BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Inisiasi Menyusui Dini. bayi dan kulit ibu. Bayi dibiarkan mencari puting susu ibu, setelah puting

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Sebenarnya bayi manusia

Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Inisiasi Menyusu Dini di BPS Hj. Umah Kec. Cidadap Kel. Ciumbuleuit Kota Bandung

LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Bayi baru lahir memiliki hak untuk segera menyusu dini dengan membiarkan

PEMBERLAKUAN PEDOMAN PELAYANAN ASI EKSKLUSIF DAN INISIASI MENYUSUI DINI (IMD) DI RUMAH SAKIT BERSALIN (RSB) ASIH DIREKTUR RUMAH SAKIT BERSALIN ASIH,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kuesioner Penelitian PENGETAHUAN GIZI IBU DAN PRAKTEK PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI SERTA STATUS GIZI BATITA DI PERDESAAN DAN PERKOTAAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional salah satu tujuannya yaitu membangun sumber

ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS

BAB 1 PENDAHULUAN. terbaik dan termurah yang diberikan ibu kepada bayinya, dimana pemberian ASI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN KEBERHASILAN MENYUSUI BAYI DI BPM APRI OGAN ILIR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Inisaiasi Menyusu Dini (IMD) merupakan proses satu jam pertama pasca bayi

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan satu-satunya yang paling sempurna

BAB I PENDAHULUAN. pada saat janin masih dalam kandungan dan awal masa pertumbuhannya. menghadapi tantangan globalisasi (Depkes, 2010).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. IBU Surakarta, yang dikumpulkan pada tanggal November 2013,

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs) Di negara

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Inisiasi menyusu dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berjenis kelamin pria. Seorang pria biasanya menikah dengan seorang wanita

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan zat gizi bagi bayi sampai usia dua tahun merupakan hal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. keberlangsungan bangsa, sebagai generasi penerus bangsa anak harus dipersiapkan

Petunjuk Pengisian Kuesioner : Usia : tahun. 2. Tamat SD. 3. Tamat SMP. 4. Tamat SMA. 5. Tamat PT. : 1. Ibu Rumah Tangga 2. PNS. 3.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Melahirkan merupakan pengalaman menegangkan, tetapi sekaligus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dimana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri (tidak disodorkan ke

BAB 1 PENDAHULUAN. puerperium dimulai sejak dua jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan enam

BAB I PENDAHULUAN. The World Health Report Tahun 2005 dilaporkan Angka Kematian Bayi Baru

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK BALITA

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BERSALIN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DIKAMAR BERSALIN PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2013

MATERI KELAS IBU HAMIL PERTEMUAN KEDUA

BAB I PENDAHULUAN. penuh perjuangan bagi ibu yang menyusui dan bayinya (Roesli, 2003).

BAB 1 PENDAHULUAN. Melahirkan merupakan pengalaman menegangkan, akan tetapi sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Pembangunan Milenium atau Millenium Development Goals

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada rakyat jelata, bahkan dasar utama terletak pada kaum wanita, yaitu

INISIASI MENYUSUI DINI UNTUK IBU DAN BAYI

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENINGKATAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) sangat bermanfaat untuk imunitas, pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. AKB tahun 2007 yaitu 34 per KH, dengan target tahun 2015 sebesar 23 per

Cara Mencuci Tangan yang Benar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik ibu menyusui, teknik menyusui dan waktu menyusui. Menurut WHO/UNICEF Tahun 2004 menyusui adalah suatu cara yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. membantu ibu mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya. Usaha ini dilakukan

PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 99 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 4 TAHUN 2009

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

NOMOR 900/MENKES/SK/VII/2002 TENTANG

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK BIDAN

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menyusu sendiri pada ibu dalam satu jam pertama kelahirannya

BAB I PENDAHULUAN. suplemen,vitamin, mineral, dan atau obat obatan untuk keperluan medis

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DENGAN WAKTU PENGELUARAN KOLOSTRUM

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan generasi yang sehat, cerdas, dan taqwa merupakan tanggung

6. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik

No. Responden : (diisi oleh peneliti) Tanggal pengisian :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses alami bayi untuk menyusu,

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Intensitas kontraksi uterus meningkat secara

Sugiarti dan Vera Talumepa

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan, baik

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan, juga mengandung sel-sel darah putih, antibodi,

BAB IV PEMBAHASAN. Pada bab ini berisi pembahasan asuhan kebidanan pada Ny.S di

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu maupun perinatal (Manuaba 2010:109). Perlunya asuhan

HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN KECEPATAN KELUARNYA ASI PADA IBU POST PARTUM DI BPS FIRDA TUBAN

AMENORE LAKTASI SEBAGAI METODE BER KB SERTA URGENSINYA TERHADAP PP 33 TAHUN 2012 Oleh : Andang Muryanta

BAB I PENDAHULUAN. pada tujuan ke 5 adalah mengurangi Angka Kematian Ibu (AKI) dengan target

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. baru lahir untuk segera menyusu sendiri pada ibunya dengan cara meletakkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. tergantng dari motif yang dimiliki (Taufik, 2007). menggerakkan kita untuk berperilaku tertentu. Oleh karena itu, dalam

HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN PRODUKSI ASI PADA IBU MENYUSUI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NANGGALO PADANG

Pengantar Kuesioner Penelitian. Pengetahuan dan Sikap Bidan Tentang Inisiasi Menyusu Dini di Wilayah Kerja

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Asalkan dibiarkan kontak kulit bayi dengan

1. ASUHAN IBU SELAMA MASA NIFAS

PERATURAN BUPATI TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF. BAB I KETENTUAN UMUM

BAB 1 PENDAHULUAN. pemberian (ASI) masih jauh dari yang diharapkan. Menurut Survei Demografi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran hidup, sesuai dengan target pencapaian Sustainable Development

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN

BAB I PENDAHULUAN. dan kembalinya organ reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil. Wanita

Dinamika Kebidanan vol. 1 no. 2 Agustus 2011

BAB 1 PENDAHULUAN. pada ibu primipara. Masalah-masalah menyusui yang sering terjadi adalah puting

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 26 Tahun 2017 Seri E Nomor 19 PERATURAN WALI KOTA BOGOR NOMOR 26 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 5 TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal serta melindungi anak dari

MANFAAT ASI BAGI BAYI

LAMPIRAN 1 SURAT IZIN PENELITIAN DARI PEMERINTAH KOTA BANDUNG BADAN KESATUAN BANGSA, PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. menyusu dalam 1 jam pertama kelahirannya (Roesli, 2008). Peran Millenium

Lampiran III Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 900/MENKES/SK/VII/2002 Tanggal : 25 Juli 2002

Umur : tahun Pendidikan: 1. SD Pekerjaan: 1. IRT tahun 2.SMP 2.PNS tahun

PANDUAN RAWAT GABUNG IBU DAN BAYI DIRUMAH SAKIT UMUM DAERAH SINJAI

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia tercatat angka kematian bayi masih sangat tinggi yaitu 2%

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menyusui akan menjamin bayi tetap sehat dan memulai. kehidupannya dengan cara yang paling sehat.

SERI BACAAN ORANG TUA. Faktor. Yang Mempengaruhi Pertumbuhan & Perkembangan Janin. Milik Negara Tidak Diperjualbelikan

BAB I PENDAHULUAN. satupun produk formula yang dapat menyamai keunggulan ASI. ASI. ASI mengikuti pola pertumbuhan dan kebutuhan bayi untuk proses

III.Materi penyuluhan a. Pengertian nifas b. Tujuan perawatan nifas c. Hal-hal yang perlu diperhatikan masa nifas d. Perawatan masa nifas

