PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DARI SEKTOR PERMUKIMAN DI KABUPATEN MALANG Siti Rahmatia Pratiwi 1), Joni Hermana 1 dan Rachmat Boedisantoso 1 1) Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS Sukolilo, Surabaya, 60111, Indonesia e-mail: dheanasir@gmail.com 1) ABSTRAK Inventarisasi emisi pada umumnya dilakukan dengan metode perhitungan melalui pendekatan nilai Faktor Emisi (FE) default dalam Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) Guidelines (2006) namun, kesesuaian antara hasil estimasi emisi melalui metode dan nilai FE default IPCC dengan beban emisi eksisting yang ada di wilayah penelitian belum dapat dipastikan ketepatannya. Hal ini disebabkan karena nilai FE dalam IPCC Guidelines (2006) bersifat sangat umum sedangkan, aktivitas dari wilayah yang akan diinventarisasi memiliki karakteristik dan sifat data yang berbeda-beda dibandingkan wilayah lainnya. Untuk itu, diperlukan pengembangan metode yang lebih sederhana dengan pendekatan nilai Faktor Emisi Spesifik (FES). Metode yang digunakan untuk memperoleh FES menggunakan persamaan dalam IPCC Guidelines (2006) dengan Tier 1. Setelah diperoleh nilai FES dilakukan estimasi emisi menggunakan nilai FES dengan tingkat ketelitian Tier 2. Hasil dari estimasi tapak karbon menggunakan FES selanjutnya dipetakan sehingga mampu menggambarkan penyebaran emisi karbon pada sektor permukiman di Kabupaten Malang, Jawa Timur. Hasil perhitungan menunjukkan sektor permukiman memiliki 2 nilai Faktor Emisi Spesifik (FES) yakni FES Perkotaan sebesar 0,412 (ton CO2 /RT Perkotaan.tahun) dan FES Pedesaan sebesar 1,755 (ton CO2 /RT pedesaan.tahun). Diperoleh total emisi dari sektor permukiman sebesar 754.686,620 ton CO2/tahun. Besarnya emisi dipengaruhi oleh jumlah populasi dari sektor kegiatan yang menghasilkan emisi. Kata kunci: Emisi Karbon, Faktor Emisi, Inventarisasi Emisi, IPCC, Permukiman PENDAHULUAN Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2011 tentang penyelenggaraan inventarisasi Gas Rumah Kaca Nasional menegaskan kewajiban mengenai pelaksanaan inventarisasi emisi secara Nasional. Inventarisasi emisi sendiri pada umumnya dilakukan dengan metode perhitungan melalui pendekatan nilai Faktor Emisi (FE) yang terdapat dalam Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) Guidelines (2006), namun sering dijumpai kendala untuk memperoleh data aktivitas, dimana data aktivitas merupakan data utama untuk memperoleh besar beban emisi di suatu wilayah. Selain itu, hasil estimasi emisi dengan metode dan nilai FE pada IPCC belum diketahui kesesuaiannya dengan beban emisi eksisting yang ada di wilayah penelitian. Hal ini disebabkan karena nilai FE default pada IPCC bersifat sangat umum sedangkan, aktivitas dari sektor permukiman di setiap wilayah yang akan diinventarisasi memiliki karakteristik dan sifat data yang berbeda-beda. Untuk itu, diperlukan nilai Faktor Emisi Spesifik (FES) dimana nilai FE A-58-1
tersebut nantinya akan digunakan untuk mengestimasi besar emisi karbon dengan metode perhitungan yang lebih sederhana dan dengan hasil lebih mewakili karakteristik dari wilayah penelitian. Hasil estimasi emisi karbon dalam penelitian ini, selanjutkan dipetakan menggunakan software AutoCAD sehingga dapat memberikan gambaran secara visual mengenai tingkat penyebaran emisi karbon di wilayah penelitian. Selain itu, penelitian ini juga dapat digunakan sebagai acuan dalam mengestimasi emisi karbon dari sektor pemukiman di