BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permukiman Kampung Aur merupakan salah satu permukiman padat penduduk yang terletak di bantaran Sungai Deli, Kelurahan Kampung Aur, Medan. Jika berbicara mengenai permukiman Kampung Aur, maka pandangan umum yang muncul adalah permukiman padat penduduk yang tidak teratur, bangunan semi permanen, kurang memperhatikan kebersihan serta legalitas bangunan yang masih dipertanyakan. Lingkungan permukiman kumuh dapat didefenisikan sebagai, (1) lingkungan yang berpenghuni padat; (2) kondisi sosial ekonomi masyarakat rendah; (3) jumlah rumahnya sangat padat dan ukurannya di bawah standar; (4) sarana dan prasarana tidak ada atau tidak memenuhi syarat teknis dan kesehatan; (5) hunian dibangun di atas tanah milik negara (Komarudin, 1997). Jika mengacu pada pandangan yang ada tersebut, maka hal ini sejalan dengan kondisi permukiman Kampung Aur. Munculnya permukiman kumuh di kawasan pusat kota seperti ini sebenarnya tidak hanya terjadi di Kota Medan saja. Kasus seperti ini juga terjadi hampir di seluruh kota-kota besar yang ada di Indonesia. Sebagai contohnya dapat dlihat pada permukiman kumuh sepanjang aliran Sungai Ciliwung di Jakarta, permukiman kumuh di bantaran Sungai Code di Yogyakarta, permukiman kumuh di bantaran Sungai Musi di Palembang dan banyak contoh sejenis lainnya.
Adapun faktor yang dapat menyebabkan munculnya permukiman kumuh sangat beragam, (1) Urbanisasi dan migrasi yang tinggi terutama dari masyarakat berpenghasilan rendah; (2) sulit mencari pekerjaan; (3) sulit mencicil atau menyewa rumah; (4) kurang tegasnya pelaksanaan perundang-undangan; (5) semakin sempitnya lahan permukiman dan tingginya harga tanah (Komarudin, 1997). Sejauh ini sudah ada beberapa bentuk penyelesaian yang dilaksanakan terkait masalah ini mulai dari penggusuran paksa, pembangunan permukiman baru dalam bentuk rusun/rusunawa, program perbaikan kampung atau dikenal dengan KIP (Kampung Improvement Program), hingga rencana terbaru pemerintah dalam bentuk program nasional penanganan permukiman kumuh 2015-2019 yang menargetkan Indonesia bebas permukiman kumuh di tahun 2019. Jika dilihat satu demi satu, maka dapat dilihat perubahan cara penanganan pemerintah terhadap permasalahan permukiman kumuh ini. Mulai dari hal yang sifatnya sangat teknis seperti penggusuran dan pembangunan rusun/rusunawa di daerah baru, kemudian mulai menerapkan prinsip tri-daya (sosial, ekonomi dan fisiklingkungan) pada program KIP di tahun 1969, hingga pada rencana terbaru pemerintah yang sudah memberikan 3 (tiga) kemungkinan penyelesaian terhadap masalah ini yaitu melalui pelayakan permukiman, peremajaan (perbaikan kawasan dimana masyarakat harus pindah secara temporer) dan permukiman kembali (disini masyarakat akan direlokasi menuju permukiman baru yang telah dibangun). Dapat dikatakan, pemerintah mulai menyadari bahwa permasalahan permukiman kumuh ini tidak dapat diselesaikan dengan sistem satu arah. Harus ada
komunikasi dengan penduduk permukiman kumuh. Banyak aspek yang harus menjadi perhatian terutama aspek sosial-budaya masyarakat (hubungan masyarakat dengan lingkungannya), karena hal ini telah dibuktikan oleh banyaknya rusun/rusunawa yang telah terbangun tetapi tidak dipergunakan oleh masyarakat akibat hanya memperhitungkan masalah teknis seperti jumlah unit, luasan unit, kesesuaian dengan luasan tanah yang tersedia, dan tidak memasukkan aspek sosialbudaya dalam perancangan. Hubungan antara manusia dan lingkungan sebenarnya tidaklah bersifat mekanistis belaka. Hubungan ini penuh makna, simbol dan norma-norma, merupakan kewajiban kita untuk memahami makna-makna tersebut, agar proses penciptaan lingkungan selanjutnya tidak terjebak dalam proses besar dehumanisasi yang sedang berlangsung (Rapoport, 1977). Pandangan ini sejalan dengan proses yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa aspek sosial budaya harus menjadi salah satu pertimbangan. Kondisi ini jugalah yang terjadi pada permukiman Kampung Aur. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan, dapat dilihat kerumitan masalah yang ada di sini. Mulai dari masalah fisik seperti ketidaklayakan fisik bangunan dan sanitasi, tingkat kepadatan yang terlalu tinggi, hingga masalah sosial budaya masyarakat seperti kebiasaan masyarakat setempat, kedekatan dengan tempat kerja, dan hal lainnya yang menyebabkan masyarakat merasa sudah nyaman dengan tempat tinggal mereka. Wacana untuk pembangunan rumah susun sederhana di Kampung Aur sebenarnya sudah pernah muncul beberapa waktu lalu, namun sebagian besar
masyarakat Kampung Aur pada waktu itu melakukan penolakan. Ini menunjukkan perlunya pendekatan perancanaan yang didasarkan pada perilaku masyarakat setempat. Untuk dapat menghasilkan rancangan yang dapat diterima oleh masyarakat, maka rancangan harus sesuai dengan perilaku dan lingkungan yang ada. Melihat hal ini, maka perancangan harus diselesaikan dengan pendekatan yang berbasis pada perilaku masyarkat dan lingkungannya. Penyelesaian masalah permukiman kumuh di perkotaan sebaiknya menjadi salah satu kajian utama dalam arsitektur perilaku-lingkungan, mengingat kompleksnya hubungan antara aspek sosial-budaya masyarakat dengan lingkungan pada kasus rumah susun perkotaan (Haryadi dan Setiawan, 2014). Arsitektur perilaku-lingkungan itu sendiri merupakan arsitektur yang mengkaji bagaimana hubungan masyarakat terhadap lingkungannya yang didasarkan pada kognisi masing-masing indvidu. Dengan arsitektur perilaku akan diketahui seting lingkungan yang diinginkan oleh masyarakat dan peta-peta perilaku yang dapat dijadikan sebagai kriteria dalam menghasilkan rancangan yang lebih berdasarkan kepada pengguna bangunan. Dengan mengetahui seting lingkungan yang diinginkan oleh masyarakat dan peta perilaku masyarakat setempat, maka diharapkan akan dapat dihasilkan suatu kajian perancangan permukiman Kampung Aur yang sesuai dengan kondisi perilaku masyarakat setempat.
