Lampiran 1. Prosedur analisis

dokumen-dokumen yang mirip
Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Tepung Empulur Sagu

Lampiran 1. Prosedur Analisis

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu 1. Analisis Kadar Air (AOAC, 1995)

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989)

Lampiran 1. Prosedur Analisis

Lampiran 1.Diagram alir penelitian proses produksi bioetanol dari hidrolisat fraksi selulosa pod kakao

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Tahapan Penelitian

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

Kadar protein (%) = (ml H 2 SO 4 ml blanko) x N x x 6.25 x 100 % bobot awal sampel (g) Keterangan : N = Normalitas H 2 SO 4

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

Lampiran 1. Prosedur Analisis Rendemen Cookies Ubi Jalar Ungu. 1. Penentuan Nilai Rendemen (Muchtadi dan Sugiyono, 1992) :

METODE. Materi. Rancangan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Riset dan Standarisasi Industri Bandar

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Bumbu Pasta Ayam Goreng 1. Kadar Air (AOAC, 1995) Air yang dikeluarkan dari sampel dengan cara distilasi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

Lampiran 1. Prosedur analisis karakteristik kompos

Lampiran 1. Analisis Kadar Pati Dengan Metode Luff Schroll (AOAC, 1995)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

Lampiran 1. Prosedur analisis proksimat

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian,

Daftar Pustaka Tidak ada

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

Lampiran 1. Prosedur Analisis

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS. A.1. Pengujian Daya Serap Air (Water Absorption Index) (Ganjyal et al., 2006; Shimelis el al., 2006)

Lampiran 1. Tatacara karakterisasi limbah tanaman jagung

Lampiran 1 Formulir organoleptik

BAB III METODE PENELITIAN

Kadar air (%) = B 1 B 2 x 100 % B 1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

Bab III Bahan dan Metode

Lampiran 1. Tatacara analisis kimia limbah tanaman jagung. Kadar Air (%) = (W1-W2) x 100% W1. Kadar Abu (%) = (C-A) x 100% B

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian,

MATERI DAN METODE. Materi

3. MATERI DAN METODE. Gambar 2. Alat Penggilingan Gabah Beras Merah. Gambar 3. Alat Penyosohan Beras Merah

METODE PENELITIAN 3.1 BAHAN DAN ALAT

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

c. Kadar Lemak (AOAC, 1995) Labu lemak yang ukurannya sesuai dengan alat ekstraksi Soxhlet

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

x100% LAMPIRAN PROSEDUR ANALISIS A.1. Pengujian Daya Serap Air (Ganjyal et al., 2006; Shimelis et al., 2006)

III. BAHAN DAN METODE. Aplikasi pengawet nira dan pembuatan gula semut dilakukan di Desa Lehan Kecamatan

III. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

Atas kesediaan Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih.

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

METODE PENGUJIAN. 1. Kadar Oksalat (SNI, 1992)

III. METODOLOGI PENELITIAN

BROWNIES TEPUNG UBI JALAR PUTIH

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini sudah dilaksanakan dari bulan Februari sampai bulan Juli 2013 di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hijau atau tauge. Nata yang dihasilkan kemudian diuji ketebalan, diukur persen

III. METODE PENELITIAN

ANALISIS PROTEIN. Free Powerpoint Templates. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih Page 1

Lampiran 1. Gambar tanaman dan wortel. Tanaman wortel. Wortel

setelah pengeringan beku) lalu dimasukan ke dalam gelas tertutup dan ditambahkan enzim I dan enzim II masing-masing sebanyak 1 ml dan aquadest 8

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAB III BAHAN DAN METODE. Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini terdiri dari: - neraca analitik - Ohauss. alat destruksi Kjeldahl 250ml -

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

MATERI DAN METOD E Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penelitian Tahap Pertama

MATERI DAN METODE. Materi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cheddar digunakan peralatan

LAMPIRAN 1. PROSEDUR ANALISIS CONTOH TANAH. Pertanian Bogor (1997) yang meliputi analisis ph, C-organik dan P-tersedia.