wilayah-wilayah lain di Indonesia khusunya Jawa Timur yang memiliki karakteristik wilayah yang sama dan sesuai dengan fungsi pengembangan wilayah perkebunan dan kehutanan. METODE Gambaran Umum Pada penelitian ini dilakukan analisis beban emisi karbon melalui pendekatan nilai Faktor Emisi yang terdapat dalam Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) Guidelines (2006) dan menggunakan nilai Faktor Emisi Spesifik (FES). Tahap analisis yang dilakukan meliputi analisis aspek teknis, aspek lingkungan dan aspek peran masyarakat. Setelah itu hasil estimasi tapak karbon tersebut dipetakan menggunakan software AutoCAD sehingga dapat diketahui penyebaran emisi karbon sesuai dengan tingkatannya di wilayah penelitian pada sektor permukiman. Pengambilan Data Metode yang digunakan adalah metode sampling stratifikasi. Jumlah sampel diperoleh dengan menggunakan menggunakan metode Krejcie dan Morgan (1970) dalam Pradiptya (2011) pada persamaan 1 dan 2. xx n= 22 NNNN(11 PP) (1) (NN 11)dd 22 +xx 22 PP(11 PP) Dimana: n = Jumlah total sampel wilayah studi (rumah tangga) N = Jumlah populasi dalam wilayah studi (rumah tangga) X 2 = Nilai standart error yang berhubungan dengan tingkat kepercayaan (jika selang kepercayaan 95 % maka X = 1,64; jika 99 % maka X = 2,58) P = Proporsi populasi (0,5 0,99) d = Galat pendugaan/batas error (5-10%) ni = n ( NNNN ) (2) NN Dimana: Ni = Jumlah populasi pada masing-masing wilayah studi N = Jumlah total populasi wilayah studi n = Jumlah total sampel wilayah studi = Jumlah sampel pada masing-masing wilayah studi n i Perhitungan Jumlah Sampel: (11,6666) nn = 22 (222222.666666)(00,55)(11 00,55) (222222.666666 11)(00,11) 22 +(11,6666) 22 = 68 sampel (00,55)(11 00,55) Hasil perhitungan jumlah sampel tiap responden di wilayah perkotaan dan pedesaan di Kabupaten Malang ditunjukkan dalam Tabel 1. A-58-2
IDE PENELITIAN Penentuan Faktor Emisi Spesifik untuk Estimasi Tapak Karbon dan Pemetaannya dari Sektor Permukiman di Kabupaten Malang STUDI LITERATUR - Tapak Karbon - Inventarisasi Emisi - Emisi CO 2 dari kegiatan permukiman - IPCC - Penelitian terdahulu - Literatur lain yang terkait A PENGUMPULAN DATA DATA PRIMER - Jenis bahan bakar - Volume penggunaan bahan bakar - Intensitas penggunaan bahan bakar DATA SEKUNDER - Peta Administratif Kabupaten Malang - Jumlah penduduk di Kabupaten Malang - Jumlah rumah tangga dan rata-rata anggota (Jiwa) di Kabupaten Malang - Jumlah rumah tangga berdasarkan kategori wilayah Kecamatan (Perkotaan dan pedesaan) - RTRW Kabupaten Malang PENGOLAHAN DATA Perhitungan emisi karbon dengan pendekatan nilai Faktor Emisi (FE) default berdasarkan IPCC dan FE Spesifik serta pemetaannya - Analisis aspek teknis - Analisis aspek lingkungan - Analisis aspek peran masyarakat ANALISIS DAN PEMBAHASAN KESIMPULAN DAN SARAN Gambar 1. Diagram Alir Penelitian Tabel 1. Jumlah Sampel Tiap Tipe Rumah di Kabupaten Malang No Kecamatan Jumlah Rumah Tangga Jumlah Sampel Perkotaan Pedesaan Perkotaan Pedesaan 1 Kepanjen 22950 3854 9 2 2 Singosari 36.457 6.980 15 3 3 Turen 20.457 9.710 8 4 4 Sumbermanjing 3.928 21.941 2 9 5 Pujon 6.299 11.242 3 5 6 Jabung 10.623 9.439 4 4 Total Sampel 100.714 63.166 41 27 163.880 68 (Sumber: Hasil perhitungan) A-58-3
