PENGARUH ISLAM PADA BENTUK ORNAMEN UKIRAN 'ITIK PULANG PATANG' SUMATERA BARAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH ISLAM PADA BENTUK ORNAMEN UKIRAN 'ITIK PULANG PATANG' SUMATERA BARAT"

Transkripsi

1 Dimensi, Vol.13- No.2, Februari 2017 PENGARUH ISLAM PADA BENTUK ORNAMEN UKIRAN 'ITIK PULANG PATANG' SUMATERA BARAT Resky Annisa Damayanti Staff Pengajar Desain Interior FSRD, Universitas Trisakti Abstract Carving is decorative ornament on a side. For the ancestors of Minangkabau people, every side that carved is artwork that has a special meaning. That meaning can not be separated from indigenous and natural philosophy were embraced by the Minangkabau people. Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah is a reflection that Islam is a falsifies religion for the Minangkabau people. Nowadays more and more people who think carvings solely displayed as decoration complements. This research took one type of engraving the most typical of West Sumatra, namely Itik Pulang Patang. This research uses qualitative to analyze whether there is influence of Islam on the carving. The research results is not a number. The research results showed that Itik Pulang Patang has meaning where it is based on tradition and the prevailing philosophy in Minangkabau. There is an Islamic education in Minangkabau so that it also affects the shape of carved ornaments Itik Pulang Patang. Keywords: Carving, Itik Pulang Patang, West Sumatra, Minangkabau. Abstrak Ukiran merupakan ornamen ragam hiasan pada suatu bidang. Bagi nenek moyang masyarakat Minangkabau, setiap bidang yang diukir merupakan karya seni yang bermakna khusus. Makna tersebut tidak lepas dari adat dan falsafah alam yang dianut oleh masyarakat Minangkabau. Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah merupakan cerminan bahwa Islam adalah agama penyempurna bagi masyarakat Sumatera Barat. Dewasa ini semakin banyak masyarakat yang menganggap ukiran semata hanya ditampilkan sebagai hiasan pelengkap. Penelitian ini mengambil salah satu jenis ukiran Sumatera Barat yang paling khas, yakni ukiran Itik Pulang Patang. Penelitian ini menggunakan kualitatif untuk menganalisis ada tidaknya pengaruh Islam terhadap ukiran tersebut. Data hasil penelitian tidak berupa angka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukiran Itik Pulang Patang memiliki makna di mana hal tersebut berdasarkan pada adat dan falsafah yang berlaku di Minangkabau. Terdapat pendidikan agama Islam dalam adat Minangkabau sehingga hal ini turut mempengaruhi bentuk dari ornamen ukiran Itik Pulang Patang. Kata kunci: ukiran, Itik Pulang Patang, Sumatera Barat, Minangkabau. 141

2 PENGARUH ISLAM PADA BENTUK ORNAMEN UKIRAN 'ITIK PULANG PATANG' SUMATERA BARAT (Resky Annisa Damayanti) Pendahuluan Seni ukir tradisional Minangkabau tidak dapat dilepaskan dengan masyarakat Minangkabau itu sendiri. Seni ukir tradisional Minangkabau merupakan gambaran dari kehidupan masyarakat yang digoreskan dalam bentuk ukiran pada suatu sisi bidang yang kini dapat dilihat umum salah satunya pada dinding bangunan Rumah Gadang. Menurut Marzuki Malin Kuning ( ) salah seorang ahli ukir dari Ampat Angkat Candung menjelaskan bahwa seni ukir yang terdapat pada Rumah Gadang merupakan ilustrasi dari masyarakatnya dan ajaran adat yang divisualisasikan dalam bentuk ukiran, sama halnya dengan relief yang terdapat pada candi Borobudur. Berdasarkan pendapat dari Marzuki Malin Kuning tersebut, sudah sepatutnya masyarakat Minangkabau mempertahankan jati diri dan makna dari setiap jenis ukiran yang ada di Sumatera Barat, namun pada kenyataannya sekarang bahwa seni ukir tradisional Minangkabau telah kehilangan jati diri dan maknanya. Masyarakat umum bahkan masyarakat Minangkabau sendiri tidak banyak lagi yang mengetahui tentang makna dan filosofi yang terkandung di dalamnya. Hal ini disebabkan karena kurangnya pemahaman pada makna adat dan filosofi yang terkandung dalam seni ukir tersebut. Untuk itu diperlukan pengkajian ulang dan digali kembali agar masyarakat Minangkabau jangan sampai kehilangan nilai dan makna dari seni ukir tradisional itu di tengah-tengah perkembangan zaman sekarang ini. Ukiran tradisional yang ada di Minangkabau umumnya berwujudkan alam sesuai dengan falsafah Minangkabau, yakni alam takambang jadi guru dan adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah. Falsafah alam takambang jadi guru, diterapkan dalam perilaku hidup dan berbudaya (Gartiwa, 2010: 65), bermakna di mana alam diciptakan dengan sempurna dan di dalamnya terdapat banyak contoh pengajaran yang baik. Masyarakat Minangkabau mencoba untuk hidup selaras dengan alam lingkungannya, dinamis, dan terdapat hubungan timbal balik, sehingga setiap karya seni yang dihasilkan selalu mencoba mengambil dari alam dan menyelaraskan dengan lingkungan yang ada. Sedangkan adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah bermakna adat orang Minangkabau bersandarkan kepada syari'at, syari'at bersandarkan kepada Kitabullah (Kitab Allah). Berdasarkan falsafah dan prinsip hidup masyarakat Minangkabau tersebut, seni ukiran pun mencoba untuk mengambil bentuk dari alam, antara lain flora dan fauna. Ukiran merupakan simbol dari perwujudan adat. Pengadaan ornamen ukiran selalu berhubungan dengan prinsip adat basandi syarak (adat bersendikan syariat) yang memiliki filosofi alam lakambang jadi guru (alam terkembang jadi 142

3 Dimensi, Vol.13- No.2, Februari 2017 guru). Bentuk- bentuk ukiran dikembangkan dengan mengambil inspirasi dari nama tumbuh-tumbuhan serta nama hewan. Beberapa nama ukiran yang terinspirasi dari nama tumbuh-tumbuhan seperti Aka Cino, Kembang Manih, Lapiah Jarami. Sedangkan ukiran yang terinspirasi dari nama hewan seperti Itiak Pulang Patang, Kuciang Tidua, Tupai Managun. Di antara nama ukiran yang paling khas dan terkenal serta kerap kali digunakan tidak hanya di ukiran kayu melainkan juga diterapkan pada motif kain songket khas Minang yaitu jenis itik pulang patang. Falsafah Alam Takambang Jadi Guru Falsafah alam takambang jadi guru merupakan unsur konsep kebudayaan Minangkabau yang mencakup nilai dan wujud. Unsur nilainya mengandung pengertian kiasan, sedangkan unsur wujudnya adalah penerapan bentuk-bentuk alam dalam hal ini berupa ukiran khas Minangkabau. Dalam perjalanannya, banyak yang telah tercapai berkat falsafah ini, misalnya sikap masyarakat Minangkabau terhadap alam, terhadap individu dan masyarakat, serta tehadap Tuhan yang secara khusus dijelaskan oleh syarak dan Kitabullah. Jika melirik ke belakang bahwa sesuai dengan sejarah, adat Minangkabau sebenarnya terlebih dahulu masuk ke Ranah Minang, barulah kemudian datang Agama Islam. Oleh karena adat Minangkabau berpedoman kepada ketentuan alam, maka masuknya agama Islam di Minangkabau pun langsung diterima oleh masyarakat Minangkabau. Falsafah Alam Takambang Jadi Guru dianggap sesuai dengan firman Allah SWT yang terdapat dalam Al-Qur'anul Karim tentang mempelajari alam bagi orang-orang yang berfikir, antara lain salah satunya dapat dilihat dalam Al-Quran Surat Yunus Ayat 101: Katakanlah: "Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman". Dalam ayat ini Allah menjelaskan perintah-nya kepada rasul-nya agar dia menyuruh kaumnya untuk memperhatikan dengan mata kepala mereka dan dengan akal budi mereka segala yang ada di langit dan di bumi. Mereka diperintahkan agar merenungkan keajaiban langit yang penuh dengan bintangbintang, matahari dan bulan, keindahan pergantian malam dan siang, air hujan yang turun ke bumi, menghidupkan bumi yang mati, menumbuhkan tanamantanaman, dan pohon-pohonan dengan buah-buahan yang beraneka warna dan rasa. Hewan-hewan dengan bentuk dan warna yang bermacam-macam hidup 143