LAMPIRAN 1 PROSEDUR ANALISIS

Lampiran 1. Prosedur Pelaksanaan dan Hasil Penelitian Pendahuluan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di industri rumah tangga terasi sekaligus sebagai

III. MATERI DAN METODE. Peternakan UIN Suska Riau, penelitian berlangsung selama 3 bulan, mulai bulan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai bulan Agustus 2013 di

III. METODOLOGI PENELITIAN

LAMPIRAN A A.1 Pengujian Total Padatan Terlarut (SNI yang dimodifikasi*) Dengan pengenceran A.2 Pengujian Viskositas (Jacobs, 1958)

LAMPIRAN. Lampiran 1. Umbi talas (Xanthosoma sagittifolium (L.) Schott) Lampiran 2. Pati umbi talas (Xanthosoma sagittifolium (L.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

4. Total Soluble Carbohydrate (Metode Phenol-AsamSulfat)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian,

APPENDIKS A PROSEDUR KERJA DAN ANALISA

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan selama 6 bulan dimulai bulan April

Lampiran 1. Prosedur Analisis Kadar Protein Tahap Oksidasi 1. Sampel ditimbang sebanyak 0.5 gram dan dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl. 2.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik

METODE PENELITIAN. A. Alat dan Bahan. B. Metode Penelitian. 1. Persiapan Sampel

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November 2014 sampai dengan bulan

Transkripsi:

LAMPIRAN

Lampiran 1. Prosedur analisis 1. Kadar air (AOAC 1995) Sebanyak 5 g sampel ditimbang dalam cawan aluminium yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya. Cawan kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 105 110ºC selama tiga jam. Cawan dikeluarkan dan didinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang. Pengeringan dilanjutkan lagi dan setiap setengah jam didinginkan dan ditimbang sampai diperoleh bobot yang konstan. Kadar air dihitung dengan persamaan berikut: 2. Kadar abu (AOAC 1995) Sebanyak 2 g sampel ditimbang dalam cawan porselen yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya. Cawan kemudian dipijarkan dan diabukan dalam tanur perabuan pada suhu 600ºC selama empat jam. Cawan dikeluarkan dan didinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang. Pengabuan dilanjutkan sampai diperoleh bobot yang konstan. Kadar air dihitung dengan persamaan di bawah ini. 3. Kadar protein (AOAC 1995) Penentuan kadar protein ditentukan secara semi mikrokjedahl. Sampel bekas analisis kadar air sebanyak 1 g dan 2 g serbuk katalis (CuSO 4 :Na 2 SO 4 = 1.2 : 1) dimasukkan ke dalam labu Kjedahl, kemudian ditambahkan 2.5 ml larutan asam sulfat pekat. Sampel di dalam labu Kjedahl didestruksi dalam ruang asam sampai warna hijau jernih. Setelah dingin, hasil destruksi didestilasi dengan menggunakan alat Kjeltec. Nitrogen anorganik hasi destruksi dimasukkan ke dalam tabung suling dengan pembilas aquades, dan diletakkan ke dalam alat Kjeltec. Alat Kjeltec dihidupkan, maka secara otomatis tabung suling yang berisi sampel nitrogen anorganik akan terisi dengan larutan NaOH 6 N sampai warna cairan cokelat kehitaman. Destilat ditampung dalam labu erlenmeyer 300 ml yang berisi 25 ml larutan asama borat (H 3 BO 3 ) 2% serta diberi indikator mengsel sebanyak 3 tetes. Destilasi dilakukan selama kurang lebih empat menit atau sampai volume destilat dua kali volume semula. Selanjutnya ditritasi dengan larutan H 2 SO 4 0.02 N sampai diperoleh warna yang berubah dari hijau menjadi ungu. Hal tersebut juga dilakukan pada titrasi blanko. Kadar protein dihitung dengan persamaan berikut: Keterangan: A = jumlah titrasi sampel (ml) B = jumlah titrasi blanko (ml) C = bobot sampel (g) 36

