UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR GERAK PASSING PERMAINAN SEPAKBOLA MELALUI PENERAPAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS V SDN KEMBANGAN UTARA 08 PETANG JAKARTA BARAT TATANG ISKANDAR Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Universitas Islam 45 Bekasi Papapt42nk@gmail.com Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah modifikasi alat dapat meningkatkan hasil belajar menendang dengan kaki bagian dalam pada materi sepakbola. Manfaat penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran para pendidik tentang penggunaan pendekatan yang sesuai dalam kegiatan proses belajar mengajar, sehingga dapat meningkatkan kualitas hasil pembelajaran. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dan dilaksanakan dua siklus, setiap siklus dimulai dengan perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah kelas V SDN Kembangan Utara 08 Petang Jakarta Barat yang berjumlah 17 orang. Data dikumpulkan dari hasil observasi dan hasil tes belajar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa, terbukti pada siklus satu yang tuntas belajar mencapai 11 siswa atau 65% dengan nilai rata-rata 75. Pada siklus dua mencapai 15 siswa atau 88 % dengan nilai rata-rata 80. Selain itu, dengan modifikasi alat dapat meningkatkan keaktifan siswa pada pembelajaran menendang dengan kaki bagian dalam materi sepakbola. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa modifikasi alat dengan menggunakan alat yang sederhana efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran menendang dengan kaki bagian dalam materi sepakbola pada siswa kelas V SDN Kembangan Utara08 Petang Jakarta Barat. Kepada rekan-rekan seprofesi untuk dapat menerapkan hasil penelitian ini secara berkesinambungan dan kepada guru Pendidikan Jasmani dan Kesehatan agar dapat menerapkan metode permainan ini sebagai alternative dalam proses pembelajaran sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa di sekolah. Kata Kunci : Peningkatan Hasil Belajar Menendang dengan kaki bagian dalam, modifikasi alat. PENDAHULUAN Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui aktivitas jasmani yang dijadikan sebagai media untuk mencapai perkembangan individu secara menyeluruh menurut Adang Suherman( 2000:1). Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Dalam menentukan strategi pembelajaran yang tepat, guru perlu mempertimbangkan karakteristik siswa dan bahan atau materi yang dipelajari sehingga menciptakan pembelajaran yang membuat siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran serta dapat mencapai hasil belajar yang optimal. Bila dalam proses pembelajaran siswa penuh perhatian terhadap bahan yang dipelajari, maka hasil belajar akan meningkat. Sebab dengan minat dan perhatian, akan ada konsentrasi, sehingga hasil belajar akan lebih optimal dan tidak lekas lupa. Berdasarkan hasil observasi teradap proses pembelajaran penjas yang penulis lakukan dengan Bapak Arie Setianto salah satu guru pendidikan jasmani di SDN Kembangan Utara 08 Petang Jakarta Barat, diperoleh keterangan bahwa tingkat
penguasaan siswa terhadap materi passing dalam permainan sepakbola masih rendah. Besar jumlah rata-rata dan nilai siswa yang mendapat nilai dibawah KKM menjadi bukti kongkrit bahwa hasil belajar siswa-siswi kelas V A belum mencapai hasil ketuntasan belajar siswa yang telah ditentukan. Ini menunjukkan proses pembelajaran yang belum melibatkan siswa secara aktif, guru masih menjadi pusat pembelajaran, kurangnya model pembelajaran, gaya mengajar serta pemodifikasian dan media pembelajaran yang masih kurang untuk mencapai tujuan pendidikan. Kurangnya keterlibatan siswa dalam mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani yang mengakibatkan hasil belajar menjadi kurang, perlu dilakukan suatu tindakan yang mampu meningkatkan partisipasi siswa sehingga tujuan dari pembelajaran dapat dicapai. Hakikat Belajar Slameto dalam Kurnia (2007: 2), mendefinisikan belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Gagne dan Berliner dalam Achmad Rifa i RC, dkk (2009:82), belajar merupakan proses di mana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman. Lebih lanjut Gagne menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan disposisi kecakapan manusia yang berlangsung dalam periode waktu tertentu dan perubahan perilaku itu tidak berasal dari proses pertumbuhan. Slavin dalam Rifa i (2009: 82) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman. Dari pengertian-pengertian belajar tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman dalam interaksi dengan lingkungannya, dan perubahan perilaku tersebut tidak berasal dari proses pertumbuhan. Dengan kata lain, belajar adalah suatu kegiatan atau aktivitas yang engaja dilakukan oleh individu agar terjadi perubahan kemampuan diri, sebagai hasil hasil pengalaman individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Dengan belajar, siswa yang tadinya tidak tahu menjadi tahu, tidak mampu melakukan sesuatu menjadi mampu melakukan sesuatu, atau yang tidak terampil menjadi terampil. Menurut Chatarina Tri Anni dkk (2007 : 5) Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Hasil belajar merupakan faktor yang sangat penting, karena hasil belajar mencerminkan kemampuan siswa dalam mempelajari suatu mata pelajaran. Bentuk dari hasil belajar biasanya ditunjukkan dengan nilai yang diberikan guru. Menurut Rifa i (2009: 85), bahwa belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah mengalami kegiatan belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut bergantung pada apa yang dipelajari oleh siswa. Oleh karena itu, apabila siswa mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep. ` Dari pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku siswa dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti yang diukur menggunakan teknik penilaian tertentu setelah mengalami kegiatan belajar. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan patokan, ukuran, atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan. Permainan Sepakbola Menurut Sunjata dan Teguh (2010 : 04) Sepak bola merupakan permainan beregu. Jika ingin memenangkan suatu pertandingan setiap
pemain harus bisa melakukan koordinasi dan kombinasi teknik-teknikdasar menendang, menghentikan, menggiring, mengumpan, menyundul sesuai dengan ruang gerak kebutuhannya. Menurut Sodikin dan Achmad (2010 : 02) bahwa sepak bola merupakan permainan yang dilakukan oleh dua regu/tim. Setiap tim terdiri atas 11 pemain. Permainan sepak bola membutuhkan kerja sama tim yang kompak. Di samping itu, variasi dan kombinasi teknik-teknik dasar juga diperlukan dalam permainan ini. Berdasarkan hakikat permainan sepak bola yang dikemukakan oleh para ahli diatas, maka peneliti bisa memberikan kesimpulan yang dimana permainan sepak bola yaitu suatu permainan yang dimainkan oleh dua tim yang saling bertanding dengan menggunakan satu bola yang nantinya akan diperebutkan oleh kedua tim tersebut untuk saling memasukkan bola kegawang lawan mereka. Menurut Rohim (2008 : 7) teknikteknik dasar permainan sepakbola yaitu : (a) menendang bola (passing), (b) menghentikan bola (mengontrol), (c) menggiring bola (dribbling), Menyundul bola (heading), (e) melempar bola (throw in). Pengertian Passing Seorang pemain sepakbola harus mengusai teknik dasar mengoper atau mengumpan bola yang sering dikenal dengan istilah passing. Robert Koger (2007 : 15) menyatakan mengoper berarti memindahkan bola dari anda ke pemain yang lain, dengan cara menendangnya. Menurut Danny Mielke (2007 : 19), menyatakan passing adalah seni memindahkan momentum bola dari satu pemain ke pemain lain. Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa passing adalah mengumpan atau mengoper bola ke teman. Passing yang tepat akan memudahkan rekan kita untuk menerima bola tersebut. Maka sebaliknya apabila passing yang dilakukan dengan asal-asalan akan memudahkan pihak lawan untuk merebut dan menguasai bola. Alat Bantu Pembelajaran Alat bantu merupakan alat-alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan materi pembelajaran. Alat bantu ini lebih sering disebut alat peraga karena berfungsi untuk membantu dan mempraktekkan sesuatu dalam proses pendidikan pengajaran. Manfaat alat bantu pembelajaran menurut Soekidjo (2003) dalam Agus Kristiyanto (2010:129) secara terperinci manfaat alat peraga antara lain sebagai berikut: (1) Menimbulkan minat sasaran pendidikan, (2) Mencapai sasaran yang lebih banyak, (3)Membantu mengatasi hambatan bahas, (4) Merangsang sasaran pendidikan untuk melaksanakan pesanpesan kesehatan, (5) Membantu sasaran pendidikan untuk belajar lebih banyak dan cepat, (6) Merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan pesanpesan yang diterima kepada orang lain, (7) Mempermudah penyampaian bahan pendidikan/informasi oleh para pendidik pelaku pendidikan (8) Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran pendidikan. Karakteristik Anak Sekolah Dasar Anak yang duduk di Sekolah Dasar adalah anak yang berada pada rentang usia dini. Masa usia dini ini merupakan masa yang pendek akan tetapi memiliki masa yang sangat penting dalam kehidupan. Oleh karena itu, pada masa ini selururh potensi yang dimiliki anak perlu didorong sehingga akan berkembang secara optimal. Karakteristik anak pada kelas satu, dua dan tiga SD biasanya pertumbuhan fisiknya telah mencapai kematangan, mereka telah mampu mengontrol tubuh dan keseimbangannya. Menurut Hamalik (2002 : 144) perkembangan emosi anak usia 6-8 tahun antara lain anak telah dapat mengekspresikan reaksi terhadap orang
