BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

dokumen-dokumen yang mirip
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG

KATA PENGANTAR DAN PENGESAHAN KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BEA DAN CUKAI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB V. KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN, DAN SARAN. Sebagai jawaban atasrumusan pertanyaan dalam penelitian ini, dapat

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 47 TAHUN 2009

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 133/PMK.01/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT KOMITE PENGAWAS PERPAJAKAN

Lomba Inovasi Penataan Ruang

BAB III METODE PENELITIAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2007 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KATA PENGANTAR DAN PENGESAHAN KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BEA DAN CUKAI

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia. Demi terciptanya suatu good governance, pada tahun

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2004 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 26 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

BAB XIV BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN. Bagian Pertama. Tugas dan Fungsi. Pasal 1909

BAB VII PENUTUP. pengendalian intern, harus dilaksanakan kelima unsur dari SPIP yaitu lingkungan

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2012 TENTANG WAKIL MENTERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2005 TENTANG DEWAN PERTIMBANGAN OTONOMI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI

BAB VII SIMPULAN DAN REKOMENDASI

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN KEPALA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN NOMOR PER-1 /PP/2017 TENTANG

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR : KEP-26/M.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.15, 2008 LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA. Akreditasi. Diklat. Pedoman. Pencabutan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak bersifat dinamik, sifat ini dibuktikan dari pajak selalu mengikuti

rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD atau rancangan peraturan

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIANOMOR 277/PMK.05/2014TENTANG RENCANA PENARIKAN DANA, RENCANA PENERIMAAN DANA, DAN PERENCANAAN KAS


PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG PELAKSANAAN PENDIDIKAN TEKNIS PEMERINTAHAN BAGI CALON CAMAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 103 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG

PETUNJUK PELAKSANAAN SERTIFIKASI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN CAL ON PEJABAT FUNGSIONAL PERANCANG PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN NOMOR: 38 TAHUN 2016

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA. Akreditasi. Pelatihan. Swasta. Penyelenggaraan. Pedoman. Pencabutan.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Peraturan Menteri Ketenagakerjaan tentang Akreditasi Lembaga Pelatihan Kerja; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentan

BAB V KESIMPULAN. pembangunan nasional dan daerah. Keberhasilan atau kegagalan program

BAB I PENDAHULUAN. lebih dari jenis dan masing-masing diatur dengan Peraturan Pemerintah.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

G U B E R N U R J A M B I

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki beberapa kementerian dan lembaga yang membawahi bidang

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. iii

Bab IV Studi Kasus IV.1 Profil Direktorat Jenderal Perbendaharaan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- 7/BC/2012 TENTANG

PEDOMAN AKREDITASI Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan. Nomor 4301); DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 0152/KMK.09/2011 TENTANG PENINGKATAN PENERAPAN PENGENDALIAN INTERN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEUANGAN

: Hj. Ledia Hanifa Amaliah, S.Si.,M.Psi.T. : Hadir 40 Anggota, Izin 8 Anggota dari 45 Anggota Komisi VIII DPR RI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Administrasi Perpajakan yaitu Praktik Kerja Lapangan Mandiri, sebagai

LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE-63/PJ/2011 TENTANG : PENJAMINAN KUALITAS PROYEK TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK)

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1. 1 Grafik Pengunjung Internet Tahun

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDO... NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 168/PMK.01/2012 TENTANG

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dibayarkan oleh Masyarakat Indonesia atau dikenal dengan sebutan Wajib Pajak Dalam

Perencanaan Strategis Pengendalian Manaajemen Pengendalian Operasi

DENGAN RAHMATTUHAN YANG MAHAESA. KEPALABADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SERTA PENDIDlKAN DAN PELATIHANKEMENTERIAN AGAMA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam menghadapi perkembangan usaha yang semakin maju, pesatnya

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan. Untuk

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja (performance) menjadi isu dunia saat ini, terutama di negaranegara

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

- 1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG SISTEM PERENCANAAN TAHUNAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

PENYUSUNAN STANDARD OPERATING PROSEDURE (SOP)

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG DEWAN KAWASAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 66 TAHUN 2014 TENTANG

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha dalam era globalisasi mengalami pertumbuhan

BAB VI PENUTUP. dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P - 44 /BC/2010 TENTANG

2016, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

KATA PENGANTAR. menengah.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

Transkripsi:

134 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Desain kurikulum Diklat Berbasis Kompetensi Pelaksana secara umum telah mengarah pada lima soft competency yang ingin dicapai, namun tidak secara lengkap memenuhi indikator yang ada dalam rumusan kompetensi. Pemilihan lima soft competency tersebut juga tidak dilandasi dengan data yang memadai. Jika dicermati masing-masing komponen desainnya, juga memiliki kelemahan. Pertama, perumusan hirarki tujuan dari umum ke khusus tidak selaras dan tidak memudahkan untuk memilih materi, memilih metode, dan menyusun evaluasi hasil belajar maupun evaluasi dampak di lapangan. Kedua, materi sesuai dengan tiap kompetensi yang menjadi tujuan pembelajaran, namun pemilihan materi untuk setiap kompetensi kurang fokus mengarah pada tujuan pembelajaran. Ketiga, metode yang dipilih bervariasi dan sesuai dengan tujuan diklat serta materi pembelajaran atau isi kurikulum. Keempat, evaluasi hasil belajar yang dilakukan telah terkait dengan materi, namun masih terdapat ketidaksesuaian dalam pemilihan aitem soal untuk mengukur hasil belajar peserta. Implementasi Diklat Berbasis Kompetensi Pelaksana ini sendiri telah sesuai prosesnya dengan desain kurikulum yang ditetapkan. Pembelajaran berjalan lancar dan tidak ada permasalahan yang mengganggu pelaksanaannya. Panduan dalam kurikulum diterapkan seluruhnya oleh pengajar. Diklat berjalan sesuai dengan alokasi waktu yang telah diatur. Pengajar juga melakukan penyesuaian-penyesuaian yang pada prinsipnya tidak bertentangan dengan ketentuan dalam desain kurikulum (misalnya: tidak menggunakan permainan tertentu ketika waktu tidak cukup). Peserta mengikuti semua rangkaian kegiatan pembelajaran sesuai dengan panduan dari pengajar. Kegiatan evaluasi yang melibatkan pengukuran perubahan perilaku sesuai untuk mengukur peningkatan soft competency pelaksana, khususnya 134 Sumber Daya Manusia, Badan Pendidikan dan Pelatihan, Kementerian

135 kemampuan dalam menerapkan apa yang dipelajari di tempat kerja, hanya saja isi dari instrumen yang digunakan perlu diperbaiki mengikuti perbaikan rumusan tujuan diklat. Pengukuran perubahan perilaku yang menggunakan kuisioner tersebut (diisi oleh peserta, rekan kerja dan atasan sebanyak tiga kali) perlu perbaikan dari segi penulisan aitem untuk dapat mencapai tujuan mengukur peningkatan lima soft competency yang ditentukan. Kelebihan dan kelemahan yang terdapat pada proses pengembangan kurikulum Diklat Berbasis Kompetensi Pelaksana terkait dengan beberapa faktor yang mendukung dan menghambat. Faktor-faktor pendukung pada Diklat Berbasis Kompetensi Pelaksana ini adalah: adanya pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas antara pihak yang terlibat, pimpinan Pusdiklat Pengembangan Sumber Daya Manusia aktif memberikan dorongan dan masukan bagi diklat ini, dana yang memadai, ruangan kelas dengan fasilitas yang memadai, adanya asrama dengan fasilitas yang memadai di lokasi yang sama, dan dukungan kemampuan penguasaan teknologi yang mempermudah pengumpulan data evaluasi diklat. Faktor-faktor penghambat pada Diklat Berbasis Kompetensi Pelaksana adalah: kesibukan masing-masing anggota penyusun kurikulum membuat kurangnya kajian bersama untuk menentukan keselarasan antar komponen kurikulum dan pembelajaran tidak dapat diujicobakan, terbatasnya waktu membuat penyusun kurikulum kurang leluasa mencari buku-buku atau referensi sumber yang memadai, dankurangnya koordinasi antara penyusun instrumen evaluasi dengan penyusun kurikulum diklat. B. Rekomendasi Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyusun rekomendasi agar menjadi masukan yang bermanfaat kepada beberapa pihak, yaitu: 1. Penyelenggara Diklat Berbasis Kompetensi Pelaksana Kementerian. Bagi usaha peningkatan kompetensi pelaksana yang lebih tepat sasaran, maka perlu diadakannya Diklat Berbasis Kompetensi yang Sumber Daya Manusia, Badan Pendidikan dan Pelatihan, Kementerian

136 terintegrasi antara hard competency dengan soft competency. Diklat yang terintegrasi ini memerlukan penyesuaian isi kurikulum agar dibuat spesifik untuk keperluan tiap unit Eselon 1 yang berbeda-beda. Desain kurikulum sebaiknya dibuat tematik sesuai dengan asal kelompok peserta. Misalnya, kelompok peserta dari Direktorat Jenderal Bea Cukai disediakan desain kurikulum yang bahasan didalamnya terkait dengan kondisi dan tuntutan di lingkungan pekerjaan di bidang Bea Cukai, yang berbeda dengan Direktorat Jenderal Pajak, Direktorat Jenderal Anggaran, Badan Pendidikan dan Pelatihan, serta unit-unit lain di Kementerian. Proses desain ini sendiri akan memerlukan pengetahuan di bidang penyusunan desain kurikulum yang sifatnya tematik dan terintegrasi. Evaluasi yang khusus mengkaji kurikulum Diklat Berbasis Kompetensi Pelaksana ini sebaiknya dilakukan secara rutin tiap tahun, sehingga kurikulum dapat terus diperbaiki dan disesuaikan dengan kebutuhan. Pusdiklat Pengembangan Sumber Daya Manusia juga sebaiknya mengusahakan agar mengadakan diklat ini lebih dari satu angkatan setiap tahun, agar lebih banyak pelaksana di Kementerian yang memperoleh manfaatnya. 2. Penyusun Kurikulum Diklat Berbasis Kompetensi Pelaksana Berdasarkan beberapa temuan dalam penelitian ini, peneliti menyarankan pada penyusun kurikulum agar memastikan terlebih dahulu ketepatan dan kejelasan perumusan tujuan sebelum melangkah pada tahapan berikutnya, seperti memilih materi dan metode. Perumusan hirarki tujuan Diklat Berbasis Kompetensi Pelaksana ini sebaiknya disusun lebih diringkas, diperjelas, dan dipastikan relevansinya dengan mulai dari tujuan yang paling umum, sampai tujuan yang paling khusus. Keberadaan rumusan tujuan pembelajaran yang tidak mencirikan pelatihan berbasis kompetensi sebaiknya dihilangkan, sehingga tidak membingungkan dan bisa lebih fokus pada rumusan kompetensi sampai indikator. Sumber Daya Manusia, Badan Pendidikan dan Pelatihan, Kementerian

137 Penulisan rumusan tujuan yang tepat akan menjadi pijakan yang kuat untuk menyusun materi serta metode dan menjadi titik tolak evaluasi. Penyusunan materi, metode, dan evaluasi pembelajaran sebaiknya secara ketat mengacu pada rumusan tujuan, sehingga pembelajaran menjadi lebih efisien dan efektif. Penyusunan instrumen evaluasi juga sebaiknya diperjelas arahnya sesuai dengan perbaikan rumusan tujuan sebagaimana yang dikemukakan diatas. 3. Pengajar Diklat Berbasis Kompetensi Pelaksana. Pengajar adalah pelaku utama dalam implementasi kurikulum berupa pembelajaran di kelas. Pengajar sebaiknya lebih kritis terhadap panduanpanduan yang disediakan dalam kurikulum, serta aktif memberikan masukan-masukan bagi perbaikannya. Masukan dari pengajar sangat penting karena pengajar mengalami dan menyaksikan langsung proses pembelajaran yang terjadi, sehingga lebih memahami kekurangankekurangan yang muncul dalam proses pelaksanaannya. 4. Peserta Diklat Berbasis Kompetensi Pelaksana. Ketika peserta diklat kembali ke tempat kerja masing-masing, perubahan perilaku ke arah yang lebih baik sangat diharapkan. Hanya saja hal tersebut tidak dapat dipantau langsung oleh pengajar maupun penyelenggara diklat. Peserta diharapkan agar berusaha menerapkan apa yang dipelajari selama diklat di tempat kerja masing-masing. Selain itu, akan lebih baik jika peserta juga menyampaikan apa yang telah dipelajari kepada rekan kerja yang lain, baik secara informal maupun secara formal dalam rapat atau pertemuan rutin di kantor masing-masing. 5. Peneliti Selanjutnya Pengembangan Kurikulum adalah siklus yang terus berputar, sehingga topik penelitian di bidang ini tidak akan ada habisnya. Peneliti menyarankan kepada peneliti selanjutnya untuk meneliti wilayah-wilayah yang belum tersentuh oleh peneliti. Analisis kebutuhan diklat, misalnya, adalah hal yang mendasar dan patut diteliti. Peneliti selanjutnya dapat juga mengambil topik Sumber Daya Manusia, Badan Pendidikan dan Pelatihan, Kementerian

138 yang lebih spesifik seperti pembelajaran diklat, metode, media, modul, dan sebagainya. Kebijakan-kebijakan formal pada diklat di lembaga pemerintah juga merupakan hal yang perlu untuk diteliti, karena kebijakan-kebijakan tertentu terkadang mempersulit proses pengembangan kurikulum diklat. Sumber Daya Manusia, Badan Pendidikan dan Pelatihan, Kementerian