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Inisiasi Menyusui Dini 2.1.1 Pengertian Inisiasi Menyusui Dini Inisiasi menyusui dini (IMD) adalah bayi mulai menyusu sendiri setelah lahir (awal menyusu). Setelah lahir, bayi segera didekatkan kepada ibu dengan cara ditengkurapkan di dada atau perut ibu dengan kontak kulit bayi dan kulit ibu. Bayi dibiarkan mencari puting susu ibu, setelah puting susu ketemu maka bayi menyusu sendiri. Ibu dapat merangsang bayi dengan sentuhan lembut (Roesli, 2012). 2.1.2 Manfaat Inisiasi Menyusui Dini Manfaat dari Inisiasi Menyusui Dini adalah : 2.1.2.1 Anak yang menyusu dini dapat mudah sekali menyusu kemudian, sehingga kegagalan menyusui akan jauh sekali berkurang. Selain mendapatkan kolostrum yang bermanfaat untuk bayi, pemberian ASI ekslusif akan menurunkan kematian. 2.1.2.2 Inisiasi menyusui dini dapat melatih motorik bayi. Setelah lahir, bayi segera dikeringkan dan diletakkan di perut ibu dengan kontak kulit ke kulit. Biarkan bayi diatas perut ibu dan mencari puting susu ibu. Selama diatas perut ibu, 17

dalam 30 menit pertama bayi diam tidak bergerak, sesekali matanya terbuka lebar melihat ibunya. Kemudian bayi mengeluarkan suara, gerakan mulut seperti ingin minum, mencium, dan menjilat tangan. Bayi mencium dan merasakan cairan ketuban yang ada ditangannya, bau cairan ketuban sama dengan cairan yang dikeluarkan payudara ibu. Bau dan rasa ini akan membimbing bayi untuk menemukan payudara dan puting susu ibu. Kemudian bayi mulai bergerak kea rah payudara, dengan kaki menekan perut ibu, menjilat-jilat kulit ibu, menghentak-hentakkan kepala ke dada ibu, menoleh ke kanan dan kiri, serta menyentuh dan meremas daerah puting susu dan sekitarnya. Lalu bayi menemukan, menjilat, mengulum puting, membuka mulut lebar, dan melekat dengan baik (Roesli, 2012). 2.1.2.3 Sebagai langkah awal untuk membentuk ikatan batin antara ibu dan anak. Karena pada 1-2 jam pertama, bayi dalam keadaan siaga. Setelah itu, biasanya bayi tidur dalam waktu yang lama (Roesli, 2012). 2.1.2.4 Pengisapan bayi pada payudara merangsang pelepasan hormon oksitosin sehingga membantu involusi uterus dan membantu mengendalikan pendarahan. 18

2.1.3 Proses IMD Sebelum proses persalinan, petugas kesehatan menjelaskan terlebih dahulu kepada ibu dan suami/keluarga tentang apa yang akan dilakukan. Suami/keluarga mendampingi ibu sampai proses IMD selesai karena dengan mengajak suami/keluarga dapat membantu ibu secara aktif melakukan IMD dan dapat meningkatkan rasa percaya diri ibu. Bersama ibu, perhatikan bayi merayap di dada ibu, biarkan bayi menjilati kulit ibu, dan kenali tanda-tanda bayi siap menyusu, yaitu bayi menghisap tangannya, membuka mulutnya mencari puting, dan keluar air liurnya. Proses IMD dapat dilakukan sebagai berikut (Kemenkes, 2009 dan www.dinkes.kulnprogokab.go.id) : Segera setelah bayi lahir, menangis, mulai bernafas, dan dipotong tali pusatnya, maka : 2.1.3.1 Secepatnya keringkan seluruh tubuh bayi dengan handuk lembut, kecuali kedua telapak tangannya, karena tangan yang basah oleh cairan ketuban, baunya sama dengan bau cairan yang dari dikeluarkan payudara ibu. Bau dan rasa ini yang akan membimbing bayi mulai merayap untuk menemukan payudara dan puting susu ibu. 2.1.3.2 Bayi kemudian ditengkurapkan di dada atau perut ibu, dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu. 2.1.3.3 Untuk mencegah bayi kedinginan, bayi dan ibu diselimuti. 19

