dokumen-dokumen yang mirip
Mahasiswa Prodi Pendidikan Kimia FKIP UNS, Surakarta, Indonesia. Dosen Prodi Pendidikan Kimia FKIP UNS, Surakarta, Indonesia

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT BERBANTUAN VCD DALAM MEMPERBAIKI AKTIVITAS BELAJAR IPA TERPADU SISWA KELAS IX-1 SMPN 1 PATUMBAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kualitas dan keberhasilan suatu bangsa bisa dilihat dari kualitas pendidikannya. Hal mendasar yang perlu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA SMAN 1 SUNGAI AMBAWANG MELALUI PEMBELAJARAN MODEL ADVANCE ORGANIZER

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA MATA KULIAH KALKULUS DASAR BERBASIS LESSON STUDY

KEGIATAN LESSON STUDY BIOLOGI DI SMPN 1 JATINANGOR Oleh : Siti Sriyati 1) dan Tuti Hasanah 2)

Oleh : Aceng Haetami 1) dan Supriadi 2) !) Dosen PMIPA FKIP Unhalu 2) Guru SMAN 1 Poleang ABSTRAK

Kata kunci: lesson study, Aktivitas belajar, Morfologi Tumbuhan

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN LESSON STUDY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA SMA NEGERI SAWANG KABUPATEN ACEH SELATAN ABSTRAK

PENINGKATAN EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN KIMIA PADA MATERI KSP DAN KOLOID MELALUI IMPLEMENTASI LESSON STUDY DI SMA YUPPENTEK TANGERANG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. dengan baik dan benar (Kunandar, 2011: 41). Adlan (2011: 4) menjelaskan

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Metode NHT (Numbered Head Together) Pada Pokok Bahasan Gaya Kelas V SDN 6 Tambun

III. METODE PENELITIAN. Lampung pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013. Kelas yang dijadikan

Kata Kunci: Numbered Heads Together (NHT), media mading, motivasi belajar, hasil belajar siswa.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan wawancara dengan guru bidang studi kimia SMA Budaya Bandar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian ini 35 orang siswa kelas VIII yang terdiri dari 16 orang laki-laki dan 19

DIRECT INSTRUCTION SEBAGAI METODE UNTUK MENINGKATAN PEMAHAMAN MATERI PEMANTULAN CAHAYA PADA OPEN CLASS LESSON STUDY DI SMPN MODEL TERPADU BOJONEGORO

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MELALUI MODEL NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH DASAR

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kelas V SDN Tatarandang Pada Materi FPB Dan KPK

Jurnal Pendidikan Hayati ISSN : Vol.2 No.1 (2016) : 47-52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN 2016

BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN TEMUAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. awal tahun Menurut Kurt Lewin PTK atau Classroom Action Research

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X

Frekuensi Persentase Rata-rata Selang

UPAYA MENINGKATKAN KINERJA DAN HASIL BELAJAR MELALUI IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif yang selanjutnya akan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DAN KUALITAS PEMBELAJARAN BIOLOGI DI DALAM KELAS MELALUI KEGIATAN LESSON STUDY DI SMPN 1 JATINANGOR

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pelaksanaan tindakan kelas ini dilakukan di kelas VIIIc SMP Negeri 7

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN TEKNIK DIGITAL MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS LESSON STUDY

Eko Sri Wahyuni Dosen Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Tanjungpura Pontianak, Indonesia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA MATERI GERAK PARABOLA DAN GERAK MELINGKAR MELALUI KEGIATAN LESSON STUDY

Kata-kata Kunci : Model Numbered Head Together (NHT), Media Manik-manik, Aktifitas, Hasil Belajar, Pembelajaran Matematika, Sekolah Dasar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Jamidar Kepala SMP Negeri 2 Sirenja Kab. Donggala Sulawesi Tengah ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kimia kelas XI IPA 2 SMA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 21 MALANG PADA MATERI BANGUN RUANG

Riwa Giyantra *) Armis, Putri Yuanita **) Kampus UR Jl. Bina Widya Km. 12,5 Simpang Baru, Pekanbaru

ARTIKEL PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN TEKNIK DIGITAL MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS LESSON STUDY

BAB III METODE PENELITIAN. lazim dilalui, yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, dan (4)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

JIME, Vol. 2. No. 2 ISSN Oktober 2016

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 April 2017

Aplikasi Lesson Study dalam Upaya Peningkatan Kualitas Pembelajaran Fisika Matematika

