BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian dan Teori Investasi Asing Menurut Samuelson dan Nordhaus (1996:89), menyatakan bahwa investasi (pembelian barang-barang modal) meliputi penambahan stok modal atau barang modal di suatu negara, seperti pembangunan peralatan produksi, dan barang-barang inventaris dalam kurun waktu satu tahun. Investasi merupakan langkah mengorbankan konsumsi saat ini untuk memperbesar konsumsi di masa yang akan datang. Investasi didefinisikan sebagai pengeluaran atau pengeluaran penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapanperlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian (Sadono, 1994:121). Usaha untuk mencatat nilai penanaman modal yang dilakukan dalam suatu tahun tertentu, yang digolongkan sebagai investasi atau penanaman modal meliputi pengeluaran-pengeluaran sebagai berikut: 1) Pembelian berbagai jenis barang modal, yaitu mesin-mesin dan peralatan produksi lainnya untuk mendirikan berbagai jenis industri dan perusahaan. 2) Pengeluaran untuk mendirikan rumah tempat tinggal, bangunan kantor, bangunan pabrik dan bangunan-bangunan lainnya. 16
Pertambahan nilai stok barang-barang yang belum terjual, bahan mentah dan barang yang masih dalam proses produksi pada akhir tahun penghitungan pendapatan nasional. 2.1.1.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Investasi Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan Negara (seseorang atau kelompok) untuk melakukan investasi menurut Sadono, (2006:122), yaitu: 1) Tingkat keuntungan yang diramalkan, 2) Tingkat suku bunga, 3) Ramalan mengenai keadaan perekonomian dimasa depan, 4) Kemajuan teknologi, 5) Tingkat pendapatan nasional, 6) Keuntungan yang di peroleh perusahaan-perusahaan. 2.1.2 Penanaman Modal Asing Undang-Undang Nomor 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing menyebutkan bahwa : pengertian penanaman modal dalam undang-undang ini hanyalah meliputi penanaman modal asing secara langsung yang dilakukan menurut atau berdasarkan ketentuan-ketentuan, undang-undang ini dan yang digunakan untuk menjalankan perusahaan di Indonesia, dalam artian bahwa pemilik modal secara langsung menanggung risiko dari penanaman modal. Pengertian modal asing dalam Undang-Undang Nomor 1 tahun 1967 adalah: 1) Alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian dari kekayaan devisa Indonesia, yang dengan persetujuan pemerintah digunakan untuk pembiayaan perusahaan di Indonesia. 17
2) Alat-alat untuk perusahaan, termasuk penemuan-penemuan baru milik orang asing dan bahan-bahan, yang dimasukkan dari luar ke dalam wilayah Indonesia, selama alat-alat tersebut tidak dibiayai dari kekayaan devisa Indonesia. 3) Bagian dari hasil perusahaan yang berdasarkan undang - undang ini keuntungan yang diperkenankan ditransfer, tetapi dipergunakan untuk membiayai perusahaan di Indonesia. Investasi asing di Indonesia dapat dilakukan dalam dua bentuk investasi, (Pandji, 1995:46 dalam Masni, 2011:11), yaitu: 1) Investasi Portofolio Investasi portofolio dilakukan melalui pasar modal dengan instrumen surat berharga seperti saham dan obligasi. Dana yang masuk ke perusahaan yang menerbitkan surat berharga (emiten) dan belum tentu membuka lapangan kerja baru. Emiten setelah mendapat dana dari pasar modal untuk memperluas usahanya atau membuka usaha baru, berarti membuka lapangan kerja. Dana yang masuk ke emiten untuk memperkuat struktur modal atau untuk membayar hutang bank. Investasi ini tidak terjadi alih teknologi atau alih keterampilan manajemen. 2) Investasi Langsung Investasi langsung atau disebut dengan penanaman modal asing (PMA) merupakan bentuk investasi dengan jalan membangun, membeli total atau mengakuisisi perusahaan. Penanaman modal asing (PMA) atau Foreign 18