4 PENGARUH ISLAM PADA BENTUK ORNAMEN UKIRAN 'ITIK PULANG PATANG' SUMATERA BARAT (Resky Annisa Damayanti) diatas bumi, memberikan manfaat yang tidak sedikit kepada manusia. Demikian pula keadaan bumi itu sendiri yang terdiri dari gurun pasir, lembah yang terjal, dataran yang luas, samudera yang penuh dengan berbagai ikan yang semuanya itu terdapat tanda-tanda keesaan dan kekuasaan Allah SWT. Surat Yunus ayat 101 ini juga menganjurkan agar manusia mengadakan pengkajian, penelitian dan pengamatan tentang fenomena alam yang ada di langit dan bumi. Dengan melakukan hal tersebut diharapkan manusia bisa mengambil manfaat alam sebesar-besarnya bagi ilmu pengetahuan agar bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan dalam hidupnya. Makna inilah yang akhirnya menjadi dasar falsafah hidup masyarakat Minangkabau tersebut dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari. Dengan kata lain, alam takambang jadi guru merupakan anjuran untuk selalu introspeksi diri dan selalu belajar dari tandatanda alam dan kejadiannya. Ajaran Islam dianggap dapat diterima sebagai ajaran yang dapat berjalan bersama-sama dengan adat kebudayaan Minangkabau karena konsep kebudayaan Minangkabau atau yang lebih dikenal dengan Tambo. Tambo pada dasarnya memuat gagasan-gagasan dan karya-karya masyarakat Minangkabau yang telah dipelajari secara turun-temurun dan telah dimiliki secara bersama. Dengan mengetahui dasar pandangan hidup Minangkabau, maka menjadi mudah dipahami cara orang Minangkabau berfikir, bertindak, cara berlaku sesuai pandangan adat alam Minangkabau. Alam dijadikan guru sebagai landasan untuk merumuskan dan menyusun ajaran adat. Jadi, konsep orang Minangkabau itu berdasarkan kepada alam dan kemudian dituangkan ke dalam kata dalam bentuk pepatah dan petitih. Dapat disimpulkan bahwa kebudayaan Minangkabau selalu mengakulturasi antara agama, falsafah setempat (alam takambang jadi guru), yang nantinya akan menghasilkan norma-norma berupa adat yang menjadi kebudayaan utuh bagi masyarakat Minangkabau yang selalu mereka pegang teguh. Adapun jika adat mereka dipaksa keras untuk berubah, maka mereka akan tetap mempertahankan benang merahnya. Hal ini tertuang dalam pepatah orang Minang ia dicabuik indak mati, diasak indak layua (dicabut tidak mati, dipindahkan tidak layu). (Navis, 1984: 89) Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah Adat Minangkabau berdasarkan pada kenyataan yang hidup dan berlaku dalam alam. Adat merupakan aturan yang tersusun dalam kata-kata berbentuk pepatahpetitih yang mengambil bentuk, sifat, dan kehidupan alam sebagai dasar utama. Oleh karena itu, orang Minangkabau menjadikan alam sebagai sumber falsafahnya sebagaimana telah dibahas di atas. 144

5 Dimensi, Vol.13- No.2, Februari 2017 Adat Minangkabau adalah suatu pandangan hidup yang berpangkal pada budi. Budi berdasarkan ketentuan-ketentuan yang nyata di alam, sebab alam adalah semata-mata budi yang bersifat memberi dengan tidak mengharap balas. (Radjo Panghoeloe, 1971: 57) Dari sifat, bentuk, dan kehidupan alam, orang Minangkabau merumuskan adatnya. Sifat alam yang tetap dijadikan dasar untuk merumuskan adat berbuhul mati, sifat alam yang berubah menjadi pedoman merumuskan adat berbuhul sentak. (Zulkarnaini, 2003: 37) Dari kedua sifat alam itu, lahirlah empat macam adat Minangkabau, antara lain : 1. Adat Nan Sabana Adat (Adat yang sebenar adat) adalah kenyataan yang berlaku dalam alam yang merupakan kodrat Ilahi, atau sesuatu yang berjalan sepanjang masa yang tidak mengalami perubahan. Adat ini adalah adat yang asli. Dinyatakan sebagai dasar untuk menyusun adat yang lain. Contoh adat ini adalah adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah di mana sedikit banyak dipengaruhi oleh ajaran Islam, sebab ajaran Islam dapat diterima sebagai ajaran yang dapat berjalan bersama-sama dengan adat kebudayaan Minangkabau. Islam masuk dan diterima dalam kehidupan masyarakat Minangkabau. 2. Adat Nan Diadatkan (adat yang diadatkan), yaitu sesuatu yang dirancang, dijalankan, serta diteruskan oleh Nenek Moyang untuk menjadi peraturan dalam kehidupan masyarakat di segala bidang. Adat ini dirancang oleh Datuk Katumanggungan dan Datuk Parpatih Nan Sabatang. Adat ini tidak tertulis, tetapi diketahui dan ditaati oleh semua orang Minangkabau di mana penyusunannya dilakukan dengan kesepakatan pemuka adat, yaitu nenek moyang orang Minangkabau. 3. Adat Nan Taradat (Adat yang teradat), yaitu ketentuan atau peraturan yang dibuat dengan kesepakatan Ninik Mamak dalam suatu nagari. Adat ini dapat mengalami perubahan, bertambah, dan menghilang sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya. Pada dasarnya, adat ini berbeda antara satu wilayah dengan wilayah lainnya. 4. Adat Istiadat berarti kebiasaan yang berlaku di suatu tempat. Kebiasaan ini disusun dan ditentukan oleh Ninik Mamak. Kebiasaan ini berhubungan dengan tingkah laku. Misalnya: pertemuan acara adat, upacara adat, dan sebagainya. Pada dasarnya, hal ini tergantung kepada kebiasaan masyarakat setempat. Berdasarkan empat macam adat yang dikenal oleh masyarakat Minangkabau tersebut, maka diketahui pula bahwa seni ukir tradisional Minangkabau selalu dibuat berlandaskan dasar pandangan hidup alam takambang jadi guru, prinsip adat 145