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

P2M STKIP Siliwangi Jurnal Ilmiah UPT P2M STKIP Siliwangi, Vol.3, No.1, Mei 2016

2. Hasil Penelitian Siklus I Penelitian yang dilaksanakan di MI Sendangkulon Kecamatan Kangkung Kabupaten Kendal pada siswa kelas IV ini merupakan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. dan hasil pembelajaran yang terjadi pada siswa. Penelitian ini dilaksanakan

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. Penelitian tindakan kelas dengan peningkatan hasil belajar IPA tentang

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY

* Keperluan korespondensi:

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

MINARNI SMA Negeri 1 Ngunut Kab. Tulungagung

Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair Share

IMPLEMENTASI LESSON STUDY PADA MATA KULIAH KALKULUS LANJUT PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 Juli 2016

oleh : YOGI RAHAYU NPM : P

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research). Reason &

nilai tertinggi nilai terendah (log n) (log 32)

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 10 Biau

MENINGKATKAN KUALITAS PERKULIAHAN DI JURUSAN KIMIA FMIPA UNESA MELALUI KEGIATAN LESSON STUDY

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PGPAUD DALAM MATA KULIAH TARI UNTUK ANAK USIA DINI

*Keperluan korespondensi, telp: ,

Baharuddin Dosen Prodi Pendidikan Matematika Universitas Tadulako

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MAHASISWA MELALUI LESSON STUDY PADA MATA KULIAH MORFOLOGI TUMBUHAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 3 Sukadadi Kabupaten

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. ekonomi dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran yang sangat penting dalam pendidikan untuk yang memilih penjurusan

BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Hasil wawancara dengan guru bidang studi kimia kelas XI SMA YP Unila Bandar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri I Tulang Bawang Tengah Kecamatan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian tindakan kelas. Karakteristik

Peningkatan Kerjasama Mahasiswa Melalui Metode Penugasan Kelompok pada Mata Kuliah English for Physics I

PENERAPAN LESSON STUDY UNTUK MEMPERBAIKI PROSES PEMBELAJARAN BIOLOGI PADA SISWA KELAS VIII D SMP NEGERI 1 KUPANG TAHUN PELAJARAN

Sebelum pelaksanaan penelitian dengan Pendekatan Kooperatif Learning. NO Indikator Keterangan

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATERI FISIKA MELALUI KEGIATAN LESSON STUDY DI SMP 17 KOTA JAMBI. Maison, Asrial, Syaiful M

BAB I PENDAHULUAN. prasarana serta faktor lingkungan. Apabila faktor-faktor tersebut dapat

Aydha Vadillah Kurniawati et al., Implementasi Kooperatif Learning NHT... Abstrak

Eka Pratiwi Tenriawaru*, Nurhayati B, Andi Faridah Arsal. Program Studi Biologi, Fakultas MIPA Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK

Transkripsi:

PENINGKATAN HASIL BELAJAR KIMIA UNSUR MELALUI PENERAPAN LESSON STUDY BERBASIS KOOPERATIF JIGSAW PADA MAHASISWA PENDIDIKAN KIMIA FKIP UHO Oleh: Aceng Haetami, La Rudi, Rustam Musta 1) 1) Jurusan Pendidikan Kimia FKIP UHO Email:acengkimia@gmail.com ABSTRAK: Motivasi dan aktivitas belajar mahasiswa dalam pembelajaran kimia unsur sangat rendah. Hal ini berimbas pada rendahnya rerata hasil belajar mahasiswa dari tahun ke tahun yang selalu <61. Penerapan Lesson Study berbasis model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw diharapkan mampu meningkatkan motivasi dan aktivitas belajar mahasiswa sehingga hasil belajar kimia unsur meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar mahasiswa melalui implementasi Lesson Study berbasis model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada pokok bahasan kimia unsur. Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga Open Class, masing-masing Open Class terdiri dari tiga tahapaan utama : Plan, Do, See. Subyek penelitian ini adalah mahasiswa pendidikan kimia FKIP UHO angkatan 2014 yang berjumlah 72 orang. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan lembar observasi dan tes essay. Berdasarkan analisis data hasil penelitian, persentase aktivitas belajar mahasiswa mengalami peningkatan dari Open Class I ke Open Class II yakni sebesar 15,83% dan dari Open Class II ke Open Class III meningkat sebesar 11,67%. Hasil belajar mahasiswa berkisar 41,67-92,00 dengan rerata 67,33, dimana sebanyak 57 atau 79,17% mahasiswa memiliki nilai 61 dan 15 atau 20,83 % mahasiswa memiliki nilai 61. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penerapan Lesson Study berbasis model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar kimia unsur pada mahasiswa Pendidikan Kimia FKIP UHO. Kata kunci: hasil belajar kimia, lesson study, kooperatif Jigsaw PENDAHULUAN Mata kuliah kimia dasar merupakan salah satu mata kuliah yang memiliki karakteristik tersendiri dan memerlukan keterampilan dalam memecahkan masalah-masalah ilmu kimia yang berupa teori, konsep, hukum, dan fakta. Mata kuliah kimia dasar perlu diajarkan untuk tujuan yang lebih khusus yaitu membekali peserta didik dengan pengetahuan, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan untuk memahami lebih baik lagi tentang konsep kimia serta mengembangkan ilmu dan teknologi. Oleh sebab itu, mahasiswa diharapkan mampu memahami dan menguasai konsep-konsep kimia dasar. Namun tidak semua mahasiswa dapat memahami dan menguasai konsep-konsep kimia tersebut, bahkan ada mahasiswa yang sering mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal-soal kimia, sehingga mereka menganggap bahwa mata kuliah kimia dasar merupakan mata pelajaran yang sulit dalam artian motivasi dalam pokok bahasan tertentu sangat kurang. Salah satu contohnya yaitu pada pokok bahasan kimia unsur, dimana kimia unsur merupakan materi kimia dasar II yang dirasakan motivasi mahasiswa sangat kurang. Motivasi dan aktivitas belajar yang kurang berimbas pada rendahnya hasil belajar mahasiswa. Hal ini terbukti dalam tiga tahun terakhir, hasil belajar kimia unsur reratanya selalu di bawah 61 (TA 2012/2013 : 58,13; TA 2013/2014 : 57,69; TA 2014/2015 : 59,51). Rendahnya hasil belajar kimia unsur merupakan masalah yang sangat mendesak untuk dicarikan solusinya karena kimia unsur merupakan pokok bahasan inti yang mendasari pokok bahasan kimia dasar selanjutnya. Hasil diskusi yang dilakukan tim dosen mata kuliah kimia dasar II, disimpulkan bahwa dalam [1]

proses pembelajaran materi kimia unsur, model pembelajaran yang digunakan masih kurang bervariasi tanpa memperhitungkan kesesuaian antara model pembelajaran yang digunakan dengan materi yang akan diajarkan atau adanya penggunaan model pembelajaran yang berpatokan hanya pada satu model saja yang mana model tersebut lebih cenderung kepada aktivitas dosen. Selain itu dalam menuntaskan materi kimia unsur, seringkali peserta didik hanya ditugaskan membuat makalah baik individu maupun kelompok. Hal ini sangat berpengaruh terhadap akivitas mahasiswa yang juga akan berdampak terhadap hasil belajar mahasiswa sebab dengan model pembelajaran yang lebih dominan berpusat pada dosen, mahasiswa akan cenderung mendengar, mencatat dan mengahafal sehingga hasil belajar mahasiswa tidak tercapai secara optimal. Salah satu upaya yang ditawarkan tim dosen yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas adalah dengan implementasi lesson study, dimana lesson study muncul sebagai salah satu alternatif guna mengatasi masalah praktik pembelajaran yang selama ini dipandang kurang efektif. Lesson study merupakan kegiatan riset untuk mengkaji metodologi yang digunakan selama di kelas dan berbagi hasil observasi untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Open class Lesson Study dapat dilakukan melalui serangkaian kegiatan yaitu tahap perencanaan (Plan), pelaksanaan (Do) dan refleksi (See). Tahapan-tahapan ini bertujuan untuk menghasilkan rancangan pembelajaran yang diyakini mampu membelajarkan mahasiswa secara efektif serta membangkitkan partisipasi mahasiswa dalam pembelajaran (Lewis et al., 2006). Model pembelajaran yang digunakan dalam penerapan lesson study ini yaitu model pembelajaran kooperatif yaitu model pembelajaran yang merujuk pada berbagai pengajaran dimana para mahasiswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Model pembelajaran kooperatif yang dipilih ialah model pembelajaran kooperatif Jigsaw, karena model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab mahasiswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Mahasiswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya, ini memungkinkan mahasiswa untuk lebih aktif dan bertanggung jawab penuh untuk memahami materi pelajaran baik secara berkelompok maupun individual, dan dalam proses pembelajaran di kelas model Jigsaw ini dilengkapi dengan pemberian LKM. Model pembelajaran Jigsaw ini sesuai dengan pokok bahasan kimia unsur, yang mana pokok bahasan kimia unsur ini membutuhkan ketekunan mahasiswa untuk membaca dan pemahaman konsep (Baskoro et al., 2013). METODE PENELITIAN Metode kajian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kajian Lesson Study berbasis model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw. Fokus kajian adalah aktivitas belajar mahasiswa. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun akademik 20014/2015 di Jurusan Pendidikan Kimia FKIP UHO. Sasaran kajian adalah mahasiswa angkatan 2014 yang memprogramkan mata kuliah Kimia Dasar II. Pelaksanaanya dilakukan dalam 3 open class dengan pokok bahasan kimia unsur. Setiap open class terdiri dari 3 tahapan utama, yaitu tahap perencanaan (Plan), tahap pelaksanaan dan observasi (Do) dan tahap refleksi (See). PLAN DO 1 SEE 1 SEE 2 DO 2 PLAN PLAN DO 3 SEE 3 Gambar 3.1. Prosedur penelitian [2]