Standarisasi normalitas H 2 SO 4 Natrium karbonat (Na 2 CO 3 ) hablur ditimbang sebanyak 0.05 g, kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml, dilarutkan dengan aquades, dan ditambahkan hingga tanda tera. Larutan kemudian dipipet sebanyak 10 ml ke dalam erlenmeyer dan ditambahkan indikator merah metil 2 3 tetes, dititrasi dengan larutan H 2 SO 4 hingga terjadi perubahan warna dari kuning menjadi jingga. Standarisasi normalitas H 2 SO 4 dihitung dengan persamaan berikut: 4. Kadar lemak (AOAC 1995) Sampel bekas analisis kadar air ditimbang 2 sampai 3 g, kemudian dibungkus dengan kertas saring yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya. Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan soxhlet yang dihubungan dengan pendingin balik, labu lemak yang berisi beberapa butir batu didih dan hot plate. Pelarut yang digunakan adalah heksan dengan volume setengah volume batu didih atau sekitar 60 kali putaran. Bekas sampel yang telah terekstrak minyaknya dikeringkan dalam oven serta ditimbang bobotnya sampai diperoleh bobot konstan. Kadar lemak dihitung dengan persamaan berikut: 5. Kadar serat kasar (AOAC 1995) Sebanyak 2 g sampel bekas kadar lemak dimasukkan ke dalam erlenmeyer 500 ml dan ditambah 100 ml larutan asama sulfat 0.325 N. Campuran sampel kemudian didihkan dengan alat pendingin tegak selama kurang lebih 30 menit, kemudian ditambahkan lagi 50 ml larutan kemudian disaring dengan kertas saring Whatman no. 41 yang telah dikerinkan dan diketahui bobotnya. Pembialasan hasil saringan dilakukan berturut-turut dengan larutan asam sulfat 0.325 N, air panas, dan etanol. Kertas saring dikeringkan dalam oven selama 1 2 jam, kemudian didinginkan dalam desikator an ditimbang bobotnya. Pengeringan diulangi setiap setengah jam, kemudian ditimbang sampai diperoleh bobot konstan. Kadar serat kasar dihitung dengan persamaan berikut: 6. Analisis komponen serat a. Penetapan NDF (Neutral Detergent Fiber) (Van Soest 1969 dalam Apriantono et al. 1989) Sampel sebanyak 0.5 g (A) dimasukkan ke dalam erlenmeyer berukuran 250 ml. Sampel yang mengandung pati ditambahkan dengan α-amilase 30 ml dalam bufer fosfat ph 7.0 ± 0.05 selama 16 jam dalam inkubator 40ºC. Sampel kemudian ditambahkan larutan NDF sebanyak 100 ml dan 0.5 g Na 2 SO 3. Larutan NDF terdiri atas bahan kimia sebagai berikut: akuades 1 l, sodium lauril sulfat 30 g, EDTA 18.61 g, natrium borat 10 H 2 O 6.81 g, di-na 2 HPO4 anhidrat 4.56 g dan 2-etoksietanol murni 10 ml (ph akhir larutan 6.9 7.1). Kemudian sampel direfluks pada pendingin tegak selama 60 menit dan disaring dengan bantuan pompa vakum menggunakan filter glass 2-G-3. Sampel dibilas dengan 37

