PENILAIAN KUALITAS TANAH PADA BEBERAPA TIPE PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI KUALITAS TANAH PADA TOPOSEQUEN SUB DAS POBOYA, KOTA PALU

I. PENDAHULUAN. Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang mempunyai nama ilmiah

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai Januari 2013.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis quenensis Jacq) DI DESA TOLOLE KECAMATAN AMPIBABO KABUPATEN PARIGI MOUTONG

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PADI SAWAH, PANGAN LAHAN KERING DAN TANAMAN TAHUNAN SUB DAS MALANGGA DESA TINIGI KECAMATAN GALANG KABUPATEN TOLITOLI

I. PENDAHULUAN. Nanas merupakan salah satu tanaman hortikultura, yang sangat cocok

I. PENDAHULUAN. Tanah Ultisol atau dikenal dengan nama Podsolik Merah Kuning (PMK)

KARAKTERISITK SIFAT FISIK TANAH PADA LAHAN PRODUKSI RENDAH DAN TINGGI DI PT GREAT GIANT PINEAPPLE

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor

Gambar 1. Tabung (ring) tembaga dengan tutup Tahapan-tahapan pengambilan contoh tanah tersebut dapat dilihat pada Gambar 2. =^

Modul ini mencakup bahasan tentang sifat fisik tanah yaitu: 1.tekstur, 2. bulk density, 3. porositas, 4. struktur 5. agregat 6. warna tanah 7.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahanpertanaman ubi kayu yang telah ditanami

Survey dan Pemetaan Status Hara-P di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2013 di Laboratorium

PERUBAHAN BEBERAPA SIFAT KIMIA TANAH AKIBAT PEMBERIAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT DENGAN METODE LAND APPLICATION

PERBAIKAN SIFAT FISIKA TANAH PERKEBUNAN KARET (Havea brasiliensis) DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK BIOPORI

II. TINJAUAN PUSTAKA. menerus menyebabkan kerusakaan sifat fisik tanah dan selanjutnya akan

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang

I. PENDAHULUAN. Besar jenis tanah suatu massa (unit massa) tanah yang seharusnya dinyatakan gr/cm 3. Volume

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

DISTRIBUSI PORI DAN PERMEABILITAS ULTISOL PADA BEBERAPA UMUR PERTANAMAN

SIFAT-SIFAT FISIK dan MORFOLOGI TANAH

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

KEMANTAPAN AGREGAT ULTISOL PADA BEBERAPA PENGGUNAAN LAHAN DAN KEMIRINGAN LERENG

TINJAUAN PUSTAKA. Erodibilitas. jumlah tanah yang hilang setiap tahunnya per satuan indeks daya erosi curah

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. Untuk dapat melakukan perencanaan secara menyeluruh dalam hal

Morfologi tanah adalah sifat-sifat tanah yang dapat diamati dan dipelajari di

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di lahan padi sawah irigasi milik Kelompok Tani Mekar

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu

338. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran

ANALISIS TANAH SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESUBURAN LAHAN BUDIDAYA PERTANIAN DI KOTA SEMARANG

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada lahan pertanaman ubi kayu (Manihot esculenta

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sifat Umum Latosol

PENENTUAN BOBOT ISI TANAH(BULK DENSITY) UJI LAB

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan bagian komoditi ekspor yang strategis dan sangat

BKM IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Parameter dan Kurva Infiltrasi

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (Subagyo, dkk, 2000). Namun demikian, tanah Ultisol ini memiliki kandungan

I. PENDAHULUAN. induk batuan sedimen masam (Soil Survey Staff, 2006). Di Indonesia jenis tanah

TINJAUAN PUSTAKA. Tanah Sawah. tanaman padi sawah, dimana padanya dilakukan penggenangan selama atau

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki lahan kering masam cukup luas yaitu sekitar 99,6 juta hektar

PENGARUH KOMPOS AMPAS TEBU DENGAN PEMBERIAN BERBAGAI KEDALAMAN TERHADAP SIFAT FISIK TANAH PADA LAHAN TEMBAKAU DELI.

TANAH / PEDOSFER. OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Karakteristik Lahan Kesesuaian Tanaman Karet

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah. lingkungan berhubungan dengan kondisi fisiografi wilayah.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi. wilayahnya. Iklim yang ada di Kecamatan Anak Tuha secara umum adalah iklim

Gambar 1. Lahan pertanian intensif

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kesuburan Tanah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara pedologi, tanah didefinisikan sebagai bahan mineral ataupun organik di

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. menunjang pertumbuhan suatu jenis tanaman pada lingkungan dengan faktor

BAB I. PENDAHULUAN A.

