menghadap Jalan Nyi Raja Permas Raya (Taman Topi) ini akhirnya tidak difungsikan sebagai pintu masuk stasiun. Kini bangunan stasiun dipindah menghadap jalan Mayor Oking. 109
` Gambar III.70 Stasiun Bogor (Dokumen Pribadi) Stasiun Bogor memberangkatkan kereta api listrik (krl) yang melayani kawasan Jabodetabek, yakni menuju Stasiun Jakarta Kota dan Stasiun Jatinegara. Stasiun Bogor juga memberangkatkan kereta api Pangrango dari stasiun Paledang yang berjarak 200 m disebelah selatan stasiun Bogor untuk melayani rute Sukabumi Bogor. Langsiran lokomotif KA Pangrango dilakukan di stasiun Bogor dikarenakan di Stasiun Paledang hanya mempunyai 1 jalur kereta api. Gambar III.71 Stasiun Bogor (Dokumen Pribadi) 110
Elemen Pembentuk Ruang - Dinding Dinding pada stasiun Bogor ini sudah berbahan batu bata dan ada beberapa diding yang bersifat tidak permanen yang fungsinya ditambahakan sesuai dengan kebutuhan saat ini. Finishing dengan warna putih dan masih ada bagian yang terbuat kayu yang di finishing plitur masih dipertahankan sejak dulu. Terdapat beberapa dinding yang difungsikan untuk media informasi ataupun media promosi untuk calon penumpang, penumpang dan lain-lain. Gambar III.72, III.73 Dinding RuangVIP Stasiun Bogor Gambar III.74, III.75 Hall Stasiun Bogor (Dokumen Pribadi) 111
Gambar III.76 Ruang PAP Stasiun Bogor (Dokumen Pribadi) - Lantai Lantai di stasiun Bogor ini menggunakan keramik yang berwarna coklat tua, coklat muda dan abu-abu. Gambar III.77, III.78 Ruang Tunggu dan Hall Stasiun Bogor (Dokumen Pribadi) - Ceilling Menggunakan ceiling yang meekspose bagian atasnya sehingga memberi kesan luas dan besar. Pada area perkantoran, hall dan pertokoan ceiling memakai gypsum yang berwarna putih. Sedangkan pada area hall depan ruang loket menggunakan ceilling ekspose berbahan besi dan kaca. 112
Gambar III.79 Ceilling Ruang VIP Stasiun Bogor (Dokumen Pribadi) Gambar III.80 Ceilling Ruang Tunggu Stasiun Bogor (Dokumen Pribadi) Gambar III.81 Hall Stasiun Bogor (Dokumen Pribadi) Interior Sistem 113
- Pencahayaan Pencahayaan di stasiun ini menggunakan 2 sumber pencahayaan yaitu pencahayaan alami dan pencahayaan buat. Pencahayaan buatan di stasiun Jakarta Kota menggunakan spotlight untuk menyorot beberapa objek, LED light sebagi pencahayaan general. Gambar III.82 Ceilling Ruang Loket Stasiun Bogor (Dokumen Pribadi) Gambar III.83 Ceilling Hall Stasiun Bogor (Dokumen Pribadi) Gambar III.84 Ceilling Hall Stasiun (Dokumen Pribadi) 114
Pencahayaan alami bersumber pada bukaan besar yang langsung memberi cahaya ke ruang ruang publik di Stasiun Bogor. Gambar III.85, III.86 Hall Stasiun Bogor (Dokumen Pribadi) Gambar III.87, III.88 Hall dan Pintu Keluar Stasiun Bogor (Dokumen Pribadi) - Penghawaan Sistem penghawaan di stasiun Bogor menggunakan 2 macam sumber penghawaan yaitu penghawaan alami dan penghawaan buatan Penghawaan alami bersumber pada bukaan bukaaan yang terdapat pada stasiun Bogor. Bukaan cukup besar sehingga memungkinkan meminimalisir penggunaan mesin pendingin undara atau AC. 115
Gambar III.89 Area Menuju Pintu Keluar Stasiun Bogor (Dokumen Pribadi) Gambar III.90 Ruang Loket Stasiun Bogor (Dokumen Pribadi) Gambar III.91 Ruang Tunggu Stasiun Bogor 116
Penghawaan buatan bersumber pada penggunaan mesin pendingin udara berupa kipas angin atau AC. Pendingin udara di letakkan di tempat yang benar benar membutuhkan udara karena suatu kebutuhan tertentu. Gambar 92 Ruang Loket Stasiun Bogor (Dokumen Pribadi) 117