BAB I PENDAHULUAN. memonitor kualitas perairan (Leitão, 2012), melalui pemahaman terhadap siklus

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Waduk adalah wadah air yang terbentuk sebagai akibat dibangunnya bendungan

I. PENDAHULUAN. Zooplankton adalah hewan berukuran mikro yang dapat bergerak lebih bebas di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Banjir yang terjadi di Kota Solo tahun 1966, merupakan bagian peristiwa

2. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Zonasi pada perairan tergenang (Sumber: Goldman dan Horne 1983)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Waduk Cengklik merupakan salah satu waduk di Kabupaten Boyolali yang

Ir. H. Djuanda di bagian hilir DAS (luas permukaan air ha) selesai dibangun tahun

PENDAHULUAN. rumah tangga dapat mempengaruhi kualitas air karena dapat menghasilkan. Rawa adalah sebutan untuk semua daerah yang tergenang air, yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHLUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mikroorganisme banyak ditemukan di lingkungan perairan, di antaranya di

TINJAUAN PUSTAKA. kesatuan. Di dalam ekosistem perairan danau terdapat faktor-faktor abiotik dan

permukaan, sedangkan erosi tanah pertanian dapat menyebabkan tingginya parameter TSS dan sedimentasi pada sungai dan waduk. Permasalahan degradasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Perairan merupakan perpaduan antara komponen fisika, kimia dan biologi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 28 TAHUN 2009 TENTANG DAYA TAMPUNG BEBAN PENCEMARAN AIR DANAU DAN/ATAU WADUK

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Sumber oksigen terlarut dalam perairan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Abstract. Keywords: Koto Panjang reservoir, phosphate, lacustrine and transition

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut (DO; Dissolved Oxygen Sumber DO di perairan

1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan penelitian dari Nippon Koei (2007), Bendungan Serbaguna

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya, tergenang secara terus menerus atau musiman, terbentuk secara alami

FENOMENA DAMPAK UPWELLING PADA USAHA BUDIDAYA IKAN DENGAN KJA DI DANAU DAN WADUK

H - H + Merupakan molekul dipolar, artinya 1 molekul memiliki 2 muatan yang berbeda yakni muatan + dan

BAB I PENDAHULUAN. Mojokerto, Gresik dan Kodya Surabaya, Propinsi Jawa Timur. DAS Lamong

BAB I PENDAHULUAN I-1. Laporan Tugas Akhir Kinerja Pengoperasian Waduk Sempor Jawa Tengah dan Perbaikan Jaringan Irigasinya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS KADAR NITRAT DAN KLASIFIKASI TINGKAT KESUBURAN DI PERAIRAN WADUK IR. H. DJUANDA, JATILUHUR, PURWAKARTA

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang dua per tiga luasnya ditutupi oleh laut

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN 1 BAB I. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Air merupakan unsur yang sangat penting di bumi dan dibutuhkan

DANAU TONDANO. Gambar 1. Peta lokasi Danau Tondano, Provinsi Sulawesi Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang

commit to user BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Ekosistem air tawar merupakan ekosistem dengan habitatnya yang sering digenangi

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI. Dalam pengumpulan data untuk mengevaluasi bendungan Ketro, dilakukan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait, antara lain :

Bab V Hasil dan Pembahasan

HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN. Gambar 7 Lokasi penelitian di perairan dangkal Semak Daun.

Ketahanan Air Untuk Indonesia: Pandangan Akademisi

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM 1.2 LATAR BELAKANG

ANALISA PENCEMARAN LIMBAH ORGANIK TERHADAP PENENTUAN TATA RUANG BUDIDAYA IKAN KERAMBA JARING APUNG DI PERAIRAN TELUK AMBON

I. PENDAHULUAN. menjalankan aktivitas budidaya. Air yang digunakan untuk keperluan budidaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Habitat air tawar dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu perairan

Danau dengan volume lebih dari km 3 :

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN

Chlorophyll-a concentration in the Tajwid Lake, Langgam Sub-district, Pelalawan District, Riau Province. By:

I. PENDAHULUAN. yang termasuk dalam bentuk mikro terdiri dari Fe, Co, Zu, B, Si, Mn, dan Cu (Bold

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN. komponen penting bagi semua bentuk kehidupan di bumi. Pengaturan air yang

BAB I PENDAHULUAN. Waduk merupakan kolam besar atau danau buatan tempat menampung air

2014 KAJIAN KUALITAS AIR TANAH DI SEKITAR KAWASAN BUDIDAYA IKAN PADA KERAMBA JARING APUNG DI WADUK JATILUHUR KABUPATEN PURWAKARTA

SEBARAN HORIZONTAL BIOMASSA FITOPLANKTON (Klorofila) DI PERAIRAN ESTUARI SUNGAI BRANTAS, JAWA TIMUR RESPATI ADI KATMOYO C

I. PENDAHULUAN. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai saluran air bagi daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. di darat maupun di laut. Kandungan bahan organik di darat mencerminkan