air panas beberapa kali kemudian dilanjutkan dengan aseton beberapa kali. Hasil penyaringan tersebut dikeringkan dalam oven 100ºC hingga diperoleh bobot tetap, setelah itu dimasukkan dalam desikator selama satu jam, kemudian dilakukan penimbangan (B). Filter dilabukan pada tanur suhu 450-500ºC sampai diperoleh bobot tetap, kemudian ditimbang (C). Kadar NDF dihitung dengan rumus berikut. Keterangan : A= bobot sampel (g) B= bobot filter glass dan sampel setelah dioven (g) C= bobot filter glass dan sampel setelah ditanur (g) b. Penetapan ADF (Acid Detergent Fiber) dan hemiselulosa (Van Soest 1969 dalam Apriantono et al. 1989) Sampel sebanyak 1 g (A), dimasukkan ke dalam gelas piala serta ditambahkan dengan 100 ml larutan ADF. Larutan ADF terdiri atas 1 liter H 2 SO 4 1 N dan 20 g CTAB (Cethyle Trimethyl Ammonium Bromide). Sampel yang telah ditambahkan larutan tersebut dipanaskan selama satu jam di atas pendingin balik. Penyaringan dilakukan dengan bantuan pompa vakum dengan menggunakan filter glass 2-G-3. Pencucian dilakukan bergantian dengan air panas beberapa kali kemudian dilanjutkan dengan aseton beberapa kali. Hasil penyaringan tersebut dikeringkan dalam oven 100ºC hingga diperoleh bobot tetap, setelah itu dimasukkan dalam desikator selama satu jam, kemudian dilakukan penimbangan (B). Filter diabukan pada tanur dengan suhu 450-500ºC sampai diperoleh bobot tetap, kemudian ditimbang (C). Kadar ADF dihitung dengan rumus berikut. Keterangan : A= bobot sampel (g) B= bobot filter glass dan sampel setelah dioven (g) C= bobot filter glass dan sampel setelah ditanur (g) Maka: Kadar hemiselulosa = % NDF - %ADF c. Kadar selulosa Residu ADF (C) yang berada dalam filter glass diletakkan di atas nampan yang berisi air setinggi kira-kira 1 cm, kemudian ditambahkan H 2 SO 4 setinggi ¾ bagian filter glass dan dibiarkan selama 3 jam sambil diaduk-aduk. Penyaringan dengan filter glass dibantu dengan pompa vakum. Pencucian dilakukan dengan aseton dan air panas, kemudian dioven pada suhu 100ºC hingga diperoleh bobot tetap. Sampel didinginkan ke dalam desikator kemudian ditimbang (D). 38

Keterangan : A= bobot sampel (g) C= bobot filter glass dan residu ADF awal (g) D= bobot filter glass dan residu ADF setelah dioven (g) Maka: Kadar lignin = % ADF - %selulosa 6. Kadar pati (Djalil 2003) Sampel sebanyak 1 g dihidrolisis dengan 100 ml larutan HCL 3% selama 1 jam dengan autoclave suhu 115ºC. Selanjutnya dilakukan penetralan dengan larutan NaOH 4 N dan dilakukan pengenceran hingga diperoleh volume 250 ml. Filtrat sebanyak 10 ml dipipet dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer yang telah diisi dengan 25 ml larutan Luff Schroll. Campuran dididihkan dibawah pendingin tegak selama 10 menit kemudian dididnginkan. Larutan ditambahkan 20 ml larutan KI 20% dan 25 ml larutan H 2 SO 4 secara perlahan. Titrasi dilakukan dengan larutan Na 2 S 2 O 3 0.1 N hingga terbentuk larutan putih susu, kemudian ditambahkan indikator kanji 1% (terbentuk warna biru). Titrasi kembali dilakukan sampai warna biru hilang. Penetapan blanko juga perlu dilakukan dengan menggunakan aquades sebagai pengganti sampel. 7. Penetuan aktivitas enzim (Derosya 2010) Substrat masing-masing enzim, yaitu: soluble starch (α-amilase) dan birchwood xilan (xilanase) dibuat menjadi larutan 0.15% dalam buffer fosfat sitrat pada ph yang akan diujikan, sedangkan CMC (selulase) dibuat menjadi larutan 0.5% dalam buffer fosfat sitrat pada ph yang akan diujikan. Ketiga enzim tersebut juga diencerkan dengan buffer fosfat sitrat pada ph yang akan diujikan. Larutan substrat dan enzim kemudian dicampurkan dan diinkubasi pada suhu yang akan diujikan selama 30 menit. Tiap 10 menit, larutan dipipet sebanyak 2 ml kemudian ditambahkan pelarut DNS (dinitrosalisilat) sebanyak 6 ml untuk diukur gula pereduksi yang terbentuk. Sebagai kontrol, larutan substrat dan enzim pada waktu ke-0 juga diukur gula pereduksinya. Aktivitas enzim didapatkan dengan rumus berikut. 8. Nilai dextrose equivalent (DE) a. Gula pereduksi Larutan hasil hidrolisis pati tepung glukomanan dipipet sebanyak 10 ml, kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml. Larutan dipipet sebanyak 2 ml dan dimasukkan ke dalam tabung ulir 10 ml, ditambahkan larutan DNS (dinitrosalisilat) 6 ml. Larutan tersebut dimasukkan ke dalam air mendidih selama 5 menit dan didinginkan dalam air mengalir. Setelah itu, absorbansi larutan diukur pada panjang gelombang 550 nm dengan spektrofotometer. 39

