BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan seorang wanita yang bukan mahramnya. Berawal dari pernikahan itu,

dokumen-dokumen yang mirip
KESADARAN BERAGAMA PADA REMAJA LAKI-LAKI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. agama. Minat terhadap agama pada remaja tampak dari aktivitas mereka dalam

BAB I PENDAHULUAN. dapat mencegah dari perbuatan keji dan munkar. Dengan melaksanakan shalat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN BERAGAMA REMAJA MUSLIM DENGAN MOTIVASI MENUNTUT ILMU DI PONDOK PESANTREN

BAB I PENDAHULUAN. hlm Ismail SM. Et. All. Paradigma Pendidikan Islam, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2001),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial

BAB IV DAMPAK PENGGUNAAN HANDPHONE TERHADAP PERILAKU REMAJA DALAM PELAKSANAAN IBADAH SHOLAT 5 WAKTU

BAB I PENDAHULUAN. bersifat fisik maupun rohani (Ahid, 2010: 99). Beberapa orang juga

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6.

BAB IV ANALISIS PEMBIASAAN BERIBADAH SHOLAT BERJAMA AH DALAM MEMBINA PERILAKU KEAGAMAAN SISWA DI MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 PEKALONGAN

Bab 3 Peran Sentral Guru PAI Dalam Memberdayakan Sekolah Sebagai Pusat Pembangunan Karakter Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Hadist di atas menunjukkan bahwa peran keluarga khususnya orang tua sangat penting dalam membentuk karakter

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Perasaan tenang dan tentram merupakan keinginan yang ada dalam diri setiap

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eni Suratmi Ningsih, 2013 Universitas Pendidikan Indonesia Repository.upi.edu Perpustakaan.upi.

BAB IV ANALISIS PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LINGKUNGAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK AKHLAQUL KARIMAH PADA REMAJA DI DUSUN KAUMAN PETARUKAN PEMALANG

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. hidup semaunya sendiri, karena di dalam kehidupan bermasyarakat terdapat

BAB I PENDAHULUAN. 2011), hlm. 9. (Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2007), hlm Rois Mahfud, Al-Islam Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Erlangga,

I. PENDAHULUAN. Perubahan zaman dan perkembangan teknologi telah membawa dampak yang begitu besar

I. PENDAHULUAN. transisi, dimana terjadi perubahan-perubahan yang sangat menonjol dialami. fisik dan psikis. Sofyan S.

BAB IV ANALISIS PERANAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DALAM MENINGKATKAN MORAL KLIEN ANAK DI BALAI PEMASYARAKATAN KLAS I SEMARANG A.

EFEKTIFITAS DONGENG ISLAMI TERHADAP PENALARAN MORAL ANAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kualitas sumber daya manusia sangat diperlukan untuk menunjang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Peranan Generasi Muda Muslim Indonesia Membangun Masyarakat Muslim Tangguh

BAB III PENANAMAN NILAI-NILAI KEAGAMAAN PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI LINGKUNGAN KELUARGA. 1. Letak Georgafis Desa Tahunan Baru, Tegalombo, Pacitan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keluarga merupakan salah satu aset terpenting yang nantinya akan membentuk

BAB I PENDAHULUAN. orang tua berkewajiban untuk mendidik anak-anaknya agar menjadi anak yang

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu bangsa. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun Negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.

??????????????????????????????????:?????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

PENERAPAN PANCASILA SILA 1 DALAM PELAKSANAAN SHALAT BERJAMAAH DI MASJID AL MUHTAR DEKSO OLEH GENERSI MUDA

Barangsiapa yang mengamalkan suatu amalan yang bukan urusan kami (tidak ada contohnya) maka (amalan tersebut) tertolak (Riwayat Muslim)

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan media strategis dalam meningkatkan kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. pada kejahatan dan dibiarkan seperti binatang, ia akan celaka dan binasa.

BAB I PENDAHULUAN. kenakalan remaja seperti penyalahgunaan obat-obatan terlarang, pergaulan. bebas dan kasus penyimpangan lainnya.