1) Tahap Perencanaan (Plan) : secara berkolaborasi kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah membuat RPP, materi ajar, membuat alat bantu pembelajaran, membuat lembar kerja mahasiswa (LKM), membuat lembar observasi, dan membuat alat evaluasi. 2) Tahap Pelaksanaan (Do/Open Lesson) Rencana pembelajaran yang telah disusun bersama selanjutnya diimplementasikan oleh dosen model di kelas mulai dari membuka kegiatan pembelajaran, menyampaikan materi dan lain-lain sampai pada menutup pembelajaran. Observer mengamati proses pembelajaran dan mencatat hal-hal penting yang terjadi selama proses pembelajaran di kelas berlangsung. Observasi lebih difokuskan pada aktivitas mahasiswa di kelas. 3) Tahap Refleksi (See) Tahap ini melibatkan semua tim dalam Lesson Study yang terdiri dari fasilitator, dosen model, dan observer. Tahap ini diawali dengan dosen model mengungkapkan kesan-kesannya terhadap pembelajaran yang dilakukannya, dan respon mahasiswa yang dipandu oleh seorang fasilitator yang juga berperan sebagi observer. Adapun para observer memberikan masukan berdasarkan data yang diperoleh, demi kebaikan pembelajaran selanjutnya. Hasil refleksi digunakan sebagai masukan untuk perbaikan atau revisi rencana pembelajaran berikutnya. Teknik Pengumpulan Data a. Data kualitatif (data mengenai aktivitas dosen dalam mengelola pembelajaran dan data mengenai aktivitas mahasiswa dalam proses pembelajaran) diperoleh dengan menggunakan lembar observasi. b. Data kuantitatif (data mengenai hasil belajar mahasiswa) diperoleh melalui hasil ujian. Teknik Analisa Data a. Menentukan Persentase Aktivitas Belajar Siswa % Aktivitas belajar siswa = x 100 % b. Nilai Hasil Belajar = HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Aktivitas Belajar Mahasiswa Aktivitas belajar mahasiswa pendidikan kimia selama pembelajaran berlangsung pada setiap Open Class ditunjukkan pada Tabel 1 Tabel 1. Persentase Aktivitas Belajar Mahasiswa pada setiap Open Class No. 1. 2. 3. 4. Aspek yang Diamati mahasiswa mempersiapkan diri dengan baik untuk mengikuti pembelajaran. mahasiswa menjawab pertanyaan yang telah disiapkan dalam LKM. mahasiswa terlibat aktif dalam diskusi untuk menemukan jawaban soal LKM. Tiap mahasiswa mempertanggung jawabkan hasil jawaban soal yang ditugaskan kepadanya dengan baik. Persentase (%) I II III 75 75 100 75 75 100 50 50 100 100 100 100 [3]

