INTERPRETASI MOTIF ORNAMEN BADA MUDIAK DI MINANGKABAU. Abstrak

dokumen-dokumen yang mirip
INTERPRETASI MOTIF ORNAMEN BADA MUDIAK

KOPI, Alam Takambang Dijadikan Guru (Alam terkembang jadi guru) :

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Manusia adalah mahkluk yang diberi akal dan pikiran sehingga ia

V. PENUTUP. A. Kesimpulan

ANALISIS INTERPRETASI PADA KARYA LUKIS SABRI MARBA YANG BERJUDUL BADA MUDIAK

BAB VI KESIMPULAN. Pada dasarnya Keraton Yogyakarta dibangun berdasarkan. kosmologi Jawa, yang meletakkan keseimbangan dan keselarasan

pendidikan seni tersebut adalah pendidikan seni rupa yang mempelajari seni mengolah kepekaan rasa, estetik, kreativitas, dan unsur-unsur rupa menjadi

Oleh: Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

BAB III KONSEP PERANCANGAN A.

BAB V PENUTUP. proses transformasi puisi-puisi Suminto A Sayuti menjadi lukisan. Pada

BAB V PENUTUP. tentu saja tidak hadir dari kekosongan. Karya seni dalam perwujudannya tentu

BAB V PENUTUP. berjudul Representasi Benda dalam Lukisan merupakan pengalaman sebagai

A. LATAR BELAKANG MASALAH

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Sejak zaman prasejarah manusia sudah mengenal hiasan yang berfungsi

PENUTUP. perempuan Minang yang telah berjalan secara turun temurun. limpapeh rumah nan gadang. Bundo kanduang diibarat sebagai Limpapeh (kupukupu

RAGAM HIAS FLORA Ragam hias flora

BAB V PENUTUP. sikap yang melatarbelakangi gagasan sebuah karya seni.

BAB I PENDAHULUAN. berlanjut seiring dengan berkembangnya seni budaya di masyarakat. Seni beladiri

Analisis metaforis..., Widya, FIB, UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Kriya merupakan suatu proses dalam berkesenian dengan berkegiatan

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB V PENUTUP. Pemilihan suatu gagasan yang diwujudkan kedalam karya seni berawal

Pengembangan Modul Mata Kuliah Aksesori Busana Program Studi Pendidikan Teknik Busana

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. untuk mengungkapkanya ke dalam karya seni grafis woodcut. Karya yang diciptakan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Kesenian merupakan salah satu bagian penting dari kebudayaan.kesenian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mata pencaharian dengan hormat dan jujur. Dalam versi yang lain seni disebut. mempunyai unsur transendental atau spiritual.

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan

II. KAJIAN PUSTAKA. A. Sumber Pustaka. sangat cemerlang dan sangat indah. Untuk menjadi kupu-kupu yang. Kupu-kupu memiliki banyak jenis dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

2015 ANANLISIS NILAI MORAL PAD A TOKOH UTAMA RED A D ALAM FILM LE GRAND VAJAGE(LGU) KARYA ISMAEL FERROUKHI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian tentang biografi seniman kaligrafi Arab Hendra. Buana dan karya seninya yang tertuang dalam tesis ini

BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS. A. Implementasi Teoritis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang

BAB V PENUTUP. 2 pasang sayap dan tertutup bulu dan sisik. Kupu-kupu merupakan salah satu

PENGARUH ISLAM PADA BENTUK ORNAMEN UKIRAN 'ITIK PULANG PATANG' SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan, maupun lingkungan kehidupan masyarakat. Alam dapat dikatakan. terpisahkan antara manusia dengan lingkungan alam.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP. berpengaruh pada produk yang dihasilkan. Eksperimen- eksperimen dialami

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA

79. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunadaksa (SMALB D)