2016 PENGARUH PELAKSANAAN FULL DAY SCHOOL TERHADAP INTERAKSI SOSIAL DAN SOSIALISASI ANAK DI LINGKUNGAN MASYARAKAT

Rajawali Pers, 2009), hlm Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner, (Jakarta:

BAB I PENDAHULUAN. Erni Purnamasari, 2015 PENGARUH RELIGIUSITAS TERHADAP ETIKA PADA SISWA KELAS XI MIA 4 DAN XI IIS 2 SMA NEGERI 14 KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia selalu membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diterangkan dalam firman Allah Subhanahu wata`ala, di dalam. Al-Quran surat Luqman ayat: 14 sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. (punishment) sebagai ganjaran atau balasan terhadap ketidakpatuhan agar

BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PENDIDIKAN MORAL KEAGAMAAN BAGI PERILAKU REMAJA DESA SUKOREJO KECAMATAN ULUJAMI KABUPATEN PEMALANG

BAB I PENDAHULUAN. beberapa pihak yang terkait agar pendidikan dapat berlangsung. sekolah, maupun di lingkungan masyarakat. Pendidikan yang terjadi

BAB IV HASIL ANALISIS POLA ASUH ORANG TUA BURUH TANI DALAM MEMBINA KEBERAGAMAAN ANAK DESA BUMIREJO ULUJAMI PEMALANG

BAB I PENDAHULUAN. yang juga memiliki kedudukan yang sangat penting. Akhlak merupakan buah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mahasiswa termasuk dalam golongan remaja akhir yaitu berusia tahun

BAB I PENDAHULUAN. dan pengurus pondok pesantren tersebut. Pesantren memiliki tradisi kuat. pendahulunya dari generasi ke generasi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS DAMPAK PERILAKU PERANTAU TERHADAP MORALITAS REMAJA DESA KANDANGSERANG PEKALONGAN

2010), hlm. 57. Khayyal, Membangun keluarga Qur ani, (Jakarta : Amzah, 2005), hlm 3. 1 Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta,

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan masyarakat tergantung kepada bagaimana akhlaqnya. Apabila. akhlaqnya buruk, rusaklah lahir dan batinnya.

BAB I PENDAHULUAN. emosional. Salah satu tahap yang akan dihadapi individu jika sudah melewati. masa anak-anak akhir yaitu masa remaja.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap manusia diciptakan secara berpasang-pasangan. Hal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V PENUTUP. pembinaan perilaku keagamaan di panti asuhan Hikmatul Hayat dapat diambil. 1. Pembinaan Perilaku Akhlak di Panti Asuhan Hikmatul Hayat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Teknologi serta masuknya budaya-budaya asing telah mempengaruhi gaya

BAB I PENDAHULUAN. membacanya ibadah dan tidak ditolak kebenarannya (Al-hafidz, 2005: 1).

BAB I PENDAHULUAN Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm. 1.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN MODEL PENDEKATAN ISLAMI DALAM PENANGANAN STUDENT DELINQUENCY KELAS VIII SMP N 04 CEPIRING KENDAL

BAB I PENDAHULUAN. Berbangsa dan Bernegara, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2008), hlm. 17.

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Ku anfusakum wa ahlikum naaro... Penggalan al-qur an surat at-

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun

Tauhid Yang Pertama dan Utama

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan dan tindakan yang diambil akan bertentangan dengan normanorma

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak-anak merupakan buah kasih sayang bagi orang tua, sumber

Menggapai Ridha Allah dengan Birrul Wâlidain. Oleh: Muhsin Hariyanto

BAB I PENDAHALUAN. A. Latar Belakang Masalah. status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi sebagai masa anak-anak. Fase remaja

2 Kebiasaan (Folksway) Norma yang menunjukan perbuatan yang dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan tersebut, salah satu fase penting dan menjadi pusat

PERANAN MENTORING AL ISLAM DALAM PENDISIPLINAN SHOLAT MAHASISWI UMS SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang sangat kompleks. Banyak hal yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru.