No. 5. 6. 7. 8. Aspek yang Diamati Persentase (%) I II III mahasiswa menanggapi jawaban dari kelompok yang melakukan presentasi. 25 75 100 mahasiswa mengajukan pertanyaan apabila ada yang tidak dipahami. 33,33 75 100 Mahasiswa mencatat materi dan terlibat dalam membuat kesimpulan. 66,67 75 75 Tumbuhnya kepercayaan diri mahasiswa setelah pembelajaran. 50 75 75 % Rerata 59,38 75 93,75 (Sumber: Olahan Data Observasi) 2. Data Hasil Belajar Mahasiswa Perbandingan hasil belajar mahasiswa pada pembelajaran kimia unsur setiap open class terangkum dalam Tabel 2. Tabel 2. Karateristik Hasil Belajar Mahasiswa Setiap Open Class No. Parameter Open Class I 1. Jumlah mahasiswa yang 6 bernilai 81 (8,33%) 2. Jumlah mahasiswa bernilai 40 < 81 dan 61 (55,56%) 3. Jumlah mahasiswa bernilai 22 < 61 dan 41 (30,56%) 4. Jumlah mahasiswa bernilai 4 < 41 dan 21 (5,56%) 5. Jumlah mahasiswa yang bernilai < 21 0 (Sumber: Olahan Data Hasil Penelitian) Open Class II 16 (22,22%) 25 (34,72%) 26 (36,11%) 3 (4,17%) 2 (2,78%) Open Class III 24 (33,33%) 33 (45,83%) 14 (19,44%) 1 (0,14%) 0 Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan hasil belajar mahasiswa yang bernilai sangat baik ( 81) meningkat secara signifikan yaitu dari 8,33% pada Open Class (OC) I dengan jumlah siswa sebanyak 6 orang menjadi 22,22% dengan jumlah siswa sebanyak 15 orang pada OC II, dan 33,33% pada OC III dengan jumlah siswa sebanyak 24 orang, meskipun jumlah mahasiswa yang memiliki nilai < 81 dan 61 menurun drastis dari OC I ke OC II dengan presentase 55,56% sebanyak 40 orang ke 34,72% sebanyak 25 orang dan naik kembali pada OC III dengan presentase 45,83% sebanyak 33 orang. Selanjutnya untuk jumlah mahasiswa dengan nilai < 61 dan 41, menunjukkan peningkatan yakni dari 30,56% (sebanyak 22 orang) pada OC I menjadi 36,11% (sebanyak 26 orang) pada OC II dan mengalami penurunan menjadi 19,44% (sebanyak 14 orang) pada OC III. Untuk jumlah mahasiswa < 41 dan 21 menunjukkan presentase dengan rincian 5,56% (sebanyak 4 orang) pada OC I menjadi 4,17% (sebanyak 3 orang) pada OC II dan pada OC III menjadi 0,14%(1 orang), selanjutnya untuk parameter yang terakhir dengan jumlah mahasiswa dengan nilai < 21 sebanyak 2 orang dengan presentase 2,78% pada OC II. Dengan demikian, Tabel 4.2 menunjukkan bahwa hasil belajar kimia mahasiswa pendidikan kimia pada pokok bahasan Kimia Unsur setelah diajar melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw menunjukkan [4]

hasil belajar kimia yang cukup baik yang secara umum mengalami peningkatan nilai pada tiap open class. Secara umum, karakteristik hasil belajar kimia mahasiswa pendidikan kimia pada pokok bahasan kimia unsur ditunjukkan pada Tabel 3 Tabel 3 Analisis Deskriptif Hasil Belajar Mahasiswa Aspek Nilai Nilai Rata-Rata 67,33 Nilai Maksimum 92,00 Nilai Minimum 41,67 (Sumber: Olahan Data Hasil Penelitian) Berdasarkan Tabel 3 nilai rata-rata kimia dasar untuk materi kimia unsur yaitu sebesar 67,33, dengan nilai maksimum sebesar 92,00 serta nilai minimum sebesar 41,67. Tabel 4. Deskripsi Persentase Ketuntasan Belajar Kimia dari 72 Mahasiswa Ketuntasan Belajar Aspek Mahasiswa Jumlah Siswa Presentase (%) Tuntas 57 79,17 Belum Tuntas 15 20,83 Tabel 4 menunjukkan persentase ketuntasan hasil belajar mahasiswa secara klasikal sebesar 79,17% atau 57 orang mahasiswa telah mencapai nilai 60 sesuai standar yang ditetapkan. Dengan demikian, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada pokok bahasan kimia unsur dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa Penelitian ini dilakukan dengan mengacu pada prinsip-prinsip Lesson Study yang terdiri dari tiga tahapan utama yaitu tahap perencanaan (PLAN), tahap pelaksanaan (DO) dan tahap refleksi (SEE) dalam setiap open class. Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga open class, dimana setiap open classnya terdiri dari satu kali pertemuan dengan waktu selama 150 menit. Pada kegiatan do open class pertama, terlihat kesiapan mahasiswa untuk belajar baik fisik maupun mental belum maksimal, terlihat dari persediaan buku yang dimiliki oleh mahasiswa, tidak semua mahasiswa memiliki buku paket, serta sebagian masih terlihat kurang bersemangat mengikuti proses perkuliahan. Saat memasuki kegiatan inti pembelajaran, hanya terlihat beberapa aktivitas belajar mahasiswa, diantaranya: Pertama, pada saat dosen menjelaskan secara singkat tentang materi perkuliahan, kebanyakan mahasiswa sibuk mencatat materi sehingga perhatian para mahasiswa kurang tertuju kepada penjelasan dosen di depan. Kedua, sebagian besar mahasiswa mengalami kesulitan menjawab pertanyaan yang ada dalam Lembar Kerja Mahasiswa (LKM). Hal ini terlihat dari banyaknya mahasiswa yang meminta bimbingan dari dosen. Namun, tidak semua mahasiswa meminta bimbingan dosen, karena masih ada beberapa yang terlihat diam saja apabila mahasiswa tersebut tidak mengetahui cara penyelesaian soal yang menjadi tanggung jawabnya, disebabkan masih kurangnya keberanian untuk meminta bimbingan dosen dalam menyelesaikan tugas soal yang menjadi tanggung jawabnya. Hal ini membuat diskusi kelompok tidak berjalan dengan baik karena mahasiswa yang tidak memiliki keberanian tadi mengharapkan kepada teman sekelompoknya untuk menjawabkan soal yang menjadi tanggung jawabnya. Akan tetapi, setelah soal yang menjadi tanggung jawabnya telah selesai dikerjakan oleh teman kelompoknya, mahasiswa tersebut meminta temannya untuk menjelaskan kepadanya. Ketiga, pada saat mahasiswa mempresentasikan hasil kerjanya di depan kelas, terlihat ada beberapa mahasiswa dari kelompok lain yang tidak memperhatikan penjelasan jawaban. Hal ini disebabkan karena beberapa mahasiswa masih menyelesaikan tugasnya. Akibatnya, pada saat dosen [5]