lain, telah dapat mengontrol emosi, sudah mampu berpisah dengan orang tua dan telah memulai belajar tentang benar dan salah. Untuk perkembangan kecerdasan anak Sekolah Dasar ditunjukkan dengan kemampuannya dalam melakukan seriasi, mengelompokan obyek, berminat terhadap angka dan tulisan, meningkatkan perbendaharaan kata, senang bicara, memahami sebab akibat dan berkembanganya pemahaman terhadap ruang dan waktu. Metode Penelitian Menurut Arikunto (2016 : 106) Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penilaiannya. Tujuan peneliti dalam mengumpulkan data menyimpulkan hasil pemecahan masalah melalui cara-cara tertentu sesuai dengan prosedur penelitian. Metode penelitian yang dipergunakan peneliti adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menerapkan mengajar denganmenggunakan metode pendekatan bermain. Menurut Muslikah (2010:32) PTK adalah: Suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan meningkatkan praktek praktek di kelas secara profesional. Subjek PTK ini adalah peserta didik kelas V SDN Kembangan Utara 08 Petang Jakarta Barat yang berjumlah 17 siswa terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 7 siswa perempuan. Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini dilangsungkan.. Penelitian siklus I dilaksankan pada hari senin tanggal 30 januari dan 6 Februari dan siklus II pada tanggal 13 dan 20 Februari 2017. Penelitian ini bertempat di SDN Kembangan Utara 08 Petang Jakarta Barat. Desain penelitian yang digunakan adalah model dari Kemmis dan Mc. Taggart berupa satu siklus atau putaran kegiatan yang meliputi tahap-tahap rancangan pada setiap putarannya yaitu : (1) Perencanaan (plan), (2) Tindakan (action), (3) Pengamatan (observe), (4) Refleksi (reflect), dan akan diadakan revisi perencanaan pada siklus ulang jika masih diperlukan. (Sukardi 2012:8). Dalam instrument penelitian ini peneliti menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK) sebagai berikut: 1. Menyusun rancangan tindakan (planning/perencanaan), dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan akan dilakukan. Penelitian tindakan yang ideal sebetulnya dilakukan secara berpasangan antara pihak yang melakukan tindakan dan pihak yang mengamati proses yang dijalankan. 2. Pelaksanaan Tindakan (acting), tahap ini merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas. 3. Pengamatan (observasing), yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat. Dalam tahap ini, pelaksanaan mencatat sedikit demi sdikit apa yang terjadi agar memperoleh data yang akurat untuk perbaikan siklus berikutnya. 4. Refleksi (reflecting), merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Dalam tahap ini, guru berusaha untuk menemukan hal-hal yang sudah dirasakan memuaskan hati karena sudah sesuai dengan rancangan dan secara cermat mengenali hal-hal yang masih perlu diperbaiki. Semua data yang telah dikumpulkan dicek kelengkapan dan disensor mana yang digunakan, mana yang tidak, data disajikan dan dianalisis untuk melakukan verivikasi data yang dibutuhkan.selanjut dianalisis dengan prosedur seperti dibawah ini. HASIL ANALISIS DATA Berdasarkan hasil deksripsi rekapitulasi data awal sebelum diberikan tindakan maka dapat dijelaskan bahwa
sebagian besar siswa belum menunjukan hasil belajar yang baik dimana persentasi ke tuntasan hanya 53 % atau 9 orang dan siswa yang belum tuntas ada 47% atau 8 siswa dengan batas nilai ketuntasan 75. Kegiatan Setiap Siklus Kegiatan Awal, pengodisian kelas dari berdoa sampai pengabsenan. Tanya jawab dilakukan guru untuk mengetahui pengetahuan awal siswa. Selanjutnya guru menyampaikan pokok materi yang di pelajari dan menginformasikan kompetensi dasar serta tujuan pembelajaran yang ingin dicapai siswa dalam pembelajaran. Kemudian anak disuruh ke lapangan untuk melakukan pemanasan. Kegiatan Inti Siklus I, Pertemuan ke 1 menendang(passing) secara berhadapan. siswa membentuk 4 barisan (kelompok) berbanjar putera dan puteri dicampur dengan jumlah personil sama yaitu 4 siswa, setiap kelompok berhadapan dengan jarak antar kelompok 3 