II. IKLIM, TANAH DAN WILAYAH PRODUKSI

II. TINJAUAN PUSTAKA. sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat

*Corresponding author : ABSTRACT ABSTRAK PENDAHULUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman nanas dapat tumbuh pada dataran rendah sampai dataran tinggi lebih

TUGAS TUTORIAL IRIGASI DAN DRAINASE : Hubungan Tanah-Air-Tanaman (2)

STUDI BEBERAPA SIFAT FISIKA TANAH PADA BEBERAPA UMUR PERSAWAHAN DI KECAMATAN PEMAYUNG

I. PENDAHULUAN. Tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) sampai saat ini masih merupakan

MATERI-9. Unsur Hara Mikro: Kation & Anion

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Morfologi Lahan Reklamasi Bekas Tambang Batubara Karakterisasi Morfologi Tanah di Lapang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada.

SKRIPSI DEKOMPOSISI BAHAN ORGANIK DI DALAM TANAH PADA BEBERAPA KETINGGIAN TEMPAT DI KOTA PADANG. Oleh: ANDITIAS RAMADHAN

PENDAHULUAN. Tanah adalah lapisan nisbi tipis pada permukaan kulit. Pembentukan tanah

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al., 1996 dalam Iriany et al., 2007).

Karakteristik Tanah Ordo Ultisol di Perkebunan Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara I (Persero) Cot Girek Kabupaten Aceh Utara

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian telah dilakukan di lahan pertanaman padi sawah (Oryza sativa L.) milik

I. PENDAHULUAN. Dalam 5 tahun terakhir produksi nasional kedelai tergolong rendah berkisar 600-

Pengaruh ph tanah terhadap pertumbuhan tanaman

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN SIFAT FISIKA DAN KIMIA TANAH PADA LAHAN KELAPA SAWIT DENGAN BEBERAPA JENIS VEGETASI YANG TUMBUH DI KEBUN PTP NUSANTARA III TANAH RAJA

Pemantauan Kerusakan Lahan untuk Produksi Biomassa

TANAH. Apa yang dimaksud dengan tanah? Banyak definisi yang dapat dipakai untuk tanah. Hubungan tanah dan organisme :

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BEBERAPA SIFAT FISIKA TANAH PADA LAHAN USAHATANI KARET DAN KELAPA SAWIT RAKYAT DI DAS BATANG PELEPAT

METODE PENELITIAN. Sampel tanah untuk analisis laboratorium yaitu meliputi sampel tanah terusik dan sampel tanah tidak terusik. 2.

Tabel Lampiran 1. Sifat Kimia Tanah di Wilayah Studi Penambangan PT Kaltim Prima Coal

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia produksi nanas setiap tahun mengalami peningkatan seiring

