17 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pemberian Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Jumlah Tandan Pemberian bahan humat dengan carrier zeolit tidak berpengaruh nyata meningkatkan jumlah tandan yang dihasilkan oleh kelapa sawit (Tabel Lampiran 2), dan pada Tabel 2 juga tidak terlihat adanya suatu trend yang diakibatkan oleh pemberian bahan humat dengan carrier zeolit. Jumlah tandan paling rendah dihasilkan oleh tanaman yang diberi perlakuan H2Z1 dengan jumlah tandan 61 buah, sedangkan jumlah tandan paling tinggi dihasilkan dari tanaman yang diberi perlakuan H0Z2 yaitu 100 buah. Banyaknya tandan yang dipanen setiap minggu antara 30 50 tandan dari 10 pohon yang digunakan sebagai sampel (Tabel Lampiran 7). Banyaknya tandan yang dihasilkan ini bervariasi setiap panen, dikarenakan matang atau tidaknya tandan tersebut (Gambar Lampiran 1 dan 2). Parameter yang digunakan dalam menentukan kriteria matang panen adalah perubahan warna dan membrodolnya buah dari tandan. Proses perubahan warna yang terjadi pada tandan adalah dari hijau ke kehitaman kemudian berubah menjadi merah mengkilat atau orange (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2006). Jumlah tandan yang didapatkan dalam penelitian ini baik yang diberi perlakuan ataupun tidak, masih dibawah jumlah tandan maksimum yang dapat dihasilkan oleh kelapa sawit (Tabel 2). Pada umumnya jumlah maksimum tandan tersebut sama dengan jumlah pelepah, walaupun tidak setiap pelepah menghasilkan buah. Tanaman kelapa sawit menghasilkan 2 pelepah perbulan (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 1997). Dengan demikian dalam 6 bulan kelapa sawit berpotensi menghasilkan 12 tandan atau setara dengan 24 tandan/tahun. Hal tersebut tergantung dari faktor-faktor yang mempengaruhi, diantaranya nutrisi dalam tanah, iklim, dan manajemen pemeliharaan. Apabila nutrisi yang tersedia dalam tanah memadai dan iklim dari areal perkebunan baik, serta ditunjang dengan menejemen yang baik maka memungkinkan kelapa sawit menghasilkan jumlah tandan yang optimum.
1 Tabel 2. Jumlah Tandan yang Dihasilkan Setiap Panen Perlakuan Panen ke- Jumlah Tandan (buah/9 pohon) 1 2 3 4 5 6 7 9 10 11 12 13 14 15 16 17 1 19 20 21 22 H0Z0 0 2 5 4 1 4 2 4 1 3 4 4 3 4 5 4 4 9 6 4 1 1 75 H0Z1 1 3 3 2 2 3 4 4 2 7 5 7 3 2 6 3 2 5 5 3 2 2 H0Z2 0 2 6 6 3 7 6 5 7 5 6 5 3 5 2 1 5 4 3 3 100 H1Z0 0 2 1 1 1 5 3 4 5 5 6 3 3 4 4 4 4 3 4 5 3 4 74 H1Z1 0 1 2 1 1 4 3 3 1 4 3 4 4 5 4 2 4 3 4 7 6 5 71 H1Z2 2 3 5 0 3 5 4 1 1 5 6 2 3 4 4 3 4 4 4 4 5 4 76 H2Z0 1 1 0 1 0 0 5 5 6 7 6 6 3 5 4 3 5 3 2 3 3 5 74 H2Z1 0 4 1 1 1 0 2 2 2 3 5 3 3 6 2 1 5 4 2 4 3 7 61 H2Z2 0 5 3 6 5 4 4 5 3 2 5 1 2 6 2 4 7 6 3 7 5 4 9 H3Z0 1 1 3 3 4 3 6 2 5 4 5 4 1 4 0 0 6 2 0 2 4 6 H3Z1 0 0 2 1 1 1 5 4 6 4 6 4 2 4 6 2 2 2 4 4 4 3 67 H3Z2 0 2 2 3 5 1 4 5 2 3 2 4 3 6 1 2 1 4 3 6 3 4 66 Ket: H0: 0 liter bahan humat/ ha; H1: 5 liter/ha; H2: 10 liter/ha; H3: 15 liter/ha; Z0: 0 kg zeolit/liter bahan humat; Z1: 10 kg zeolit/liter bahan humat; Z2: 20 kg zeolit/liter bahan humat 1 ha : 130 pohon Penelitian dilakukan selama 6 bulan Panen dilakukan setiap seminggu sekali Rata-rata Tandan/ Pohon 9 11 7 10 7 7