2.1.3.4 Dengan posisi tengkurap di dada ibu, biarkan bayi merayap mencari sendiri puting susu ibu. Ibu dapat membantu dengan sentuhan lembut tetapi jangan memaksa bayi untuk menuju puting. Biarkan bayi menendang-nendang perut ibu. Tendangan lembut ini akan menekan perut ibu dan membantu kontraksi rahim. Kontraksi rahim berperan untuk mengeluarkan plasenta dan mengurangi pendarahan pasca persalinan. Biarkan tangan bayi meremas puting ibu. Remasan tangan bayi, hentakan kepala bayi di dada ibu, dan perilaku bayi menoleh k kanan dan kiri sambil menggesek payudara ibu dapat merangsang pengeluaran ASI lebih cepat. Ketika bayi dekat puting susu ibu, bayi akan mengeluarkan air liur, menjilati puting, dan membuka mulut secara lebar. Biarkan bayi mengulum puting ibu dan menghisapnya. Biarkan bayi tengkurap menempel pada dada ibu sampai bayi selesai menyusu pertama dan melepas puting ibu. Saat menyusu pertama kalinya, bayi memperoleh kolostrum yang kaya akan protein dan zat kekebalan tubuh. Proses IMD minimal satu jam dan berlangsung segera setelah bayi lahir, sebaiknya harus tetap berlangsung walaupun terjadi pemindahan ibu dari kamar bersalin atau kamar operasi. Ibu dan bayi tetap bersama dan dirawat gabung. Rawat gabung ini memungkin bayi tetap dalam jangkauan ibu dan ibu dapat memberikan ASI nya kapan saja jika bayi menginginkannya. Selain itu rawat gabung ini dapat meningkatkan 20

hubungan batin antar ibu dan bayinya. Proses IMD ini hanya dilakukan pada pasien dengan kondisi yang stabil (ibu dan bayi). 2.1.4 Faktor Penghambat yang mempengaruhi pelaksanaan praktek Inisiasi Menyusui Dini Ada beberapa pendapat yang menjelaskan penyebab terjadinya hambatan kontak dini kulit ibu dengan kulit bayi (Roesli, 2008) yaitu : 2.1.4.1 Kesiapan ibu sehabis melahirkan, biasanya merasa terlalu lelah ataupun merasa khawatir dengan proses penjahitan. 2.1.4.2 Tenaga medis yang kurang mendukung pelaksanaan, karena kurang tersedianya Sumber Daya Manusia atau kamar operasi maupun kamar bersalin yang sibuk. 2.1.4.3 Pemikiran ibu yang merasa kasihan kepada bayinya, khawatir bayi kedinginan atau bayi tidak siaga (alert). 2.1.4.4 Pengetahuan ibu, bahwa bayi yang baru dilahirkan harus segera dibersihkan, dimandikan, ditimbang, diukur juga pemberian vitamin K dan tetes mata (mencegah penyakit gonorrhea). 2.1.4.5 Kurangnya pengetahuan ibu bahwa membiarkan bayi menyusu sendiri segera setelah kelahiran sangat bermanfaat, salah satunya mengenai manfaat dan jumlah pengeluaran kolostrum. 21

2.2 Bidan 2.2.1 Definisi bidan Definisi bidan menurut International Confederation Of Midwives (ICM) adalah seseorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan yang diakui di negaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut, serta memenuhi kualifikasi untuk didaftar (register) atau memiliki izin yang sah untuk melakukan praktik bidan (Depkes RI, 2007). Bidan diakui sebagai tenaga professional yang bertanggungjawab, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk member dukungan, asuhan, dan nasehat selama hamil, masa persalinan, dan masa nifas, memimpin proses persalinan atas pertanggungjawaban sendiri dan memberi asuhan kepada bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan, promosi persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, dan akses bantuan medis atau bantuan lainnya yang sesuai, serta melaksanakan tindakan kegawatdaruratan. Selain itu, bidan juga memberikan penjelasan tentang hal-hal yang mempercepat pulihnya kesehatan ibu dan membentu ibu untuk memenuhi pemberian ASI (Depkes 2001 dalam Vera 2012).. 2.2.2 Pendidikan Bidan Perkembangan pendidikan bidan (www.ibi.or.id 2013) : 2.2.2.1 Tahun 1851 pendidikan bidan bagi wanita pribumi tidak berlangsung lama. 22