1.2 Perumusan Masalah Hal-hal yang menjadi pokok permasalahan yang akan dibahas antara lain : 1. Bagaimanakah setting lingkungan permukiman yang diinginkan oleh masyarakat Kampung Aur? 2. Bagaimanakah seting perilaku eksisting masyarakat Kampung Aur? 3. Bagaimanakah kajian rancangan permukiman yang paling tepat bagi masyarakat Kampung Aur berdasarkan fakta setting dan perilaku? 1.3 Ruang Lingkup dan Batasan Kajian Kampung Aur adalah menandakan salah satu lingkungan pada Kelurahan Aur yaitu lingkungan IV yang akan dijadikan sebagai lokasi penelitian. Kajian terhadap perancangan permukiman Kampung Aur akan menggunakan pendekatan Arsitektur Lingkungan dan Perilaku yang hanya akan membahas aspek lingkungan dan aspek perilaku dari penduduk Kampung Aur dan hubungan antar keduanya sehingga dihasilkan hasil rancangan yang mempertimbangkan kedua hal tersebut. Keluaran yang akan dihasilkan adalah berupa kajian perancangan yang ditampilkan dalam bentuk kriteria perancangan dan konsep perancangan permukiman Kampung Aur.
1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penulisan tesis ini. 1. Menemukan seting lingkungan permukiman yang diinginkan oleh masyarakat Kampung Aur. 2. Menemukan seting perilaku eksisting masyarakat Kampung Aur. 3. Menemukan kajian perancangan permukiman berdasarkan pendekatan perilaku dan lingkungan di Kampung Aur, Medan. 1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari hasil keluaran (berupa kajian perancangan berupa konsep perancangan serta kriteria-kriteria perancangan) tesis ini dapat menjadi salah satu alternatif dalam penyelesaian masalah permukiman padat penduduk di KampungAur, Medan secara khusus serta masalah permukiman sejenis lainnya di Indonesia secara umum. 1.6 Sistematika Pembahasan Sistematika penulisan tesis yang dipergunakan untuk tesis ini terdiri dari beberapa bab dan tahapan seperti yang akan dijabarkan.
BAB 1 PENDAHULUAN, berisi tentang latar belakang, alasan pemilihan topik, permasalahan, perumusan masalah, tujuan, manfaat, metodologi dan sistematika penulisan tesis. BAB 2 ARSITEKTUR PERILAKU DAN LINGKUNGAN, menjelaskan mengenai proses perilaku manusia, pemahaman lingkungan, pola perilaku dan lingkungan, mengumpulkan dan menggunakan data perilaku dan studi banding. BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN, menjelaskan mengenai metodologi penelitian yang digunakan, bentukan analisa yang dilakukan serta bentuk luaran yang dihasilkan. BAB 4 KAWASAN PERMUKIMAN KAMPUNG AUR, MEDAN, menjelaskan mengenai lokasi kawasan penelitian dan studi banding proyek sejenis. BAB 5 EKSPLORASI PERILAKU MASYARAKAT KAMPUNG AUR, menjelaskan mengenai perilaku masyarakat Kampung Aur terkait setting unit hunian dan setting lingkungan serta analisa potensi dan permasalahan dari perilaku yang timbul tersebut dan hasil akhir analisa yang berupa kriteria perancangan. BAB 6 KONSEP PERANCANGAN PERMUKIMAN KAMPUNG AUR, menjelaskan mengenai konsep perancangan permukiman Kampung Aur berdasarkan pendekatan perilaku dan lingkungan. BAB 7 KESIMPULAN, menjelaskan mengenai rangkuman dari penelitian yang dilakukan. DAFTAR PUSTAKA, memuat perbendaharaan pustaka yang digunakan dalam tesis.
Tesis ini merupakan jenis tesis perancangan, dimana disamping melaksanakan sistematika tesis standar, hasil dari tesis itu juga kemudian diterapkan dalam perancangan suatu kasus proyek sebagai uji analisa dan konsep yang telah dilakukan sebagai bahan evaluasi. Dalam tesis perancangan ini, hasil analisa tersebut diperoleh berdasarkan proses interpretasi dengan pendekatan perilaku dan lingkungan, yang disesuaikan dengan tema.