6 PENGARUH ISLAM PADA BENTUK ORNAMEN UKIRAN 'ITIK PULANG PATANG' SUMATERA BARAT (Resky Annisa Damayanti) basandi syarak, syarak basandi Kitabullah, serta ungkapan pepatah-petitih. Pepatah adalah aturan norma hukum adat yang menjadi sumber peraturan yang mengatur segala hubungan pergaulan dalam masyarakat Minangkabau, sedangkan petitih artinya aturan yang mengatur pelaksanaan adat dengan seksama. Misalnya: pepatah adat bersandar syarak, diatur pelaksanaannya oleh petitih adat hidup harus mengikuti aturan, aturan sesungguhnya berusaha agar kehidupan bisa menjadi lebih baik. Dapat disimpulkan bahwa prinsip atau pandangan hidup masyarakat Minangkabau adalah "adat basandi syarak syarak basandi kitabullah (ABS-SBK) syarak mangato, adat mamakai, alam takambang jadi guru". Dari uraian mengenai tradisi budaya Minangkabau ini, dapat ditarik kesimpulan dengan diagram berikut: Diagram Konsep Hubungan Kebudayaan Minangkabau (Sumber: Sadall, 1901) Ragam Ukiran Pada Bangunan Rumah Gadang Ragam ukiran tradisional Minangkabau selalu bersumber pada falsafah Minangkabau, yakni alam (alam takambang jadi guru) dan adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah. Penempatannya pun tergantung pada makna dan kelayakannya dalam tatanan sosial. Ukiran pada Rumah Gadang Istana Pagaruyung misalnya, ukiran selalu terlihat penuh di setiap sisi dinding. Bentuk-bentuk alam yang dijadikan motif ukiran di Minangkabau tidaklah diungkapkan secara realistis atau naturalis tetapi bentuknya tersebut digayakan (distilasi) sedemikian rupa sehingga menjadi motif-motif yang dekoratif sehingga kadang-kadang sukar untuk dikenali sesuai dengan nama motifnya. Hal tersebut terjadi setelah berkembangnya agama Islam di Minangkabau. Beberapa ahli berpendapat bahwa seni ukir tradisional di Minangkabau pada mulanya dimulai dari corak yang realistis. Hal ini masih dapat dilihat pada hiasan ukiran yang terdapat pada menhir atau nisan yang terdapat pada beberapa daerah 146

7 Dimensi, Vol.13- No.2, Februari 2017 di Kabupaten 50 Koto yang bermotifkan ular, tanaman dengan makna simbolisnya. Sedangkan pada seni ukir tradisional Minangkabau motif-motif realis ini sudah mulai dihilangkan karena pada umumnya masyarakat Minangkabau memeluk agama Islam dan di dalam agama Islam menggambarkan segala hal yang memiliki nyawa/ruh secara utuh untuk menandingi ciptaan Allah SWT hukumnya haram menurut Hadits meski hukum ini masih dalam perdebatan hingga sekarang. Pada bagian luar dinding di bangunan Rumah Gadang Istana Pagaruyung terlihat penuh dengan ornamen ukiran kayu berwarna khas Sumatera Barat yang masingmasingnya memiliki makna khusus. Warna yang umumnya terlihat pada ukiran Istana Pagaruyung ini biasanya didominasi warna merah (sebagai lambang kabupaten Agam), hijau (sebagai lambang Lima Puluh Koto), kuning (sebagai lambang kabupaten Tanah Datar), dan hitam (sebagai warna kebesaran Datuk atau pemuka adat). Penggunaan warna di Rumah Gadang Minangkabau ini tidak bersifat fungsional dan estetis, melainkan lebih bersifat simbolis. Gambar 1. Istana Pagaruyung merupakan satu-satunya Rumah Gadang yang memiliki dinding ukir hingga bawah karena diagungkan (Sumber: Damayanti, 2012) Ukiran-ukiran pada Rumah Gadang Istana Pagaruyung berbeda dengan ukiran pada Rumah Gadang lainnya karena pada istana ukirannya penuh hingga mencapai bagian bawah, sedangkan Rumah Gadang lainnya tidak. Ukiran di istana juga terlihat lebih halus, ukiran tersebut bernama ukiran canduang yaitu dengan teknik pahat dan pisau. Umumnya bermotif alam dan makhluk hidup, misalnya hewan, floral, dan sebagainya. Hal ini sejalan dengan falsafah kebudayaan Minangkabau (alam terkembang jadi guru). Bentuk-bentuk alam yang dijadikan motif ukiran di Minangkabau tidaklah diungkapkan secara realistis atau naturalis seperti yang dibahas sebelumnya, melainkan digayakan (distilasi) sedemikian rupa sehingga kadang sukar untuk 147

8 PENGARUH ISLAM PADA BENTUK ORNAMEN UKIRAN 'ITIK PULANG PATANG' SUMATERA BARAT (Resky Annisa Damayanti) dikenali sesuai dengan nama motif. Berikut beberapa ragam ukiran tradisional Minangkabau yang terdapat di dinding Istana Pagaruyung : 1. Motif ukiran Kembang Manih Gambar 2. Ukiran Kembang Manih bermakna keramahan masyarakat Minangkabau (Sumber: Damayanti, 2012) 2. Motif ukuiran Aka Cino Gambar 3. Ukiran Aka Cino bermakna kehalusan dan keserasian (Sumber: Damayanti, 2012) 3. Motif ukiran Lapiah Jarami Gambar 4. Ukiran Lapiah Jarami bermakna kepemimpinan masyarakat Minangkabau (Sumber: Damayanti, 2012) 4. Motif ukiran Jalo Taserak Jo Lumuik Hanyunik Gambar 5. Ukiran Jalo Taserak Jo Lumuik Hanyuik Jalo Taserak bermakna undang-undang yang tumbuh dari bawah, Lumuik Hanyuik bermakna kepribadian penghulu yang tangguh (Sumber: Damayanti, 2012) 148

9 Dimensi, Vol.13- No.2, Februari Motif ukiran Tupai Mangun Gambar 6. Ukiran Tupai Manangun bermakna gesit dan kelincahan masyarakat Minangkabau dalam kerja (Sumber: Damayanti, 2012) 6. Motif ukiran Kuciang Tidua Gambar 7. Ukiran Kuciang Tidua bermakna ketenangan, kewaspadaan dan kreativitas yang wajib dimiliki oleh seorang penghulu (Sumber: Damayanti, 2012) 7. Motif ukiran Itik Pulang Patang Gambar 8. Ukiran Itiak Pulang Patang bermakna keteraturan, ketertiban dan kedisiplinan masyarakat Minangkabau (Sumber: Damayanti, 2012) Berdasarkan uraian di atas mengenai ragam ukiran tradisional yang terdapat pada bangunan Rumah Gadang Istana Pagaruyung, maka dapat disimpulkan bahwa sesuai dengan falsafah alam takambang jadi guru, sifat dan bentuk ukiran selalu berasal dari alam dan tidak melukiskan bentuk flora maupun fauna secara murni dan utuh. Hal ini dikarenakan prinsip masyarakat Minangkabau adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah. Motif Itik Pulang Patang Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa di antara nama ukiran yang paling khas dan terkenal, serta kerap kali digunakan tidak hanya di ukiran kayu melainkan juga diterapkan pada motif kain songket khas Minang yaitu jenis itik pulang patang. Motif ini menggambarkan tingkah laku hewan itik yang selalu berjalan beriringan ketika petang hari mereka bersiap pulang ke kandang. Tingkah laku berjalan beriringan serasi, teratur, tertib, bersahabat, kompak dan bersamasama dipilih oleh masyarakat Minangkabau sebagai contoh dalam menjalani 149