2.2.2.2 Tahun 1902 pendidikan bidan bagi wanita pribumi dibuka kembali. 2.2.2.3 Tahun 1950 pendidikan bidan, SMP + 3 tahun. 2.2.2.4 Tahun 1954 dibuka sekolah guru bidan. 2.2.2.5 Tahun 1975-1984 sekolah bidan ditutup, IBI terus berjuang agar sekolah bidan dibuka kembali. 2.2.2.6 Tahun 1985 dibuka Program Pendidikan Bidan Swadaya. 2.2.2.7 Tahun 1989 Crash Program Pendidikan Bidan dan penempatan bidan di desa. 2.2.2.8 Tahun 1993 Program Pendidikan Bidan B, Akper 1 tahun hanya dua angkatan. 2.2.2.9 Tahun 1993 Program Pendidikan Bidan C, SMP + 3 tahun. 2.2.2.10 Tahun 1994 Program Bidan PTT. 2.2.2.11 Tahun 1996 dibuka DIII Kebidanan. 2.2.2.12 Tahun 2000 dibuka Program D-IV Bidan Pendidik 2.2.2.12Tahun tahun 2008 dibuka S2 kebidanan. 2.2.3 Lisensi Bidan Lisensi adalah pemberian izin praktek sebelum diperkenankan melakukan pekerjaan yang telah ditetapkan IBI. Tujuan lisensi adalah: 2.2.3.1 Memberikan kejelasan batas wewenang 2.2.3.2 Menetapkan sarana dan prasarana 23

2.2.3.3 Meyakinkan klien Aplikasi Lisensi dalam praktik kebidanan adalah dalam bentuk SIPB (Surat Izin Praktik Bidan). SIPB adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Depkes RI kepada tenaga bidan yang menjalankan praktik setelah memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Bidan yang menjalankan praktik harus memiliki SIPB, yang diperoleh dengan cara mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota setempat dengan memenuhi persyaratan sebagai berikut: fotokopi SIB yang masih berlaku, fotokopi ijasah bidan, surat persetujuan atasan, surat keterangan sehat dari dokter, rekomendasi dari organisasi profesi, pas foto. Rekomendasi yang telah diberikan organisasi profesi setelah terlebih dahulu dilakukan penilaian kemampuan keilmuan dan keterampilan, kepatuhan terhadap kode etik serta kesanggupan melakukan praktik bidan. Bentuk penilaian kemampuan keilmuan dan keterampilan inilah yang diaplikasikan dengan rencana diselenggarakannya Uji Kompetensi bagi bidan yang mengurus SIPB atau lisensi. Meskipun Uji Kompetensi sekarang ini baru pada tahap uji coba dibeberapa wilayah, termaksud Propinsi Jawa Tengah dan Yogyakarta. SIPB berlaku sepanjang SIB belum habis masa berlakunya dan dapat diperbaharui kembali. Syarat Lisensi : 2.2.3.1 Fotokopi SIB yang masih berlaku 2.2.3.2 Fotokopi ijasah bidan 2.2.3.3 Surat keterangan sehat 24

2.2.3.4 Rekomendasi dari organisasi profesi 2.2.3.5 Pas foto ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar 2.2.4 Peran bidan dalam IMD Bidan merupakan tenaga kesehatan yang paling berperan dalammelaksanakan IMD karena ibu tidak dapat melakukan IMD tanpa bantuan dan fasilitasi dari bidan. Bidan di kamar bersalin harus memahami tatalaksana IMD dan laktasi yang baik dan benar, bidan tersebut diharapkan selalu mempunyai sikap yang positif terhadap IMD (Setiarini, 2012). Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan IMD oleh bidan : 2.2.4.1 Faktor Internal 2.2.4.1.1 Usia Usia menurut KBBI adalah lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan) yang dihitung dalam tahun. Secara fisiologi pertumbuhan dan perkembangan seseorang dapat digambarkan dengan pertambahan usia, peningkatan usia diharapkan terjadi peningkatan kemampuan motorik sesuai dengan tumbuh kembangnya. Usia lanjut umumnya lebih bertanggung jawab dan lebih teliti dibanding dengan usia muda, hal ini terjadi kemungkinan usia yang lebih muda kurang berpengalaman (Setiarini, 2012 dalam Robbins 2003). Pernyataan ini sesuai dengan hasil penelitian dari Mardiah tahun 2011, bahwa bidan yang memiliki kinerja baik yaitu lebih dari separuh berusia tua atau sebanyak 54,7%. 2.2.4.1.2 Pendidikan 25