meter. Guru memberikan contoh, gerakan passing yang benar dengan melewati rintangan couns(corong), selajutnya secara bergantian yang sudah melakukan start tersebut langsung berlari kebelakang dan dilakukan secara berurutan untuk siswa berikutnya. Setelah 10 kali pengulangan jarak antar kelompok ditambah 1 meter. Pertemuan ke 2, menendang(passing) secara berhadapan. siswa membentuk 4 barisan (kelompok) berbanjar putera dan puteri dicampur dengan jumlah personil sama yaitu 4 siswa, setiap kelompok berhadapan dengan jarak antar kelompok 3 meter. Guru memberikan contoh, gerakan passing yang benar dengan melewati rintangan tali rapiah, bola tidak boleh keluar dari jalur yang sudah dibatasi dengan tali rapiah. selajutnya secara bergantian yang sudah melakukan start tersebut langsung berlari kebelakang dan dilakukan secara berurutan untuk siswa berikutnya. Setelah 10 kali pengulangan jarak antar kelompok ditambah 1 meter. Kegiatan Inti Siklus II, pertemuan ke 1, guru memberikan contoh menendang(passing) ke gawang yang berada di depan, samping kanan, belakang dan samping kiri. Selanjutnya siswa mempraktekan secara bergantian. Pertemuan ke 2, menendang (passing) dengan sasaran kaleng bekas, apabila kalengnya kena dan sampai posisinya kebalik maka siswa tersebut dianggap berhasi. Deri setiap pertemuan kelompok yang paling jarang melenceng/tidak menemui sasaran dia yang menang. Kelompok yang paling melenceng/tidak menemui sasaran pada saat menendang disebut kelompok yang kalah. Kelompok yang menang mendapatkan penghargaan dan kelompok yang kalah mendapatkan hukuman yaitu melakukan lompat dengan dua kaki sebanyak lima kali. Kegiatan Akhir/penutup,Guru memberikan gerakan pendinginan (colling down) berupa gerakan-gerakan ringan yaitu : anak-anak membentuk 3 barisan dengan jarak satu lengan, putera dan puteri dipisah, kemudian kedua tangan memegang bahu teman di depannya dan melakukan pemijatan pelan-pelan, kemudian balik kanan melakukan hal yang sama, gerakan berikutnya memukul dengan jari rapat ke bahu sampai ke punggung dengan pukulan pelan-pelan, kemudian balik kanan melakukan hal yang sama. Kemudian anak-anak duduk dengan santai mendengarkan arahan guru. Tabel 1 Perbandingan Hasil Tindakan Antar Siklus Perbandingan hasil belajar Aspek perbandingan Nilai ratarata Nilai Tertinggi Nilai Terendah Jumlah Siswa Tuntas Jumlah Siswa Tidak Tuntas Pra siklus Siklus 1 Siklus 2 69 75 80 81 85 92 46 62 71 9 11 15 8 6 2
Berdasarkan tabel data diatas hasil belajar sepakbola siswa kelas V SDN Kembangan Utara 08 Petang Jakarta Barat secara umum dapat dikatakan baik, karena jumlah persentase ketuntasan hasil belajar passing pada siklus I adalah 65% dengan 11 siswa, dan siswa yang belum tuntas hasil belajarnya berjumlah 6 siswa atau 35% karena belum mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 75. Sedangkan pada siklus II jumlah persentase ketuntasan hasil belajar lari cepat mengalami peningkatan yang signifikan yaitu adalah 88% dengan 15 siswa dan siswa yang belum tuntas hanya 2 siswa atau 12 % saja. Jadi antara siklus I dan siklus II terjadi peningkatan sebesar 47% setelah diberi perlakuan berupa penerapan metode selama 2 siklus atau 4 kali pertemuan. SIMPULAN Metode pembelajaran dengan alat bantu dalam pembelajaran passing pada siswa kelas V SDN Kembangan Utara 08 Petang Jakarta Barat mempunyai peningkatan hasil belajar yang signifikan yaitu persentase ketuntasan hasil belajar passing pada siklus I adalah 65% dan untuk siklus II sebesar 88% yang artinya dengan penerapan alat bantu dapat meningkatkan hasil belajar passing. Selain itu, dapat bermanfaat dan menimbulkan suasana pembelajaran yang lebih baik, karena siswa merasa termotivasi dan gembira dalam menerima dan mengikuti pembelajaran passing dalam materi sepakbola.
DAFTAR PUSTAKA Abdul, Rohim. (2008). Bermain Speak Bola. Semarang : CV. Aneka Ilmu. Agus Kristiyanto. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Surakarta: UNS press Arikunto (2016). Prosedur Penelitian Pendekatan Praktik. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Hamalik, Oemar. (2002). Psikologi Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Al Gensindo. Kurnia, Inggridwati. dkk. (2007), Perkembangan belajar peserta didik. Jakarta : Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Robert Koger. (2007). Latihan Dasar Andal Sepakbola Remaja. Klaten : Saka Mitra Kompetisi, Sunjata Wisahati, Aan dan Teguh Santoso. (2010). Pendidikan jasmani Olahraga dan Kesehatan. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional.