BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. agar dapat bersaing dengan negara-negara lain. Dalam hal ini peran masyarakat Indonesia,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1) Menurut Rochmat Soemitro pajak adalah iuran rakyat kepada kas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB II. adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai primadona dalam membiayai pembangunan nasional. Pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Dari sektor pajak diharapkan partisipasi aktif masyarakat dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. didasarkan kepada Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 23 A.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang undang yang dapat dipaksakan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat

PERTEMUAN 12 By Ely Suhayati SE MSi Ak. PPN DAN PPnBM

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN. H. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) hak Negara dan hak warga Negara pembayar pajak. Hak Negara adalah untuk

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebelum kita mengetahui pengertian with holding system kita harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Keberhasilan suatu bangsa dalam pembangunan nasional sangat ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. mengenai lingkungan kerja dan kegiatan-kegiatan suatu perkantoran khususnya di

BAB II LANDASAN TEORI. tentang pajak yang dikemukakan oleh para ahli di bidang perpajakan menurut Prof. Dr.

BAB I PENDAHULUAN. yang diperjualbelikan, telah dikenai biaya pajak selain dari pada harga pokoknya

BAB I PENDAHULUAN. Penerimaan Negara dari sektor perpajakan merupakan sumber utama. untuk pembangunan nasional dan penyelenggaraaan pemerintahan.

pemungutan pajak dimana wajib pajak menghitung sendiri pajak terutangnya serta secara mandiri menyetorkan ke bank atau kantor pos dan melaporkannya

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. dimiliki Indonesia. Hasil dari kekayaan alam dan potensi lainnya itulah yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang yang masih terus

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. ini pemungutnya dilaksakan oleh Pemerintah Pusat khususnya Depertemen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB 2 LANDASAN TEORI. undang-undang oleh pemerintah, yang sebagian dipakai untuk menyediakan barang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ) untuk mewujudkannya. Untuk menanggulangi dana yang cukup besar itu,

EVALUASI PELAKSANAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT REK DI TAHUN PAJAK 2011

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Pajak merupakan sumber penerimaan yang paling potensial di Indonesia.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pajak ialah iuran kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat

BAB II LANDASAN TEORITIS. (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Sebagai salah satu negara berkembang Indonesia sedang melaksanakan

BAB 4. Pembahasan Hasil Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Nilai (PPN) yang mulai diberlakukan secara efektif sejak 1 April 1985 telah

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-44/PJ/2010 Tanggal 6 Oktober 2010

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. mungkin hidup tanpa adanya masyarakat. Negara adalah masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. memenuhi pembangunan nasional secara merata, yang dapat meningkatkan

BAB II LANDASAN TEORI. Apabila membahas pengertian pajak, banyak definisi atau batasan pajak yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Definisi atau pengertian pajak menurut Rochmat Soemitro (1990:5),

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. adalah Self Assessment System yang berarti wajib pajak diberi kepercayaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang satu sama lain pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mardiasmo (2001:118), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri

BAB III PEMBAHASAN TENTANG EFEKTIVITAS PENERAPAN E-FAKTUR ATAS PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR - 14/PJ/2010 TENTANG

BAB II LANDASAN TEORI. yang berbeda tentang definisi dari pajak itu sendiri. Soemitro dalam bukunya Dasardasar

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. rakyat pada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. selalu melakukan pembangunan guna kemajuan bangsa.

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata CaraPerpajakan

PERPAJAKAN II. PENGISIAN e-spt PPN Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Akuntansi

BAB II TELAAH PUSTAKA. pengertian yang sama. Beberapa pengertian pajak yang dikemukakan oleh

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi pajak menurut undang-undang dan pakar pajak sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. tentang Perubahan Ketiga atas Undang-undang Nomor 6 tahun 1983 Tentang

BAB II LANDASAN TEORI. pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut:

PERPAJAKAN LANJUTAN. by Ely Suhayati SE MSi Ak

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15 /PJ/2010 TENTANG

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 75/PMK.03/2010 TENTANG NILAI LAIN SEBAGAI DASAR PENGENAAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. negara yang dapat bertahan dari dampak krisis tersebut. Hal ini membuat

kesadaran masyarakatnya dalam mematuhi aturan-aturan yang ditentukan oleh pelayanan dan fasilitas umum maupun penyediaan biaya bagi pelaksanaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian pajak berdasarkan Undang-undang Nomor 16 Tahun. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15/PJ/2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTEK KERJA LAPANGAN MANDIRI. Praktik Kerja Lapangan Mandiri adalah kegiatan yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. langsung berhubungan dengan teori keahlian yang diterima diperkuliahan. Praktik