Seorang wanita memiliki kesempatan dan potensi yang lebih. besar untuk berperan secara langsung dalam pendidikan anak, terlebih

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap kalangan masyarakat di indonesia, tidak terkecuali remaja.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Nasional, anak usia dini adalah anak usia 0 (Sejak Lahir) sampai usia

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan teknologi yang semakin pesat ternyata tidak saja

DAFTAR TERJEMAH. No Hal Kutipan Bab Terjemah

Bab 2 LANDASAN ETIKA DALAM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa remaja, terjadi proses pencarian jati diri dimana remaja banyak

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah keterbatasan dari teori awal adalah ambiguitas tentang proses pengaruh. Sedangkan

Pendidikan Agama Islam

BAB I PENDAHULUAN. tantangan dan tekanan dalam kehidupan dipengaruhi oleh persepsi, konsep

BAB V PEMBAHASAN. yang ada dalam kenyataan sosial yang ada. Berkaitan dengan judul skripsi ini,

PEDOMAN WAWANCARA. a. Apa aktivitas anak bapak pada saat di lingkungan rumah? b. Apakah anda selalu menganjurkan untuk berbuat baik?

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan unit terkecil dalam suatu komunitas masyarakat. Keluarga awalnya terbentuk dari sebuah ikatan pernikahan antara seorang lakilaki dengan seorang wanita yang bukan mahramnya. Berawal dari pernikahan itu, sebagian besar mulai muncul anggota keluarga baru dengan kehadiran seorang atau beberapa orang anak dalam keluarganya. Suasana dalam keluargapun menjadi semakin ramai dengan kehadiran sang anak. Anak menganggap keluarga sebagai tumpuan harapan, tempat bercerita, tempat bertanya dan tempat mengeluarkan keluhan-keluhan bilamana anak sedang mengalami permasalahan. Kondisi ini menurut Amalia (dalam Na imah, 2009) mengisyaratkan keluarga merupakan salah satu dari sumber dukungan yang penting bagi anggota keluarga yang tengah menghadapi permasalahan, terutama bagi anak. Anak akan tumbuh kembang dengan baik dan memiliki kepribadian yang matang apabila diasuh dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang sehat dan bahagia. Kepribadian menurut paham kesehatan jiwa adalah : Segala corak kebiasaan manusia yang terhimpun dalam dirinya, yang digunakan untuk bereaksi serta menyesuaikan diri terhadap segala rangsangan, baik yang timbul dari lingkungannya (dunia luar), maupun yang datang dari dirinya sendiri (dunia 1

2 dalam), sehingga corak dan kebiasaan itu merupakan satu kesatuan fungsional yang khas untuk individu (Hawari, 1999). Prof. Nick Stinnet dan Prof. John De Frain (dalam Hawari, 1999) mengemukakan bahwa paling sedikit harus ada enam kriteria bagi perwujudan suatu keluarga/rumah tangga yang dapat dikategorikan sebagai keluarga yang sehat dan bahagia, dan amat penting bagi tumbuh kembangnya seorang anak. Keenam kriteria itu adalah : Kehidupan beragama dalam keluarga, mempunyai waktu untuk bersama, mempunyai pola komunikasi yang baik bagi sesama anggota keluarga (ayah-ibu-anak), saling menghargai satu dengan yang lainnya, masing-masing anggota keluarga merasa terikat dalam ikatan keluarga sebagai kelompok, dan bila terjadi sesuatu permasalahan dalam keluarga mampu menyelesaikan secara positif dan konstruktif. Poin utama yang yang perlu digarisbawahi ialah kehidupan beragama keluarga. Hal ini sangat penting karena di dalam ajaran agama terkandung nilainilai yang mengatur seluruh kehidupan manusia. Sudah menjadi kewajiban bagi setiap penganutnya untuk menjalankan semua perintah yang dianjurkan agama dan menjauhi seluruh larangan yang ada di dalamnya. Sebagaimana firman Allah dalam Al Qur an surat Adz-Dzariyat ayat 56 yang artinya sebagai berikut: Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk mengabdi/beribadah kepadaku. Sekarang ini, banyak sekali berita di televisi maupun di media massa yang memberitakan tentang berbagai kenakalan remaja. Beberapa kasus diantaranya yaitu: pancabulan anak di bawah umur, perkelahian antar sekolah menengah atas,