Direct Investment (FDI) banyak mempunyai kelebihan. Penanaman modal asing memberi andil dalam alih teknologi, alih keterampilan manajemen dan membuka lapangan kerja baru. 2.1.3 Investasi Asing Langsung atau Foreign Direct Investment (FDI) Investasi Asing Langsung (FDI) didefinisikan sebagai investasi jangka panjang yang dilakukan secara langsung oleh investor asing di dalam suatu bidang usaha warga negara domestik. Investasi di dalam bentuk FDI merupakan investasi yang relatif stabil di dalam jangka panjang, sehingga akan membantu dalam pemulihan ekonomi yang membutuhkan banyak dana dan penyerapan tenaga kerja yang cukup luas. FDI menunjukkan kepercayaan investor asing untuk melakukan kegiatan ekonominya di Indonesia sehingga mendorong capital inflow (arus modal masuk) Yati dkk, (2007:15). FDI yang dilakukan oleh negara-negara di dunia pada hakekatnya berawal dari pemikiran para ahli dalam (Pandji, 1995:48) sebagai berikut: 1) Ketidaksempurnaan pasar (Hymer 1976), yang mengemukakan bahwa FDI merupakan efek langsung dari pasar yang tidak sempurna. 2) Teori internalisasi (Rugman 1986), dimana FDI digunakan oleh perusahaanperusahaan multinasional untuk mengambil keuntungan dari efisiensi internal host country. 3) Pendekatan eklektik (Dunning 1988) dimana FDI digunakan untuk mengambil keuntungan ownership, internalisation, dan locational advantages. 19
2.1.3.1 Jenis-Jenis Foreign Direct Investment (FDI) Beberapa jenis-jenis FDI, Yati dkk, (2007:15), sebagai berikut: 1) FDI vertikal FDI yang dilakukan secara vertikal menyangkut desentralisasi secara geografis dari aliran produksi perusahaan. Perusahaan akan melakukan kegiatan produksi di negara-negara yang memiliki biaya tenaga kerja yang rendah, kemudian hasil produksi di negara tersebut akan disalurkan kembali ke negara induk. Misalnya suatu produk yang proses produksinya capitalintensive akan memindahkan proses produksinya ke negara-negara yang kaya akan modal. 2) FDI horizontal FDI yang dilakukan secara horizontal akan memproduksi barang yang sama di beberapa negara. FDI jenis ini memiliki motivasi untuk mencari pasar yang baru. Keuntungan dari FDI dengan jenis ini adalah efisiensi di dalam biaya transportasi, karena tempat produksi yang ada menjadi lebih dekat dengan konsumen. FDI juga dapat dibedakan menjadi jenis greenfield dan akuisisi. Investasi dengan jenis greenfield akan membangun unit produksi yang baru sementara FDI dengan tipe akuisisi akan membeli sebagian kepemilikan dari perusahaan yang sudah ada sebelumnya. FDI dapat dibedakan berdasarkan motivasi yang melatarbelakangi invetor asing, Yati dkk, (2007:17) yaitu: 20
1) Resource seeking : investasi dilakukan untuk mencari faktor-faktor produksi yang lebih efisien di negara lain dibandingkan dengan menggunakan faktor produksi di dalam negeri yang lebih mahal. 2) Market seeking : investasi yang dilakukan dengan tujuan mencari pasar yang baru atau mempertahankan pasar yang lama. Strategi ini dapat juga dilakukan sebagai strategi pertahanan. Investasi dengan latar belakang untuk mencari pasar direalisasikan di dalam bentuk merger dan akuisisi. 3) Efficiency seeking : investasi dimana perusahaan berusaha untuk meningkatkan efisiensinya dengan mengambil keuntungan dari economic scale dan scope. FDI ini digunakan di negara-negara berkembang. 