Kurva standar gula pereduksi Sebagai standar glukosa, dibuat larutan glukosa dengan konsentrasi 0, 50, 100, 150, 200, 250 dan 300 ppm dari larutan glukosa 500 ppm. Kemudian sebanyak 2 ml larutan dipipet dari masingmasing larutan glukosa tersebut dan dimasukkan ke dalam tabung ulir 10 ml. Larutan ditambahkan pereaksi DNS (dinitrosalisilat) sebanyak 6 ml, kemudian dimasukkan ke dalam air mendidih selama 5 menit dan didinginkan dalam air mengalir. Absorbansi larutan tersebut diukur pada panjang gelombang 550 nm menggunakan spektrofotometer. Absorbansi yang diperoleh kemudian diplotkan kedalam grafik sehingga diperoleh persamaan. b. Total gula Larutan hasil hidrolisis pati tepung glukomanan dipipet sebanyak 2 ml, kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml. Larutan tersebut dipipet 1 ml ke dalam tabung ulir 10 ml, ditambahkan larutan fenol 5% sebanyak 1 ml dan larutan H 2 SO4 sebanyak 5 ml. Larutan didiamkan pada suhu ruang hingga dingin dan terbentuk larutan berwarna jingga seulas. Kemudian larutan tersebut dimasukkan ke dalam air mendidih selama 15 menit dan diukur absorbansinya pada panjang gelombang 490 nm dengan spektrofotometer. Maka nilai DE dapat diperoleh dari rumus berikut. Kurva standar total gula Sebagai standar glukosa, dibuat larutan glukosa dengan konsentrasi 0, 10, 20, 30, 40, 50 dan 50 ppm dari larutan glukosa 100 ppm. Kemudian sebanyak 2 ml larutan dipipet dari masing-masing larutan glukosa tersebut dan dimasukkan ke dalam tabung ulir 10 ml. Larutan ditambahkan larutan fenol 5% sebanyak 1 ml dan larutan H 2 SO4 sebanyak 6 ml. Kemudian larutan tersebut dimasukkan ke dalam air mendidih selama 15 menit dan didinginkan dalam air mengalir. Absorbansi larutan tersebut diukur pada panjang gelombang 490 nm menggunakan spektrofotometer. Absorbansi yang diperoleh kemudian diplotkan kedalam grafik sehingga diperoleh persamaan. 8. Kadar glukomanan (Ohtsuki 1968) Pengukuran kadar glukomanan dilakukan dengan mengguanakan cara ekstraksi oleh etanol berdasarkan metode Whistler dan Richards (1970) dan Murtinah (1977) yang mengisolasi kadar tepung glukomana dari tepung iles-iles dengan menggunakan larutan etanol 95% secara pengkristalan kembali. Sampel tepung glukomanan sebanyak 1 g ditambah dengan 30 ml aquades, kemudian diekstraksi pada suhu 45ºC selama dua jam dengan kecepatan pengadukan tetap kontinyu. Setelah ekstraksi selesai, larutan ekstraksi dipisahkan dari ampas tepung iles-iles dengan cara sentrifugasi. Larutan kental hasil ekstraksi yang diperoleh dimasukkan ke dalam erlenmeyer, kemudian disimpan di dalam lemari es selama 1 jam. Setelah disimpan dalam lemari es, sampel ditambah larutan etanol 95% sebanyak 13 ml dengan dituangkan sedikit demi sedikit sambil diaduk-aduk hingga terjadi pengendapan glukomanan. Setelah glukomanan mengendap, biarkan endapan tersebut di dalam campuran sampai terjadi pemisahan lapisan antara glukomanan dan larutan. Endapan glukoamann dipisahkan dengan cara penyaringan dan endapan dicuci dengan larutan etanol 95%. Glukomanan yang diperoleh dikeringkan dalam oven pada suhu 35 40ºC sampai bobot tetap. Glukomanan yang 40