memberikan kesempatan kepada setiap anggota kelompok untuk memberikan tanggapan terhadap hasil jawaban mahasiswa dari kelompok yang menjawab pertanyaan, maka hanya satu kelompok saja mahasiswa yang memberikan tanggapan dalam kegiatan diskusi kelas tersebut. Pada kegiatan penutup, dosen model mengarahkan mahasiswa untuk memberikan kesimpulan materi yang telah dipelajari. Dari deskripsi di atas dapat disimpulkan bahwa dari kegiatan do pada open class pertama, aktivitas belajar mahasiswa dalam proses pembelajaran belum maksimal terlihat dari adanya beberapa aspek pada lembar observasi yang belum dilaksanakan oleh mahasiswa, dimana berdasarkan hasil analisis Tabel 4.1 menunjukkan bahwa persentase aktivitas belajar mahasiswa hanya mencapai 59,38%, Memasuki kegiatan do pada open class kedua, terlihat bahwa sebagian besar mahasiswa telah siap belajar baik fisik maupun mental, dimana sebagian besar mahasiswa telah memiliki buku paket mata kuliah kimia dasar pokok bahasan kimia unsur. Mahasiswa juga terlihat lebih tenang dan bersemangat mengikuti pelajaran kimia pada kegiatan do kedua ini. Hal ini dikarenakan beberapa aktivitas dosen yang membantu kesiapan belajar mahasiswa mulai terlihat. Upaya dosen yang telah mempersiapkan mahasiswa untuk belajar dengan baik, memberi dampak yang begitu besar terhadap aktivitas belajar mahasiswa. Dimana, beberapa aktivitas belajar mahasiswa yang tidak terlihat pada kegiatan do pertama mulai nampak pada kegiatan do kedua ini. Dengan kemunculan beberapa aktivitas belajar mahasiswa tersebut menyebabkan proses perkuliahan menjadi lebih hidup. Memasuki kegiatan inti, aktivitas belajar mahasiswa semakin berkembang. Beberapa aktivitas belajar mahasiswa yang tidak nampak pada open class pertama, mulai terlihat pada open class kedua, diantaranya: Pertama, respon mahasiswa pada saat dosen menyampaikan materi sangat besar. Hal ini terlihat ketika dosen melakukan tanya jawab, sebagian besar mahasiswa antusias menjawab pertanyaan dosen. Hal tersebut dipengaruhi upaya dosen yang sudah cukup maksimal mempersiapkan mahasiswa dengan baik untuk belajar. Kedua, sebagian besar mahasiswa tidak canggung lagi untuk meminta bimbingan dosen apabila ada soal yang kurang dipahami. Hal ini disebabkan karena pendekatan yang dilakukan oleh dosen kepada mahasiswa-mahasiswi yang tidak memiliki keberanian untuk bertanya kepada dosen, sehingga dengan sikap dosen tersebut menumbuhkan rasa keberanian pada diri mahasiswa untuk menanyakan cara penyelesaian soal yang belum diketahui kepada dosen, meskipun masih saja terlihat ada beberapa mahasiswa yang belum memiliki keberanian tersebut. Selain itu juga peran dosen dalam memberikan bimbingan kepada mahasiswa yang membutuhkan cukup besar, akibatnya sebagian besar mahasiswa mulai bertanggungjawab terhadap tugasnya masing-masing. Ketiga, sebagian besar mahasiswa mulai antusias memperhatikan presentasi jawaban kelompok lain. Hal ini terlihat dari banyaknya mahasiswa yang mengangkat tangan ketika dosen memberikan kesempatan untuk menanggapi jawaban kelompok yang tampil presentasi. Pada saat mahasiswa memberikan tanggapannya, kelompok yang melakukan presentasi juga antusias menanggapi kembali tanggapan mahasiswa dari kelompok yang memberikan tanggapan. Akibatnya, kegiatan diskusi kelas menjadi lebih hidup dan lebih menarik. Di akhir diskusi dosen memberikan penghargaan kepada kelompok yang menjawab pertanyaan dengan benar dan memberikan penghargaan kepada kelompok yang memberikan tanggapan. Memasuki kegiatan akhir, dosen mengarahkan mahasiswa untuk memberikan kesimpulan materi yang telah dipelajari dan sebelum menutup pelajaran, dosen memberikan tugas rumah dan menyampaikan sub pokok materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya. Pada open class kedua, dosen terlihat lebih yakin dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan memberi kontribusi bagi kegiatan belajar mahasiswa, sehingga menciptakan suasana pembelajaran yang menjadi lebih hidup dan lebih menarik. Selain itu, dosen telah mampu menarik minat dan perhatian mahasiswa serta meningkatkan kepercayaan diri mahasiswa untuk mengikuti pembelajaran dibandingkan open class sebelumnya. Aktivitas belajar mahasiswa juga menunjukkan peningkatan sebesar 15,62%, yaitu dari 59,38% pada open class pertama menjadi 75% pada open class kedua. Memasuki kegiatan do pada open class ketiga, terlihat bahwa aktivitas belajar mahasiswa semakin membaik dibandingkan open class pertama dan open class kedua. Hal tersebut menunjukkan bahwa seluruh aspek belajar mahasiswa yang [6]