2.1.4 Ekspor 2.1.4.1 Pengertian Ekspor Perdagangan luar negeri timbul karena pada hakekatnya tidak ada satu negara di dunia yang dapat menghasilkan semua barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan seluruh penduduk (Deliarnov, 1995:195). Kebutuhan penduduk bisa dihasilkan sendiri dalam negeri, tetapi dalam banyak hal sering lebih murah mengimpor barangbarang yang diperlukan dari luar negeri. Kemampuan suatu negara untuk bersaing ditentukan oleh banyak faktor, antara lain: sumber daya alam, sumber daya manusia, teknologi, manajemen dan sosial budaya. Semua faktor tersebut akhirnya menentukan kualitas dan harga-harga barang yang dihasilkan. 21
Amir (2003:1), mendefinisikan ekspor sebagai upaya melakukan penjualan komoditi yang kita miliki kepada bangsa lain atau negara asing, dengan mengharapkan pembayaran dalam valuta asing, serta melakukan komunikasi dengan memakai bahasa asing. Ekspor merupakan salah satu komponen dari pendapatan agregat, semakin banyak barang yang diekspor maka semakin besar pengeluaran agregat dan semakin tinggi pula pendapatan nasional suatu negara. Menurut Collins (1994:218) pengertian ekspor dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: 1) Suatu barang yang diproduksi dan secara fisik diangkut dan dijual di pasar luar negeri, kemudian diperoleh penerimaan dalam mata uang asing. Ekspor seperti ini disebut ekspor yang dapat dilihat (visible export). 2) Suatu jasa yang disediakan bagi orang asing baik di dalam negeri maupun luar negeri yang keduanya menghasilkan mata uang asing. Ekspor seperti ini disebut ekspor yang tidak dapat dilihat (invisible export). 3) Modal yang ditempatkan diluar negeri dalam bentuk investasi portofolio, investasi langsung luar negeri dalam bentuk akte fisik dan deposito bank yang disebut dengan ekspor modal. Ekspor terjadi terutama karena kebutuhan akan barang dan jasa suatu negara bisa kompetitif, baik harga maupun mutu dengan produksi sejenis di pasar internasional. Ekspor dengan sendirinya memberikan pemasukan devisa bagi negara bersangkutan yang nantinya dipergunakan untuk membiayai kebutuhan impor maupun pembangunan dalam negeri. Menurut Sadono (2000:109), faktor-faktor yang menentukan ekspor adalah sebagai berikut: 22
a) Daya saing dan keadaan ekonomi negara lain. Dalam suatu sistem perdagangan internasional yang bebas, kemampuan suatu negara menjual barang ke luar negeri tergantung pada kemampuannya menyaingi barang-barang yang sejenis di pasar internasional. Besarnya pasaran di luar negeri sangat ditentukan dari pendapatan penduduk negara lain. Kemajuan yang pesat di berbagai negara akan meningkatkan ekspor suatu negara. b) Proteksi di negara-negara lain. Proteksi di negara-negara lain akan mengurangi tingkat ekspor suatu negara. c) Kurs valuta asing. Peningkatan kurs mata uang suatu negara pengimpor terhadap mata uang negara pengekspor dapat meningkatkan daya beli negara pengimpor yang mengakibatkan nilai ekspor negara pengekspor meningkat. 2.1.4.2 Hubungan antara Total Ekspor dengan Investasi Asing Langsung Hubungan ekspor dengan investasi dinyatakan juga oleh (Mankiw, 2003 dalam Yogatama, 2011:29) menjelaskan dengan identitas perhitungan pendapatan nasional dalam bentuk tabungan dan investasi, yaitu : Y = C + I + G + NX Dapat diubah menjadi, Y C G = I + NX 23
