BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status trofik merupakan indikator tingkat kesuburan suatu perairan yang dapat ditentukan oleh faktor-faktor yang meliputi nutrien perairan, produktivitas fitoplankton dan transparansi air (Dodds, 2007). Status trofik berguna untuk memonitor kualitas perairan (Leitão, 2012), melalui pemahaman terhadap siklus nutrien dan interaksinya dengan jejaring makanan dalam suatu ekosistem (Dodds, 2006). Perairan dapat digolongkan menjadi oligotrofik, mesotrofik, eutrofik, dan distrofik berdasarkan status trofiknya (Horne dan Goldman, 1994). Perairan tipe oligotrofik merupakan perairan yang miskin nutrien, air berwarna biru dan jernih dengan transparansi air lebih dari 8 m (Doods dan Whiles, 2010). Kondisi nutrien yang rendah menyebabkan rendahnya biomassa fitoplankton dan berpengaruh pada tingkat trofik di atasnya (Leitão, 2012). Perairan dikategorikan eutrofik jika memiliki nutrien tinggi dengan kedalaman kurang dari 10 m. Kandungan nutrien yang tinggi menyebabkan jumlah organisme akuatik melimpah, ditandai blooming algae. Perairan tipe mesotrofik berada di antara tipe eutrofik dan oligotrofik, dengan kondisi nutrien sedang. Perairan distrofik merupakan perairan yang menuju kerusakan, ditandai dengan perairan yang berwarna kuning kecoklatan dan dangkal. Kondisi perairan distrofik selalu asam dan tidak produktif (Horne dan Goldman, 1994). 1
2 Status trofik bersifat multidimensi dan tidak bisa ditentukan dengan indikator tunggal (Kratzer dan Brezonik,1981). Status trofik diukur berdasarkan beberapa parameter yang meliputi parameter fisik, kimia, dan biologi (Timofti et al., 2011). Pengukuran status trofik salah satunya dilakukan dengan mengukur kandungan nutrien utama (nitrogen dan fosfor), klorofil-a, kemelimpahan fitoplankton serta transparansi air. Nitrogen dan fosfor merupakan faktor pembatas bagi fitoplankton karena merupakan unsur esensial dalam proses biokimia namun ketersediaan dalam air terbatas (Horne dan Goldman, 1994). Sedangkan klorofil-a merupakan jenis klorofil yang paling banyak terdapat pada fitoplankton. Pengukuran status trofik di Waduk Gajahmungkur Wonogiri dilakukan secara spasial dan temporal. Skala spasial yang diukur meliputi dua zona yang berbeda yaitu zona intensifikasi dan zona non intensifikasi. Zona intensifikasi diwakili oleh area Karamba Jaring Apung (KJA) dan zona non intensifikasi diwakili oleh area bebas. Kedua area tersebut mempunyai karakter fisik, kimia maupun biologi yang sangat berbeda. Area KJA berada di teluk dengan jumlah karamba melebihi daya tampung perairan. Area KJA dimanfaatkan secara berlebihan dan menyumbang nutrien dari sisa pakan ke perairan. Nutrien tersebut menyebabkan eutrofikasi dan sedimentasi. Area bebas Waduk Gajahmungkur secara umum merupakan area yang tidak dimanfaatkan langsung oleh masyarakat. Pengukuran status trofik secara temporal dilakukan pada bulan basah dan bulan kering. Penentuan bulan basah dan bulan kering dilakukan dengan analisis data sekunder berupa curah hujan di area waduk selama lima tahun terakhir. Bulan
3 yang curah hujannya di atas 100 mm dikategorikan sebagai bulan basah sebab curah hujannya melebihi evaporasi. Bulan yang curah hujannya kurang dari 60 mm disebut bulan kering sebab evaporasi melebihi curah hujan (Göltenboth et al., 2012). Waduk Gajahmungkur terletak 3 km di selatan Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah. Perairan danau buatan ini dibuat dengan membendung sungai terpanjang di pulau Jawa, yaitu sungai Bengawan Solo. Waduk Gajahmungkur mulai dibangun pada akhir tahun 1970 dan mulai beroperasi pada tahun 1978. Waduk Gajahmungkur dibangun dengan tujuan utama mengendalikan banjir di daerah hilir dengan cara menampung air dari tangkapan air hujan di bagian hulu. Selain itu juga diperuntukkan sebagai perikanan, pariwisata, hidrolistrik dan keperluan irigasi di musim kemarau. Letak geografis Waduk Gajahmungkur pada 7 o 32 LS 8 o 15 LS dan 110 o 04 BT 110 o 18 BT. Bentuk basinnya berupa cekungan seperti piring. Waduk Gajahmungkur berada pada ekosistem karst. Kegiatan perikanan Keramba Jaring Apung (KJA), pariwisata, dan aktivitas penduduk sekitar di waduk dapat menyebabkan peningkatan nutrien yang dapat meningkatkan kesuburan perairan, serta degradasi kualitas perairan. Penentuan status trofik di Waduk Gajahmungkur perlu dilakukan secara spasial dan temporal dan di evaluasi secara berkesinambungan. Tujuan evaluasi status trofik adalah untuk memonitor kualitas perairan dan menentukan kebijakan yang perlu diambil untuk menjaga fungsi waduk. Informasi mengenai status trofik Waduk Gajahmungkur masih sangat minim sehingga perlu dilakukan
4 penelitian penentuan status trofik. Informasi status trofik membantu pengelola atau pemerintah untuk melakukan managemen dan restorasi waduk. B. Permasalahan Waduk Gajahmungkur dibangun dengan tujuan pariwisata, hidrolistrik, perikanan dan keperluan irigasi di musim kemarau. Waduk Gajahmungkur kini telah mengalami pergeseran fungsi. PLTA tidak berfungsi pada musim kemarau karena suplai air tidak mencukupi untuk untuk menggerakkan turbin. Tahun 2014 terjadi kematian masal ikan di KJA. Kajian mengenai status trofik di Waduk Gajahmungkur sudah pernah dilakukan, namun perlu terus dilakukan evaluasi terkait area dan waktu pengamatan. Evaluasi pengkajian status trofik Waduk Gajahmungkur menjadi penting karena permasalahan tersebut. Berdasarkan permasalahan tersebut muncul pertanyaan : 1. Bagaimana kondisi fisika, kimia dan biologi Waduk Gajahmungkur secara spasial dan temporal? 2. Bagaimana status trofik Waduk Gajahmungkur berdasarkan kandungan nitrogen (N), fosfor (P), klorofil-a dan transparansi air? 3. Bagaimana perbedaan status trofik Waduk Gajahmungkur secara spasial dan temporal? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai berdasarkan pertanyaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
5 1. Mempelajari kondisi fisika, kimia dan biologi Waduk Gajahmungkur secara spasial dan temporal. 2. Menentukan status trofik Waduk Gajahmungkur berdasarkan kandungan Nitrogen (N), fosfor (P), klorofil-a dan transparansi air. 3. Membandingkan status trofik Waduk Gajahmungkur secara spasial dan temporal. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini secara umum yaitu: menyediakan informasi mengenai kondisi fisik, kimia dan biologi Waduk Gajahmungkur; status trofik Waduk Gajahmungkur dalam dua musim yaitu musim kemarau (bulan kering) dan musim penghujan (bulan basah); dan sebagai bahan pertimbangan dalam pengelolaan Waduk Gajahmungkur dan pengambilan kebijakan oleh pemerintah daerah. Manfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan adalah memberikan kontribusi data dalam bidang Limnologi sehingga dapat digunakan sebagai referensi kegiatan perkuliahan maupun penelitian lanjutan.