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipaksakan) yang terhutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM ) bebas yang menyeluruh (global). Negara Indonesia berusaha segiat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang taat pajak. Hal tersebut dapat dilihat dari semakin tingginya

Pengertian. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Kelebihan PPN 30/04/2011

BAB II LANDASAN TEORI. memperoleh atau mendapatkan dana dari masyarakat. Dana tersebut digunakan untuk

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Pada dasarnya Negara adalah sebuah rumah tangga yang besar, dan

BAB I PENDAHULUAN. Dimana setiap warga negara yang memenuhi syarat secara hukum, wajib untuk

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang telah berkembang dan menerapkannya dalam pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) (APBN) terbesar. Hal ini sesuai dengan kebijaksanaan pemerintahan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Perpajakan 2 PPN & PPnBM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) tujuan pembangunan tersebut. Untuk mencapai pembangunan itu maka pemerintah

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian, Tujuan dan Manfaat Pajak Pertambahan Nilai. yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang

LANDASAN TEORI. dalam buku Perpajakan Indonesia karangan Waluyo (2008, h3),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ). Pada era gliobalisasi seperti sekarang, persaingan antar negara semakin ketat. Oleh karena itu, Negara Indonesia dengan gencar meningkatkan kualitas bangsa di segala bidang, agar dapat bersaing dengan negara negara lain. Dalam hal ini peran masyarakat Indonesia, khususnya mahasiswa sangatlah penting. Karena mahasiswa merupakan produk dari perguruan tinggi yang dituntut untuk berpikir kritis dan tegas. Untuk mencapai tujuan tersebut mahasiswa diharapkan mampu mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperolehnya dengan mengikuti Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM). Praktik kerja lapangan mandiri (PKLM) adalah suatu cara untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang selama ini diperoleh dibangku perkuliahan, memberikan pengetahuan mengenai lingkungan kerja dan kegiatan kegiatan suatu perkantoran khususnya di bidang perpajakan. Pengalaman ini merupakan guru yang baik dan sangat berharga karena semakin banyak praktik yang dilakukan akan semakin sempurna dan matang di bidang yang ditekuni, khususnya bidang perpajakan. Menurut Roechmat Soemitro dalam buku perpajakan: teori dan kasus oleh Siti Resmi, pajak merupakan iuaran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan, dan yang digunakan untuk

membayar pengeluaran umum (Resmi, 2008:1). Dengan sifat pemungutan pajak tersebut pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Negara paling besar disamping penerimaan lainnya, misalnya minyak bumi dan gas bumi. Pajak merupakan salah satu usaha pemerintah untuk meningkatkan penerimaan Negara yang berasal dari masyarakat, dan diatur dalam bentuk peraturan perundang undang perpajakan. Sejak diberlakukan reformasi perpajakan pada tahun 1983, maka sistem perpajakan yang sebelumnya adalah official assessment sytem yaitu sitem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada pemerintah untuk menentukan besarnya pajak yang terutang menjadi self assessment system yaitu sistem yang dalam pemungutannya negara memberikan kepercayaan kepada wajib pajak untuk menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang. Perpajakan Indonesia yang menganut sistem self assessment dapat dibagi menurut sifat dan mekanisme pemungutannya. Pajak terbagi menurut sifatnya yaitu: a. Pajak Subjektif yaitu pajak yang penggunaannya memerhatikan keadaan pribadi wajib pajak atau pengenaan pajak yang memerhatikan keadaan subjeknya, contohnya Pajak Penghasilan. b. Pajak Objektif yaitu pajak yang pengenaannya memerhatikan objeknya baik berupa benda, keadaan, perbuatan, atau peristiwa yang mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa memerhatiakan keadaan pribadi