Dalam pendekatan ini Y C G = S, maka persamaan sebelumnya dapat di ubah menjadi, S = I + NX lalu menjadi, S + I = NX NX merupakan ekspor neto yang terdapat dalam neraca pembayaran, sedangkan I merupakan investasi, maka besar kecilnya nilai total ekspor akan mempengaruhi investasi di suatu negara. Peningkatan investasi asing langsung secara tidak langsung akan meningkatkan industrialisasi, mengakibatkan jumlah barang yang diproduksi juga akan meningkat. Hubungan yang positif masih menjadi perdebatan oleh sebagian pengamat. Hal ini disebabkan oleh peluang terjadinya investasi asing langsung sangat tergantung dan dipengaruhi oleh kebijakan negara penerima atau host country (Sarwedi, 2002:25). Investasi asing langsung meningkat pada negara tuan rumah, akan diikuti nilai ekspor yang meningkat pada negara tersebut dan menunjukkan hubungan yang kuat (positif) dan saling melengkapi di sisi ekspor (WTO, 1996 dalam Burcu, 2011:84). Hubungan antara total ekspor dengan investasi asing langsung di Indonesia adalah positif atau searah dan signifikan (Sarwedi, 2002:32). 24
2.1.5 Suku Bunga Internasional atau LIBOR 2.1.5.1 Konsep Suku Bunga Internasional Suku bunga adalah jumlah yang diterima oleh orang yang meminjamkan dan dibayar oleh peminjam dana sejumlah persentase yang disepakati oleh kedua belah pihak. Teori suku bunga secara makro dan mikro menurut Taufik (2004:440) yaitu: 1) Teori Suku Bunga Secara Makro Pengertian dasar dari teori tingkat suku bunga yaitu harga dari penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu. Suku bunga merupakan imbalan atas ketidaknyamanan karena melepas uang. Teori klasik menyatakan bahwa suku bunga adalah harga dari loanable funds (dana investasi) dengan demikian suku bunga adalah harga yang terjadi di pasar dan investasi. Menurut teori Keynes tingkat bunga merupakan suatu fenomena moneter, artinya tingkat bunga ditentukan oleh penawaran dan permintaan akan uang (ditentukan di pasar uang). 2) Teori Suku Bunga (pinjaman) Secara Mikro Industri perbankan yang sangat kompetitif dan penentuan tingkat bunga kredit menjadi suatu alat persaingan yang sangat strategis. Bank-bank yang mampu mengendalikan pokok dalam penentuan tingkat bunga kredit (lending rate) akan mampu menentukan bunga kredit yang lebih rendah dibandingkan dengan bank-bank lainnya. 25
Menurut Yoda, dkk (2008:170), suku bunga adalah jumlah yang diterima oleh orang yang meminjamkan dan dibayar oleh peminjam dana sejumlah persentase yang disepakati oleh kedua belah pihak. Suku bunga dikelompokkan menjadi: 1) Suku bunga tetap Suku bunga tetap adalah suku bunga pinjaman yang tidak berubah sepanjang masa kredit. 2) Suku bunga mengambang Suku bunga mengambang adalah suku bunga yang berubah-ubah selama masa kredit berlangsung dengan mengikuti suatu kurs referensi tertentu seperti misalnya LIBOR dimana cara perhitungannya dengan menggunakan sistem penambahan marjin terhadap kurs referensi. Menurut Kasmir (2008:132), faktor utama yang mempengaruhi besar kecilnya penetapan suku bunga adalah sebagai berikut : 1) Kebutuhan dana 2) Kebijaksanaan pemerintah 3) Target laba yang diinginkan 4) Jangka waktu 5) Kualitas jaminan 6) Reputasi perusahaan 7) Produk yang kompetitif 8) Hubungan baik 9) Jaminan pihak ketiga 26