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Pengambilan Sampel Acak Strasifikasi (Stratified Random Sampling). Perhitungan Emisi Karbon Berikut adalah persamaan umum yang dipergunakan untuk perhitungan emisi CO2 berdasarkan IPCC Guidelines (2006): Emisi CO 2 = Data aktivitas x Faktor Emisi (3) Dimana, data aktivitas merupakan data yang terkait dengan seberapa banyaknya aktivitas yang dilakukan sehingga menghasilkan emisi CO 2. Data aktivitas yang terkait dengan emisi CO2 dari penggunaan bahan bakar adalah berupa seberapa banyak bahan bakar yang dipergunakan baik untuk keperluan rumah tangga ataupun keperluan lainnya. Faktor emisi default merupakan faktor emisi yang digunakan dalam metode perhitungan IPCC pada Tier 1, sedangkan IPCC dengan tingkat ketelitian pada Tier 2 dan Tier 3, terdapat faktor emisi lokal atau faktor emisi spesifik. Tabel 2. Nilai Faktor Emisi dan NCV Bahan Bakar Faktor Emisi (gr/mj) NCV (MJ/Kg) LPG 63,1 47,3 Kayu Bakar 112 15 Sumber : IPCC, 2006 Dalam IPCC Gudelines (2006), faktor emisi spesifik merupakan faktor emisi yang didapatkan dari hasil pengukuran langsung dan data aktivitas berasal dari sumber data nasional dan/atau daerah. Faktor emisi spesifik itu sendiri didapatkan dari nilai rata-rata emisi per unit kegiatan dalam satuan waktu, misalnya satuan (kg CO 2 /jiwa.tahun). Jadi, berdasarkan pengertian tersebut, faktor emisi default bersifat lebih umum untuk seluruh aktivitas sedangkan faktor emisi spesifik digunakan untuk untuk perhitungan emisi yang lebih spesifik data aktivitasnya, seperti adanya pengklasifikasian terhadap data aktivitas tersebut. Persamaan 4 dan 5 merupakan rumus yang digunakan untuk menghitung total emisi CO2 dari bahan bakar LPG yang bersumber dari IPCC (2006). Pey = Fcy x EF LPG x NCV LPG (4) dimana: Pey = Total emisi CO2 (gr) Fcy = Konsumsi LPG (kg) EF LPG = Faktor emisi LPG 63,1 (gr/mj) NCVLPG = 47,3 (MJ/kg) Cey = Fcy x EF kayu bakar x NCV kayu bakar (5) Dimana: Bey = Total emisi CO2 (gr) EF kayu bakar = Faktor emisi kayu bakar (gr/mj) FCy kayu bakar = Konsumsi kayu bakar (kg) NCV kayu bakar = 43,8 (MJ/kg) HASIL DAN PEMBAHASAN Aspek Teknis Pada penelitian ini aspek teknis mencakup perhitungan dan analisis hasil estimasi emisi CO 2 dari sektor permukiman yaitu dari penggunaan bahan bakar. A-58-4
Tabel 3. Rata-rata Konsumsi Bahan Bakar Berdasarkan Tipe Rumah Jumlah Konsumsi Bahan Bakar (Kg/Bulan) Total Status Wilayah Sampel (Rumah Tangga) LPG Kayu Bakar Konsumsi Bahan Bakar (Kg/Bulan) Rata-rata Konsumsi Bahan Bakar (Kg/Bulan) Perkotaan 41 472 472 11,512 Pedesaan 26 141 2291 2432 93,538 Sumber: Hasil Analisis dan Perhitungan Perkotaan 11% Pedesaan 89% Gambar 2. Persentase Rata-rata Penggunaan Bahan Bakar Tiap Wilayah Besarnya nilai rata-rata penggunaan bahan bakar di pedesaan dalam hal ini dipengaruhi oleh tingginya konsumsi kayu bakar di tipe rumah tangga pedesaan. Tingkat pendapatan mempengaruhi pola konsumsi bahan bakar dimana menurut Kerkhof,dkk., (2009) dalam Boedisantoso (2014) bahwa tingkat pendapatan diasumsikan dengan tipe rumah tinggal. Faktor kedua adalah perbedaan lokasi permukiman perkotaan dan pedesaan sedangkan faktor yang ketiga adalah pola konsumsi bahan bakar. Perbedaan wilayah menggambarkan bahwa semakin jauh jangkauan masyarakat pedesaan dengan pusat kota maka semakin sering pula kegiatan memasak dilakukan. Dalam Boedisantoso (2014), bagi penghuni rumah yang sibuk dan sering berada diluar rumah, maka penggunaan bahan bakar pun akan lebih sedikit dibandingkan penghuni yang sering berada di dalam rumah. Tabel 4. Rata-rata Konsumsi Bahan Bakar Berdasarkan Jenis Bahan Bakar di Tiap Wilayah Status Wilayah Rata-rata Konsumsi Bahan Bakar (Kg/Bulan) LPG Kayu Bakar Perkotaan 12 Pedesaan 5 88 Sumber: Hasil Perhitungan Seperti yang telah disampaikan sebelumnya bahwa, salah satu tujuan dalam penelitian ini adalah menentukan Faktor Emisi Spesifik (FES) untuk estimasi emisi karbon. Dalam perhitungan sebelumnya telah dilakukan perhitungan dengan menggunakan Faktor Emisi (FE) default (Tier 1) yang terdapat dalam IPCC Guidelines (2006). Nilai FES dapat diperoleh dengan persamaan 6. FES = E total (6) nn Dimana: E total = Emisi CO2 total (ton CO2/tahun) n = Jumlah unit kegiatan A-58-5