BAB V PENUTUP. memahami, dan mendalami untuk sebuah tujuan menciptakan suatu karya. keramik seni. Terwujudnya karya keramik dengan bentuk figur babi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan mereka secara aktif untuk memiliki kekuatan spiritual, pengendalian

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

Fungsi Seni kerajinan Ukir Batu Padas Sukawati II. Oleh Drs. I Wayan Suardana, M.Sn

BAB V PENUTUP. dibuat, maka dari penulisan ini dapat ditarik kesimpulan bahwa Ritual Semana

SOAL PENGAYAAN A. FLORA, FAUNA DAN ALAM BENDA

BAB V PENUTUP. sudah siap untuk dijadikan sebagai acuan dalam berkarya. informasi secara online. Dewasa ini banyak dijumpai masyarakat yang

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB V PENUTUP. Melalui uraian yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang

2015 IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN MOTIF HIAS SUMATERA BARAT

BAB V PENUTUP. Karya Tugas Akhir ini berjudul Anatomi manusia sebagai objek. melewati proses yang panjang, pengolahan ide, pengolahan bahan hingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional

BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL

BAB I PENDAHULUAN. karya dihasilkan dari imajinasi dan temporer seniman. Batasan dari cetak tradisional,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

2. Fungsi tari. a. Fungsi tari primitif

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam bahasa Batak disebut dengan istilah gorga. Kekayaan ragam hias

BAB II ISI. A. Pengertian Adat

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

BAB I PENDAHULUAN. akan dapat diterima orang lain, sehingga tercipta interaksi sosial sesama

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Penciptaan

BAB V PENUTUP. Lukisan merupakan wujud nyata dari jiwa pelukis, sehingga dalam

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bhineka Tunggal Ika

INSTITUT SENI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari sekian banyaknya kesenian di Pulau Jawa adalah kesenian wayang

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: RIAK KEHIDUPAN. PENCIPTA : IDA AYU GEDE ARTAYANI. S.Sn, M. Sn

BAB I PENDAHULUAN. setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan

I. PENDAHULUAN. Dunia fotografi sangatlah luas, perkembangannya juga sangat pesat. Di

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP)

MATA PELAJARAN : KETERAMPILAN JENJANG PENDIDIKAN : SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

80. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E)

INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR

60. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa (SMPLB D)

Indikator Esensial Mengindentifikasi tahapan dalam membuat benda kerajinan

BAB I PENDAHULUAN. tradisional, dengan karakter dan gaya seni masing-masing. kepentingan dan fungsi-fungsi dalam kehidupan.

SEJARAH DESAIN. Bentuk Dan Isi Modul 8. Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn. Modul ke: Fakultas Desain dan Seni Kreatif. Program Studi Desain Produk

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Kain songket adalah benda pakai yang digunakan oleh masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Koentjaraningrat (1947), wujud kebudayaan ada tiga macam: 1)

BAB IV. PENUTUP. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI,

BAB I PENDAHULUAN. permukaannya. Misalnya furniture sebagai tempat penyimpan biasanya

BAB I PENDAHULUAN. sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari. gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi juga untuk menyalurkan

V. PENUTUP. bentuk figur manusia yang imajinatif. karya-karya lukisan dalam Tugas Akhir penciptaan karya seni ini

2016 ANALISIS PROSES PEMBUATAN BONEKA KAYU LAME D I KAMPUNG LEUWI ANYAR KOTA TASIKMALAYA

FAKTOR-FAKTOR STRATEGIK DALAM PENINGKATAN BELAJAR UKIR KAYU (Studi Kasus: Pada Sanggar Ukir Di Jepara)

GAMBAR ORNAMEN. Dwi Retno SA., M.Sn

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Setelah dilakukan pengumpulan data dari berbagai sumber, kemudian

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Kenyataan ini tidak dapat dipungkiri, bahwa sastra merupakan cerminan. nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat tertentu.