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu

II. TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

e-j. Agrotekbis 4 (6) : 712-718, Desember 2016 ISSN : 2338-3011 PENILAIAN KUALITAS TANAH PADA BEBERAPA TIPE PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI Soil Quality Evaluation on Some Types of Land Use in Sigi Biromaru Distric Sigi Regency Salma Suleman 1), Ulfiyah A. Rajamuddin 2), dan Isrun 2) 1) Mahasiswa Program Studi Agroteknologi. Fakultas Pertanian. Universitas Tadulako. Palu. E-mail : salma.ukasa@yahoo.co.id 2) Staf Dosen Program Studi Agroteknologi. Fakultas Pertanian. Universitas Tadulako. Palu. E-mail : ulfiyah_rajamuddin@yahoo.com, E-mail : isrunbaso@yahoo.co.id ABSTRACT This research aimed to evaluate soil quality criteria in Sigi Biromaru District Sigi Regency based on some types of land use. The research method used was descriptive-explorative method which its variables were conducted through field surveys and supported by soil analysis from laboratory. Results of soil analysis were then assessed its quality by using scoring method at each indicator. Results of this research showed that soil in Sigi Biromaru District Sigi Regency based land use had soil quality criteria ranged from healthy soil to less healthy soil. On mixed farming area had the highest scoring value 2.83 (healthy soil criteria), whilst rice field had scoring value 2.66 (less healthy soil criteria) and on horticulture area had the lowest scoring value 2.5 (less healthy soil criteria). Key Words: Land use, soil quality. PENDAHULUAN Kualitas tanah mengintegrasikan komponen fisik, kimia dan biologi tanah serta interaksinya. Kualitas tanah menjadi kapasitas spesifik suatu tanah untuk berfungsi secara alami atau dalam batasanbatasan ekosistem yang terkelola untuk menopang produktivitas hewan dan tumbuhan, memelihara atau meningkatkan kualitas udara dan air, serta mendukung tempat tinggal dan kesehatan manusia. Dari berbagai definisi kualitas tanah tersebut dapat disimpulkan bahwa secara sederhana kualitas tanah adalah kapasitas suatu tanah untuk berfungsi (Larson and Pierce, 1991). Indikator yang digunakan dalam penilaian kualitas tanah meliputi sifat fisik, kimia dan biologi tanah selain itu faktor jenis tanah, jenis penggunaan lahan, dan topografi menjadi prioritas utama yang harus diperhatikan dalam penilaian kualitas tanah untuk tujuan pengembangan sector pertanian dan perkebunan (Rasyid, 2004). Sigi Biromaru merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten Sigi dengan tingkat penggunaan lahan yang cukup beragam. Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari BPS Sulawesi Tengah (2013) menunjukan bahwa pada wilayah seluas ± 289.600 ha terdapat 9 jenis penggunaan lahan meliputi penggunaan lahan untuk sawah, kebun jagung, kebun umbi-umbian, kebun kacang, kebun kelapa, kebun kakao, kebun hortikultura, hutan rakyat dan hutan pemukiman. Penggunaan lahan yang paling luas terdapat pada sektor pertanian dan perkebunan. Ini disebabkan karena sebagian besar penduduk di Kecamatan Sigi Biromaru bermata pencaharian sebagai petani (BPS, 2013). Adanya penggunaan lahan yang cukup luas dan beragam terutama pada sektor pertanian dan perkebunan, tentunya akan memberikan pengaruh yang besar 712

terhadap nilai kualitas tanah didaerah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengevaluasi kriteria kualitas tanah yang terdapat di Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Sigi yang didasarkan pada beberapa tipe penggunaan lahan. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Sigi pada beberapa penggunaan lahan (sawah, hortikultura dan kebun campuran) untuk pengamatan morfologi pada profil tanahnya sedangkan untuk analisis sifat fisik dan sifat kimia tanah dilaksanakan di Laboratorium Lingkungan Hidup Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juli 2015. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Global Position System (GPS), peta geografis Kecamatan Sigi Biromaru, meteran profil, ring sampel, munsell soil colour chart, sekop, kamera digital, gunting, cutter, paku, palu, kertas karton, kantong plastik, kertas label, karung, tali rafia, spidol, alat tulis menulis dan seperangkat alat-alat laboratorium untuk analisis sifat fisik dan sifat kimia tanah. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel tanah utuh dan tanah tidak utuh, data primer meliputi data lapangan (penampang fisiografi pada lokasi penelitian), data sekunder meliputi data letak geografis, curah hujan dan temperatur 10 tahun terakhir) serta beberapa jenis larutan kimia yang digunakan untuk keperluan analisis sifat-sifat tanah di laboratorium. Tabel 1. Nilai dan Kriteria Scoring Kualitas Tanah Nilai Kriteria 3 4 Tanah sehat 1,5 2,5 Kurang sehat 0 1 Tidak sehat Sumber : Lowery et al. (1996) dalam Irundu (2008). Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif eksploratif yang pendekatan variabelnya dilakukan melalui survei lapangan dan didukung hasil analisis tanah di laboratorium. Parameter yang diamati terdiri dari sifat fisik tanah (tekstur, permeabilitas, porositas dan Bulk Density) dan sifat kimia (ph tanah, kapasitas tukar kation, C-organik tanah, kandungan unsur makro (N, P, K, Ca dan Mg), kandungan unsur mikro (Fe) dan bahan organik tanah. Selanjutnya dilakukan penilaian kualitas tanah dengan penentuan skoring kualitas tanah berdasarkan parameter yang telah ditentukan (data hasil survey lapangan dan analisis di Laboratorium). Nilai dan kriteria tanah dalam skoring kualitas tanah dapat dilihat pada Tabel 1. Tahapan pelaksanaan penelitian terdiri dari 6 tahap yaitu: 1) perizinan lokasi, 2) pengambilan dan pengumpulan data dilapangan, 3) pembuatan peta kerja, 4) penentuan titik pengambilan sampel, 5) pengambilan sampel tanah, 6) analisis sifat-sifat tanah di laboratorium, dilanjutkan dengan penilaian kualitas tanah (skoring). HASIL DAN PEMBAHASAN Kriteria Penilaian Kualitas Tanah. Kriteria Penilaian Kualitas Tanah Dari Segi Morfologi Tanah a. WarnaTanah dilakukan warna tanah pada profil lahan sawah (PSW) memiliki warna tanah kelabu gelap (2,5 Y 7/2), pada profil lahan hortikultura (PHT) memiliki warna tanah kuning gelap (2,5 Y 7/2) dan profil kebun campuran (PKC) memiliki warna tanah kelabu gelap kekuningan (5 Y 5/3). Warna tua pada tanah umumnya disebabkan oleh kandungan bahan organik dari sisasisa tanaman yang tinggi dan drainase yang buruk. Hal ini sesuai dengan pendapat (Hakim dkk. 1986) bila drainase tanah buruk biasanya disebabkan karena adanya penimbunan bahan organik yang lebih besar pada lapisan permukaan, 713