10 PENGARUH ISLAM PADA BENTUK ORNAMEN UKIRAN 'ITIK PULANG PATANG' SUMATERA BARAT (Resky Annisa Damayanti) kehidupan. Hal inipun lalu digambarkan dan menjadi suatu corak motif untuk ukiran dan songket dengan nama yang sama. Gambar 9. Abtraksi gambaran transformasi bentuk pada motif hias tradisonal Minangkabau Itiak Pulang Patang (Sumber: /2012/04/makna-mendidik-dan-pendidikan-pada.html) Gambar 10. Motif Itiak Pulang Patang dalam bentuk sketsa (Sumber: Ukiran_Itiak_Pulang_Patang_dalam_Adat_Minangkabau) Songket merupakan jenis kain tenunan tradisional Melayu dan Minangkabau. Songket ditenun dengan tangan yang menggunakan benang emas dan perak, dan pada umumnya dikenakan pada acara-acara resmi. Benang emas dan perak yang tertenun berlatar kain tersebut menimbulkan efek kemilau cemerlang. Kain songket ini kepopulerannya tidak kalah dengan batik. Di pulau Sumatera pusat kerajinan songket yang termahsyur dan unggul adalah di daerah Pandai Sikek dan Silungkang, (Minangkabau, Sumatera Barat) serta di Palembang, Sumatera Selatan. Gambar 11. Motif Itiak Pulang Patang pada kain songket (Sumber: Pada dasarnya motif itik pulang patang di kain songket dengan di ukiran dinding Rumah Gadang memiliki bentuk dan makna yang sama, hanya medianya saja yang berbeda. Makna motif ini selain menggambarkan tingkah laku hewan itik 150

11 Dimensi, Vol.13- No.2, Februari 2017 yang selalu berjalan beriringan dan teratur ketika petang akan pulang ke kandang, motif ini juga mengandung makna filosofis yaitu menggambarkan keselarasan dan keserasian kehidupan masyarakat Minangkabau dengan alamnya, tata pergaulan dalam kehidupan sehari-hari antar individu dalam masyarakat, tatanan sistem pemerintahan, hubungan sinergis pada hubungan sistem kekerabatan antara mamak (paman) dan kemenakan, keteguhan dalam menjalankan prinsip-prinsip hidup serta kebersamaan dan kekompakan dalam masyarakat Minangkabau. Gambar 12. Motif Itik Pulang Patang pada bangunan museum Adityawarman, itik menghadap ke dua arah berbeda menandakan masyarakat Minangkabau setiap merantau akan bertemu kembali di kampung halaman (di pusat) ( dalam_adat_minangkabau/) Kesimpulan Adat adalah satu dari sebagian kecil warisan budaya Minangkabau yang masih bertahan hingga sekarang meskipun perlahan sudah mulai diabaikan. Masyarakat Minangkabau selalu menjadikan alam sebagai sumber falsafahnya, yaitu alam takambang jadi guru (alam terkembang menjadi guru). Alam sebagai pandangan serta pedoman hidup bagi manusia khususnya masyarakat Minangkabau dalam berbuat, bertindak, dan berprilaku dalam kehidupan sehari-hari. Alam diciptakan dengan sempurna dan di dalamnya terdapat banyak contoh pengajaran yang baik. Masyarakat Minangkabau mencoba untuk hidup selaras dan dinamis dengan alam lingkungannya, sehingga setiap karya seni, dalam hal ini yaitu ornamen ukiran, yang dihasilkan selalu mencoba mengambil dari alam dan menyelaraskan dengan prinsip adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah yang bermakna adat orang Minangkabau bersandarkan kepada syari'at, syari'at bersandarkan kepada Kitabullah (Kitab Allah). Berdasarkan falsafah dan prinsip hidup masyarakat Minangkabau tersebut, ornamen ukiran pun mencoba untuk mengambil bentuk dari alam, bentuk yang paling khas yaitu itik pulang patang yang kerap ditemukan pada ukiran dinding Rumah Gadang maupun pada kain songket khas Minang. Bentuk ukiran itik pulang patang bertransformasi dari hewan itik yang berbaris teratur yang mencerminkan pola kehidupan masyarakat Minangkabau. Dari transformasi inilah dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh Islam terhadap bentuk motif ukiran Itik Pulang Patang yang tertulis dalam Al-Quran dan Hadits di mana salah satunya dapat dilihat dalam Al-Quran Surat Yunus Ayat 101. *** 151

12 PENGARUH ISLAM PADA BENTUK ORNAMEN UKIRAN 'ITIK PULANG PATANG' SUMATERA BARAT (Resky Annisa Damayanti) Referensi Arismunandar, Agoes dkk Indonesian Heritage: Arsitektur. Jakarta: Universitas Indonesia. Budiharjo, Eko Arsitektur Sebagai Warisan Budaya. Jakarta: Djambatan. Diradjo, Datoek Sanggoeno Tambo Alam Minangkabau, Tatanan Adat Warisan Nenek Moyang Orang Minang. Bukittinggi: Kristal Multimedia. Gartiwa, Marcus Morfologi Bangunan dalam Konteks Kebudayaan. Bandung: Muara Indah. Kartika, Dharsono Sony. Kuliah Sejarah Nusantara (Pascasarjana Unes, Semarang: 2012) Moenir, Darman dkk Minangkabau. Jakarta: Yayasan Gebu Minang. Moleong, Lexy Metodologi Penelitian Kualitatif. Cetakan Ke-30. Bandung: Remaja Rosdakarya. Navis, A.A Alam Takambang Jadi Guru, Adat dan Kebudayaan Minangkabau. Jakarta: Pustaka Grafiti Press. Zulkarnaini Budaya Alam Minangkabau untuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Bukittinggi: Usaha Ikhlas. 152

MAKNA FILOSOFIS PADA UKIRAN ITIAK PULANG PATANG DALAM ADAT MINANGKABAU

MAKNA FILOSOFIS PADA UKIRAN ITIAK PULANG PATANG DALAM ADAT MINANGKABAU PKMI-3-1-1 MAKNA FILOSOFIS PADA UKIRAN ITIAK PULANG PATANG DALAM ADAT MINANGKABAU Syayid Sandi Sukandi, Eka Tizar, Andi Asrizal Fakultas Sastra, Universitas Andalas, Padang ABSTRAK Dalam masyarakat Minangkabau

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 61 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Perkawinan Menurut Hukum Adat Minangkabau di Kenagarian Koto Baru, Kecamatan Koto Baru, Kabupaten Dharmasraya, Provinsi Sumatera Barat. Pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunitas masyarakat matrilineal paling besar di dunia (Kato, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. komunitas masyarakat matrilineal paling besar di dunia (Kato, 2005). BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Minangkabau merupakan satu-satunya budaya yang menganut sistem kekerabatan matrilineal di Indonesia. Masyarakat Minangkabau merupakan komunitas masyarakat matrilineal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik. Sepanjang sejarah, manusia tidak terlepas dari seni. Karena seni adalah salah satu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daerah di Indonesia. Sumatera Barat dengan sistem pemerintahan nagari yang. tersendiri yang berbeda dengan masyarakat Indonesia.

I. PENDAHULUAN. daerah di Indonesia. Sumatera Barat dengan sistem pemerintahan nagari yang. tersendiri yang berbeda dengan masyarakat Indonesia. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumatera Barat adalah salah satu Provinsi di Indonesia yang memakai sistem pemerintahan lokal selain pemerintahan desa yang banyak dipakai oleh berbagai daerah

Lebih terperinci

PROFIL DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR

PROFIL DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR PROFIL DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR 14 KECAMATAN 75 NAGARI Pusat Inovasi Tenun Pandai Sikek DENGAN LUAS WILAYAH 1336.00 KM2 JUMLAH USAHA INDUSTRI DI KABUPATEN TANAH DATAR BERDASARKAN DATA POTENSI INDUSTRI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Manusia adalah mahkluk yang diberi akal dan pikiran sehingga ia

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Manusia adalah mahkluk yang diberi akal dan pikiran sehingga ia 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Manusia adalah mahkluk yang diberi akal dan pikiran sehingga ia disebut sebagai mahkluk yang sempurna. Sebagai makhluk yang berpikir manusia dibekali rasa ingin tahu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Kain Tenun merupakan salah satu kekayaan budaya Indonesia, karena keberadaannya merupakan salah satu karya Bangsa Indonesia yang tersebar luas diseluruh kepulauan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kerajaan Pagaruyung yang terletak di Batu Sangkar, Luhak Tanah Datar, merupakan sebuah kerajaan yang pernah menguasai seluruh Alam Minangkabau. Bahkan pada masa keemasannya

