BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Stroke sebagai penyebab kematian ketiga masih merupakan masalah kesehatan di Amerika Serikat setelah penyakit jantung dan kanker. Terhitung 1 dari 15 orang yang meninggal disebabkan oleh stroke. Pada saat ini di Amerika terdapat 4 juta orang yang menderita stroke ( Bhardwaj dkk 2007). Di Indonesia, dari data nasional stroke menunjukkan angka kematian tertinggi yaitu 15,4% sebagai penyebab kematian (Riset Kesehatan Dasar/Riskesdas, 2007). Data di Indonesia juga menunjukkan kecenderungan peningkatan kasus stroke baik dalam hal kejadian stroke,kematian maupun kecacatan akibat stroke. Angka kematian berdasarkan umur adalah sebesar 15,9% (umur 45 54 tahun), 26,8% (umur 55 64 tahun) dan 23,5% (umur 65 tahun). Kejadian stroke (insiden) sebesar 51,6/100.000 penduduk, dan kecacatan didapati 1,6% tidak berubah, serta 4,3% semakin memberat. Stroke menyerang usia produktif dan usia lanjut, yang berpotensi menimbulkan masalah baru dalam pembangunan kesehatan secara nasional di kemudian hari (Kelompok Studi Stroke PERDOSSI, 2011). Penderita stroke mudah terjangkit banyak komplikasi. Penderita stroke umumnya mempunyai komorbiditas seperti hipertensi, diabetes, penyakit jantung atau penyakit lain yang meningkatkan risiko komplikasi medis sistemik selama masa pemulihan. Namun demikian, beberapa komplikasi dapat muncul sebagai
akibat langsung dari kerusakan otak itu sendiri, dari akibat disabilitas dan immobilitas yang menyertai penderita stroke ataupun akibat terapi stroke yang diberikan. Hal-hal ini mempengaruhi secara substansial outcome akhir dari penderita stroke dan sering menghalangi pemulihan neurologis (Kumar dkk, 2010). Pada studi prospektif menemukan bahwa pada pasien paska stroke dengan rehabilitasi ditemukan dari 232 pasien, 71,0% pasien memiliki minimal 1 komplikasi. Komplikasi paling sering yaitu nyeri muskuloskeletal (32,4%), disfungsi pencernaan dan kemih (31,5%), infeksi (16,5%), depresi (13,8%), dan ansietas (5,8%) (Kuptniratsaikul dkk, 2009). Chronic pain syndrome dilaporkan merupakan komplikasi yang secara umum dijumpai setelah stroke, yang dapat berupa central post-stroke pain (CPSP), nyeri bahu, atau nyeri tipe spesifik lainnya (Jonssonn dkk, 2006). Nyeri paska stroke merupakan salah satu komplikasi stroke dengan prevalensi 19-74 %. Nyeri kronik meningkat yang dikenal sebagai konsekuensi dari stroke yang ditemukan secara konstan atau merupakan nyeri yang kambuh selama lebih dari 3 bulan (Klit dkk, 2011). Suatu studi melaporkan, dari 16 pasien ditemukan onset nyeri muncul pada bulan pertama setelah stroke (10 orang), satu sampai 6 bulan (3 orang) dan lebih dari 6 bulan (3 orang) ( Klit, dkk.2009). Demensia vaskuler merupakan sindroma demensia terbanyak di negara Barat setelah demensia Alzheimer, yang secara klinik terdiri dari gangguan intelektual yang didapat dan gangguan fungsional, disebabkan oleh iskemia pada jaringan
otak, perdarahan atau hipoksia otak. Diagnosa demensia ditegakkan setelah 3 bulan paska stroke dengan gangguan kognitif menetap sesuai kriteria demensia (Lumempouw, 2011). Penelitian Tatemichi, dkk menemukan bahwa gangguan kognitif sering terjadi setelah stroke dan sering menyebabkan memori, orientasi bahasa dan atensi (Tatemichi,dkk. 1994). Pada studi PRoFESS (Prevention Regimen for Effectively avoiding Second Stroke) dilaporkan bahwa chronic pain syndrome paska stroke berhubungan dengan penurunan fungsi kognitif dan outcome fungsional. (O Donnell dkk, 2013). I.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut : Apakah terdapat hubungan chronic pain syndrome paska stroke dengan gangguan kognitif dan outcome fungsional. I.3. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah: I.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan chronic pain syndrome paska stroke dengan skor Mini Mental Status Examination dan skor modified Rankin Scale.
I.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui hubungan intensitas nyeri pada chronic pain syndrome paska stroke dengan gangguan kognitif di RSUP H. Adam Malik Medan. 2. Untuk mengetahui hubungan intensitas nyeri pada chronic pain syndrome paska stroke dengan outcome fungsional di RSUP H. Adam Malik Medan. 3. Untuk mengetahui hubungan intensitas nyeri pada chronic pain syndrome paska stroke dengan lokasi lesi di RSUP H. Adam Malik Medan. 4. Untuk mengetahui hubungan intensitas nyeri pada chronic pain syndrome paska stroke dengan volume lesi di RSUP H. Adam Malik Medan. 5. Untuk mengetahui hubungan intensitas nyeri pada chronic pain syndrome paska stroke dengan lama stroke di RSUP H. Adam Malik Medan. 6. Untuk mengetahui gambaran karakteristik demografik chronic pain syndrome paska stroke di RSUP H. Adam Malik Medan. I.4 Hipotesis Terdapat hubungan chronic pain syndrome paska stroke dengan gangguan kognitif dan outcome fungsional. I.5. Manfaat Penelitian I.5.1. Manfaat Penelitian untuk llmu pengetahuan Dengan mengetahui hubungan chronic pain syndrome paska stroke dengan gangguan kognitif dan outcome fungsional maka penelitian ini dapat menambah
pemahaman mengenai patogenesis stroke yang berkaitan dengan chronic pain syndrome dan hubungannya dengan fungsi kognitif dan outcome pasien paska stroke. I.5.2.Manfaat penelitian untuk penelitian Penelitian ini diharapkan menjadi masukan teori bagi penelitian selanjutnya mengenai kejadian chronic pain syndrome paska stroke dan hubungannya dengan fungsi kognitif dan outcome fungsional. I.5.3.Manfaat penelitian untuk masyarakat Dengan mengetahui hubungan chronic pain syndrome paska stroke dengan gangguan fungsi kognitif dan outcome fungsional, maka penelitian ini dapat menambah wawasan tentang pertimbangan pencegahan pada kejadian chronic pain syndrome setelah stroke, gangguan kognitif dan memperbaiki outcome fungsional pasien setelah stroke.