Subjek Pajak (wajib pajak) maupun tempat tinggal, contohnya Pajak Pertambahan Nilai (Resmi, 2008:8). Selain menurut sifanya perpajakan juga terbagi berdasarkan mekanisme pemungutannya, yaitu: a. Pajak langsung adalah pajak yang beban pajaknya tidak bisa digeserkan/ dialihkan kepada pihak lain, contohnya Pajak Penghasilan. b. Pajak tidak langsung adalah pajak yang beban pajaknya dapat dipindahkan/ dialihkan kepada pihak lain, contonya Pajak Pertambahan Nilai. Berdasarakan pembagian pajak berdasarkan sifat dan mekanisme pemungutannya di atas, dapat dilihat bahwa Pajak Pertambahan Nilai merupakan pajak tidak langsung yang dikenakan atas konsumsi di dalam negeri baik konsumsi barang maupun jasa. Pajak ini dikenakan hanya terhadap pertambahan nilainya saja dan dipungut beberapa kali pada berbagai mata rantai jalur perusahaan. Pertambahan nilai itu timbul karena digunakannya faktor- faktor produksi pada setiap jalur perusahaan dalam menyiapkan, menghasilkan, menyalurkan dan memperdagangkan barang atau pemberian pelayanan jasa. Untuk itu perlu diketahui yang merupakan objek dan subjek PPN. Objek Pajak Pertambahan Nilai adalah penyerahaan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak atau barang tidak berwujud di dalam daerah pabean atau dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean selain yang dikecualikan pada pasal 4A ayat (2) UU PPN 1984.

Subjek Pajak Pertambahan Nilai adalah orang pribadi atau badan yang menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan seperti barang yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan tetapi kemudian diperjualbelikan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar daerah pabean, melakukan usaha jasa, memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean. Subjek pajak mempunyai kewajiban melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Penusaha Kena Pajak. Subjek pajak yang telah mendaftarkan diri untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak wajib memungut atau memotong Pajak Pertambahan Nilai ketika melakukan penyerahan BKP atau JKP dengan menggunakan Faktur Pajak. Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan BKP atau JKP (Sukardji, 2010:88). Pajak Pertambahan Nilai yang menganut sistem self assessment mengharuskan Pengusaha Kena Pajak menyetor dan melaporkan sendiri Pajak Pertambahan Nilai yang telah dipungut. Pajak Pertambahan Nilai disetor ke bank persepsi pemerintah atau kantor pos dengan menggunakan Surat Setoran Pajak serta melampirkan Faktur Pajak sebagai bukti Pemotongan. Pengusaha Kena Pajak yang telah menyetor Pajak Pertambahan Nilai, kemudian melaporkannya jumlah pajak yang terutang menggunakan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai yang dapat dilakukan dengan cara manual dan elektronik. Penyampaian SPT Masa PPN secara manual dengan mengambil sendiri formulir 1111 di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau di Kantor

Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) atau dengan mendownload formulir dari situs internet Direktorat Jenderal Pajak dengan alamat http://www.pajak.go.id. Setelah diisi dengan lengkap dan benar SPT Masa PPN dilaporkan sendiri ke KPP tempat PKP terdaftar atau melalui kantor pos atau jasa pengiriman. Sedangkan, pelaporan SPT Masa secara elektronik dilakukan secara online yang real time melalui situs http://www.pajak.go.id atau Penyedia Jasa Aplikasi/Application Service Provider (ASP). Setelah data data terekam dengan benar Pengusaha Kena Pajak mencetak formulir 1111 SPT Masa PPN unuk kemudin dilaporkan sendiri ke KPP tempat PKP terdaftar atau melalui kantor pos atau jasa pengiriman. Dengan melihat uraian singkat diatas, penulis melihat masih banyak lagi yang perlu diketahui tentang Pajak Pertambahan Nilai. Untuk itu penulis tertarik menulis laporan tentang Prosedur Pajak Pertambahan Nilai khususnya di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur, dengan judul laporan praktik kerja lapangan sebagai berikut: PROSEDUR PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) di KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR.

B. Tujuan dan Manfaat PKLM. 1. Tujuan Praktik kerja Lapangan Mandiri (PKLM). Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan ini, yaitu: a. Untuk mengetahui prosedur pelaksanaan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). b. Untuk mengetahui Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang memenuhi dan yang tidak memenuhi kewajiban menyampaikan SPT Masa PPN dalam kurun waktu 1 tahun terakhir di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur. c. Untuk mengetahui kendala - kendala yang dihadapi pegawai Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur dalam penerimaan SPT Masa PPN. 2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri. a. Bagi Mahasiswa. 1. Khususnya bagi penulis, dapat mengetahui tentang prosedur pelaporan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). 2. Dapat mengaplikasikan teori tentang PPN yang didapat selama di bangku perkuliahan ketika melaksanakan PKLM. b. Bagi Universitas.