Pendidikan menurut KBBI adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan ; proses, cara, perbuatan mendidik. Secara luas pendidikan mencakup seluruh proses kehidupan individu, berrupa interaksi individu dengan lingkungannya, baik secara formal maupun informal (Sunaryo, 2004). Pendidikan formal adalah segenap bentuk pendidikan atau pelatihan yang diberikan secara terorganisasi dan berjenjang, baik yang bersifat umum maupun yang bersifat khusus. Pendidikan kebidanan formal terakhir yang diselesaikan adalah SPK + 1 tahun, Diploma (DIII dan DIV), dan S2 Kebidanan. 2.2.4.1.3 Motivasi Motivasi berasal dari kata latin movere yang berarti dorongan atau menggerakkan. Motivasi menurut KBBI adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu, atau usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau sekelompok orang tertentu bergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendaki. Hirarki kebutuhan dari Maslow adalah salah satu teori pendekatan motivasi oleh Maslow, yaitu : 2.2.4.1.3.1 Teori motivasi kebutuhan Teori ini menitikberatkan pada pengenalan rangsangan dari dalam atau kebutuhan individu. Jenjang kebutuhan manusia meliputi: kebutuhan biologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan 26

akan dicintai dan kasih sayang, kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri. 2.2.4.1.3.2 Teori motivasi dorongan Teori ini menyebutkan bahwa tingkah laku individu didorong ke arah suatu tujuan tertentu, karena adanya kebutuhan. Dorongan tersebut, dibawa sejak lahir atau bersifat intrinsik. 2.2.4.1.3.3 Teori motivasi keadilan Teori ini berprinsip bahwa individu akan termotivasi, bila individu mengalami kepuasan dan diterima dari upaya proporsi atau usaha yang dilakukan. 2.2.4.1.3.4 Teori motivasi harapan Teori ini berpikir atas dasar harapan hasil prestasi valensi dan harapan prestasi usaha. Teori lain adalah teori faktor ganda Herzberg. Teori faktor ganda merupakan identifikasi dari dua dimensi pekerjaan dasar : 2.2.4.1.3.1 Kondisi luar (extrinsic condition) yang kurang penting, bukan pemuas. Didalamnya tercakup kebijakan administratif perusahaan, kebersihan (kondisi) tempat kerja, hubungan antar pegawai, manfaat sampingan, dan peningkatan dalam penggajian biaya hidup. Herzberg menamakan kondisi itu sebagai faktor higienis, karena meskipun merupakan prasyarat penting bagi kepuasan bekerja, kondisi tersebut tidak membangkitkan performa tinggi. Faktor higienis lebih berpengaruh dalam menghilangkan halangan dalam lingkungan pekerjaan daripada 27

terkait langsung dengan motivasi dalam pekerjaan sehingga disebut juga faktor pemelihara (maintenance factor). 2.2.4.1.3.2 Kondisi tugas itu sendiri (intrinsic condition) atau motivator. Apakah tugas itu memberikan perasaan telah mencapai sesuatu (prestasi/achievement) dan pengakuan (recognition) atas pencapaian tersebut. Apakah tugas itu sendiri (the work it self) cukup menarik, merupakan sesuatu yang ingin dikenang setelah selesai bekerja. Apakah tugas itu memberikan rasa keterlibatan dalam lingkungan pekerjaannya dan menimbulkan dorongan tanggung jawab untuk menyelesaikannya (responsibility). Apakah tugas memberikan suatu tantangan sehingga memberikan adanya rasa pertumbuhan kemampuan (advancement). Motivasi dalam hubungan seseorang dengan pekerjaannya itu merupakan hal yang mendasar (Fithananti, 2013). Semakin baik motivasi maka semakin baik kinerja seseorang. Hal tersebut sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Padmi Suparti tahun 2010 yang menyatakan bahwa ada hubungan antar motivasi dengan kinerja bidan. Motivasi yang muncul dari dalam diri bidan berhubungan dengan rasa tanggungjawab, aktualisasi diri, dan kesadaran. 2.2.4.1.4 Pengalaman Pengalaman adalah proses pembentukan, pengetahuan atau keterampilan tentang metode suatu pekerjaan karena keterlibatan individu dalam pelaksanaan tugas pekerjaan (Manulang, 1984). 28