sehingga memberikan warna yang sangat tua, sedangkan pada lapisan tanah yang lebih bawah mengandung sangat sedikit bahan organik. Penilaian kriteria kualitas tanah dari segi warna menunjukkan kriteria tanah sehat terdapat pada profil lahan sawah (PSW) dan profil lahan kebun campuran (PKC), kriteria tanah kurang sehat terdapat pada profil lahan hortikultura (PHT). b. Struktur dilakukan dilapangan struktur pada semua titik penggunaan lahan adalah gumpal menyudut (lekat). Struktur gumpal menyudut merupakan struktur dengan bentuk tanah seperti kubus dan ketiga sumbu panjangnya hampir sama, bidang rata dengan sudut tajam dan memadat sehingga tingkat perkembangannya sangat cukup atau antarah lemah dan kuat (Rayes, 2006). Struktur tanah juga merupakan susunan partikel-partikel tanah yang membentuk agregat. Struktur tanah mempengaruhi kemampuan tanah dalam menyerap air tanah. Misalnya, struktur granular dan lekat mempunyai kemampuan besar dalam meloloskan air larian, sehingga dapat menurunkan laju air larian dan memacu pertumbuhan tanaman (Waluyaningsih, 2008). Dalam penilaian kualitas tanah dari segi struktur menujukkan kriteria tanah sehat dengan nilai skoring 4 karena bentuk strukturnya gumpal atau didominasi dengan fraksi liat berpasir. Hal ini diungkap oleh Romig et al. (1995) bahwa struktur tanah yang remah/kersai atau bersatu tapi tidak keras merupakan tanah dengan kriteria sehat. c. Konsistensi di lapangan pada semua titik pengambilan sampel memiliki konsistensi tanah lunak sehingga tanahnya mudah diolah. Konsistensi tanah dipengaruhi oleh tekstur tanah yang didominasi dengan liat dan pasir, yang menunjukkan bahwa tanah tersebut memiliki konsistensi yang baik sehingga sangat mudah diolah. Sesuai pernyataan yang dikemukkan oleh Hakim dkk. (1986) bahwa Tanahtanah yang mempunyai konsistensi baik umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada alat pengolah tanah. Oleh karena tanah dapat ditemukan dalam keadaan lembab, basah atau kering. Dari segi konsistensi atau kepadatan dan kemudahan pengerjaan tanah menujukkan kriteria tanah sehat dengan nilai skoring 4 karena memiliki konsistensi yang baik sehingga tanah tersebut mudah diolah. Kriteria Penilaian Kualitas Tanah dari Segi Fisik a. Tekstur dilakukan di Laboratorium menunjukkan bahwa profil lahan sawah memiliki tekstur dengan fraksi debu (58,75%), fraksi pasir (27,51%) dan fraksi liat (13,74%), profil lahan hortikultura memiliki tekstur dengan fraksi debu (37,77%), fraksi pasir (47,03%) dan fraksi liat (15,20%) dan profil lahan kebun campuran dengan fraksi debu (54,04%), fraksi pasir (28,74%) dan fraksi liat (17,22%). Tekstur tanah pada semua profil penggunaan lahan relatif sama yakni didominasi oleh partikel berukuran sedang sampai kasar dengan kelas tekstur liat berpasir. Tanah yang bertekstur pasir mempunyai luas permukaan yang sangat kecil dibandingkan tanah bertekstur liat, tanah yang banyak mengandung pasir miskin akan unsur hara. Hal ini sesuai dengan pendapat Pairunan dkk. (1985) yang menyatakan tanah berpasir umumnya bahan organiknya kurang, dan hal tersebut dapat diatasi dengan cara pemupukan, akan tetapi biaya yang dibutuhkan sangat besar. Kehilangan hara tanaman karena pencucian dan pemberian air yang banyak merupakan kendala yang besar pada tanah berpasir karena tanah ini sangat poreus sehingga air cepat meresap dan hilang dari tanah. 714

Dilihat dari segi tekstur tanah semua titik pengambilan sampel tanah memiliki kriteria tanah sehat dengan nilai skoring 4 karena didominasi oleh partikel berukuran sedang dengan kelas tekstur berlempung. hal ini diungkapkan oleh Lowery et al. (1996) dalam Irundu (2008) bahwa tanah yang bertekstur lempung memiliki kriteria tanah sehat. b. Drainase yang dilakukan di Lapangan pada profil lahan sawah memiliki drainase buruk karena airnya tergenang sedangkan lahan hortikultura dan kebun campuran memiliki drainase yang baik airnya tidak tergenang dan selalu bergerak sehingga tanaman tidak tergenang oleh air dan cukup baik untuk tanaman hortikultura. Drainase tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk topografi, struktur, permeabilitas dan keberadaan atau ketersediaan air yang berasal dari curah hujan, rembesan atau aliran permukaan yang berasal dari daerah yang lebih tinggi. Drainase yang baik memungkinkan difusi oksigen dari akar tanaman, juga akan berpengaruh terhadap aktivitas mikroorganisme aerobik dalam tanah, yang akhirnya akan mempengaruhi ketersediaan unsur hara (Hakim dkk. 1986). Dilihat dari segi drainase titik pengambilan sampel pada lahan sawah memiliki kriteria tanah tidak sehat dengan nilai skoring 2 sedangkan pada lahan hortikultura dan kebun campuran memiliki kriteria tanah sehat dengan nilai skoring 4 karena air mudah meresap kedalaman tanah, tidak terjadi genangan, permukaan tanah cepat mengering. c. Bobot Isi Tanah dan Porositas yang dilakukan menunjukkan bahwa semua titik pengambilan sampel tanah umumnya memiliki nilai bobot isi tanah relatif rendah yaitu antara 1,35-1,66 g/cm 3 dan porositas sangat tinggi (35-49%) yang artinya kerapatan isi tanahnya sangat rendah sehingga sangat mudah hancur dan mudah diolah karena memiliki ruang pori yang renggang. Selain itu, hal ini dipengaruhi oleh tekstur yang didominasi oleh partikel pasir dan debu, menyebabkan jumlah pori tanah semakin tinggi sehingga bobot isi tanah rendah. Hal ini diungkapkan oleh Pairunan dkk. (1985) bahwa kerapatan isi ditentukan oleh porositas dan padatan tanah. Tanah yang renggang berpori-pori mempunyai bobot kecil per satuan volume dan tanah yang padat berbobot tinggi persatuan volume. Dilihat dari segi Bobot isi tanah dan porositas tanah semua titik pengambilan sampel tanah memiliki kriteria tanah sehat dengan nilai skoring 4. Hal ini disebabkan karena memiliki bobot isi tanah yang rendah artinya kerapatan tanahnya sangat lemah sehingga mudah dihancurkan serta memiliki ruang pori tanah yang renggang. Kriteria Penilaian Kualitas Tanah Dari Segi Kimia a. Reaksi Tanah (ph) yang dilakukan menunjukkan bahwa semua titik pengambilan sampel tanah di daerah penelitian mempunyai ph yang masam sampai agak masam dengan kisaran ph H 2 O (5,10-5,54) dan ph KCl (4,19-4,74). Kondisi ini disebabkan adanya pengelolaan tanah dan dengan pemakaian pupuk-pupuk anorganik sebagai tambahan hara pada tanah pada lahan pertanian. Pemakaian pupuk tersebut menurunkan ph tanah sehingga pada penggunaan lahan sawah mempunyai ph yang lebih rendah dibandingkan P tersedia tanah termasuk daalam kategori sangat rendah. Hidayat (1990) dalam Primadani (2008) juga mengatakan bahwa ph penting untuk penentuan hara tanaman sebagai media tumbuh tanaman, beberapa unsur hara yang diperlukan keberadaannya tergantung pada ph. Dalam penilaian kualitas tanah dari segi ph tanah semua titik pengambilan sampel tanah memiliki kriteria tanah kurang sehat dengan nilai skoring 715