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

Transkripsi:

INTERPRETASI MOTIF ORNAMEN BADA MUDIAK DI MINANGKABAU Sabri Marba Karyasiswa Pascasarjana ISI Padangpanjang sabripasca@yahoo.com 081363 02 90 90 Pembimbing : Ediwar, S.Sn., M.Hum., Ph.D Abstrak Tulisan ini bertujuan untuk memahami falsafah motif bada mudiak di Minangkabau, menafsir kembali hubungannya dengan falsafah alam takambang jadi guru. Tentang penciptaan motif, hubungannya dengan alam dan reinterpretasi motif yang berlandaskan doktrin adat Minangkabau yaitu Adat bersendi syara, syara bersendi Kitabullah. Menggunakan metode kualitatif. Pengumpulan data melalui studi pustaka. Orang Minangkabau menamakan tanah airnya Alam Minangkabau. Pemakaian kata alam itu mengandung makna yang tidak bertara, seperti yang diungkapkan dalam mamangannya: Alam takambang jadi guru. Penciptaan karya ornamen Bada Mudiak di Minangkabau merupakan ekspresi dari hasil interpretasi yang berasal dari pengamatan terhadap alam, seperti tumbu-tumbuhan, hewan, serta benda keperluan sehari-hari. Seni Islam menolak untuk menggambarkan manusia dan mahkluk hidup karena ada keyakinan dan kepercayaan yang mengarahkan senimannya ke arah produk kreatif tertentu, doktrin Adat bersendi syara, syara bersendi Kitabullah, meletakkan agama Islam sebagai sumber utama dalam pandangan hidup orang Minangkabau, sehingga visualisasinya cendrung mengarah pada seni yang abstrak (sarian) dan geometrik. Kata Kunci : Alam,Abstrak, Bada Mudiak, Hulu. 1

A. Pendahuluan Interaksi antara manusia dan alam sekitar banyak hubungannya dengan penciptaan karya seni baik dari sisi motifasi penciptaan maupun hasilnya kemudian, bahwa manusia saling mempengaruhi dan dipengaruhi oleh alam sekitarnya. 1 Penciptaan motif merupakan ekspresi dari hasil interpretasi yang berasal dari pengamatan terhadap alam lingkungan, seperti tumbu-tumbuhan, hewan, serta benda keperluan sehari-hari. Karena interaksi antara manusia dan alam saling mempengaruhi, sehingga motifasi penciptaan karya seni sangat erat hubungannya dengan alam sekitar baik itu seni lukis, seni ukir, seni patung dan lain sebagainya. Apabila seni dikatakaan duplikat dari alam, dikatakan imitasi yang paling dekat adalah seniman tidak bermaksud untuk menggambarkan perwujudan yang kasat mata dengan memindahkan realitas itu begitu saja. Representasi yang dilakukan melainkan ingin menceritakan tentangnya. Perwujudannya merupakan hasil pengamatan atau emosi yang dirasakan. Orang Minangkabau menamakan tanah airnya Alam Minangkabau. Pemakaian kata alam itu mengandung makna yang tidak bertara. Alam bagi mereka adalah segala-galanya, bukan hanya sebagai tempat lahir dan tempat mati, tempat hidup dan berkembang, melainkan juga mempunyai makna filosofis, seperti yang diungkapkan dalam mamangannya: Alam takambang jadi guru. Oleh karena itu, ajaran dan pandangan hidup mereka yang dinukilkan dalam pepatah, petitih, pituah, mamangan, serta lainlainnya mengambil ungkapan dari bentuk, sifat, dan kehidupan alam. 2 1 Soedarso Sp, (2006), Trilogi Seni, Penciptaan, eksistensi, dan Kegunaan Seni, BP ISI Yogyakarta. 2 AA. Navis, (1984), Alam Terkembang Jadi Guru, Grafiti Pers, Jakarta. 2