19 4.2 Pengaruh Pemberian Bahan humat dengan Carrier Zeolit terhadap Bobot Tandan Parameter kedua yang diamati dalam perlakuan ini adalah bobot tandan kelapa sawit. Pemberian bahan humat dengan carrier zeolit juga tidak memberikan pengaruh yang cukup nyata terhadap bobot tandan (Tabel Lampiran 4), namun pada Table 3 dapat dilihat bahwa bobot tandan pada tanaman yang diberi perlakuan terlihat menunjukkan kecenderungan peningkatan, terutama pada tanaman yang diberi perlakuan H2. Pada perlakuan H2Z2, bobot tandan tanaman mencapai nilai tertinggi, sebesar 977.5 kg/9 pohon atau setara dengan tandan buah segar (TBS) 32.0 ton/ha/tahun. Nilai ini mengalami rata-rata peningkatan sebesar 30% dibandingkan dengan kontrol (Tabel 4). Pemberian bahan humat dengan carrier zeolit juga tidak berpengaruh nyata terhadap rata-rata bobot tandan (RBT), namun berdasarkan Tabel 4, pemberian bahan humat dengan carrier zeolit cenderung meningkatkan rata-rata bobot tandan (RBT). Pola fluktuasi rata-rata bobot tandan tidak sama dengan pola fluktuasi tandan buah segar (Gambar 6). Rata-rata bobot tandan adalah nilai bobot tandan dibagi dengan jumlah tandan. Perlakuan H1 dan H2 memberikan rata-rata bobot tandan yang sama yaitu 11. kg sedangkan perlakuan H0 menghasilkan tanaman dengan nilai RBT paling rendah yaitu 9.6 kg. Gambar 6. Hubungan Antara Pemberian Perlakuan dengan Rata-rata Bobot Tandan (RBT) dan Tandan Buah Segar (TBS)
20 Tabel 3. Bobot Tandan yang Dihasilkan Setiap Panen Perlakuan Panen ke- 1 2 3 4 5 6 7 9 10 11 12 13 14 15 16 17 1 19 20 21 22 Ket: H0: 0 liter bahan humat/ ha; H1: 5 liter/ha; H2: 10 liter/ha; H3: 15 liter/ha; Z0: 0 kg zeolit/liter bahan humat; Z1: 10 kg zeolit/liter bahan humat; Z2: 20 kg zeolit/liter bahan humat 1 ha : 130 pohon Penelitian dilakukan selama 6 bulan Panen dilakukan setiap seminggu sekali Bobot Tandan (kg/(pohon) H0Z0 0.0 17.5 32.5 46.0 10.50 44.0 21.0 30.5 9.5 25.0 51.5 41.5 33.0 47.5 59.0 33.5 3.0 6.0 55.0 41.5 13.0 15.0 751.0 H0Z1 12.5 32.0 30.0 17.5 25.50 34.5 39.0 40.5 20.0 57.0 51.5 71.0 25.5 21.0 62.0 76.5 32.0 24.5 43.0 56.0 21.5 19.5 12.5 HOZ2 0.0 16.0 52.5 5.0 33.00 63.0 51.0 70.5 49.0 70.0 73.5 55.5 55.5 37.0 31.0 40.0 17.0 13.5 35.5 32.0 22.0 22.0 97.5 H1Z0 0.0 29.5 13.0 16.0 16.00 49.5 51.0 5.5 43.0 52.0 63.0 29.5 35.5 49.0 49.0 41.0 4.5 27.5 5.5 7.0 29.0 44.0 1.0 H1Z1 0.0 12.5 10.5 9.0 11.50 54.0 20.0 27.0 10.5 33.5 23.5 43.5 67.5 65.0 54.0 23.5 52.0 33.5 47.0 97.0 77.0 54.5 26.5 H1Z2 26.2 29.0 53.5 0.0 41.00 55.0 53.0 11.0 11.5 4.0 72.0 27.5 43.5 51.0 52.0 4.0 46.0 44.5 34.5 46.0 71.0 45.0 909.2 H2Z0 12.0 15.0 0.0 14.5 0.00 0.0 56.0 50.0 70.5 91.5 79.5 7.5 35.5 67.5 5.0 41.5 66.5 34.5 21.5 36.0 37.0 4.5 914.0 H2Z1 0.0 56.0 12.5 1.5 10.00 0.0 24.0 26.5 23.0 33.5 64.0 23.0 39.0 7.0 31.0 15.0 6.0 45.0 14.0 55.0 36.0 5.0 730.0 H2Z2 0.0 41.5 33.0 53.0 52.00 44.0 47.0 54.5 30.0 26.0 5.5 9.5 1.5 76.0 22.0 57.0 3.0 54.5 27.0 71.0 71.0 4.5 977.5 H3Z0 14.0 12.5 31.5 31.0 40.50 23.5 55.5 21.5 46.5 44.5 52.5 41.0 10.5 37.0 0.0 0.0 56.0 24.5 0.0 19.0 71.5 47.0 60.0 H3Z1 0.0 0.0 1.5 13.5 7.50 17.5 56.0 37.5 77.5 49.0 67.5 52.0 25.5 41.0 64.0 17.5 20.5 22.5 53.0 43.0 44.5 36.0 764.0 H3Z2 0.0 32.5 20.0 30.5 57.00 13.0 42.5 53.5 20.0 33.0 2.0 43.5 41.0 74.5 12.0 23.5 12.5 43.0 24.0 69.0 41.5 55.0 769.5