rata-rata pada setiap penggunaan lahan 2. Hal ini disebabkan karena ph tanahnya berkisar dari agak masam sampai masam. Hal ini diungkapkan oleh Romig et al. (1995) bahwa tanah yang memiliki ph tanah netral merupakan tanah dengan kriteria sehat sedangkan tanah yang memiliki ph tanah masam atau basa merupakan tanah dengan kriteria tidak sehat. b. Kapasitas Tukar Kation (KTK) dilakukan menunjukan bahwa lahan sawah memiliki kapasitas tukar kation (KTK) rendah dengan kisaran (17,30 cmol/kg), sedangkan pada lahan hortikultura dan kebun campuran memiliki kisaran sedang (21,26-21,68 cmol/kg). Kisaran KTK rendah yang terdapat pada sampel lahan sawah disebabkan karena kandungan liat dan bahan organik yang rendah. Bahan organik mempunyai pengaruh yang amat besar atas kapasitas tukar kation (KTK). Hal ini disebabkan humifikasi menghasilkan koloid organik yang mempunyai luas permukaan tinggi. Sekitar 7-20% KTK sebagian besar tanah bersumber dari bahan organik (Ansori, 2005). Dilihat dari segi KTK tanah pada titik pengambilan sampel lahan sawah memiliki kriteria tanah tidak sehat dengan nilai skoring 0. Akibat nilai KTK yang rendah hingga sedang sedangkan pada titik pengambilan sampel lahan hortikultura dan kebun campuran memiliki kriteria tanah kurang sehat dengan nilai skoring rata-rata 2. Hal ini diungkap oleh Lowery et al. (1996) dalam Irundu (2008) bahwa tanah yang memiliki nilai KTK rendah (yaitu < 5 cmol/kg atau berkisar antara 5 7 cmol/kg merupakan tanah dengan kriteria tidak sehat. c. C-organik di lakukan menunjukan bahwa semua titik pengambilan sampel tanah memiliki nilai kandungan C-organik tanah rendah dengan berturut-turut (1,42 g/100g, 1,89 g/100g dan 1,78 g/100g). Dilihat dari segi kandungan C- organik pada semua titik pengambilan sampel tanah menunjukkan bahwa tanah memiliki kriteria tidak sehat dengan nilai skoring 0. Sesuai yang diungkapkan dalam penilaian kualitas tanah oleh Lowery et al. (1996) dalam Irundu (2008) bahwa tanah yang memiliki nilai C organik yang rendah yaitu (berkisar antara 0,1-2,0 g/100g) merupakan tanah dengan kriteria tidak sehat. d. Bahan Organik dilakukan, nilai bahan organik tanah yang tinggi terdapat pada penggunaan lahan hortikultura (2,44%), kemudian lahan kebun campuran (3,25%) dan yang terakhir adalah pada lahan sawah. Rendahnya kandungan bahan organik pada lapisan atas mungkin terjadi karena adanya pengelolaan lahan yang intensif (Ansori, 2005). Bila lahan ditanami terus menerus, seperti yang terjadi pada lahan hortikultura dan kebun campuran maka kadar bahan organik tanah makin lama akan menurun karena digunakan untuk keperluan pertumbuhan dan perkembangan tanaman Refliaty, (2010). Vegetasi yang rapat dengan populasi yang banyak akan menghasilkan serasah-serasah yang banyak sehingga dapat mengembalikan bahan organik yang banyak pada permukaan tanah melalui guguran-guguran daun, batang, ranting dan sebagainya. Serasah yang dihasilkan didekomposisikan melalui kegiatan mikroorganisme tanah kemudian bercampur dengan tanah sehingga kandungan bahan organik tanah meningkat. Sesuai pendapat Arshad, 2000 bahwa vegetasi yang tumbuh berperan sebagai penambah bahan organik tanah melalui batang, ranting dan daun yang jatuh kepermukaan tanah. Dilihat dari segi kandungan bahan organik menunjukkan bahwa semua sampel tanah memberikan nilai kurang sehat dengan nilai skoring 2, hal ini disebabkan karena memiliki kandungan bahan organik yang rendah. Sesuai yang diungkapkan Lowery et al. (1996) 716