Pengalaman menurut KBBI adalah yang pernah dialami (dijalani, dirasai, ditanggung). Pengalaman seseorang dapat diukur dari masa kerja, tingkat pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya. Pengalaman kerja seseorang sangat ditentukan oleh rentan waktu lamanya seseorang menjalani pekerjaan tertentu. Semakin lama seseorang bekerja, maka semakin banyak pengalaman yang dimiliki. Pernyataan ini sesuai dengan hasil penelitian dari Faizin tahun 2008, bahwa ada hubungan lama kerja perawat terhadap kinerja. Pengalaman juga bisa didapat dengan mengikuti pelatihan. Hasil penelitian Mardiah tahun 2011, menyatakan bahwa pelatihan merupakan variabel yang paling dominan mempengaruhi kinerja bidan dalam mendukung program IMD di kota Pekanbaru. 2.2.4.2 Faktor Eksternal 2.2.4.2.1 IBI (Ikatan Bidan Indonesia) Kode etik hanya dapat ditetapkan oleh organisasi untuk para anggotanya. Penetapan kode etik IBI harus dilakukan dalam kongres IBI. Dari 7 bab kode etik, salah satu kode etik bidan yaitu kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat yang isinyasetiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman pada peran, tugas dan tanggungjawab sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat, setiap bidan dalam menjalankan tugasnya mendahulukan kepentingan klien, menghormati hak klien dan 29

menghormati nilai-nilai yang berlaku di masyarakat, setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa mendahulukan kepentingan klien, keluarga dan masyarakat dengan identitas yang sama sesuai dengan kebutuhan berdasarkan kemampuan yang dimilikinya, setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam hubungan pelaksanaan - tugasnya, dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatannya secara optimal. 2.2.4.2.2 Fasilitas Fasilitas menurut KBBI adalah sarana untuk melancarkan pelaksanaan fungsi. Ketersediaan sumber daya kesehatan yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas atau saran-sarana yang merupakan sumber daya untuk menunjang perilaku. Produktifitas kerja dan kualitas kerja yang baik sangat ditentukan oleh sarana dan prasarana yang baik (Setiarini, 2012). 2.2.4.2.3 Sistem pelayanan kesehatan Sistem pelayanan kesehatan merupakan bagian penting dalam meningkatkan pelayanan kesehatan. Keberhasilan sistem pelayanan kesehatan tergantung dari berbagai komponen yang masuk dalam pelayanan kesehatan antara tim kesehatan yang satu dengan yang lain saling menunjang (nursingppni). Dalam rangka 30

meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam pelayanan kesehatan, arah kebijakan pemerintah diprioritaskan pada (Pratiwi, 2010) : 2.2.4.2.3.1 Meningkatkan jumlah, jaringan, dan kualitas pusat kesehatan masyarakat 2.2.4.2.3.2 Meningkatkan kuantitas dan kualitas tenaga kesehatan 2.2.4.2.3.3 Mengembangkan sistem jaminan kesehatan bagi masyarakat 2.2.4.2.3.4 Meningkatkan sosialisasi kesehatan lingkungan pada pola hidup sehat 2.2.4.2.3.5 Meningkatkan pendidikan kesehatan kepada masyarakat sejak usia dini 2.2.4.2.3.6 Meningkatkan pemerataan dan kualitas fasilitas kesehatan dasar 31