Bila alam dengan segala unsurnya itu dikiaskan kepada kehidupan manusia. Alam dapat dikatakan sebagai perwujudan kasat mata, namun sesungguhnya ada hubungan yang tak terpisahkan antara manusia dengan lingkungan alam 3. Falsafah alam Minangkabau meletakkan manusia sebagai salah satu unsur yang statusnya sama dengan unsur lainnya, seperti tanah, rumah, suku, dan nagari. 4 Penciptaan karya ornamen Bada Mudiak di Minangkabau merupakan ekspresi dari hasil interpretasi yang berasal dari pengamatan masyarakat terhadap alam lingkungannya seperti tumbu-tumbuhan, hewan, serta benda keperluan sehari-hari, namun demikian ada banyak hal yang mendukung penciptaan ornamen di Minangkabau, ada yang didorong oleh kebutuhan praktis manusia untuk menunjang kehidupan sehari-hari, ada yang karena dorongan spiritual, dan juga sebagai alat untuk berkomunikasi dengan sesamanya. Pada umumnya ornamen tersebut dominan di terapkan sebagai ukiran Rumah Gadang (rumah adat Minangkabau) hal tersebut dapat dilihat pada bahagian bangunan, dan juga perabotannya, seperti yang terdapat pada museum : Bundo Kanduang di Bukittinggi, dan Minangkabau Village di Padangpanjang. B. Metode 1. Persiapan. Langkah awal yang dilakukan adalah persiapan mengenai pengumpulan informasi dan gagasan, dengan cara studi pustaka. 2. Elaborasi. 3 Dharsono Sony Kartika, (2004), Seni Rupa Modern, Rekayasa Sain, Bandung. 24 4 AA. Navis, (1984), Alam Terkembang Jadi Guru, Grafiti Pers, Jakarta. 3

Setelah mendapatkan berbagai informasi, dianalisis dan diwujudkan dalam bentuk gagasan pokok. 3. Sintesis. Tahap ini mewujudkan konsep, sesuai dengan tema yang sudah ditetapkan. 4. Realisasi Konsep. Realisasi konsep ke dalam media seni lukis, dengan melakukan pencarian dari berbagai macam ide bentuk. 5. Eksekusi. Merealisasikan kedalam bentuk karya seni lukis. C. Pembahasan Motif ornamen bada mudiak dilihat dari perspektif ( Adat bersendi syara, syara bersendi Kitabullah). Doktrin Adat bersendi syara, syara bersendi Kitabullah. Maksudnya, sumber dasar dari adat ialah hukum Islam, hukum Islam sumber dasarnya Alquran. Pandangan ini meletakkan Islam sebagai sumber utama dalam pandangan hidup orang Minangkabau. Agama Hindu dan Budha, telah menjadi anutan orang Minangkabau sebelum datangnya agama Islam. Menurut dugaan, agama Islam memasuki Minangkabau dibawa oleh pedagang arab, tetapi pengembangan dan pembaruan agama Islam dilakukan oleh orang Minangkabau sendiri setelah mereka pergi merantau ke aceh bahkan ke Negeri Arab. Sejarah tidak dapat membuktikan kehadiran ulama-ulama asing yang berperan mengembangkan agam Islam di Minangkabau. Hal ini membuktikan bahwa Islam diterima oleh orang Minangkabau dari tangan orang Minangkabau sendiri. Karena Islam tidak bertentangan dengan falsafah Minangkabau, maka secara filosofis, sumber-sumber ajaran Alam 4