3 pencurian, semakin maraknya komunitas anak punk dan masih banyak lagi kasuskasus yang lain. Sebagian dari kenakalan itu dilakukan oleh remaja laki-laki. Fenomena lain yang sering dijumpai yaitu pada saat waktu salat telah tiba yang ditandai dengan dikumandangkannya adzan, sedikit sekali jama ah yang meluangkan waktu untuk beribadah di masjid. Hal ini berdasarkan hasil survei yang dilakukan di beberapa masjid di daerah Surakarta dan sekitarnya. Dapat dilihat dari jumlah jama ah salat, yang beribadah di masjid hanya maksimal setengahnya saja yang terisi. Dari jumlah yang ada itu, kebanyakan dari jama ah sholat didominasi oleh orang-orang dewasa. Sedikit sekali remaja laki-laki yang meluangkan waktunya untuk salat di masjid tepat pada waktunya. Di lain tempat, seperti di stadion Manahan contohnya, saat pertandingan sepakbola tim Persis Solo berlangsung, sangat sedikit para penonton yang meluangkan waktunya untuk pergi ke masjid atau mushola terdekat menunaikan ibadah salat Ashar. Sebagian besar dari jama ah sholat Ashar, sekitar 70% dari penonton sudah memasuki area stadion Manahan sebelum waktu salat Ashar tiba dan tidak meninggalkan tempat duduk hingga pertandingan usai, padahal satu pertandingan sepakbola menghabiskan waktu hampir dua jam. Ini berarti penonton yang hadir baru bisa meninggalkan stadion Manahan di penghujung waktu Ashar atau sesaat menjelang waktu salat Mahrib tiba. Saat pertandingan sepakbola berlangsung, sering terdengar teriakan dari penonton dengan kata-kata kasar yang tidak sepantasnya diucapkan kepada manusia lain. Ada juga yel-yel atau lirik nyanyian dari sekumpulan suporter yang terdiri dari mayoritas remaja laki-laki. Isi dari nyanyian tersebut ada yang

4 mengumpat dalam bahasa Jawa misuhi, yang ditujukan baik itu kepada wasit, pemain dan suporter lawan. Secara tidak langsung apa yang dilakukan remaja ini menunjukan adanya penyimpangan terhadap ajaran agama. Tanpa disadari mereka telah melanggar larangan Allah. Salah satu ajaran dalam agama Islam mengharuskan umatnya untuk hanya mengucapkan kata-kata yang baik saja, jika tidak bisa berkata hal-hal yang baik maka lebih baik diam. Hal ini tentunya sangat bertentangan dengan ajaran agama Islam. Tidak ada satupun dalam Al-Qur an yang menganjurkan melakukan hal-hal tersebut di atas. Permasalahan inilah yang perlu dikhawatirkan. Bahkan dengan jelas Islam melarang umatnya untuk melakukan hal tersebut. Seperti yang telah difirmankan Allah dalam Al-Qur an surat Al-Bayyinah ayat 5 yang artinya: Padahal mereka tidak disuruh kecuali untuk menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepadanya dalam menjalankan agama dengan lurus dan supaya mendirikan salat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus. Di sisi lain, Ust. Yusuf Mansur mulai merintis pondok pesantren yang mewajibkan anak didiknya harus hafal Al-Qur an ketika anak-anak itu lulus atau keluar dari pondok pesantren. Dengan selogannya One Day One Ayat, diharapkan ada perbaikan moral dari anak muda sebagai penerus dan pembaharu Islam di negara ini dengan jalan menjadikan anak-anak dan remaja sebagai penghafal Qur an. Beliau menyadari bahwa sekarang ini akhlak pemuda bangsa ini sangat memprihatinkan. Inilah yang menjadi salah satu penyebab Bangsa Indonesia kehilangan kemakmurannya. Perlu adanya usaha dari setiap orang untuk membantu mengarahkan anak-anak dan remaja ke kegiatan yang bermanfaat dan positif. Ketika nantinya telah dewasa, besar harapan anak-anak