diobservasi terlaksana dengan baik. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dosen berhasil mempersiapkan mahasiswa untuk belajar dengan baik. Pada tahap ini, dosen lebih mantap dan percaya diri untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, mengingat bahwa pada open class kedua dosen telah berhasil menciptakan suasana pembelajaran yang lebih hidup dan lebih menarik sehingga mampu menarik perhatian mahasiswa serta mampu meningkatkan kepercayaan diri mahasiswa untuk mengikuti pembelajaran. Begitu pula dalam kegiatan inti, dimana mahasiswa terlihat sangat antusias dan penuh percaya diri mengikuti setiap tahapan pembelajaran, baik dari menjawab pertanyaan dosen sampai terlibat aktif dalam kegiatan diskusi kelas. Hal ini disebabkan karena kepercayaan diri dan motivasi diri mahasiswa sudah terbentuk. Selain itu, mahasiswa juga sudah lebih mampu beradaptasi dengan model pembelajaran yang dibawakan oleh dosen. Akibatnya, dosen tidak mendapat kesulitan yang berarti dalam melaksanakan pembelajaran. Pada tahap ini, mahasiswa tampak senang dan gembira mengikuti proses pembelajaran. Memasuki kegiatan akhir, dosen mengarahkan mahasiswa untuk memberikan kesimpulan materi yang telah dipelajari dan sebelum menutup perkuliahan, menyampaikan bahwa pada pertemuan berikutnya akan diadakan ulangan sebagai bentuk evaluasi terhadap proses pembelajaran. Dari hasil analisis deskriptif diperoleh bahwa persentase aktivitas belajar mahasiswa pada open class ketiga mengalami peningkatan sebesar 18,75%, yaitu dari 75% pada OC II menjadi 93,75% pada OC III. Menurut Roosilawati dan Widjayaiswara dalam Kusuma (2008) bahwa interaksi antara dosen dan mahasiswa dapat menambah percaya diri mahasiswa sehingga termotivasi untuk belajar dan akhirnya dapat meningkatkan pemahamannya terhadap materi. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar yang diperoleh mahasiswa sangat ditentukan oleh interaksi antara dosen dan mahasiswa dengan berbagai aktivitas selama proses pembelajaran. Oleh karena itu, dengan meningkatnya aktivitas belajar mahasiswa maka dapat meningkatkan pula hasil belajar mahasiswa. Dari Tabel 3 diperoleh rata-rata hasil belajar mahasiswa sebesar 67,33 dengan nilai tertinggi yaitu 92,00 dan nilai terendah yaitu 41,67 dengan ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 79,17% atau sebanyak 57 mahasiswa tuntas belajar secara individual dengan mendapat nilai 61 (sesuai standar yang ditetapkan) dan 15 orang mahasiswa tidak tuntas belajar secara individual atau sebanyak 20,83%. Berdasarkan uraian dan hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran koopertaif tipe Jigsaw memberi manfaat yang sangat besar terhadap mahasiswa Dengan demikian berarti bahwa penerapan lesson study berbasis model pembelajaran kooperatif tipe Jjigsaw dapat meningkatkan kualitas pembelajaran kimia unsur. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil observasi pada setiap open class dan hasil evaluasi, maka ditarik kesimpulan sebagai berikut: a. Aktivitas belajar mahasiswa selama proses pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw meningkat sebesar 15,62% dimana pada open class I persentasenya yaitu 59,38% dan persentase untuk open class II sebesar 75% selanjutnya mengalami peningkatan sebesar 18,75% dimana persentase pada open class II sebesar 75% dan persentase open class III sebesar 93,75%.. b. Rata-rata hasil belajar mahasiswa pada pokok bahasan kimia unsur sebesar 67,33 dengan nilai tertinggi 92,00 dan nilai terendah 41,67 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 79,17 atau 57 mahasiswa dari 72 orang mahasiswa tuntas secara individual dengan memperoleh nilai 61 (sesuai standar yang ditetapkan). Saran Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, dapat diajukan saran bahwa penerapan Lesson Study berbasis model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar mahasiswa dalam pembelajaran kimia unsur, tetapi tuntas kelas yang menjadi target indikator kinerja setiap open class tidak tercapai. Ketidaktercapaian tersebut disebabkan oleh penerapan Lesson Study berbasis model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam penelitian ini mengalami kendala terutama dalam [7]