takambang jadi guru merupakan sumber yang sama dengan sumber ajaran Islam, yakni alam sebagai contoh ciptaan Allah dan Kitab- Nya sebagai pegangan. 5 Seperti yang telah diketahui, berbagai kebudayaan di dunia mengembangkan cara yang berbeda sebagai refleksi kebudayaannya atau pikiran yang tercermin pada budaya visualnya. Misalnya perbedaan cara pandang dan bahasa bentuk seninya, dapat dilihat sebagai perbedaan apresiasi. Seni Islam menolak untuk menggambarkan manusia dan mahkluk hidup karena ada keyakinan dan kepercayaan yang mengarahkan senimannya ke arah produk kreatif tertentu. Jika dilihat pada seni Visual tradisi Minangkabau, medium yang dipakai umumnya sangat terbatas, diantara media yang dipakai yang umum adalah ukiran yang kemudian dipasang/dipajang sebagai bagian dari bangunan. Seni ukir ini cendrung mengarah pada seni yang abstrak (sarian) dan geometrik. Seperti kayu yang diukir membentuk pola tertentu, kemudian pola itu digambar atau diukir dengan bentuk binatang atau tumbuhtumbuhan yang telah disamarkan. Karena tidak ada media kusus untuk mengungkapkan ekspresi seni, maka media ukiran, tenunan bisa saja dipakai untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan. 6 Dilihat dari segi ide penciptaan ornament Minangkabau dapat digolongkan tiga macam, yaitu (1) bentuk dan nama tumbuh - tumbuhan, (2) bentuk, nama, dan sifat binatang (3) bentuk dan nama benda-benda ciptaan manusia 7, ide penciptaan yang demikian merupakan cerminan dari falsafah orang Minangkabau, Padangpanjang. 5 AA. Navis, (1984), Alam Terkembang Jadi Guru, Grafiti Pers, Jakarta. 6 Nasbahry Couto, (2008), Budaya Visual Seni Tradisi Minangkabau, UNP Press, Padang. 7 Mahdi Bahar, (2004), Seni Tradisi Menentang Perubahan, Bunga Rampai, STSI Padangpanjang Press, 5

yaitu alam terkembang jadi guru, bentuk-bentuk yang ada di alam mereka jadikan sebagai sumber inspirasi untuk menciptakan ragam hias. Namun dalam bentuk fisualisasinya tidak dibuat secara realistis, tetapi melalui deformasi sedemikian rupa, bahkan perwujudan yang terjadi semakin jauh dari objek yang sebenarnya. Di dalam pengolahan objek tersebut akan terjadi prubahan wujud sesuai dengan selera sang senimanya. Perubahan wujud tersebut dikenal dengan teknik menggambar etnis, antara lain : stilisasi, distorsi, transformasi, dan disformasi. Berdasarkan empat jenis yang dikemukakan oleh Dharsono tentang pelukisan atau cara ungkap etnis untuk membuat karya seni, apabila dilihat dari Ornamen Bada Mudiak, dapat dikatakan mendekati perubahan wujud yang cendrung pada bentuk stilisasi, karena penggambaran yang mendekati pada pengayaan bentuk yang bersumber dari alam. Stilisasi merupakan cara penggambaran untuk mencapai bentuk keindahan dengan cara menggayakan objek atau benda yang digambar, yaitu dengan cara menggayakan setiap kontur pada objek atau benda tersebut. Contoh karya seni yang banyak menggunakan bentuk stilisasi yaitu penggambaran ornamen untuk; motif batik, tatah sungging kulit, lukisan tradisional batik dan sebagainya. 8 Nilai estetis dapat dijelaskan dari properti sesuatu yang dinilai, menurut dirinya sendiri, atau menurut kaitan dengan sumber nilai lainnya seperti kebaikan dan kebenaran. Sesuatu dianggap secara estetika bernilai ketika perhatian dan refleksi terhadap suatu properti menghasilkan kesenangan atau memberi konstribusi secara positif pada urusan manusiawi lainnya. Nilai estetis adalah 8 Dharsono Sony Kartika, (2004), Seni Rupa Modern, Rekayasa Sain, Bandung. 42 6