1. Memperat hubungan kerjasama antara pihak universitas dengan instansi pemerintah khususnya tempat melaksanakan PKLM. 2. Mempromosikan sumber sumber potensi di universitas. 3. Mendorong kemajuan mahasiswa khususnya mahasiswa Administrasi Perpajakan di masa mendatang. c. Bagi Masyarakat. 1. Membantu masyarakat memproleh informasi tentang prosedur pembayaran dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). 2. Pengetahuan masyarakat tentang pentingnya membayar pajak semakin bertambah, sehingga masyarakat lebih giat lagi dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. d. Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur. 1. Menjalin kerjasama yang baik antara pihak Universitas khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan dengan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur. 2. Mempromosikan citra baik tentang Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur kepada masyarakat khususnya wajib pajak yang terdaftar di KPP Pratama Medan Timur.

C. Uraian Teoritis. Menurut UU No.8 tahun 1983 yang telah diubah terakhir dengan UU No. 42 tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai (PPN), meskipun telah terjadi perubahan dibeberapa pasal dan ayat baru, mulai 1 April 2010 berlaku UU PPN 1984.(Sukardji,2010:18) 1. Pengertian Pajak Pertambahan Nilai. Pajak Pertambahan Nilai merupakan pajak yang dikenakan terhadap pertambahan nilai yang timbul akibat dipakainya faktor- faktor produksi di setiap jalur perusahaan dalam menghasilkan, menyiapkan, menghasilkan, menyalurkan dan memperdagangkan barang atau pemberian pelayanan jasa kepada konsumen. Selain itu, menurut Untung Sukardji dalam bukunya Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Pertambahan Nilai mempunyai karakteristik sebagai berikut: a. Pajak Tidak langsung. Karakter ini memberikan suatu konsekuensi yuridis bahwa antara pemikul beban pajak (destinataris pajak) dengan penanggung jawab pajak atas pembayaran pajak ke kas negara berada pada pihak yang berbeda. b. Pajak Objektif. Merupakan suatu jenis pajak yang saat timbulnya kewajiban pajak ditentukan faktor objektif. c. Multi Stage Tax.

Karakteristik Pajak Pertambahan Nilai yang dikenakan pada setiap mata rantai jalur produksi maupun jalur distribusi. d. Indirect Subtraction Method/ Credit Method. Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut tidak langsung disetorkan ke kas negara, Pajak Pertambahan Nilai yang disetor ke kas negara merupakan hasil perhitunganpajak Masukan dan Pajak keluaran. Pajak Masukan yang diperhitungkan untuk memperoleh jumlah Pajak Pertambahan Nilai yang harus dibayar ke Kas Negara merupakan kredit pajak. Untuk mengetahui kebenaran jumlah Pajak Masukan dan Pajak Keluaran, Pengusaha Kena Pajak diwajibkan membuat Faktur Pajak. e. Pajak atas konsumsi dalam negeri. Pajak Pertambahan Nilai hanya dikenakan atas konsumsi Barang Kena Pajak/ Jasa Kena Pajak di dalam negeri. f. Pajak Pertambahan Nilai bersifat netral. Pajak Pertambahan Nilai bersifat netral karena Pajak Pertambahan Nilai yang dikenakan atas konsumsi barang dan jasa dan pemungutannya menganut prinsip tempat tujuan. g. Tidak menimbulkan dampak pengenaan pajak berganda.

Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas nilai tambah dan Pajak Pertambahan Nilai yang dibayar dapat diperhitungkan dengan Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut. h. PPN yang diterapkan di Indonesia adalah PPN tipe Konsumsi. Artinya seluruh biaya yang dikeluarkan untuk perolehan barang modal dapat dikurangi dari dasar pengenaan pajak (Sukardji, 2010:1). 2. Objek Pajak Pertambahan Nilai. Objek Pajak Pertambahan Nilai diatur dalam Pasal 4, Pasal 16C dan Pasal 16D UU PPN 1984, yaitu: a. Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha. b. Impor Barang Kena Pajak. c. Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha. d. Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujjud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean. e. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean. f. Ekspor Barang Kena Pajak berwujud yang dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak.

