BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Bank adalah salah satu penggerak ekonomi negara. Ia adalah tulang punggung likuiditas keuangan nasional. Bank menjadi sangat sentral perannya dikarenakan bersentuhan langsung dengan kelangsungan perekonomian masyarakat. Tak hanya sebagai tempat menyimpan uang, Bank juga menjadi sarana kredit bagi usaha yang dijalankan semua pihak. Oleh karenanya, kinerja sebuah Bank juga menjadi tolok ukur peningkatan perekonomian yang ada. Kinerja sebuah Bank menjadi sangat penting karena ia adalah salah satu pengelola dana masyarakat yang ada. Bank juga menjadi salah satu tumpuan pemerintah dalam pertumbuhan ekonomi negara. BNI 46 sebagai salah satu Bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN), menjadi salah satu tulang punggung negara dalam mengelola dana masyarakat. BNI 46 merupakan Bank milik Pemerintah dan publik yang menjangkau seluruh wilayah Republik Indonesia. BNI 46 memiliki peranan dalam mengelola keuangan, baik itu dalam memberikan jasa penyimpanan uang masyarakat dalam bentuk tabungan, maupun meminjamkan uang kepada masyarakat untuk modal usaha sangatlah besar. Hal ini lah yang kemudian membuat kinerja BNI 46 pun menjadi sangat penting. Perubahan lingkungan dan teknologi yang terjadi dengan cepat, selalu meningkatkan kompleksitas dan tantangan yang dihadapi oleh sebuah organisasi ataupun perusahaan. Perubahan tersebut membuat kebutuhan perusahaan terhadap seorang pemimpin menjadi sangat besar, mengingat pemimpin memiliki peran yang 1
2 besar bagi kelangsungan jalannya perusahaan. Perubahan-perubahan yang ada juga memunculkan kebutuhan organisasi terhadap pemimpin yang dapat mengarahkan dan mengembangkan usaha-usaha karyawan, yang dengan kekuasaannya untuk mencapai tujuan organisasi menuju high- performance organization (Harvey & Brown, 1996). Perubahan yang terjadi dalam organisasi ataupun perusahaan berhubungan dengan pemimpin organisasi yang ada. Hal ini dikarenakan budaya perusahaan ataupun organisasi berinteraksi secara langsung dengan kepemimpinan (Bass & Riggio, 2005). Hal tersebut terjadi dikarenakan pemimpin yang menekankan terhadap karyawan, tentang apa yang penting, siapa saja yang bisa masuk dan keluar perusahaan, dan bagaimana cara menghadapi masalah-masalah yang ada. Pemimpin yang efektif akan dapat menjalankan fungsinya dengan baik, tidak hanya ditunjukkan dari kekuasaan yang dimiliki tetapi juga ditunjukkan pula oleh perhatian pemimpin terhadap kesejahteraan dan kepuasan karyawan terhadap pemimpin dan peningkatan kualitas karyawan, terutama sikap mengayomi yang ditunjukkan untuk menguatkan kemauan karyawan dalam melaksanakan tugas guna mencapai tujuan organisasi. Hal ini dikarenakan kepemimpinan adalah proses menginspirasi orang lain untuk bekerja keras dalam menyelesaikan tugas-tugas penting (Schermerhorn, 2011). Keputusan dan kebijakan yang dibuat oleh seorang pemimpin sangat mempengaruhi kinerja para anggota. Hal ini menunjukkan pentingnya peranan seorang pemimpin sebagai penggerak sekaligus penjaga keutuhan organisasi. Bass (2008) menyatakan bahwa teori yang menekankan suatu perubahan dan yang paling komprehensif berkaitan dengan kepemimpinan adalah teori kepemimpinan transformasional dan transaksional. Gaya kepemimpinan transformasional merupakan
3 faktor penentu yang mempengaruhi sikap, persepsi, dan perilaku karyawan di mana terjadi peningkatan kepercayaan kepada pemimpin, motivasi dan kepuasan kerja serta mampu mengurangi sejumlah konflik yang sering terjadi dalam suatu organisasi Para pekerja di perusahaan memiliki peranan yang sangat penting karena pekerja menjadi penggerak utama dalam produksi perusahaan. Hasil produksi perusahaan yang memuaskan dan stabil tentunya juga dipengaruhi oleh komitmen organisasi yang baik dari setiap pekerjanya. Seorang karyawan yang memiliki komitmen terhadap organisasi adalah karyawan yang menjadi terlibat dalam organisasi karena adanya kesamaan antara lain nilai-nilai yang dianutnya dengan nilai-nilai organisasi (Martha, 2013). Komitmen organisasi menjadi titik berat dalam perusahaan sebab komitmen tersebut akan menentukan keterikatan pekerja pada perusahaan yang pada akhirnya akan menentukan pekerja untuk tetap bergabung dan memajukan perusahaan atau justru mencari pekerjaan lain yang lebih menjanjikan (Martha, 2013). Komitmen organisasi merupakan usaha mengindentifikasikan diri dan melibatkan diri dalam organisasi dan berharap tetap menjadi anggota organisasi. Tiga komponen komitmen telah diuji oleh Bass (2008) yang menunjukkan berbagai kemungkinan, kepemimpinan tranformasional mungkin menunjukkan hubungan positif yang kuat dengan komponen affective karena memberikan perasaaan yang kuat dan dukungan yang mendorong karyawan untuk tetap berada di organisasi, Sumaryono dan Ancok (2005) mengartikan komitmen karyawan terhadap organisasi adalah identifikasi individu terhadap tugas perusahaan dan keinginan untuk memberikan partisipasi aktifnya dalam perusahaan. Karyawan yang memiliki komitmen tinggi terhadap organisasi umumnya lebih kreatif dan inovatif. Karyawan