BAB I PENDAHULUAN UMUM

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem Rawa Ekosistem merupakan suatu sistem ekologi yang terdiri atas komponenkomponen

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

Pemodelan Penyebaran Polutan di DPS Waduk Sutami Dan Penyusunan Sistem Informasi Monitoring Kualitas Air (SIMKUA) Pendahuluan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

MANAJEMEN KUALITAS AIR

I. PENDAHULUAN. penting dalam ekosistem perairan termasuk danau. Fitoplankton berperan sebagai

I. PENDAHULUAN. limbah dari pertanian dan industri, serta deforestasi ilegal logging (Nordhaus et al.,

REKAYASA SUMBERDAYA AIR (WATER RESOURCES ENGINEERING ) OPERASI WADUK

PERUBAHAN MUSIM TERHADAP BEBAN MASUKAN NUTRIEN DI PERAIRAN TELUK AMBON DALAM PENDAHULUAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL JURNAL KAJIAN HUBUNGAN ANTARA KUALITAS AIR DAN PRODUKTIVITAS BUDIDAYA IKAN NILA DI DANAU LIMBOTO KABUPATEN GORONTALO

The Vertical Profile Of Nitrate and Orthophosphate in Pinang Luar Oxbow Lake Buluh China Village Siak Hulu Sub District Kampar District Riau Province

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah populasi penduduk pada suatu daerah akan. memenuhi ketersediaan kebutuhan penduduk. Keterbatasan lahan dalam

I. PENDAHULUAN. Perairan Lhokseumawe Selat Malaka merupakan daerah tangkapan ikan yang

BAB III TINJAUAN DAERAH STUDI

BAB I PENDAHULUAN. unsur hara dari ekosisem di sekitarnya (Collinvaux, 1993). Menurut Forel, danau

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkotaan Yogyakarta mulai menunjukkan perkembangan yang sangat

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN KARAKTERISTIK HIDROLOGI DAN LAJU EROSI SEBAGAI FUNGSI PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN

APLIKASI CITRA LANDSAT 8 OLI UNTUK PEMETAAN STATUS TROFIK DANAU (Studi Kasus Blooming Algae Danau Maninjau Sumatera Barat)

The Vertical Profile of Nitrate in the Lacustrine and Transition Zone Koto Panjang Reservoir Kampar District Riau Province ABSTRACT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN I-1

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status trofik merupakan indikator tingkat kesuburan suatu perairan yang dapat ditentukan oleh faktor-faktor yang meliputi nutrien perairan, produktivitas fitoplankton dan transparansi air (Dodds, 2007). Status trofik berguna untuk memonitor kualitas perairan (Leitão, 2012), melalui pemahaman terhadap siklus nutrien dan interaksinya dengan jejaring makanan dalam suatu ekosistem (Dodds, 2006). Perairan dapat digolongkan menjadi oligotrofik, mesotrofik, eutrofik, dan distrofik berdasarkan status trofiknya (Horne dan Goldman, 1994). Perairan tipe oligotrofik merupakan perairan yang miskin nutrien, air berwarna biru dan jernih dengan transparansi air lebih dari 8 m (Doods dan Whiles, 2010). Kondisi nutrien yang rendah menyebabkan rendahnya biomassa fitoplankton dan berpengaruh pada tingkat trofik di atasnya (Leitão, 2012). Perairan dikategorikan eutrofik jika memiliki nutrien tinggi dengan kedalaman kurang dari 10 m. Kandungan nutrien yang tinggi menyebabkan jumlah organisme akuatik melimpah, ditandai blooming algae. Perairan tipe mesotrofik berada di antara tipe eutrofik dan oligotrofik, dengan kondisi nutrien sedang. Perairan distrofik merupakan perairan yang menuju kerusakan, ditandai dengan perairan yang berwarna kuning kecoklatan dan dangkal. Kondisi perairan distrofik selalu asam dan tidak produktif (Horne dan Goldman, 1994). 1

2 Status trofik bersifat multidimensi dan tidak bisa ditentukan dengan indikator tunggal (Kratzer dan Brezonik,1981). Status trofik diukur berdasarkan beberapa parameter yang meliputi parameter fisik, kimia, dan biologi (Timofti et al., 2011). Pengukuran status trofik salah satunya dilakukan dengan mengukur kandungan nutrien utama (nitrogen dan fosfor), klorofil-a, kemelimpahan fitoplankton serta transparansi air. Nitrogen dan fosfor merupakan faktor pembatas bagi fitoplankton karena merupakan unsur esensial dalam proses biokimia namun ketersediaan dalam air terbatas (Horne dan Goldman, 1994). Sedangkan klorofil-a merupakan jenis klorofil yang paling banyak terdapat pada fitoplankton. Pengukuran status trofik di Waduk Gajahmungkur Wonogiri dilakukan secara spasial dan temporal. Skala spasial yang diukur meliputi dua zona yang berbeda yaitu zona intensifikasi dan zona non intensifikasi. Zona intensifikasi diwakili oleh area Karamba Jaring Apung (KJA) dan zona non intensifikasi diwakili oleh area bebas. Kedua area tersebut mempunyai karakter fisik, kimia maupun biologi yang sangat berbeda. Area KJA berada di teluk dengan jumlah karamba melebihi daya tampung perairan. Area KJA dimanfaatkan secara berlebihan dan menyumbang nutrien dari sisa pakan ke perairan. Nutrien tersebut menyebabkan eutrofikasi dan sedimentasi. Area bebas Waduk Gajahmungkur secara umum merupakan area yang tidak dimanfaatkan langsung oleh masyarakat. Pengukuran status trofik secara temporal dilakukan pada bulan basah dan bulan kering. Penentuan bulan basah dan bulan kering dilakukan dengan analisis data sekunder berupa curah hujan di area waduk selama lima tahun terakhir. Bulan