Besarnya nilai FES di wilayah penelitian dipengaruhi oleh pola konsumsi bahan bakar (jenis dan rata-rata penggunaan bahan bakar) serta nilai FE dari masing-masing bahan bakar yang digunakan. Tabel 5. Faktor Emisi Spesifik dari Penggunaan Bahan Bakar di Kabupaten Malang Status Wilayah FES (ton CO2 /unit.tahun) Perkotaan 0,412 Pedesaan 1,755 Sumber: Hasil Perhitungan Setelah diperoleh nilai FES, selanjutnya nilai FES tersebut dapat digunakan untuk mengestimasi emisi CO2 dari penggunaan bahan bakar di rumah tangga perkotaan/pedesaan dengan menggunakan persamaan yang lebih sederhana (persamaan 3.2). Persamaan 7 mengacu pada penelitian Boedisantoso (2014) yang telah mengembangkan metode perhitungan emisi CO 2 dengan menggunakan nilai FES di Kota Surabaya. Perhitungan pada tahap ini telah menggunakan nilai FE yang lebih spesifik (Tier 2) sesuai dengan pola konsumsi bahan bakar di Kabupaten Malang. Emisi CO 2 = (P x FES) (7) Dimana : P = Jumlah populasi (Jiwa) FES = Faktor Emisi Spesifik CO 2 (ton CO2/unit.tahun) Tabel 6. Total Emisi CO2 Penggunaan Bahan Bakar LPG dan Kayu Bakar Status Wilayah Jumlah Rumah Tangga Total Emisi CO2 (ton CO2/tahun) Perkotaan 309.932 127.789,834 Pedesaan 357.236 626.896,785 754.686,620 Sumber: Hasil Perhitungan Dari hasil perhitungan (Tabel 6) dapat diketahui bahwa total emisi terbesar dari penggunaan bahan bakar dengan menggunakan nilai FES menghasilkan nilai terbesar untuk rumah tangga pedesaan. Wilayah pedesaan berdasarkan hasil inventarisasi memiliki nilai rata-rata penggunaan bahan bakar lebih besar yaitu 93,538 kg/bulan dibandingkan wilayah perkotaan 11,512 kg/bulan sehingga, besar konsumsi bahan bakar dapat mempengaruhi besarnya emisi yang dihasilkan. Menurut Brown, dkk., (2009) dalam Boedisantoso (2014), emisi karbon ditingkat kota atau wilayah metropolitan lebih efisien dibandingkan dengan emisi karbon di wilayah pedesaan. Setelah mengetahui total emisi CO 2 dari penggunaan bahan bakar di Kabupaten Malang, selanjutnya tingkat emisi dari tiap Kecamatan digambarkan dalam bentuk peta. Peta tersebut menunjukkan tingkat emisi CO2 di tiap wilayah Kecamatan yang digolongkan menjadi lima tingkatan sesuai dengan tingkat emisi di masing-masing wilayah. A-58-6
Kasembon Pujon Lawang Ngantang Karangploso Singosari 40.000-50.000 Dau Pakis Jabung 30.000-40.000 Wagir Tumpang 20.000-30.000 10.000-20.000 Wonosari Ngajum Pakisaji Tajinan Poncokusumo 0-10.000 Bululawang Kromengan Kepanjen Wajak Sumberpucung Gondanglegi Turen Kalipare Pagak Pagelaran Dampit Ampelgading Tirtoyudo Donomulyo Bantur Gedangan Sumbermajing Gambar 3 Peta Tingkat Emisi CO2 Bahan Bakar dari Kegiatan Memasak Rumah Tangga di Tiap Kecamatan, Kabupaten Malang Gambar 3 menunjukkan bahwa Kecamatan Dampit merupakan wilayah di Kabupaten Malang yang menghasilkan emisi CO 2 tertinggi dari konsumsi bahan bakar di Kabupaten Malang, sedangkan Kecamatan Sumberpucung menghasilkan nilai emisi CO2 terendah. Tingginya emisi CO2 di