g. Ekspor Barang Kena Pajak tidak berwujud yang dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak. h. Ekspor jasa kena pajak yang dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak. i. Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan orang pribadi atau badan. j. Penyerahan barang kena pajak berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan oleh Pengusaha Kena Pajak, kecuali atas penyerahan aktiva yang pajak masukkannya tidak dapat dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (8) huruf b dan huruf c. 3. Subjek Pajak Pertambahan Nilai. Subjek Pajak Pertambahan Nilai adalah orang pribadi atau badan yang menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan seperti barang yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan tetapi kemudian diperjualbelikan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar daerah pabean, melakukan usaha jasa, memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean. Subjek Pajak yang mendaftarkan diri sebagai pengusaha kena pajak disebut Pengusaha Kena Pajak. 4. Tarif Pajak Pertambahan Nilai.

Tarif Pajak Pertambahan Nilai diatur dalam Pasal 7 UU PPN 1984 sebagai berikut: 1. Tarif Pajak Pertambahan Nilai adalah 10%. 2. Tarif Pajak Pertambahan Nilai sebesar 0% diterapkan atas : a. ekspor BKP Berwujud, b. ekspor BKP Tidak Berwujud, c. ekspor JKP. Dengan Peraturan Pemerintah, tarif sebagaimana dimaksud pada Pasal 7 ayat 2 dapat diubah menjadi serendah rendahnya 5% dan setinggi tingginya 15%. 5. Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Untuk menghitung besarnya pajak yang terutang, diperlukan adanya dasar pengenaan pajak pertambahan nilai. Pajak yang dihitung dengan cara mengalikan tarif dasar pengenaan pajak (DPP). Menurut pasal 1 angka 17 UU PPN1984 merumuskan: Dasar Pengenaan Pajak adalah jumlah Harga Jual, Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor, atau Nilai Lain yang ditetapkan dengan keputusan Menteri Keuangan yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak yang terutang. Adapun yang dimaksud dengan harga jual, penggantian, nilai impor, nilai ekspor, menurut Untung Sukardji (Sukardji, 2010:138) : a. Harga Jual. Dalam Pasal 1 angka 18 UU PPN 1984 dirumuskan: Harga Jual adalah nilai berupa uang termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta

oleh penjual karena penyerahan Barang Kena Pajak, tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut berdasarkan undang undang ini dan potongan harga yang dicantumkan dalam faktur pajak. b. Penggantian. Pasal 1 angka 19 UU PPN 1984 dirumuskan : Penggantian adalah nilai berupa uang termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh pemberi jasa karena penyerahan Jasa Kena Pajak, tidak termasuk pajak yang dipungut berdasarkan undang undang ini dan potongan harga yang dicantumkan dalam faktur pajak. c. Nilai Impor. Pasal 1 angka 20 UU PPN 1984: Nilai Impor adalahnilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan bea masuk ditambah pungutan lainnya yang dikenakan berdasarkan ketentuan perundang undangan pebean untuk impor Barang Kena Pajak, tidak termasuk Pajak Pertambahan Niali yang dipungut menurut undang undang ini. d. Nilai Ekspor. Pasal 1 angka 26 UU PPN 1984 merumuskan: Nilai Ekspor adalah nilai berupa uang termasuk semua biaya yang diminta atau yang seharusnya diminta oleh eksportir.

e. Nilai Lain sebagai Dasar Pengenaan Pajak. Menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 567/ KMK. 04/ 2000 jo No.251/ KMK.03/2002 dalam buku Untung Sukardji Nilai Lain yang dikenakan sebagai Dasar Pengenaan Pajak adalah: (Sukardji,2010:139) 1. Untuk pemakaian sendiri atau pemberian cuma cuma barang kena pajak. 2. Rekaman suara atau rekaman suara dan gambar. 3. Film cerita. 4. Persediaan Barang Kena Pajak yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan. 5. Aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan yang masih ada pada saat pembubaran perusahaan sepanjang PPN yang dibayar atas perolehannya dapat dikreditkan. 6. Kendaraan bermotor bekas. 7. Jasa Biro Perjalanan atau Jasa Biro Pariwisata. 8. Jasa pengiriman paket. 9. Jasa anjak piutang. 10. Penyerahan Barang Kena Pajak dari pusat ke cabang dan sebaliknya dan antar cabang. 11. Penyerahan Barang Kena Pajak kepada pedagang perantara.

