18 BAB I PENDAHULUAN 1.5. Latar Belakang Pasal 33 ayat (4) Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 amandemen ke-4 menyebutkan bahwa Perekonomian nasional diselenggarakan berdasarkan atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. Isi dan makna pasal tersebut secara jelas diatur adanya hak melakukan kegiatan ekonomi dengan prinsip kebersamaan, yang artinya tidak membedakan setiap warga Negara, sehingga seluruh kegiatan ekonomi terbuka luas untuk digeluti. Demikian halnya pasal 27 ayat 2 juga secara nyata menyebutkan bahwa tiaptiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Berdasarkan pasal ini dapat dipastikan bahwa setiap warga Negara berhak akan suatu pekerjaan, namun karena keterbatasan Negara dalam menyediakan lapangan pekerjaan formal, sehingga masih banyak dijumpai masyarakat yang bekerja pada lapangan pekerjaan informal bahkan sebahagian lainnya tidak memiliki pekerjaan sama sekali (pengangguran). Lapangan pekerjaan informal yang bergulir di pasar tradisional merupakan salah satu pilihan masyarakat dalam memperoleh rejeki, pasar tradisional yang menjadi tempat pertemuan berbagai jenis usaha informal, dengan pedagang pembeli
19 dan pembeli pemakai selalu memberikan berbagai alternative kegiatan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat (Supriatna, 1997). Pasar tradisional adalah bentuk terawal dari pasar yang terdiri dari deretan kios/stan yang umumnya berada di ruang terbuka, di tempat semacam inilah petani dan pedagang sejak waktu dulu melakukan pertukaran hasil pertanian mereka. Pada pemukiman yang kecil, pasar tradisional mengambil tempat di sepanjang jalan utama di daerah itu pada kedua sisinya. (Gallion, 1986). Pasar tradisional secara umum diidentikkan dengan keadaan jual beli dengan proses tawar menawar tanpa batas, serta bebas memilih barang yang akan dibeli, disamping itu juga pasar tradisional selalu disamakan dengan keadaaan yang kumuh bahkan cenderung becek, kotor serta beraroma tidak sedap. Menurut Nielsen dalam Hasan (2006), seluruh pasar tradisional sebanyak 13.450 unit, terancam mati selama delapan tahun kedepan yang artinya akan menyengsarakan sebanyak 12,6 juta jiwa pedagang pasar tradisional beserta keluarganya, hal ini sesuai dengan perkembangan pasar tradisional -8% pertahun, serta pertimbangan perkembangan hipermarket sebesar 31,4 % pertahun, dengan total nilai dari asetnya adalah sebesar 65 triliun (http://www.kompas.com/utama/news/0503/02/055919.htm). Menurut Basalah dalam Fadillah (2001), pasar tradisional yang dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia itu, ternyata menghadapi masalah untuk bias berkembang. Masalah tersebut timbul karena adanya persaingan dengan pasar modern, seperti
20 supermarket, atau pasar modern lainnya. Hal lain yang menghambat perkembangan pasar tradisional adalah sarana dan prasarana pendukung. Keberadaaan pasar tradisional di Propinsi Sumatera Utara diawali dari pasar yang diresmikan pada tanggal 31 Desember 1932 dan menghabiskan biaya sebesar 1.567.208 Gulden (Pemda Tingkat I Sumatera Utara, 1996) itu kemudian menjadi suatu generator aktivitas komersial yang signifikan di medan pada masa itu, dan dinyatakan sebagai kawasan pusat pasar terbesar, termegah dan terbersih di Asia Tenggara. Sejak saat itu, kawasan sekitar jalan Sutomo, yang kala itu bernama Wilhelminestraat, dan jalan Sambu, yang dahulu disebut Hospitaalweg, kemudian dikenal dengan sebutan pusat pasar dan berkembang menjadi kawasan komersial hingga saat ini. (Kompas, Minggu, 9 September 2001) dalam http://www.arsitek turindis.com/index.php/archieves/2001/09. Demikian halnya keberadaan pasar tradisional di Kabupaten Deli Serdang tidak jauh berbeda dengan pasar-pasar tradisional lainnya. Salah satu pasar tradisional yang berkembang dengan baik adalah pasar tradisional Deli Tua. Pasar Tradisional Deli Tua berada pada Jalan Besar Deli Tua. Pasar tradisional Deli Tua adalah pasar yang dikelola oleh Dinas Pasar Kabupaten Deli Serdang, keberadaan pasar Deli Tua pada saat ini telah berkembang hingga menempati tepi Jalan Besar Deli Tua. Sedemikian besarnya perkembangan pasar tradisional ini sehingga dipandang perlu dilakukan penelitian tentang daya serap dan jenis-jenis usaha yang tersedia di dalam aktivitas Pasar Tradisional Deli Tua ini.
21 1.6. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapatlah dirumuskan masalah pokok dalam penelitian ini sebagai berikut: Bagaimanakah peran pasar dalam pengembangan wilayah di Kecamatan Deli Tua? Apakah faktor modal, jam kerja, lama berjualan, lokasi usaha, dan tingkat pendidikan berpengaruh terhadap pendapatan pedagang tradisional di Kecamatan Deli Tua? 1.7. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan profil pedagang Tradisional di Kecamatan Deli Tua. 2. Menguraikan peran pedagang Tradisional Deli Tua Kota dalam menyerap tenaga kerja. 3. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang Tradisional Deli Tua 1.8. Manfaat Penelitian 1.4.1. Teoritis Penelitian ini berguna dan bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, terutama menyangkut ilmu perencanaan dan pengembangan wilayah pedesaan dan perkotaan. 1.4.2. Praktis
22 1. Sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Kabupaten Deli Serdang khususnya Dinas Pasar tentang peran serta pasar tradisional Deli Tua dalam penciptaan lapangan kerja (tersedianya tempat bekerja masyarakat di sektor informal), serta peningkatan pengelolaan pasar tradisional Deli Tua. 2. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi penelitian selanjutnya dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan pasar tradisional dan penciptaan lapangan kerja (terutama pada sektor informal). 3. Sebagai bahan informasi bagi masyarakat tentang pasar tradisional Deli Tua dan penciptaan lapangan kerja. BAB II