cdalam Irundu (2008) bahwa tanah dengan nilai bahan organik yaitu <2% atau >8% merupakan tanah dengan kriteria tidak sehat. e. Unsur Hara Makro (N, P, K, Ca dan Mg) yang dilakukan menunjukkan bahwa kandungan unsur hara makro baik itu dari N, P, K, Ca dan Mg memiliki kriteria rendah sampai sedang. Unsur hara makro yang terkandung setiap titik pengambilan sampel pada penggunaan lahan ini masih kurang, hal ini disebabkan karena kandungan bahan organik tanah yang masih rendah. Menurut Hardjowigeno (1987), ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi ketersediaan unsur hara yaitu, jumlah hara yang ada di dalam tanah, bentuk hara tersebut berada, dan kemampuan sistem vegetasi tanah untuk mensuplai hara selama periode akhir dari tanaman. Dilihat dari segi kandungan unsur hara makro menunjukkan bahwa semua titik pengambilan sampel tanah memberikan kriteria nilai tidak sehat dengan nilai skoring 0, karena memiliki kandungan unsur hara makro yang sangat rendah dan masih banyak memerlukan suplai pupuk yang sangat banyak karena tidak tersedia bagi tanaman. Sesuai yang diungkapkan Lowery et al. (1996) dalam Irundu (2008) bahwa tanah yang memiliki kandungan unsur hara makro yang rendah merupakan tanah dengan kriteria tidak sehat. f. Unsur Hara Mikro (Fe/Besi) yang dilakukan menunjukkan bahwa kandungan unsur hara mikro dari Fe/besi memiliki kriteria cukup atau rendah untuk tanaman. Semakin sedikit kandungan unsur hara mikro pada tanah akan semakin baik tanahnya karena tanah umumnya memerlukan unsur hara mikro dalam jumlah sedikit. Apabila unsur hara mikro pada tanah berlebihan makan akan terjadi keracunan pada tanaman sehingga menjadikan kondisi tanah memburuk dan dapat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman. Dilihat dari segi kandungan unsur hara mikro menunjukkan bahwa semua sampel tanah memberikan kriteria sehat dengan nilai skoring rata-rata pada semua penggunaan lahan 4, karena memiliki kandungan unsur hara mikro cukup atau rendah bagi tanah dan tanaman. Hal ini sesuai yang diungkapkan Lowery et al. (1996) dalam Irundu (2008) bahwa tanah yang memiliki kandungan unsur hara mikro yang cukup atau rendah merupakan tanah dengan kriteria sehat. Hasil Skoring Kualitas Tanah. Hasil skoring penilaian kualitas tanah menunjukkan bahwa kualitas tanah yang berada di Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Sigi berdasarkan berbagai bentuk penggunaan lahannya memiliki kriteria tanah sehat dan tanah kurang sehat. Nilai dan kriteria skoring kualitas tanah pada setiap penggunaan lahan dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan hasil skoring penilaian kualitas tanah yang disajikan dalam bentuk tabel diatas menunjukan bahwa tanah di daerah Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Sigi berdasarkan penggunaan lahan memiliki kualitas tanah dengan kriteria tanah sehat dan tanah kurang sehat. Pada lahan kebun campuran memiliki skoring tertinggi yaitu 2,83 (kriteria tanah sehat) sedangkan lahan sawah memiliki nilai skoring 2,66 (kriteria tanah kurang sehat) dan pada lahan hortikultura memiliki nilai skoring terendah 2,5 (kriteria tanah kurang sehat). Penggunaan lahan berpengaruh terhadap kualitas tanah. Dengan adanya pengelolaan lahan khususnya pengolahan lahan (untuk kegitan pertanian) maka terjadi penurunan kualitas tanah sebagaimana terlihat pada penggunaan lahan untuk sawah dan hortikultura. Pengolahan tanah dapat menjaga kestabilan tanah yang dapat dilihat pada pengunaan lahan sawah yang mempunyai kriteria kualias tanah yang hampir sama dengan penggunaan lahan hortikultura. Pengolahan tanah dan pemupukan yang baik dapat menjaga kondisi tanah. 717