21 Tabel 4. Pengaruh Pemberian Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Jumlah Tandan, Bobot Tandan, Rata-rata Bobot Tandan, dan Potensial Tandan Buah Segar Kelapa Sawit Perlakuan Jumlah Tandan (Buah/9 pohon) Bobot Tandan (kg/9 pohon) Rata-rata Bobot Tandan (kg) Potensial Tandan Buah Segar (ton/ha/tahun) Presentase Peningkatan TBS (%) H0Z0 75a 751.0a 10.0a 24.6 100 H0Z1 2a 12.5a 9.9a 26.6 10 H0Z2 100a 97.5a 9.0a 29.4 120 H1Z0 74a 1.0a 11.9a 2. 117 H1Z1 71a 26.5a 11.6a 27.0 110 H1Z2 76a 909.2a 12.0a 29. 121 H2Z0 74a 914.0a 12.4a 29.9 122 H2Z1 61a 730.0a 12.0a 23.9 97 H2Z2 9a 977.5a 11.0a 32.0 130 H3Z0 6a 60.0a 10.0a 22.3 91 H3Z1 67a 764.0a 11.4a 25.0 102 H3Z2 66a 769.5a 11.7a 25.2 102 Rata-rata H0 6 20.3 9.6 26. 109 Rata-rata H1 74 72.2 11. 2.5 116 Rata-rata H2 75 73. 11. 2.6 116 Rata-rata H3 67 737. 11.0 24.1 9 Ket: - H0: 0 liter bahan humat/ ha; H1: 5 liter/ha; H2: 10 liter/ha; H3: 15 liter/ha; Z0: 0 kg zeolit/liter bahan humat; Z1: 10 kg zeolit/liter bahan humat; Z2: 20 kg zeolit/liter bahan humat Angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji sidik ragam α 5% Arisinda (2011) melakukan penelitian mengenai pemupukan dan bahan humat terhadap kelapa sawit yang terdiri dari lima perlakuan yaitu : P1 merupakan pemupukan standard PPKS (kontrol), P2 merupakan 50% dosis pemupukan standard PPKS dan bahan humat 100 ml/pohon, P3 merupakan pemupukan berdasarkan hasil analisa tanah laboratorium IPB dan bahan humat 100 ml/pohon, P4 merupakan pemupukan berdasarkan hasil analisa tanah laboratorium IPB, bahan humat 50 ml/pohon, dan plant catalyst 2006 dengan dosis 50 gr/pohon, dan P5 merupakan 50% dosis pemupukan berdasarkan hasil analisa tanah laboratorium IPB dan bahan humat 100 ml/pohon. Rekomendasi dosis pemupukan tersebut diformulasikan berdasarkan beberapa faktor seperti produksi TBS, umur tanaman, status nutrisi tanaman (analisis daun dan observasi lapangan), sejarah pemupukan, kesuburan tanah, data curah hujan, dan hasil
22 percobaan pupuk. Faktor-faktor tersebut harus dianalisis dengan cermat untuk menjamin produksi TBS maksimal (Pahan, 200). Hasil penelitian Arisinda (2011) menunjukkan bahwa perlakuan yang paling banyak berpengaruh pada faktor produksi di Kebun Rimbo Satu dan Kebun Rimbo Dua adalah perlakuan P5, dengan peningkatan peresentase tandan buah segar per blok sampel antara 3.0-150.2% untuk Kebun Rimbo Satu dan 94.7-150.53% untuk Kebun Rimbo Dua. Sedangkan perlakuan yang paling banyak berpengaruh pada faktor produksi di Kebun Batanghari adalah perlakuan P3 dengan peningkatan persentase antara 1.03-13.92% per blok sampel. Hasil dari keseluruhan kebun menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi pupuk dan bahan humat memiliki pengaruh yang berbeda-beda pada setiap blok, bergantung pada kondisi lokasi tanam dan umur kelapa sawit. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Mangoensoekarjo dan Tojib (2005) bahwa pemupukan pada tanaman kelapa sawit tidak mengikuti formula pemupukan yang umum. Jenis tanah, tingkat kesuburan dan faktor iklim bervariasi antar lokasi tanaman yang satu dengan yang lain, sehingga formula pupuknya akan berbeda-beda dan bersifat spesifik untuk tiap lokasi. Di samping itu potensi genetik, umur tanaman dan cara kultur teknik yang diterapkan juga turut mempengaruhi jenis dan dosis pupuk untuk suatu periode tertentu. Produktivitas tanaman dipengaruhi umur tanaman. Tanaman tua berumur lebih dari 15 tahun memiliki tandan yang lebih berat dibandingkan dengan tanaman yang muda. Di atas 10 tahun berat tandan rata-rata sama untuk setiap tahun. Aplikasi pupuk di lapangan harus dijamin tepat dosis. Semua pupuk harus diaplikasi dengan menggunakan takaran yang telah dibakukan. Setiap pohon harus mendapatkan pupuk sesuai dosis yang direkomendasikan agar pertumbuhan kelapa sawit baik dan seragam (Pahan, 200). Tanaman kelapa sawit adalah tanaman perkebunan yang sangat toleran terhadap kondisi lingkungan yang kurang baik. Namun, untuk menghasilkan pertumbuhan yang sehat dan jagur serta menghasilkan produksi yang tinggi dibutuhkan kondisi lingkungan tertentu. Menurut Hoffer dan Krants (1941), produksi erat hubungannya dengan keberadaan unsur hara yang tersedia. Kemampuan tanaman untuk mengabsorbsi unsur hara sangat ditentukan oleh faktor iklim dan faktor edafik. Hal yang sama juga disampaikan Geus (1967) yang
23 menyatakan bahwa, produksi ditentukan oleh 3 faktor, yaitu potensi tanaman itu sendiri yang bersifat genetis, iklim dan tanah, dan pemupukan yang tepat. Sehubungan dengan itu tanaman akan memberikan respon yang berbeda sebagai akibat dari perbedaan lingkungan, walaupun tingkat kesuburan tanah dan potensi genetik yang sama. Sudah lama diketahui bahwa bahwa kekurangan suatu unsur hara akan menekan perkembangan dan pertumbuhan salah satu atau beberapa organ tanaman. Secara genetis bibit kelapa sawit yang digunakan dalam penelitian ini seragam, yaitu dari jenis Avros. Avros, memiliki potensi produksi TBS 30 ton perhektar pertahun dan minyak 7. ton perhektar pertahun. (Anonim, 2011). TBS yang dihasilkan pada blok ini dapat dilihat pada Tabel Lampiran 6. Tabel 6. Curah Hujan Lokasi Penelitian (mm) Bulan Tahun 2004 2005 2006 2007 200 2009 2010 2011 Januari 231 413 545 324 194 364 760 12 Februari 301 397 315 361 375 272 494 109 Maret 229 341 203 195 409 243 37 130 April 495 235 206 340 371 325 142 24 Mei 249 30 229 145 220 549 33 91 Juni 111 766 164 191 104 37 227 36 Juli 133 137 95 75 214 90 15 - Agustus 106 154 14 290 195 70 196 - September 391 225 23 96 130 202 345 - Oktober 27 330 122 13 409 740 246 - Nopember 449 79 303 315 390 790 339 - Desember 492 317 530 437 227 530 120 - TOTAL 3465 3702 2919 2952 323 4562 3743 - Sumber: PT. Perkebunan Nusantara VIII Data belum diperoleh Kemampuan tanaman menyerap hara dipengaruhi juga oleh kondisi iklim. Semakin banyak air yang tersedia, maka semakin cepat masa panennya serta semakin tinggi nilai RBT-nya (Anonim,2007). Lokasi penelitian yang terletak di Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor berada dalam satu wilayah zona iklim. Tingginya curah hujan di lokasi penelitian dengan kisaran curah hujan 2500-4000 mm, membuat suplai air untuk tanaman tercukupi (Tabel 6).