Suku bunga LIBOR merupakan suku bunga internasional yang digunakan sebagai suku bunga perkiraan antar bank di negara yang berbeda. Suku bunga ini memiliki jangka waktu antara 1, 3, 6 bulan dan 1 tahun. Pergerakan suku bunga ini sesuai dengan pergerakan pasar uang, yang mengikuti kondisi ekonomi dunia. Suku bunga LIBOR merupakan suku bunga yang digunakan oleh bank-bank di dunia jika jenis surat atau jenis tabungan didominasi oleh mata uang asing dalam bentuk US$. Suku bunga yang diberikan atas jenis tabungan atau surat berharga ini akan diukur sesuai dengan pergerakan nilai US$ (Masni, 2009:22). Di Indonesia, suku bunga dalam negeri selain dipengaruhi oleh laju inflasi, juga dipengaruhi oleh suku bunga internasional (LIBOR). Penurunan dan kenaikan tingkat bunga di dalam negeri sejalan dengan kebijakan Bank Indonesia untuk mengupayakan perbedaan selisih antara tingkat suku bunga domestik dengan suku bunga internasional harus berada pada tingkat yang wajar, guna mengurangi ekspansi moneter yang berasal dari aliran modal masuk, terutama yang berjangka pendek (Masni, 2009:23). 2.1.5.2 Hubungan antara LIBOR dengan Investasi Asing Langsung Suku bunga merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi investasi. Variasi tingkat suku bunga menjadi pertimbangan bagi investor. Tingkat suku bunga lebih rendah dari yang diharapkannya, maka seseorang akan memilih menginvestasikan uangnya dari pada menyimpan uangnya di bank ataupun meminjamkan uangnya kepada orang lain. Dana investasi diperoleh dari meminjam di 27
bank atau pihak lain dengan tingkat bunga lebih rendah dari keuntungan yang akan diperoleh dapat digunakan untuk menutup tingkat bunga pinjaman (Liliana, 2012:36). Semakin tinggi tingkat suku bunga, maka keinginan untuk melakukan investasi semakin kecil. Seorang investor akan menambah pengeluaran investasinya apabila keuntungan yang diharapkan dari investasi lebih besar dari tingkat bunga yang harus dia bayar untuk dana investasi tersebut yang merupakan ongkos untuk penggunaan dana atau cost of capital. Pengusaha akan lebih terdorong untuk melakukan investasi, apabila tingkat suku bunga semakin rendah, sebab biaya penggunaan dana menjadi semakin kecil (Liliana, 2012:37). Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka. Investasi asing langsung tidak hanya ditentukan oleh tingkat bunga yang berasal dari dalam negeri, tetapi juga dari faktor luar negeri yaitu melalui suku bunga internasional. LIBOR merupakan salah satu indikator moneter internasional yang memiliki pengaruh terhadap perkembangan suku bunga di Indonesia. (Masni, 2011:5). Hubungan antara suku bunga internasional berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap variabel investasi asing langsung di Indonesia (Masni, 2011:87). 2.1.6 Upah Tenaga Kerja 2.1.6.1 Pengertian Upah Tenaga Kerja Pengertian upah secara umum yaitu pembayaran yang diperoleh tenaga kerja sebagai bentuk balas jasa yang disediakan dan diberikan oleh tenaga kerja kepada para pengusaha. Menurut Peraturan Pemerintah No. 8 tahun 1981 upah dapat 28
diartikan suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada buruh untuk sesuatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan, dinilai dalam bentuk uang akan ditetapkan berdasarkan suatu persetujuan atau peraturan perundang-undangan, dan dibayarkan atas dasar perjanjian kerja antara pengusaha dengan buruh, termasuk tunjangan baik untuk buruh sendiri maupun keluarganya. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, dalam Bab I Pasal 1 angka 30 dijelaskan upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya, atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan. 2.1.5.2 Jenis-Jenis Upah Jenis-jenis upah dalam berbagai kepustakaan Hukum Ketenagakerjaan Bidang Hubungan Kerja menurut Zaeni (2007:70): 1) Upah Nominal Upah nominal adalah sejumlah uang yang dibayarkan secara tunai kepada pekerja/buruh yang berhak sebagai imbalan atas pengerahan jasa-jasa atau pelayanannya sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam perjanjian kerja. 29