sudah kering berbentuk bubuk berwana cokelat dan ditimbang untuk diketahui bobotnya serta dihitung dengan menggunakan rumus berikut. 9. Penentuan rendemen tepung glukomanan Rendemen tepung glukomanan dihitung berdasarkan perbandingan antara bobot tepung ilesiles yang diperoleh dengan bahan mentah yang digunakan. Rendemen tepung glukomanan dapat dihitung dengan menggunakan rumus di bawah ini: 10. Kadar kekentalan larutan (Perry dan Chilton 1980) Kekentalan larutan glukoamanan ditentukan mengguanakan Viscometer Brookfield. Nilai kekentalan dalam satuan centipoise yang didapat dengan mengalikan faktor yang ada pada alat dengan nilai yang terbaca. Sampel sebanyak 2 g dibuat menjadi larutan konsentrasi 2%. Spindel yang diguanakan adalah spindel nomor 1 dengan kecepatan 60 putaran per menit dengan faktor konversi 1. Nilai viskositas dicari dengan menggunakan rumus berikut. 11. Derajat putih Pengukuran derajat putih tepung glukomanan dilakukan dengan menggunakan whiteness meter model C100. Skala pembacaan derajat putih yang digunakan antara 0-110. 41

Lampiran 2. Visualisasi tahapan proses pemurnian glukomanan 1 2 3 Umbi iles-iles Keripik iles-iles Penggilingan chips kering iles-iles dengan disc mill 4 5 6 Tepung iles-iles 40 mesh Hasil hidrolisis tepung glukomanan Pemisahan serat dan glukomanan dengan sentrifugasi 7 Ekstraksi glukomanan dengan etanol 95% 8 Pemisahan endapan glukomanan dengan hidrolisat Pengeringan endapan glukomanan 9 Tepung glukomanan (endapan glukomanan setelah digiling) 10 42

Lampiran 3. Hasil analisis sidik ragam (Anova) dan uji Duncan 1. Nilai DE Analisis ragam (Anova) nilai DE hidrolisat pati pada tepung glukomanan Sumber Keragaman db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung F tabel Waktu 2 512.839 256.420 3.926* 9.552 Galat 3 195.939 65.313 Total 5 708.779 Keterangan : * : Tidak berbeda nyata dengan uji statistik pada α = 5% 2. Rendemen Analisis ragam (Anova) rendemen tepung glukomanan Sumber Keragaman db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung F tabel Waktu 2 3.810 1.905 0.018* 9.552 Galat 3 315.246 105.082 Total 5 319.055 Keterangan : * : Tidak berbeda nyata dengan uji statistik pada α = 5% 3. Kadar glukomanan Analisis ragam (Anova) kadar glukomanan tepung glukomanan Sumber Keragaman db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung F tabel Waktu 2 81.439 40.719 0.770* 9.552 Galat 3 158.704 52.901 Total 5 240.142 Keterangan : * : Tidak berbeda nyata dengan uji statistik pada α = 5% 4. Viskositas Analisis ragam (Anova) viskositas tepung glukomanan Sumber Keragaman Db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung F tabel Waktu 2 886.750 443.375 16.147* 9.552 Galat 3 82.375 27.458 Total 5 969.125 Keterangan : * : Berbeda nyata dengan uji statistik pada α = 5% 43

Hasil uji lanjut metode Duncan viskositas tepung glukomanan Perlakuan rataan 0.05 A2 45.250 A A1 31.500 AB AB A3 15.500 B Keterangan : kode yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata kode yang berbeda menunjukkan perlakuan berbeda nyata 5. Derajat putih Analisis ragam (Anova) derajat putih tepung glukomanan Sumber Keragaman db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung F tabel Waktu 2 3.915 1.958 0.750* 9.552 Galat 3 7.827 2.609 Total 5 11.742 Keterangan : * : Tidak berbeda nyata dengan uji statistik pada α = 5% 44