Kecamatan Dampit dipengaruhi oleh jumlah rumah tangga pedesaan. Rumah tangga pedesaan terbesar berada di Kecamatan Dampit yang mana telah diketahui bahwa rumah pedesaan menghasilkan emisi terbesar dibandingkan rumah perkotaan sehingga, besarnya total emisi dari penggunaan bahan bakar di suatu Kecamatan dipengaruhi oleh jumlah rumah tangga dan jenis bahan bakar yang digunakan. Aspek Lingkungan Aspek lingkungan dalam penelitian ini terkait upaya penurunan beban emisi CO 2 berupa rancangan skenario sehingga dapat menjadi masukan untuk mengurangi beban emisi CO2 di Kabupaten Malang. Skenario dalam penelitian ini diantaranya mengganti penggunaan bahan bakar Kayu bakar menjadi LPG. Hasil analisis menunjukkan skenario 1 merupakan skenario terbaik, yaitu dengan mengganti bahan bakar menjadi 100% LPG. Hal ini menunjukkan bahwa penggantian bahan bakar yaitu Kayu bakar menjadi LPG lebih memberikan kontribusi lebih besar dalam mengurangi beban emisi karbon di Kabupaten Malang. Aspek Peran Serta Masyarakat Dalam penelitian ini, digunakan kuisioner untuk mengetahui peran serta masyarakat dari kedua sektor yang akan dianalisis. Kendala yang dijumpai dalam upaya mitigasi terkait peran serta masyarakat 78,571 % responden pedesaan menjawab bahwa mereka enggan mengeluarkan biaya untuk membeli LPG Hanya 35,714 % rumah tangga pedesaan yang mau mengganti bahan bakar yang digunakan menjadi LPG A-58-7
Arahan mitigasi Meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai dampak dari penggunaan kayu bakar sebagai bahan bakar untuk memasak melalui antara lain kampanye, sosialisasi dan edukasi Perlu dibentuk forum komunikasi sebagai media antara masyarakat dan pemerintah daerah KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Sektor permukiman memiliki 2 nilai Faktor Emisi Spesifik (FES) yakni FES Perkotaan sebesar 0,412 (ton CO2 /RT perkotaan.tahun) dan FES Pedesaan sebesar 1,755 (ton CO 2 /RT pedesaan.tahun). Diperoleh total emisi dari sektor permukiman sebesar 754.686,620 ton CO 2 /tahun. Besarnya emisi dari tiap sektor dipengaruhi oleh jumlah populasi dari setiap sektor kegiatan yang menghasilkan emisi. Penyebaran emisi CO 2 dari sektor permukiman dari hasil pemetaannya berdasarkan estimasi emisi karbon di Kabupaten Malang menunjukkan bahwa Kecamatan Singosari merupakan Kecamatan dengan tingkat emisi tertinggi sedangkan emisi terendah berada pada wilayah Kecamatan Sumbermanjing. Besarnya emisi dari tiap sektor dipengaruhi oleh jumlah populasi dari setiap sektor kegiatan yang menghasilkan emisi. Saran Diharapkan pemerintah melakukan upaya pengendalian pencemaran udara khusunya pada sektor permukiman di wilayah yang menunjukkan tingkat emisi tertinggi. Kajian mengenai penentuan Faktor Emisi Spesifik (FES) pada sektor perkebunan dan kehutanan mengingat Kabupaten Malang secara geografis dan berdsarkan sumber mata pencaharian penduduk didominasi oleh kedua sektor tersebut selain itu, sesuai dengan wilayah pengembangannya. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2011. Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Inventarisasi Gas Rumah Kaca Nasional. Jakarta. Boedisantoso, R. 2014. Pengembangan Metode Perhitungan Emisi CO2-e dari Limbah Tinja dan Penggunaan Bahan Bakar LPG Aktivitas Rumah Tangga. Surabaya: Teknik Lingkungan ITS. IPCC. 1995. Greenhouse gas inventory reference manual. IPCC WGI Technical Support Unit, Hardley Center, Meteorology Office, London Road, Braknell, RG 122 NY, United Kingdom. A-58-8