2) Upah Nyata (Riil Wages) Upah nyata adalah uang nyata, yang benar-benar harus diterima seorang pekerja/buruh yang berhak. Upah nyata ini ditentukan oleh daya beli upah tersebut yang akan tergantung dari: a) Besar atau kecilnya jumlah uang yang diterima b) Besar atau kecilnya biaya hidup yang diperlukan 3) Upah Hidup Upah hidup, yaitu upah yang diterima pekerja/buruh relatif cukup untuk membiayai keperluan hidupnya secara luas, yang bukan hanya kebutuhan pokoknya, melainkan juga kebutuhan sosial keluarganya, seperti pendidikan, asuransi, rekreasi, dan lain-lain. 4) Upah Minimum Upah minimum adalah upah terendah yang akan dijadikan standard, oleh pengusaha untuk menentukan upah yang sebenarnya dari pekerja/buruh yang bekerja di perusahaannya. Upah minimum umumnya ditentukan oleh pemerintah (cq. Gubernur dengan memerhatikan rekomendasi dari dewan pengupahan provinsi dan/atau bupati/walikota), dan setiap tahun kadangkala berubah sesuai dengan tujuan ditetapkannya upah minimum, yaitu untuk : a) Menonjolkan arti dan peranan pekerja/buruh sebagai subsistem dalam suatu hubungan kerja. b) Melindungi kelompok kerja dari adanya sistem pengupahan yang sangat rendah dan yang secara materiil kurang memuaskan. 30
c) Mendorong kemungkinan diberikannya upah yang sesuai dengan nilai pekerjaan yang dilakukan. d) Mengusahakan terjaminnya ketenangan dan kedamaian kerja dalam perusahaan. e) Mengusahakan adanya dorongan peningkatan dalam standar hidup secara normal. 5) Upah Wajar Upah wajar adalah upah yang secara relatif dinilai cukup wajar oleh pengusaha dan pekerja/buruh sebagai imbalan atas jasa-jasanya pada perusahaan. Upah wajar ini sangat bervariasi dan selalu berubah-ubah antar upah minimum dan upah hidup sesuai dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut adalah : a) Kondisi perekonomian negara. b) Nilai upah rata-rata di daerah tempat perusahaan itu berada. c) Peraturan perpajakan. d) Standar hidup para pekerja/buruh itu sendiri. e) Posisi perusahaan dilihat dari struktur perekonomian negara. 2.1.5.2 Hubungan antara Upah Tenaga Kerja dengan Investasi Asing Langsung Upah buruh yang relatif rendah diyakini sebagai salah satu faktor pendorong investasi asing langsung, dengan upah buruh yang rendah akan menurunkan biaya produksi. Biaya produksi rendah maka dapat meningkatkan laba perusahaan. Harga barang yang relatif rendah, akan diikuti dengan naiknya permintaan di pasar. Salah 31
satu faktor penentu investasi asing adalah ketersediaan biaya tenaga kerja yang rendah memberikan keunggulan kompetitif bagi perusahaan (Rahayu, 2010 dalam Yogatama, 2011:29). Biaya tenaga kerja yang tinggi diharapkan memiliki dampak negatif terhadap investasi asing (Sudershan, 2012:221). Hubungan antara upah tenaga kerja dengan investasi asing langsung di Indonesia adalah negatif atau berlawanan arah dan signifikan (Masni, 2011:65). 2.2 Rumusan Hipotesis Berdasarkan pokok permasalahan, kajian pustaka dan pembahasan hasil penelitian sebelumnya dapat dirumuskan rumusan hipotesis sebagai berikut : 1) Diduga bahwa total ekspor, LIBOR dan upah tenaga kerja berpengaruh secara serempak terhadap investasi asing langsung di Indonesia tahun 1990-2012. 2) Diduga bahwa total ekspor berpengaruh positif secara parsial terhadap investasi asing langsung di Indonesia, sedangkan LIBOR dan upah tenaga kerja berpengaruh negatif secara parsial terhadap investasi asing langsung di Indonesia tahun 1990-2012. 32