Tabel 2. Hasil Skoring Penilaian Kualitas Tanah Jenis Penggunaan Skoring Kualitas Tanah Lahan Nilai Kriteria Sawah 2,66 Kurang Sehat Hortikultura 2,5 Kurang sehat Kebun 2,83 Tanah campuran Sehat Sumber : Data Primer, 2015. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka disimpulkan bahwa penggunaan lahan sangat mempengaruhi kualitas tanah serta sifat-sifat tanah yang terdiri dari warna tanah, struktur, konsistensi, tekstur, C-organik, bahan organik ph, kapasitas tukar kation dan unsur hara. Kualitas tanah di Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Sigi berdasarkan penggunaan lahan memiliki kualitas tanah dengan kriteria tanah sehat dan tanah kurang sehat. Pada lahan kebun campuran memiliki skoring tertinggi yaitu 2,83 (kriteria tanah sehat) sedangkan lahan sawah memiliki nilai skoring 2,66 (kriteria tanah kurang sehat) dan pada lahan hortikultura memiliki nilai skoring terendah 2,5 (kriteria tanah kurang sehat). Saran Diharapkan perlu dilakukan penelitian serupa dengan menambahkan analisis sifat-sifat tanahnya, terutama pada sifat biologi tanahnya sehingga lebih meyakinkan hasil penilaian kualitas tanah yang diperoleh. DAFTAR PUSTAKA Jenis Tanah Inceptisol Inceptisol Inceptisol Ansori, T 2005. Bahan Organik Tanah. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. http://elisa 1. ugm.ac.id/. Diakses pada Tanggal 16 April 2015. Arshad, M.A and G.M. Coen. 1992. Characterization of Soil Quality: Physical and Chemical Criteria. J. Altern. Agric.7 (4): 12-16. Badan Pusat Statistik (BPS). 2013. Kabupaten Sigi Biromaru dalam Angka, Tahun 2013/2014. Kantor Pengolahan Data dan Informasi Badan Pusat statistik (BPS). Palu. Sulawesi Tengah. Hakim, M, M.Y. Nyakpa, A.M. Lubis, S.G. Nugroho, M.R. Saul, M.A. Diha, G.B.Hong dan H.H. Bailey. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung. Hardjowigeno, S. 1987. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akapress. Jakarta. Irundu, B. 2008. Penilaian Kualitas Tanah pada Beberapa Jenis Penggunaan Lahan di Kecamatan Liliriaja Kabupaten Soppeng. Skripsi. Universitas Hasanuddin Makassar. Larson, W. E. and F.J, Pierce. 1991. Conservation and Enhancement of Soil Quality. Jurnal. 2 (3):175-204. Pairunan, A.K., J. Nanere, Arifin, S.S.R. Samosir, R. Tangkaisari, J.R. Lalopua, B, Ibrahim dan H. Asmadi. 1985. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Timur : Makassar. Partoyo. 2005. Analisis Indeks Kualitas Tanah Pertanian Dilahan Pasir Pantai Samas Yogyakarta. Jurnal. 12 (2): 140-151. Primadani, P. 2008. Penilaian Kualitas Tanah Pada Berbagai Jenis Penggunaan lahan di Kecamatan Jatipuro Kabupaten Karanganyar. Jurnal. 7 (2):39-40. Purwanto, S, 2003. Penentuan Kualitas Air Tanah Melalui Analisis Unsur Kimia Terpilih. Jurnal. 13 (2): 81-89. Rasyid, B. 2004. Kualitas Tanah (Soil Quality). Lembaga penerbitan Universitas Hasanuddin Makassar. Sulawesi Selatan. Rayes, L.M. 2006. Deskripsi Profil Tanah di Lapangan. Unit Penerbitan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang. Refliaty dan E.J. Marpaung. 2010. Kemantapan Agregat Ultisol pada Beberapa Penggunaan Lahan dan Kemiringan Lereng. J. Hidrolitan. 1 (2): 35-42. Romig, D.E, M.J Garlynd, R.F. Harris and K. 1995. How Farmers Assess Soil Health and Quality. J. Soil Water. 50 (3) :225-232. Waluyaningsih, S. R. 2008. Studi Analisis Kualitas Tanah pada Beberapa Penggunaan Lahan dan Hubungannya dengan Ingkat Erosi di Sub Das Keduang Kecamatan Jatisrono Wonogiri. Jurnal. 12 (3):73-75. 718

719