3 yang curah hujannya di atas 100 mm dikategorikan sebagai bulan basah sebab curah hujannya melebihi evaporasi. Bulan yang curah hujannya kurang dari 60 mm disebut bulan kering sebab evaporasi melebihi curah hujan (Göltenboth et al., 2012). Waduk Gajahmungkur terletak 3 km di selatan Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah. Perairan danau buatan ini dibuat dengan membendung sungai terpanjang di pulau Jawa, yaitu sungai Bengawan Solo. Waduk Gajahmungkur mulai dibangun pada akhir tahun 1970 dan mulai beroperasi pada tahun 1978. Waduk Gajahmungkur dibangun dengan tujuan utama mengendalikan banjir di daerah hilir dengan cara menampung air dari tangkapan air hujan di bagian hulu. Selain itu juga diperuntukkan sebagai perikanan, pariwisata, hidrolistrik dan keperluan irigasi di musim kemarau. Letak geografis Waduk Gajahmungkur pada 7 o 32 LS 8 o 15 LS dan 110 o 04 BT 110 o 18 BT. Bentuk basinnya berupa cekungan seperti piring. Waduk Gajahmungkur berada pada ekosistem karst. Kegiatan perikanan Keramba Jaring Apung (KJA), pariwisata, dan aktivitas penduduk sekitar di waduk dapat menyebabkan peningkatan nutrien yang dapat meningkatkan kesuburan perairan, serta degradasi kualitas perairan. Penentuan status trofik di Waduk Gajahmungkur perlu dilakukan secara spasial dan temporal dan di evaluasi secara berkesinambungan. Tujuan evaluasi status trofik adalah untuk memonitor kualitas perairan dan menentukan kebijakan yang perlu diambil untuk menjaga fungsi waduk. Informasi mengenai status trofik Waduk Gajahmungkur masih sangat minim sehingga perlu dilakukan

4 penelitian penentuan status trofik. Informasi status trofik membantu pengelola atau pemerintah untuk melakukan managemen dan restorasi waduk. B. Permasalahan Waduk Gajahmungkur dibangun dengan tujuan pariwisata, hidrolistrik, perikanan dan keperluan irigasi di musim kemarau. Waduk Gajahmungkur kini telah mengalami pergeseran fungsi. PLTA tidak berfungsi pada musim kemarau karena suplai air tidak mencukupi untuk untuk menggerakkan turbin. Tahun 2014 terjadi kematian masal ikan di KJA. Kajian mengenai status trofik di Waduk Gajahmungkur sudah pernah dilakukan, namun perlu terus dilakukan evaluasi terkait area dan waktu pengamatan. Evaluasi pengkajian status trofik Waduk Gajahmungkur menjadi penting karena permasalahan tersebut. Berdasarkan permasalahan tersebut muncul pertanyaan : 1. Bagaimana kondisi fisika, kimia dan biologi Waduk Gajahmungkur secara spasial dan temporal? 2. Bagaimana status trofik Waduk Gajahmungkur berdasarkan kandungan nitrogen (N), fosfor (P), klorofil-a dan transparansi air? 3. Bagaimana perbedaan status trofik Waduk Gajahmungkur secara spasial dan temporal? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai berdasarkan pertanyaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

5 1. Mempelajari kondisi fisika, kimia dan biologi Waduk Gajahmungkur secara spasial dan temporal. 2. Menentukan status trofik Waduk Gajahmungkur berdasarkan kandungan Nitrogen (N), fosfor (P), klorofil-a dan transparansi air. 3. Membandingkan status trofik Waduk Gajahmungkur secara spasial dan temporal. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini secara umum yaitu: menyediakan informasi mengenai kondisi fisik, kimia dan biologi Waduk Gajahmungkur; status trofik Waduk Gajahmungkur dalam dua musim yaitu musim kemarau (bulan kering) dan musim penghujan (bulan basah); dan sebagai bahan pertimbangan dalam pengelolaan Waduk Gajahmungkur dan pengambilan kebijakan oleh pemerintah daerah. Manfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan adalah memberikan kontribusi data dalam bidang Limnologi sehingga dapat digunakan sebagai referensi kegiatan perkuliahan maupun penelitian lanjutan.