4 secara sadar bekerja mendukung tercapainya tujuan perusahaan, sehingga perusahaan lebih bisa kooperatif di dunia bisnis. Komitmen organisasi mempunyai peranan penting bagi perusahaan dalam proses operasional. Demikian juga komitmen organisasi mempunyai peranan penting bagi individu anggota suatu perusahaan untuk membangun kerjasama, memupuk semangat kerja, dan menciptakan loyalitas pada perusahaan. komitmen yang tinggi akan membuat perusahaan lebih kompetitif karena para karyawan yang berkomitmen tinggi biasanya kreatif dan inovatif (Miftahun & Sugiyanto, 2010). Dari informasi yang didapatkan melalui salah satu karyawan BNI 46 cabang Jepara, Telah terjadi sebuah pelanggaran visi pada periode kepemimpinan sebelumnya oleh beberapa karyawan perusahaan, dimana pelanggaran tersebut melanggar salah satu aspek komtimen organisasi yaitu aspek normatif, dimana karyawan yang seharusnya mengamankan uang nasabah, justru menggunakanya untuk kepentingan pribadi, hal ini menunjukan bahwa karyawan hanya berorientasi untuk memenuhi kebutuhan dirinya saja tanpa ada rasa takut akan kehilangan posisi didalam perusahaan dan memberikan dampak negatif, dampak negatif yang diakibatkan oleh beberapa karyawan tersebut bisa diartikan sebagai bentuk dari tingkat komitmen yang rendah jika ditinjau dari pernyataan Porter (1974) dimana karyawan yang memiliki tingkat komitmen yang tinggi terhadap perusahaan seharusnya membawa dampak positif bagi perusahaan. Dengan komitmen yang tinggi maka karyawan akan lebih betah dalam bekerja, setia, ikut berpartisipasi penuh dalam pencapaian tujuan perusahaan. Dampak negatif yang disebabkan oleh karyawan yang memiliki tingkat komitmen yang rendah tidak saja merugikan perusahaan dalam melaksanakan visi dan misinya, akan tetapi juga merugikan karyawan itu sendiri dengan mendapatkan sanksi berupa pemecatan yang menyebabkan karyawan harus
5 keluar dari perusahaan. Hal ini searah dengan pendapat Knoop (1999) yang menyatakan bahwa komitmen tinggi merupakan sikap loyal anggota organisasi merupakan proses yang berlangsung secara terus menerus mereka menunjukkan kepedulian dan kelangsungan sukses organisasi. Sebaliknya, komitmen rendah dimiliki oleh karyawan yang bersikap kurang loyal terhadap perusahaan. Karyawan yang memiliki komitmen yang kuat terhadap tugas akan mampu bekerja semaksimal mungkin dengan hasil yang optimal. Dampak dari karyawan yang memiliki komitmen rendah berpengaruh terhadap tujuan perusahaan tidak tercapai, sehingga perkembangan perusahaan ke depan terhambat. Bagi karyawan akan menderita kerugian pada jabatan yang tetap, sehingga penghasilan tidak bertambah, dimana pada kasus ini beberapa karyawan harus dikeluarkan dari organisasi. Dengan dikeluarkannya beberapa karyawan yang bermasalah, maka muncul pertanyaan: apakah dengan dikeluarkannya karyawan yang bermasalah maka tingkat komitmen karyawan akan tinggi? dan dikuti oleh pergantian kepemimpinan yang baru dapat di tarik sebuah permasalahan yaitu "Apakah ada hubungan antara kepemimpinan dengan komitmen karyawan terhadap organisasi? dimana pada kasus ini tingkat kepemimpinan akan ditinjau berdasarkan teori kepemimpinan transformasional yang dikemukakan oleh Bass. Melihat dari rumusan masalah yang ditemukan pada penjabaran diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan Antara Kepemimpinan Transformasional Dengan Komitmen Karyawan Terhadap Organisasi pada BNI 46 Kantor Cabang Jepara.
6 B. TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara kepemimpinan transformasional dengan komitmen organisasi karyawan. C. MANFAAT PENELITIAN 1. Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dalam pengembangan ilmu psikologi, khususnya bidang Psikologi Industri dan Organisasi terutama dalam bidang perilaku organisasi mengenai hubungan antara gaya kepemimpian transformational dengan komitmen organisasi dalam bisnis perbankan. 2. Penelitian ini diharapkan membuka wawasan masyarakat perihal pentingnya kepemimpinan transformasional dalam kaitanya dengan komitmen organisasi.