persoalan respon individual terhadap sesuatu dan konteks sosial budaya dari respon tersebut. 9 Untuk lebih jelasnya dalam melihat sisi keindahan ornamen Bada Mudiak merupakan sesuatu yang tidak mudah dilakukan, untuk itu haruslah dijelaskan satu persatu pengertian yang berhubungan dengan motif tersebut diantaranya adalah apa itu falsafah dan apa itu ornamen. Falsafah adalah filsafat pengetahuan tentang, asas-asas pikiran dan perilaku ; ilmu mencari kebenaran dan prinsip-prinsip dengan menggunakan kekuatan akal ; pandangan hidup (yang dimiliki oleh setiap orang) ; ajaran hukum dan perilaku ; kata-kata arif yang bersifat didaktis 10. Motif adalah pola, corak dan ragam. 11 Seringkali dihubungkan dengan ornamen. Ornamen merupakan hiasan yang dibuat dengan digambar, dipahat, maupun dicetak, untuk mendukung meningkatnya kualitas dan nilai pada suatu benda atau karya seni. Dalam arti yang lebih luas ornamen memiliki fungsi sebagai motifasi dasar berkarya dan juga mempunyai kelebihan sebagi lintasan ideologi dalam bersikap. 12 Dalam bentuk lain ekspresi gagasan, sikap, dan perilaku masyarakat, sebagai sistem budaya ornamen merupakan model untuk berprilaku dan juga model dari prilaku masyarakat, ornamen mengusung pesan-pesan sosial, moral, religi, dan bahkan politis, ornamen merupakan karya manusia adalah sebuah produk kebudayaan fisik, yang dilahirkan oleh ide (gagasan) untuk m engatur dan memberi arah perbuatan manusia itu sendiri dalam menjaga keharmonisan dengan alam lingkunganya. 9 Marcia Muelder Eaton, (2010), Persoalan-persoalan Estetika, (terjemahan Embun Kenyowati Ekosiwi), Salemba Humanika, Jakarta. 184 10 Ahmad Maulana dkk, (2009), Kamus Ilmiah Populer, Absolut, Yogyakarta. 11 Mike Susanto, (2002), DiksiRupa, PenerbitKanisius, Yogyakarta. 12 Mikke Susanto, (2011), DIKSIRUPA, DictiArt Lab, Yogyakarta & Jagad Art Space, Bali. 284 7

Berdasarkan pengetahuan dan cara pandang orang Minangkabau, alam terkembang jadi guru juga dapat menjadi landasan dalam proses cipta seni, bahwasanya alam merupakan segala-galanya, bukan hanya sebagai tempat lahir, dan tempat mati, tempat hidup dan berkembang, akan tetapi juga memiliki makna filosofis yang diambil dari bentuk, sifat dan kehidupan alam. 13 dilihat dalam pepatah mamangan sebagai berikut ; Panakiak pisau sirauik, ambiak galah batang lintabuang, Silodang ambiak kaniru. Nan satitiak jadikan lauik, nan sakapa jadikan gunuang, alam takambang jadikan guru. (penakik pisau siraut, ambil galah batang lintabung, selodang ambil untuk niru. yang setetes jadikan laut, yang sekepal jadika gunung, Alam terkembang jadikan guru.) Pepatah ini mengandung arti agar manusia selalu berusaha menyelidiki, membaca, serta mempelajari ketentuan-ketentuan yang terdapat pada alam semesta. Pepatah ini dapat pula dilihat sebagai dalil, bahwa nenek moyang orang Minangkabau menggunakan alam, sperti alam flora, fauna, dan benda-benda alam lainnya sebagai sumber pengetahuan yang bertujuan untuk mengatur masyaraktnya dalam segala bidang, termasuk penciptaan ornamen. 14 Pada masyarakat Minangkabau setiap motif memiliki falsafah atau pandangan hidup. Dalam melahirkan motif terdapat petatah petitih sebagai pangkal tolak renungan dalam penciptaanya, petatah petitih itulah yang disebut dengan falsafah, ciri utama dari suatu petatah petitih adalah kata. Kata dalam masyarakat Minangkabau disebut kato, di mana kedudukan kato dalam petatah petitih merupakan suatu patokan yang kuat. Kata di Minangkabau 13 AA. Navis, (1984), Alam Terkembang Jadi Guru, Grafiti Pers, Jakarta. 14 Idrus Hakimy Dt. Rajo Penghulu, dalam Mahdi Bahar, (2004), Seni Tradisi Menentang Perubahan, Bunga Rampai, STSI Padangpanjang Press, Padangpanjang. 8