24 Bahan humat adalah amelioran tanah yang dapat meningkatkan kemampuan tanah dalam mengikat unsur hara antara tanah dengan pupuk yang digunakan (Anonym, 2009). Kandungan C-organik tanah setelah diberi perlakuan bahan humat dengan carrier zeolit menunjukkan peningkatan hasil yang cukup tinggi terutama pada dosis H2Z1 dan H3Z1 yaitu sebesar 4.02% dan 3.02% (Wijaya, 2011). Kandungan C-organik pada kedua dosis tadi tergolong tinggi berdasarkan kriteria Pusat Penelitian Tanah (193). Tingginya kandungan C- organik pada contoh tanah yang diberi perlakuan sangat mungkin dipengaruhi oleh tingginya kandungan bahan organik yang terdapat pada senyawa bahan humat yang digunakan. Menurut Tan (1994), bahan humat mempunyai kandungan C, N, dan S yang lebih tinggi dari bahan asalnya. (Wijaya, 2011). Selain karbon, pemberian bahan humat dengan carrier zeolit cenderung meningkatkan serapan hara terutama N, P, dan K oleh tanaman. Pada perlakuan H2Z2, kandungan N, P, dan K yang terdapat pada jaringan tanaman sebesar 0.9 %, 0.26 %, 1.75 % (Wijaya, 2011). Kadar nitrogen tanaman pada seluruh perlakuan tergolong rendah (Gambar 7). Hal tersebut dikemukakan oleh Von Uexkull (1992) dalam Pahan (200), kadar nitrogen tanaman kurang dari 2.3% tergolong rendah. Gambar 7. Grafik Kandungan Nitrogen pada Tanaman setelah Diberi Perlakuan Secara umum, perlakuan menghasilkan nilai fosfor yang relatif seragam dan tergolong tinggi menurut kriteria Von Uexkull (1992) dalam Pahan (200).
25 Kadar fosfor yang tinggi ini sangat dimungkinkan oleh tingginya ketersediaan fosfor di dalam tanah dan tingginya respon tanaman dalam menyerap unsur tersebut (Tabel 7). Fosfor berperan penting bagi pertumbuhan biji, dan banyak dijumpai di dalam buah dan biji. Selain itu jumlah fosfor yang cukup akan mempercepat pertumbuhan akar. Fosfor juga merupakan unsur yang sangat penting dalam proses transfer energi. Kekurangan fosfor jelas sekali menghambat pertumbuhan tanaman. Sama seperti nitrogen, fosfor juga merupakan unsur yang mobil di dalam tanaman. Peningkatan produksi kelapa sawit sangat mungkin dipengaruhi oleh kandungan fosfor tanaman yang tinggi dikarenakan fungsi dari fosfor dalam membantu proses pertumbuhan tanaman. Sedangkan kandungan unsur K pada tanaman tergolong sedang sampai tinggi berdasarkan kriteria kecukupan hara untuk tanaman kelapa sawit menurut Von Uexkull (1992) dalam Pahan (200). Kalium berperan dalam pembelahan sel, pembukaan stomata, fotosintesis (pembentukan karbohidrat), translokasi gula, reduksi nitrat dan selanjutnya sintesis protein dan dalam aktivitas enzim. Tabel 7. Pengaruh Pemberian Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Sifatsifat Kimia Tanah (Wijaya, 2011)* Perlakuan ph H 2 O C-organik Walkley&Bl ack N-Total Kjeldhal P tersedia Bray 1 N NH 4 OAc ph 7.0 Mg Ca K Na KTK (%) (%) ppm ------------------(me/100g)-------------- H0Z0 5.23 1.95 0.13 21.39 9.10 14.9 0.23 0.14 13.31 H0Z1 5.33 2.40 0.17 27.4 4.41 11.27 0.23 0.15 14.47 H0Z2 5.20 2.09 0.15 30.23 6.56 11.10 0.24 0.16 14.77 H1Z0 5.40 1.99 0.13 52.21.5 13.61 0.26 0.17 14.36 H1Z1 5.37 1.4 0.14 25.33 10.76 16.20 0.26 0.15 13.67 H1Z2 5.27 1.99 0.16 2.12 12.63 19.1 0.21 0.15 13.9 H2Z0 5.27 1.2 0.17 56.22.79 11.59 0.17 0.14 13.74 H2Z1 5.30 4.02 0.19 29.50 5.13.35 0.19 0.15 13.49 H2Z2 5.23 2.27 0.17 42.40 7.1 13.12 0.19 0.13 13.56 H3Z0 5.37 1.93 0.17 44.53 12.42 23.31 0.1 0.12 13.77 H3Z1 5.47 3.02 0.17 49.76 9.27 14.5 0.20 0.13 15.43 H3Z2 5.63 2.23 0.26 44. 