Lebih terperinci

BAB II BATIK BASUREK SEBAGAI IDENTITAS BENGKULU

BAB II BATIK BASUREK SEBAGAI IDENTITAS BENGKULU BAB II BATIK BASUREK SEBAGAI IDENTITAS BENGKULU 2.1. Kain Batik Basurek Bengkulu Kain Basurek merupakan salah satu bentuk batik hasil kerajinan tradisional daerah Bengkulu yang telah diwariskan dari generasi

Lebih terperinci

2015 IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN MOTIF HIAS SUMATERA BARAT

2015 IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN MOTIF HIAS SUMATERA BARAT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kurikulum sebagai suatu rencana sejalan dengan rumusan kurikulum menurut undang-undang pendidikan yang dijadikan sebagai acuan dalam penyelenggaraan sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Batik merupakan salah satu warisan budaya Indonesia. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri dari beberapa pulau yang memiliki keanekaragaman dan warisan budaya yang bernilai tinggi yang mencerminkan budaya bangsa. Salah satu warisan

Lebih terperinci

PERANCANGAN BOOKLET MELALUI MOTIF-MOTIF SONGKET PANDAI SIKEK ARTIKEL

PERANCANGAN BOOKLET MELALUI MOTIF-MOTIF SONGKET PANDAI SIKEK ARTIKEL PERANCANGAN BOOKLET MELALUI MOTIF-MOTIF SONGKET PANDAI SIKEK ARTIKEL RISA PAMILA RAHMAH 96573/2009 PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL JURUSAN SENI RUPA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI PADANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam bahasa Batak disebut dengan istilah gorga. Kekayaan ragam hias

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam bahasa Batak disebut dengan istilah gorga. Kekayaan ragam hias BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia yang memiliki kekayaaan berbagai khasanah ragam hias atau ornamen yang tersebar di wilayah Nusantara, dari Sabang sampai Merauke, masing-masing daerah

Lebih terperinci

BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL

BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL 2.1. Seni dan Tari 2.1.1. Pengertian Seni Seni dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991: 915) didefinisikan sebagai keahlian membuat karya yang bermutu dilihat dari segi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa dengan masyarakatnya yang Pluralistic mempunyai berbagai macam bentuk dan variasi dari kesenian budaya. Warisan kebudayaan tersebut harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sumber buku karangan Nirwabda Wow Building, 2014 : 88 2 Ibid : 88

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sumber buku karangan Nirwabda Wow Building, 2014 : 88 2 Ibid : 88 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang teletak di bagian Asia tenggara yang dilalui garis khatulistiwa. Indonesia berada diantara benua Asia dan Australia serta diantara

Lebih terperinci

Oleh: Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

Oleh: Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta RAGAM HIAS TRADISIONAL Oleh: Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Pengertian Ragam Hias Ragam hias adalah bentuk dasar hiasan yang biasanya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Kecamatan Pariaman Utara yang menghasilkan. Ada empat desa yang menjadi

BAB V KESIMPULAN. Kecamatan Pariaman Utara yang menghasilkan. Ada empat desa yang menjadi 64 BAB V KESIMPULAN Nareh Hilir merupakan satu diantara 17 desa yang berada di kawasan Kecamatan Pariaman Utara yang menghasilkan. Ada empat desa yang menjadi sentra sulaman benang emas di kota Pariaman,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pariaman ditemukan oleh Tomec Pires ( ), seorang

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pariaman ditemukan oleh Tomec Pires ( ), seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariaman di zaman lampau merupakan daerah yang cukup dikenal oleh pedagang bangsa asing semenjak tahun 1.500-an. Catatan tertua tentang Pariaman ditemukan oleh Tomec

Lebih terperinci

RAGAM HIAS FLORA Ragam hias flora

RAGAM HIAS FLORA Ragam hias flora RAGAM HIAS FLORA Ragam hias flora Flora sebagai sumber objek motif ragam hias dapat dijumpai hampir di seluruh pulau di Indonesia. Ragam hias dengan motif flora (vegetal) mudah dijumpai pada barang-barang

Lebih terperinci

BAB III KONSEP PERANCANGAN A.

BAB III KONSEP PERANCANGAN A. BAB III KONSEP PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Perancangan Motif teratai sebagai hiasan tepi kain lurik Sumber Ide teratai Identifikasi Masalah 1. Perancangan motif teratai sebagai hiasan tepi pada

Lebih terperinci

BAB III KONSEP PERANCANGAN. tindak lanjut dari proses analisis, dimana proses perancangan merupakan

BAB III KONSEP PERANCANGAN. tindak lanjut dari proses analisis, dimana proses perancangan merupakan BAB III KONSEP PERANCANGAN 3.1. Sintesis Perancangan sistem merupakan suatu kegiatan yang merupakan tindak lanjut dari proses analisis, dimana proses perancangan merupakan inti dari semua proses yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan yang berkembang di daerah-daerah di seluruh Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan yang berkembang di daerah-daerah di seluruh Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan yang berkembang di daerah-daerah di seluruh Indonesia merupakan buah Pergumulan Kreatif dari penduduk setempat dan telah menjadi warisan untuk genarasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diupayakan langkah-langkah ke arah peningkatan kualitas pendidikan, dari mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diupayakan langkah-langkah ke arah peningkatan kualitas pendidikan, dari mulai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat dominan dalam menunjang keberhasilan pembangunan Bangsa dan Negara. Oleh karena itu perlu diupayakan langkah-langkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti rok, dress, atau pun celana saja, tetapi sebagai suatu kesatuan dari keseluruhan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Bima merupakan perpaduan dari berbagai suku, etnis dan budaya yang hampir menyebar di seluruh pelosok tanah air.akan tetapi pembentukan masyarakat Bima yang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kecamatan Canduang 1. Kondisi Geografis Kecamatan Canduang merupakan salah satu dari beberapa kecamatan di Kabupaten Agam. Dimana wilayah ini ditetapkan menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Bengkalis, Indragiri Hulu, Kampar, dan wilayah Pekanbaruyang merupakan kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. di Bengkalis, Indragiri Hulu, Kampar, dan wilayah Pekanbaruyang merupakan kekuatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari berbagai suku yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Bangsa bisa disebut juga dengan suku,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun

I. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia memiliki moto atau semboyan Bhineka Tunggal Ika, artinya yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun pada hakikatnya bangsa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sumatera merupakan pulau yang memiliki sejumlah suku besar berciri khas tradisional. Suku yang terkenal adalah Minangkabau, Aceh, Batak, Melayu, dan ada juga sejumlah suku-suku

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Kain songket adalah benda pakai yang digunakan oleh masyarakat

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Kain songket adalah benda pakai yang digunakan oleh masyarakat BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Kain songket adalah benda pakai yang digunakan oleh masyarakat Palembang sejak dahulu dan merupakan benda yang mengandung banyak nilai di dalamnya, seperti nilai intrinsik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Suku Minangkabau kita kenal sebagai sebuah suku yang mayoritas masyarakatnya berasal dari wilayah Provinsi Sumatera Barat. Orang Minangkabau juga sangat menonjol

Lebih terperinci

Nama jenis produk kerajinan tekstil beserta gambar dan komentarnya

Nama jenis produk kerajinan tekstil beserta gambar dan komentarnya Nama jenis produk kerajinan tekstil beserta gambar dan komentarnya kerajinan batik,batik merupakan warisan budaya indonesia. kerajinan pahat, kerajinan yang membutuhkan ketekunan. kerajinan ukir, adalah