punya arti yang harus ditafsirkan tidak secara harfiah saja, tapi lebih dalam lagi dari itu. Inilah ciri dari petatah petitih dalam melahirkan sebuah karya ornamen di Minangkabau. Bada Mudiak : Bada adalah ikan kecil atau teri. Bada Mudiak (ikan mudik) adalah segerombolan ikan kecil menuju hulu sungai, gerakan bada sewaktu bergerombolan (berkelompok) dalam suatu barisan menuju hulu sungai selalu teratur dan rapi, apabila satu ekor terkejut dan kemudian lari maka yang lain pun mengikuti tindakan yang seperti itu. Gambar 1, Ikan Bada (alam) httpid.inter-pix.comanimalswaterunderwater_world634032-see.html Rabu, 7-12-2011, 17;54 Wib Gambar 1, di atas ini memperlihatkan sebuah contoh kehidupan Segerombolan ikan kecil yang berada di habitatnya, baik di lautan maupun di sungai-sungai kecil, yang hidup saling bergerombolan tanpa ada satupun yang memisahkan diri dari kelompoknya. Gambar 2, di bawah ini adalah sebuah bentuk Motif Ornamen Bada Mudiak. Perwujudan yang terjadi berbeda dengan objek sebenarnya seperti yang terlihat pada gambar 1 di atas. Akan tetapi telah menunjukan adanya proses yang terjadi di dalam penciptaan karya seni, bukan hanya sekedar terjemahan dari 9

pengalaman tertentu atau sekedar apa yang dilihat akan tetapi sudah melalui proses stilisasi. Gambar 2, Motif Ornamen Bada Mudiak (digambar oleh: Sabri Marba). Falsafah ornamen Bada Mudiak : Bahasa Minangkabau Elok susun bada mudiak Manyonsong aia samo sakato Arak baririang samo saraso Indak saiku nan manyalo Saiyo sakato bakayuah mudiak Tuah di ateh nan sakato Cilako kito basilang Dilukih diateh papan Diukia di rumah gadang Rumah gadang sandaran adat Adat di alam Minangkabau Bahasa Indonesia : (bagus susun ikan mudik) : (menyongsong air sama sekata) : (gerak beriring sama dirasa) : (tidak satupun yang menyela) : (satu pendapat berkayuh mudik) : (pesan diatas yang sekata) : (celaka kita bersilang) : (dilukis di atas papan) : (diukir di rumah besar) : (Rumah gadang sandaran adat) : (Adat di alam Minangkabau) Pada petatah petitih di atas mengemukakan tentang keharmonisan alam Minangkabau, yang bercermin dari kehidupan ikan kecil (bada). Ornamen Bada Mudiak bisa diartikan sebagai: Bada adalah ikan-ikan kecil dan Mudik (mudiak) maksudnya ke arah mudik (ke hulu) Kehidupan ikan -ikan kecil yang bergerak mudik ke hulu menyonsong air yang jernih yang hidup seiring sejalan dalam satu arah dan satu tujuan, tanpa harus saling dahulumendahului dan tanpa saling sikut-menyikut antara sesamanya, sehingga cerminan yang bersumber dari alam tersebut menjadi 10