15.9 25.71 0.22 0.17 1.72 Ket: * Belum dipublikasikan H0: 0 liter asam humat/ ha; H1: 5 liter/ha; H2: 10 liter/ha; H3: 15 liter/ha; Z0: 0 kg/liter asam humat; Z1: 10 kg/liter asam humat; Z2: 20 kg/liter asam humat Selain berperan penting dalam tanah, bahan humat juga mempunyai pengaruh yang sangat menguntungkan terhadap pertumbuhan tanaman. Bahan
26 humat dapat memperbaiki pertumbuhan tanaman melalui peranannya dalam mempercepat respirasi, meningkatkan permeabilitas sel, serta meningkatkan penyerapan air dan hara. Bahan humat dapat digunakan sebagai pupuk, bahan amelioran dan hormon perangsang pertumbuhan tanaman. Bahan humat juga berpengaruh langsung pada tanaman, diantaranya meningkatkan penyerapan air, mempercepat perkecambahan benih, merangsang pertumbuhan akar, mempercepat pemanjangan sel akar (Tan, 1992). Pada penelitian ini, zeolit digunakan sebagai carrier bahan humat. Pemberian zeolit tidak memberikan pengaruh nyata baik terhadap jumlah tandan, bobot tandan, dan rata-rata bobot tandan (RBT). Selain itu, interaksi yang dihasilkan antara zeolit dan humat juga tidak memberikan pengaruh yang nyata. Hal tersebut mungkin disebabkan karena dosis zeolit dan humat yang diberikan kurang banyak (Tabel 2, 3, dan 4). Walaupun zeolit yang ditambahkan sangat sedikit jumlahnya, penggunaan zeolit sebagai carrier meningkatkan bobot tandan tanaman kelapa sawit. Hal ini terlihat pada Tabel 4, dimana bobot tandan tanaman yang tidak diberi bahan humat (H0) persentase tandan buah segar dapat meningkat sebesar % dengan pemberian zeolit sebesar 10 kg zeolit/liter asam humat dan 20% dengan pemberian zeolit sebesar 20 kg zeolit/liter asam humat. Zeolit memiliki sifat adsorben, sifatnya yang adsorben dimungkinkan karena struktur zeolit yang berongga, sehingga zeolit mampu menyerap sejumlah besar molekul yang berukuran lebih kecil atau sesuai dengan ukuran rongganya. Kation-kation yang dapat dipertukarkan ataupun molekul air yang terdapat pada zeolit tidak terikat secara kuat dalam kerangka karena dapat dipertukarkan secara mudah dengan cara pencucian dengan larutan yang mengandung kation lain (Mumpton, 194). Dosis pemberian perlakuan bahan humat dengan carrier zeolit yang paling baik adalah pemberian bahan humat sebanyak 10 liter/ha dicampur dengan 20 kg zeolit per liter bahan humat sebagai carrier. Tanaman yang diberi perlakuan H2Z2 tandan buah segarnya meningkat sebesar 30% dibandingkan dengan kontrol. Hal tersebut dikarenakan bahan humat mampu meningkatkan kadar bahan organik dalam tanah, dan sifat adsorben zeolit sehingga dapat memegang bahan humat dan kemudian melepaskan kembali secara perlahan.