Lebih terperinci

2.1 Ukiran Tradisional dan Alam Pikiran Suku Minangkabau

2.1 Ukiran Tradisional dan Alam Pikiran Suku Minangkabau BAB II UKIRAN TRADISIONAL MINANGKABAU 2.1 Ukiran Tradisional dan Alam Pikiran Suku Minangkabau Ukiran tradisional Minangkabau merupakan gambaran keadaan alam sekitar, baik ukiran yang berasal dari tumbuhan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan suatu bangsa tidak hanya merupakan suatu aset, namun juga jati diri. Itu semua muncul dari khasanah kehidupan yang sangat panjang, yang merupakan

Lebih terperinci

Desain Kerajinan. Unsur unsur Desain. Titik 9/25/2014

Desain Kerajinan. Unsur unsur Desain. Titik 9/25/2014 Desain Kerajinan Unsur unsur Desain Unsur desain merupakan bagian-bagian dari desain yang disusun untuk membentuk desain secara keseluruhan. Dalam sebuah karya desain masing-masing unsur tidak dapat dilepaskan

Lebih terperinci

PERANCANGAN SELENDANG BATIK TULIS DENGAN SUMBER IDE ORNAMEN RAGAM HIAS RUMAH GADANG TRADISI MINANGKABAU

PERANCANGAN SELENDANG BATIK TULIS DENGAN SUMBER IDE ORNAMEN RAGAM HIAS RUMAH GADANG TRADISI MINANGKABAU PERANCANGAN SELENDANG BATIK TULIS DENGAN SUMBER IDE ORNAMEN RAGAM HIAS RUMAH GADANG TRADISI MINANGKABAU TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Seni Rupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batik merupakan salah satu seni budaya Indonesia yang sudah menyatu dengan masyarakat Indonesia sejak beberapa abad lalu. Batik menjadi salah satu jenis seni kriya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kata songket. Tanjung Pura Langkat merupakan pusat Pemerintahan Kesultanan

BAB I PENDAHULUAN. kata songket. Tanjung Pura Langkat merupakan pusat Pemerintahan Kesultanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata songket memiliki banyak definisi dari beberapa beberapa para ahli yang telah mengadakan penelitian dan pengamatan terhadap kain songket. Menurut para ahli

Lebih terperinci

Kajian Batik Tulis Riau

Kajian Batik Tulis Riau Kajian Batik Tulis Riau Oleh : Ria Enita Program Studi Kriya Tekstil dan Mode, Universitas Telkom ABSTRAK Batik tulis adalah seni melukis yang di lakukan di atas kain dengan menggunakan lilin atau malam

Lebih terperinci

Penerapan Ragam Hias pada Bahan Tekstil

Penerapan Ragam Hias pada Bahan Tekstil Penerapan ragam hias flora, fauna, dan geometris pada bahan tekstil banyak dijumpai di berbagai daerah di Indonesia. Penerapan ragam hias pada bahan tekstil dapat dilakukan dengan cara membatik, menenun,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I. PENGANTAR... 1

DAFTAR ISI BAB I. PENGANTAR... 1 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i PERNYATAAN... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR ISTILAH... viii DAFTAR TABEL DAN GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xiii INTISARI... xiv ABSTRACT... xv BAB I. PENGANTAR... 1

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan. Kain batik sudah menjadi semacam identitas tersendiri bagi masyarakat Jawa. Motif dan coraknya yang beragam dan memikat memiliki daya jual yang tinggi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola pola ragam hias

BAB I PENDAHULUAN. Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola pola ragam hias BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola pola ragam hias daerah atau suku suku yang telah membudaya berabad abad. Berbagai ragam hias yang ada di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bhineka Tunggal Ika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bhineka Tunggal Ika BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak keanekaragaman budaya, mulai dari indahnya potensi alam, tempat wisata, sajian kuliner hingga peninggalan

Lebih terperinci

BAB IV STUDI ANALISIS TENTANG SIMBOL. A. Simbol Menurut Masyarakat Desa. Kedungrejo, Kecamatan. Kerek,

BAB IV STUDI ANALISIS TENTANG SIMBOL. A. Simbol Menurut Masyarakat Desa. Kedungrejo, Kecamatan. Kerek, 53 BAB IV STUDI ANALISIS TENTANG SIMBOL A. Simbol Menurut Masyarakat Desa. Kedungrejo, Kecamatan. Kerek, Kabupaten. Tuban. Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa masyarakat sekitar menyebut

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN NAGARI SITUJUAH GADANG Nomor: 03/NSG/2002. Tentang BENTUK PARTISIPASI ANAK NAGARI DALAM PEMBANGUNAN NAGARI

RANCANGAN PERATURAN NAGARI SITUJUAH GADANG Nomor: 03/NSG/2002. Tentang BENTUK PARTISIPASI ANAK NAGARI DALAM PEMBANGUNAN NAGARI RANCANGAN PERATURAN NAGARI SITUJUAH GADANG Nomor: 03/NSG/2002 Tentang BENTUK PARTISIPASI ANAK NAGARI DALAM PEMBANGUNAN NAGARI Menimbang : a. bahwa modal dasar pembangunan Nagari yang tumbuh dan berkembang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang beraneka ragam, salah satu hasil budaya tersebut adalah batik. Batik merupakan warisan

Lebih terperinci

Kajian Pakaian penghulu Minangkabau

Kajian Pakaian penghulu Minangkabau Kajian Pakaian penghulu Minangkabau Oleh : Diskadya Program Studi Kriya Tekstil dan Mode, Universitas Telkom. Abstrak Indonesia terdiri dari bermacam-macam suku dan bangsa, dimana didalamnya terdapat berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata.

BAB I PENDAHULUAN. yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki sekitar 500 kelompok etnis, tiap etnis memiliki warisan budaya yang berkembang selama berabad-abad, yang dipengaruhi oleh kebudayaan India,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari serangga atau hewan-hewan tertentu. Rumput, bambu, kupasan kulit dan otot-otot

BAB I PENDAHULUAN. dari serangga atau hewan-hewan tertentu. Rumput, bambu, kupasan kulit dan otot-otot BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia memiliki berbagai macam kebutuhan yang terdiri dari kebutuhan pangan, sandang, dan papan. Kebutuhan pangan berupa makanan, sandang berupa pakaian, dan kebutuhan

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Selatan, Sumatera Barat, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Selatan, Sumatera Barat, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: V. KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Dari hasil pembahasan yang dilakukan mengenai Pola Bangun Atap Rumah Gadang Koto Baru Nagari Koto Baru Kecamatan Sungai Pagu Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak zaman prasejarah manusia sudah mengenal hiasan yang berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Sejak zaman prasejarah manusia sudah mengenal hiasan yang berfungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak zaman prasejarah manusia sudah mengenal hiasan yang berfungsi untuk memperindah sesuatu atau sebagai simbol yang mengandung makna untuk mencapai sesuatu yang ada

Lebih terperinci

MEDAN TRADITIONAL HANDICRAFT CENTER (ARSITEKTUR METAFORA)

MEDAN TRADITIONAL HANDICRAFT CENTER (ARSITEKTUR METAFORA) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki berbagai ragam budaya yang dilatarbelakangi suku-suku dari daerah setempat. Ragam budaya tersebut memiliki ciri khas masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Indonesia merupakan negara di dunia ini yang memiliki ragam budaya

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Indonesia merupakan negara di dunia ini yang memiliki ragam budaya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hidup adalah sebuah karunia sang Ilahi dimana didalam hidup ini banyak hal-hal yang dapat menambah gairah untuk hidup, salah satunya adalah seni dan budaya. Indonesia