landasan sebagai sebuah falsafah dalam menjalani kehidupan bermasyarakat dan menjadi lambang pergaulan dalam bermasyarakat yang seiya sekata, rukun, serasi, satu arah dan tujuan. Kerukunan hidup bermasyarakat digambarkan dalam falsafah ornamen Bada Mudiak. Falsafah ornamen Bada Mudiak merupakan konsep kerukunan yang baik ditauladani dalam kehidupan bermasyarakat sebagaimana yang dikatakan Manyongsong aia samo sakato (menyongsong air sama sekata), Indak saikua nan manyalo (tidak satupun yang menyela). Falsafah bada mudiak melambangkan kerukunan yang ditauladani oleh masyarakat Minangkabau. Kehidupan yang seiya sekata, satu arah dan tujuan. Kehidupan yang bertolak belakang dengan falsafah bada mudiak atau dalam hidup bersama saling tolak belakang dan berlainan arah tidak akan mendatangkan ketentraman Cilako kito basilang (celaka kita bersilang). Dari paparan di atas dapat katakan bahwa, sebuah karya seni bukan hanya hadir begitu saja dipermukaan, akan tetapi memberikan ideologi yang membangun motifasi dalam menjalani kehidupan seperti yang telah diungkapkan oleh makna ornamen Bada Mudiak tersebut, Plato, filsuf yang terkenal dengan sebutan dewa estetika, mengatakan: bahwa seni dan masyarakat merupakan hubungan yang tidak dapat dipisahkan. 15 15 Dharsono Sony Kartika, (2007), Kritik Seni, REKAYASA SAIN, Bandung. 18 11

D. Kesimpulan Untuk melahirkan karya seni orang Minangkabau justru menghilangkan bentuk-bentuk asli yang ada di alam yang direpresentasikan dengan bentuk yang abstrak seperti gambar yang dihasilkan tidak mirip dengan bentuk realistik, akan tetapi bentuk yang diperoleh merupakan asosiasi pengamat dengan menghubungkan sandi (yang mirip) dengan kenyataan. Masyarakat Minangkabau merupakan masyarakat yang peka terhadap tanda-tanda yang ada di alam dan disampaikan lewat kiasan, seperti penggunaan kato (kata) dalam pepatah, maupun tanda-tanda yang disampaikan lewat gambar atau ornamen (falsafah). Alam Takambang Jadi Guru merupakan landasan ide penciptaan dalam melahirkan ornamen, untuk menciptakan ornamen, orang Minangkabau mengamati alam sekelilingnya, yakni alam tumbuh-tumbuhan, binatang, dan benda-benda, yang kemudian direfleksikannya ke dalam bentuk ragam hias. 12

Daftar Pustaka AA. Navis, (1984), Alam Terkembang Jadi Guru, Grafiti Pers, Jakarta. Ahmad Maulana dkk, (2009), Kamus Ilmiah Populer, Absolut, Yogyakarta. Bahar, Mahdi, (2004), Seni Tradisi Menentang Perubahan, Bunga Rampai, STSI Padangpanjang Press, Padangpanjang. Couto, Nasbahry, (2008), Budaya Visual Seni Tradisi Minangkabau, UNP Press, Padang. Eaton, Marcia Muelder, (2010), Persoalan-persoalan Estetika, (terjemahan Embun Kenyowati Ekosiwi), Salemba Humanika, Jakarta. Sony Kartika, Dharsono, (2004), Seni Rupa Modern, Rekayasa Sain, Bandung. Sony Kartika, Dharsono, (2007), Kritik Seni, REKAYASA SAIN, Bandung. Susanto, Mikke, (2011), DIKSIRUPA, DictiArt Lab, Yogyakarta & Jagad Art Space, Bali. Soedarso Sp, (2006), Trilogi Seni, Penciptaan, eksistensi, dan Kegunaan Seni, BP ISI Yogyakarta. Sumber lain : 1. http://palantaminang.wordpress.com/motif-ukiranminangkabau/#comment-2137. Minggu, 4-12-2011, 17:50 Wib 2. httpid.inter-pix.comanimalswaterunderwater_world634032- see.html. Rabu, 7-12-2011, 17;54 Wib 13