5 dan remaja ini dapat tumbuh menjadi insinyur yang hafal Al-Qur an, dokter yang hafal Al-Qur an, Presiden yang hafal Al-Qur an dan lain sebagainya, sehingga dapat menjadi jalan kebaikan bagi keluarga maupun Bangsa kedepannya. Erikson (dalam Amelia, 2009) mengatakan bahwa dalam perkembangannya, remaja mengalami krisis aspek psikososial yaitu saat remaja sedang disibukkan mencari jati diri sebenarnya. Masa remaja ini sering disebut sebagai masa storm dan stress karena ketidaksesuaian antara pertumbuhan fisik yang semakin matang yang belum bisa diimbangi dengan perkembangan psikososial yang dimiliki. Remaja sering berusaha berperilaku yang memberikan kesan bahwa dirinya sudah pantas untuk dikatakan dewasa dan bukan anak kecil lagi. Remaja sering bertingkah laku seperti apa yang orang dewasa lakukan, yang akhirnya membuat dirinya seperti sudah dewasa, yaitu: merokok, minumminuman keras dan menggunakan obat-obatan (Hurlock dalam Amelia, 2009). Orang tua mulai khawatir akan masa depan anak-anaknya. Kekhawatiran ini muncul karena ketidakmampuan orang tua untuk mengawasi secara langsung seluruh kegiatan maupun aktivitas anak remajanya, khususnya kegiatan yang dilakukan di luar rumah. Pengawasan yang bisa dilakukan hanya sebatas menghubungi anak-anak melalui sms ataupun telepon. Kenyataan yang ada sekarang ini, setiap manusia khususnya orang tua lebih menyadari pentingnya agama dalam setiap kehidupan manusia, baik itu dalam posisi manusia sebagai individu maupun dalam hidup bermasyarakat. Namun, tidak sedikit pula manusia yang bisa melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai umat beragama secara konsisten dan kontinuitas. Tentu hal

6 ini berkaitan dengan masalah sikap dan kesadaran setiap manusia yang beragama (Sugianto, 2008) Peran orang tua tidak bisa dianggap remeh dan dikesampingkan dalam menanamkan kesadaran beragama ini kepada anak-anaknya, khususnya anak lakilakinya karena anak-anaklah yang akan menjadi pemimpin bagi keluarganya kelak yang juga anak turunnya. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim: Perintahkanlah anak-anakmu menegerjakan sholat bila dia sudah berumur tujuh tahun dan pukullah dia bila tidak mengerjakan sembahyang bila telah berumur sepuluh tahun, dan pisahkkanlah ranjangnya. Hadis tersebut jelas bahwa untuk memperoleh pengalaman agama hendaknya ada bimbingan dan pengajaran dari orang tua atau orang dewasa, guru dan lain-lain yang lebih memahami tentang ajaran agama sehingga nantinya remaja lebih bisa memahami tentang ajaran agam Islam. Berangkat dari gambaran tentang hubungan pentingnya kesadaran beragama bagi seorang anak laki-laki, penulis menemukan tema yang cukup menarik untuk di teliti, bagaimanakah sebetulnya kesadaran beragama bagi remaja laki-laki. Dari pertanyaan tersebut penulis ingin membuat sebuah penelitian yang berjudul Kesadaran Beragama pada Remaja Laki-laki. B. Tujuan Penulisan Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini untuk dapat memahami tentang kesadaran beragama pada remaja laki-laki.

7 C. Manfaat Penulisan Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, yaitu : 1. Anak laki-laki, sebagai bahan untuk lebih memahami pentingnya kesadaran beragama. 2. Orang tua atau keluarga, sebagai bahan untuk lebih memahami pentingnya menanamkan kesadaran beragama pada seorang remaja laki-laki yang nantinya akan menjadi pemimpin dalam keluarga. 3. Masyarakat secara umum, sebagai gambaran pentingnya kesadaran beragama pada seorang remaja laki-laki. 4. Menambah khazanah dalam penelitian psikologi khususnya dalam bidang psikologi keluarga dan psikologi agama.