Lebih terperinci

PROFIL PENERAPAN INKUIRI MORAL ALAM TAKAMBANG JADI GURU OLEH REMAJA AWAL DI KENAGARIAN AMPANG PULAI KECAMATAN KOTO XI TARUSAN JURNAL

PROFIL PENERAPAN INKUIRI MORAL ALAM TAKAMBANG JADI GURU OLEH REMAJA AWAL DI KENAGARIAN AMPANG PULAI KECAMATAN KOTO XI TARUSAN JURNAL PROFIL PENERAPAN INKUIRI MORAL ALAM TAKAMBANG JADI GURU OLEH REMAJA AWAL DI KENAGARIAN AMPANG PULAI KECAMATAN KOTO XI TARUSAN JURNAL Oleh: MELISA 11060280 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH

Lebih terperinci

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL 3.1. Stategi Perancangan Sebelum membahas motif ukir tradisional Minangkabau terlebih dahulu pada materi pendahuluan dibahas mengenai falsafah alam bagi suku

Lebih terperinci

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keanekaragaman budaya, hal ini dikarenakan Indonesia terdiri dari berbagai suku dan adat budaya. Setiap suku

Lebih terperinci

Mengenal Jenis, Bentuk, dan Teknik Pembuatan Karya Seni Rupa Tradisional Daerah Setempat

Mengenal Jenis, Bentuk, dan Teknik Pembuatan Karya Seni Rupa Tradisional Daerah Setempat Mengenal Jenis, Bentuk, dan Teknik Pembuatan Karya Seni Rupa Tradisional Daerah Setempat : Umi Faradillah, S.Pd Standar Kompetensi Mengapresiasi Karya Seni Rupa Kompetensi Dasar 1. Mengidentifikasi jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari berbagai suku yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Setiap suku memiliki kebudayaan, tradisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi dialihkan oleh Kerajaan Sunda/Pajajaran kepada Kerajaan Sumedanglarang. Artinya, Kerajaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nan Tigo (wilayah yang tiga). Pertama adalah Luhak Agam yang sekarang

BAB I PENDAHULUAN. Nan Tigo (wilayah yang tiga). Pertama adalah Luhak Agam yang sekarang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Suku bangsa Minangkabau mendiami daratan tengah Pulau Sumatera bagian barat yang sekarang menjadi Propinsi Sumatera Barat. Daerah asli orang Minangkabau ada tiga

Lebih terperinci

AR-40Z0 TUGAS AKHIR PERANCANGAN MASJID AGUNG PADANG BAB I PENDAHULUAN

AR-40Z0 TUGAS AKHIR PERANCANGAN MASJID AGUNG PADANG BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masyarakat Minangkabau yang sebagian besar adalah penduduk wilayah provinsi Sumatera Barat dalam menjalankan kehidupan sosial budayanya tetap berpegang teguh pada adagium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tapi juga dalam kehidupan bermasyarakat. Perkawinan merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. tapi juga dalam kehidupan bermasyarakat. Perkawinan merupakan suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perempuan Indonesia tidak hanya memiliki pengaruh dalam keluarga, tapi juga dalam kehidupan bermasyarakat. Perkawinan merupakan suatu peristiwa penting dalam

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. rumah limas di desa Sirah Pulaupadang dan arsitektur rumah limas di Palembang

BAB V PENUTUP. rumah limas di desa Sirah Pulaupadang dan arsitektur rumah limas di Palembang 1 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari penjelasan di atas penulis mengambil kesimpulan bahwa arsitektur rumah limas di desa Sirah Pulaupadang dan arsitektur rumah limas di Palembang mencerminkan sebuah ekspresi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Arsitektur sebagai produk dari kebudayaan, tidak terlepas dari pengaruh perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya proses perubahan

Lebih terperinci

54. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB B) A. Latar Belakang

54. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB B) A. Latar Belakang 54. Mata Pelajaran Seni Budaya dan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB B) A. Latar Belakang Muatan seni budaya dan keterampilan sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik

Lebih terperinci

2015 NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT ETNIS MINANGKABAU SEBAGAI PEDAGANG DI PASAR AL-WATHONIYAH, CAKUNG, JAKARTA TIMUR

2015 NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT ETNIS MINANGKABAU SEBAGAI PEDAGANG DI PASAR AL-WATHONIYAH, CAKUNG, JAKARTA TIMUR BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia membutuhkan manusia lain untuk menjalani kehidupan dan memenuhi segala kebutuhannya. Seperti yang dikemukakan oleh Soekanto (2007, hlm.23) Manusia senantiasa

Lebih terperinci

Pengertian. Ragam hias. Teknik. Pada pelajaran Bab 4, peserta didik diharapkan peduli dan melakukan aktivitas berkesenian,

Pengertian. Ragam hias. Teknik. Pada pelajaran Bab 4, peserta didik diharapkan peduli dan melakukan aktivitas berkesenian, Bab 4 Menerapkan Ragam Hias pada Bahan Kayu Alur Pembelajaran Pengertian Menerapkan Ragam Hias pada Bahan Kayu Ragam hias Teknik Menggambar Ragam Hias Ukiran Melukis Ragam Hias di Atas Bahan Kayu Pada

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai Kain Tenun Ikat di Kampung Tenun (Analisis Deskriptif Ornamen Kain Tenun Ikat dengan Bahan Sutera Alam di Kampung Tenun

Lebih terperinci

E-SUMUTSIANA RELIEF. Abstrak. Abstract

E-SUMUTSIANA RELIEF. Abstrak. Abstract E-SUMUTSIANA RELIEF Yudi Franklin Hutauruk Sekolah Tinggi Teknik Harapan Medan Jurusan Sistem Informasi JL. H.M Jhoni No. 70 Medan, Indonesia yudifranklin@gmail.com Abstrak Pentingnya warisan budaya kepada

Lebih terperinci

PENERAPAN UKIRAN MADURA PADA INTERIOR GALERI BATIK DI BANGKALAN PLAZA MADURA

PENERAPAN UKIRAN MADURA PADA INTERIOR GALERI BATIK DI BANGKALAN PLAZA MADURA PENERAPAN UKIRAN MADURA PADA INTERIOR GALERI BATIK DI BANGKALAN PLAZA MADURA Karina Yunita Sari, Chairil B. Amiuza, Noviani Suryasari Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Brawijaya Jalan MT. Haryono 167,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanah ini dengan sendirinya menimbulkan pergesekan- pergesekan. kepentingan yang dapat menimbulkan permasalahan tanah.

BAB I PENDAHULUAN. tanah ini dengan sendirinya menimbulkan pergesekan- pergesekan. kepentingan yang dapat menimbulkan permasalahan tanah. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia, oleh karenanya manusia tidak bisa terlepas dari tanah. Tanah sangat dibutuhkan oleh setiap

Lebih terperinci

PERWUJUDAN TEKSTIL TRADISIONAL DI INDONESIA: Kajian Makna Simbolik Ragam Hias Batik yang Bernafaskan Islam pada Etnik Melayu, Sunda, Jawa dan Madura

PERWUJUDAN TEKSTIL TRADISIONAL DI INDONESIA: Kajian Makna Simbolik Ragam Hias Batik yang Bernafaskan Islam pada Etnik Melayu, Sunda, Jawa dan Madura PERWUJUDAN TEKSTIL TRADISIONAL DI INDONESIA: Kajian Makna Simbolik Ragam Hias Batik yang Bernafaskan Islam pada Etnik Melayu, Sunda, Jawa dan Madura ABSTRAK DISERTASI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan dapat diterima orang lain, sehingga tercipta interaksi sosial sesama