efisiensi waktu, sehingga diskusi kelompok pada kelompok ahli dan kelompok asal tidak optimal. Di samping itu, tidak setiap mahasiswa menguasai permalasahan yang diberikan dalam Lembar Kerja Mahasiswa (LKM), sehingga usaha yang baik untuk mengatasi permasalahan ini yaitu agar pembelajaran jangan dilakukan pada kelas besar atau dibuat parallel sehingga efisiensi waktu terkendali. Yoshida, M. 2010. Developing Effective Use of the Blackboard through Lesson Study.http://www.rbs.org/lesson_study/confenr ence/2002/paper/yoshida_blacboard.sht ml. DAFTAR PUSTAKA Baskoro, Febri., Sulistyo Saputro dan Budi Hastuti, 2013. Upaya Peningkatan Aktivitas Dan Prestasi Belajar Dengan Model Pembelajaran NHT (Numbered Head Together) Dilengkapi LKS pada Materi Kimia \Unsur Mahasiswa Kelas XI IPA-3 SMA Negeri 6 Surakarta. Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 2 No. 2. Kisworo, 2006. Membangun Kompetisis Belajar Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. Lewis Catherine. 2002. Lesson study: A Handbook of Teacher-led Instructional Change. Research for Better Schools. Philadelphia. Suroso, 2011. Peningkatan Daya Ingat Terhadap Materi Kimia Unsur Melalui Penggunaan Media Pembelajaran. Jakarta : Pelangi Pendidikan. Susilo, H. Apa dan Mengapa Lesson Study Perlu Dilakukan untuk Meningkatkan Profesionalisme Guru dan Dosen MIPA. Makalah. Disajikan dalam Seminar Peningkatan Profesionalisme Guru dan Dosen MIPA melalui Lesson Study, di Singaraja, 25 November 2006. Sutopo & Ibrahim. 2006. Pengalaman IMSTEP dalam Implementasi Lesson Study. Makalah. Disajikan dalam Pelatihan kemitraan LPTK- Sekolah dalam rangka peningkatan mutu Pendidikan MIPA, di Hotel Yogyakarta, 27-29 Juli 2006. [8]