DESKRIPSI TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA TIRTA AMERTA Produksi ISI Denpasar pada Pembukaan Pesta Kesenian Bali XXXIII di Depan Gedung Jaya Sabha Denpasar Tahun 2011 OLEH : I Gede Oka Surya Negara,SST.,M.Sn JURUSAN SENI TARI FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2011
KATA PENGANTAR Puji syukur penata panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi Wasa, berkat rahmat-nya maka skrip Tari Adi Merdangga Siwa Nata Raja Tirta Amerta dapat diselesaikan sesuai rencana. Tari Adi Merdangga ini digarap dalam rangka Pawai Pembukaan Pesta Kesenian Bali (PKB) ke XXXIII tanggal 10 Juni 2011. Selama proses penggarapan tari ini, sudah tentu banyak diperoleh bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada : 1. Bapak Prof. Dr. I Wayan Rai,S.MA selaku Rektor ISI Denpasar, atas segala fasilitas dan tugas yang diberikan sehingga garapan ini bisa berjalan dengan lancar. 2. Pemda Tingkat I Bali dan Panitia PKB, atas segala dukungannya. 3. Mahasiswa/i ISI Denpasar sebagai pendukung garapan Tari Adi Merdangga karena tanggung jawabnya dan penuh disiplin di dalam mengikuti latihanlatihan sehingga pementasan berlangsung dengan lancar. Akhirnya, deskripsi karya ini dipersembahkan semoga ada manfaatnya. Denpasar, Juni 2011 Penata
PENDAHULUAN. Pawai Pembukaan Pesta Kesenian Bali(PKB)XXXIII di depan Gedung Jaya Sabha Denpasar diiringi oleh tarian Adi Merdangga, yang terdiri dari penari putra/ putri dan penabuh sebanyak 200 orang.dengan durasi 5 menit. Acara pawai budaya dibuka oleh Gubernur Bali, Bapak Mangku Pastika. Tari ini menggambarkan tentang kesetiaan dan tanggung seorang putra kepada tugas Negara. Cerita tidak memegang peranan penting dalam setiap penggarapan tarinya, namun yang paling diutamakan adalah jalinan gerak, penggunaan property dan tema yang ditetapkan di setiap pelaksanaan PKB setiap tahunnya. Tema yang diangkat adalah Desa (Tempat), Kala (Waktu), Patra (Keadaan). Tema ini mengandung makna adaptasi diri dalam multikultur. Adi Merdangga disajikan dalam bentuk tari massal yang lebih bersifat imajinatif dengan menonjolkan gerak tari. Dengan menggarap property kuda, garuda, kober/bendera, kipas dan naga yang lebih inovatif, sehingga tari ini mengungkap cerita Tirta Amerta. Tujuan Penggarapan Adapun tujuan dari penggarapan tari ini adalah: 1. Meningkatkan kemampuan serta daya kreativitas di dalam penataan tari, dengan berbagai eksperimen yang dialami maka hal itu akan dapat menambah keyakinan penggarap di dalam menafsirkan berbagai bentuk tari. 2. Dapat memahami nilai-nilai yang terkandung dalam tokoh Siwa Nata Raja. 3. Menambah kwantitas perbendaharaan karya tari.
PROSES GARAPAN Cerita Siwa Nata Raja diperoleh dari hasil membaca buku Adi Parwa I yang kemudian disusun menjadi sebuah naskah dengan struktur tari dan suasananya. Naskah yang telah tersusun diserahkan kepada penata iringan untuk membuat iringannya. Di samping itu pula sudah dipilih para penari yang kira-kira cocok dan mampu untuk mendukung tari.selanjutnya mencari motifmotif gerak yang sesuai dengan musik pengiring. Pencarian motif gerak tidak terbatas pada gerak saja, tetapi menyesuaikan dengan property yang dibawa yaitu kuda,bendera/kober, garuda, naga dan kipas. Diawali merangkai motif gerak serta iringannya, barulah kemudian diterapkan secara detail kepada para pendukung. Sesudah bagian demi bagian itu dikuasai maka diwujudkanlah secara utuh sebuah tari Adi Merdangga. SINOPSIS Sang Winata kalah bertaruh dengan Sang Kadru menebak warna ekor kuda Oncesrawa yang sebetulnya berwarna putih. Karena kelicikan Sang Kadru, ia memerintahkan anaknya para naga untuk memerciki racun/bisa pada ekor kuda Oncesrawa, sehingga ekornya berwarna hitam. Kekalahan Sang Winata menjadikan ia diperbudak oleh Sang Kadru dan para naga. Ketika Sang Winata diperbudak oleh Sang Kadru, pada waktu itulah sang Garuda menetas (lahir). Kelahirannya ikut diperbudak oleh Sang Kadru dan para naga. Lama-kelamaan Sang Garuda kasihan kepada ibunya, hingga ia bertanya pada para naga, apa yang dapat ditebuskan untuk membebaskan ibunya. Para naga menjawab; untuk membayar hutang Sang Winata agar tidak menjadi budakku lagi, Sang Garuda harus mencari tirta amerta untuk para naga. Demikianlah kata para naga, Sang Garudapun terbang mencari tirta. Dengan berbagai halangan dan rintangan, Sang Garuda berhasil membawa
Tirta untuk diberikan pada para naga. Sang Garuda mengurungkan niatnya, karena Tirta Amerta tidak boleh dijamah oleh para penjahat. Terjadilah pertempuran antara Sang Garuda dengan para naga untuk memperebutkan Tirta Amerta, dunia berguncang olehnya. Oleh karena itu Dewa Siwa turun ke bumi menetralisir keadaan. Siwa kemudian bersabda kepada seluruh umat manusia, agar selalu hidup aman dan damai dalam seni budaya melalui adaptasi diri dalam multicultur. STRUKTUR GARAPAN Bagian I - Melukiskan kelincahan dan kegesitan Kuda Oncesrawa, setelah pemutaran Gunung Mandara Giri. Bagian II - Menggambarkan Sang Garuda dengan berbagai halangan dan rintangan berhasil mendapatkan Tirta Amerta. Bagian III - Menggambarkan Dewa Siwa bersemadi serta memancarkan sinar-sinar sucinya keseluruh penjuru bumi dalam menciptakan jagad raya.. Bagian IV - Perebutan Tirta Amerta antara para naga dengan Sang Garuda, sehingga bumi berguncang. - Siwa Natha Raja turun ke bumi menetralisir keadaan (Ending).