BAB I PENDAHULUAN. akan dapat diterima orang lain, sehingga tercipta interaksi sosial sesama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai mahluk sosial memerlukan bahasa untuk berkomunikasi satu sama lain. Melalui bahasa pula, semua informasi yang ingin kita sampaikan akan dapat diterima

Lebih terperinci

WALIKOTA PALANGKA RAYA

WALIKOTA PALANGKA RAYA 1 WALIKOTA PALANGKA RAYA PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGATURAN BANGUNAN BERCIRIKAN ORNAMEN DAERAH KALIMANTAN TENGAH DI KOTA PALANGKA RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN. Sejarah Desain. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

MODUL PERKULIAHAN. Sejarah Desain. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh MODUL PERKULIAHAN Sejarah Seni Rupa Prasejarah Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Fakultas Teknik Perencanaan & Desain Desain Produk 01 Kode MK Abstract Seni rupa dapat dikatakan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan seni dan budayanya. Hal itu telihat dari keberagaman suku yang dimiliki Bangsa Indonesia, mulai dari cara hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ragam hias di Indonesia merupakan suatu topik yang tidak akan pernah habis untuk dibahas. Setiap suku di Indonesia memiliki kebudayaan, tradisi dan adat istiadat

Lebih terperinci

SOAL PENGAYAAN A. FLORA, FAUNA DAN ALAM BENDA

SOAL PENGAYAAN A. FLORA, FAUNA DAN ALAM BENDA SOAL PENGAYAAN A. FLORA, FAUNA DAN ALAM BENDA 1 Jelaskan apa yang dimaksud dengan aktivitas fisik dan mental dalam menggambar! 2 Sebutkan dan jelaskan dua komposisi dalam menggambar! 3 Sebutkan contoh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa daerah. Masyarakatnya terdiri dari atas beberapa suku seperti, Batak Toba,

BAB I PENDAHULUAN. bahasa daerah. Masyarakatnya terdiri dari atas beberapa suku seperti, Batak Toba, BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sumatera Utara merupakan salah satu Provinsi yang memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional maupun bahasa daerah. Masyarakatnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini, kebutuhan teknologi komputer sangat dibutuhkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini, kebutuhan teknologi komputer sangat dibutuhkan oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pada era globalisasi ini, kebutuhan teknologi komputer sangat dibutuhkan oleh manusia. Hal ini berkaitan dengan pekerjaan-pekerjaan, yang biasanya selalu dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh

BAB I PENDAHULUAN. dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan merupakan suatu sistem yang membentuk tatanan kehidupan dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh individu dengan individu lainnya atau antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan kehidupan bermasyarakat. Seperti yang diamanatkan oleh. masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan kehidupan bermasyarakat. Seperti yang diamanatkan oleh. masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan suatu negara yang memiliki keberagaman budaya, suku, agama, bahasa, kesenian dan adat. Dalam perkembangannya, Negara Kesatuan Repulik Indonesia

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah Negara yang kaya akan kebudayaan yang tersebar dari Sabang sampai Marauke. Berbagai macam suku, ras adat istiadat mengenai ragam budaya Indonesia

Lebih terperinci

PENYULUHAN DAN PELATIHAN PERLENGKAPAN PROSESI ADAT PERKAWINAN KANAGARIAN NAN XX KOTA PADANG

PENYULUHAN DAN PELATIHAN PERLENGKAPAN PROSESI ADAT PERKAWINAN KANAGARIAN NAN XX KOTA PADANG Program PPM KOMPETITIF Sumber Dana DIPA Universitas Andalas Besar Anggaran Rp 4.500.000 Tim Pelaksana Reniwati, Noviatri, Rona Almos, dan Khanizar Fakultas Sastra Lokasi Kota Padang, Sumatera Barat PENYULUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari. gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi juga untuk menyalurkan

BAB I PENDAHULUAN. sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari. gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi juga untuk menyalurkan A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan berkembangnya zaman, fungsi busana mengalami sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia dengan semboyan

Lebih terperinci

LAMPIRAN HASIL WAWANCARA

LAMPIRAN HASIL WAWANCARA LAMPIRAN HASIL WAWANCARA 83 LAMPIRAN Wawancara Dengan Bapak Eriyanto, Ketua Adat di Karapatan Adat Nagari Pariaman. 1. Bagaimana Proses Pelaksanaan Tradisi Bajapuik? - Pada umumnya proses pelaksanaan perkawinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Koentjaraningrat (1947), wujud kebudayaan ada tiga macam: 1)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Koentjaraningrat (1947), wujud kebudayaan ada tiga macam: 1) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan adalah keseluruhan aktivitas manusia, termasuk pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat-istiadat, dan kebiasaan kebiasaan lain. Menurut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Motivasi terbesar yang mendasari perjuangan rakyat Indonesia merebut

I. PENDAHULUAN. Motivasi terbesar yang mendasari perjuangan rakyat Indonesia merebut I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Motivasi terbesar yang mendasari perjuangan rakyat Indonesia merebut kemerdekaan dari kaum penjajah adalah cita-cita untuk dapat mewujudkan kehidupan rakyat Indonesia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara yang penuh akan keanekaragaman budaya. Salah satu keanekaragamannya dapat dilihat pada perbedaan dalam pakaian adat yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Moses, 2014 Keraton Ismahayana Landak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Moses, 2014 Keraton Ismahayana Landak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesenian merupakan sarana yang digunakan untuk mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia. Selain itu kesenian juga mempunyai fungsi lain, seperti

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. A. Sumber Pustaka. sangat cemerlang dan sangat indah. Untuk menjadi kupu-kupu yang. Kupu-kupu memiliki banyak jenis dan memiliki

II. KAJIAN PUSTAKA. A. Sumber Pustaka. sangat cemerlang dan sangat indah. Untuk menjadi kupu-kupu yang. Kupu-kupu memiliki banyak jenis dan memiliki II. KAJIAN PUSTAKA A. Sumber Pustaka 1. Rujukan Serangga bersayap sisik ini biasanya memiliki sayap yang sangat cemerlang dan sangat indah. Untuk menjadi kupu-kupu yang bersayap indah, terdapat beberapa

Lebih terperinci

Teknik dasar BATIK TULIS

Teknik dasar BATIK TULIS Teknik dasar BATIK TULIS Bandung, November 2009 Pengertian Batik 1. Batik adalah karya seni rupa pada kain dengan pewarnaan rintang, yang menggunakan lilin batik sebagai perintang. Menurut konsensus Nasional

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 5.1 Simpulan. Seluruh kebudayaan yang ada di bumi ini memiliki keunikan masingmasing

BAB V PENUTUP. 5.1 Simpulan. Seluruh kebudayaan yang ada di bumi ini memiliki keunikan masingmasing BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Seluruh kebudayaan yang ada di bumi ini memiliki keunikan masingmasing di dalamnya. Termasuk Indonesia yang memiliki kekayaan dan keragaman budaya dengan ciri khas masing-masing.

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MOTIF KERAWANG GAYO PADA BUSANA PESTA WANITA DI ACEH TENGAH. Tiara Arliani, Mukhirah, Novita

PENGEMBANGAN MOTIF KERAWANG GAYO PADA BUSANA PESTA WANITA DI ACEH TENGAH. Tiara Arliani, Mukhirah, Novita PENGEMBANGAN MOTIF KERAWANG GAYO PADA BUSANA PESTA WANITA DI ACEH TENGAH Tiara Arliani, Mukhirah, Novita Program Studi Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budaya berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti buddhayah, yang

BAB I PENDAHULUAN. Budaya berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti buddhayah, yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budaya berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari kata buddhi (budi atau akal) diartikan hal-hal yang berkaitan dengan

Lebih terperinci