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM). Adapun yang menjadi ruang lingkup PKLM ini adalah Prosedur pelaporan SPT Masa PPN, pemenuhan kewajiban menyampaikan SPT Masa PPN dalam kurun waktu 1 tahun dan kendala kendala yang dihadapi pegawai Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur dalam penerimaan SPT Masa PPN. E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM). Adapun metode metode yang dilakukan dalam pelaksanaan PKLM ini adalah: 1. Tahap Persiapan. Pada tahap ini penulis melakukan berbagai persiapan, dimulai dari penentuan tempat praktik kerja lapangan dan mencari bahan untuk pembuatan proposal. 2. Studi Literature (kepustakaan). Dalam tahap ini penulis mencari dan mempelajari berbagai sumber sumber bacaan seperti buku buku, ketentuan peraturan perundang undangan, dan laporan laporan dibidang PPN. 3. Observasi Lapangan. Pada tahap ini penulis mencari dan mengumpulkan data yang berhubungan dengan prosedur pelaporan PPN tersebut. 4. Pengumpulan data. Data yang dikumpulkan dalam PKLM ini terdiri dari:

a. Data primer. Yaitu data yang diambil berdasarkan pengamatan terhadap lingkungan kerja dan wawancara dengan pegawai Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur yang berhubungan dengan PPN. Dalam pembahasan mengenai prosedur pelaporan SPT Masa PPN ini penulis melakukan wawancara dengan pegawai Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur yang menangani masalah PPN. b. Data sekunder. Yaitu data yang diperoleh dari sumber sumber lain yang digunakan sebagai data tambahan seperti studi kepustakaan, buku buku peraturan perundang undangan PPN, dan bentuk laporan laporan. 5. Analisis dan Evaluasi. Setelah penulis memperoleh data yang diperlukan, penulis akan menganalisisnya dengan menggunakan tabel dan mengevaluasi dengan menggunakan peraturan perundang undangan yang berlaku tentang pelaksanaan prosedur pelaporan PPN. F. Metode Pengumpulan Data. ini adalah: Adapun metode yang digunakan dalam pengumpulan data mengenai PKLM

1. Interview (wawancara). Dalam metode interview ini, penulis mengajukan beberapa pertanyaan langsung kepada pegawai Kantor Pelayanan Pajak sebagai informan untuk menambah wawasan tentang prosedur pelaporan SPT Masa PPN dan mengetahui kendala kendala yang dihadapi pegawai Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur, sebagai data masukan dan informasi dalam melengkapi laporan ini. 2. Observasi. Yaitu suatu studi yang dilakukan dengan pengamatan langsung ke lapangan untuk mengamati dan menyimpulkan hal hal yang berkaitan dengan masalah yang diteliti dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh pihak instansi yang berpedoman dengan ketentuan yang berlaku di Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur. 3. Studi Dokumentasi. Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan mempelajari dokumen yang diperoleh dari pihak Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur. G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM). Adapun yang menjadi sistematiaka penulisan laporan PKLM ini adalah:

BAB I : PENDAHULUAN. Dalam bab ini dibahas mengenai latar belakang PKLM, tujuan dan manfaat, ruang lingkup PKLM, metode praktik kerja lapangan, metode pengumpulan data, dan sistematika penulisan laporan. BAB II : GAMBARAN UMUM OBJEK PRAKTIK KERJA LAPANGAN. Dalam bab ini penulis menguraikan gambaran umum lokasi PKLM seperti sejarah singkat KPP Pratama Medan Timur, struktur organisasi, uraian tugas pokok dan fungsi pegawai, dan menguraikan gambaran umum objek pajak yang akan diteliti yaitu Prosedur pelaporan Pajak Pertambahan Nilai. BAB III : GAMBARAN DATA PPN. Dalam bab ini penulis menguraikan data mengenai ketentuan, objek dan subjek, pendaftaran dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai. BAB IV : ANALISA DAN EVALUASI. Pada bab ini dibahas mengenai bagaimana pelaksanaan pelaporan pajak, khususnya Pajak Pertambahan Nilai. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN. Dalam bab ini penulis membuat kesimpulan tentang masalah masalah yang diambil pada saat melaksanakan PKLM dan beberapa saran yang menjadi bahan masukan bagi tempat Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN LAMPIRAN