MASALAH PEMODELAN KEBUTUHAN TRANSPORTASI BARANG DI PULAU JAWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL SIMULTAN TESIS MAGISTER Oleh Bambang Pudjianto N.I.M. 25094016 BIDANG KHUSUS REKAYASA TRANSPORTASI PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 1997
ABSTRAK Perkembangan transportasi barang yang cukup pesat dewasa ini menuntut penyediaan prasarana dan sarana yang memadai. Tanpa terpenuhinya hal tersebut, akan menimbulkan persoalan yang semakin rumit, dan semakin sulit dipecahkan. Pengembangan suatu metodologi yang mampu merepresentasikan keadaan yang sebenarnya secara kuantitatif menjadi sangat diperlukan, sebagai alat bantu untuk merumuskan persoalan dan pemecahannya secara lebih baik. Penelitian ini menitik beratkan pada usaha mencari bentuk rumusan kuantitatif tentang kebutuhan transportasi barang regional Pulau Jawa kedalam model matematis. Model yang dicoba dikembangkan dalam penelitian ini adalah Model Simultan yang menggunakan pendekatan interaksi spasial, dan dikembangkan dari model gravitasi. Model agregat ini dikalibrasi dengan data agregat yang mencakup ; data O-D pergerakan barang, data sosio-ekonomi, dan data atribut moda, pada tahun basis 1988. Model yang dikembangkan selanjutnya diuji dengan alat uji statistik dan kriteria `reasonableness' terhadap parameter yang dihasilkan untuk mendapatkan model yang terbaik. Disamping itu penelitian ini juga mencoba menemukenali faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses pemodelan dan model yang dihasilkan. Ada dua model utama yang dikembangkan yaitu ; model moda-spesifik mode-tunggal yang meninjau masing-masing moda secara terpisah/ individual, dan model modaabstract multi-moda yang melibatkan interaksi ketiga moda yaitu antara moda kereta rel, angkutan udara dan angkutan laut, yang saling terkait satu dengan lainnya. Secara umum Model Moda-Spesifik yang dihasilkan masih kurang memuaskan, hanya model moda kereta rel yang memenuhi syarat uji statistik dan kriteria kemasukakalan. Nilai R 2 yang dihasilkan dari model moda kereta rel relatif masih rendah yaitu antara 0,27 0,37, hal ini mengindikasikan korelasi antara variabel sosio-ekomoni terhadap kebutuhan transportasi barang masih relatif kecil. Walaupun nilai R 2 yang diberikan oleh model moda angkutan udara cukup besar yaitu antara 0,71 0,96, tetapi kriteria kemasuk-akalan parameter waktu dan biaya pergerakan barang tidak terpenuhi. Hal tersebut terjadi juga pada model moda angkutan laut dengan nilai R 2 antara 0,25 0,36. Data distribusi volume pergerakan barang menurut kategori jarak untuk kedua moda tersebut memang mendukung, dimana volumenya meningkat untuk jarak yang semakin besar. Hal ini mengindikasikan bahwa pendekatan model yang digunakan kurang sesuai dengan karakteristik perilaku pelayanan transportasi moda yang bersangkutan terhadap karakteristik komoditi yang diangkut pada rentang jarak pelayanan dalam cakupan wilayah P.Jawa. Pada Model Moda-Abstrak yang merupakan sintesa dari ketiga moda (yaitu kereta rel, angkutan udara dan laut), hasilnya juga tidak memenuhi syarat. Walaupun nilai R 2 nya mencapai 0,46 0,68, elastisitas variabel biaya dan waktu pergerakan barang juga masih menunjukkan tanda aljabar yang berlawanan dengan yang diharapkan. Hal ini mengindikasikan bahwa tidak adanya kompetisi yang berarti, karena adanya perbedaan yang signifikan dari karakteristik pelayanan ketiga moda tersebut pada rentang jarak dalam cakupan wilayah P.Jawa.
ABSTRACT The rapid growth of freight transportation in Indonesia, especially in Java Island needs anticipation by development of transport infrastructure and facilities adequately. Otherwise, the problem on freight transportation will become more serious and complicated. In this case development of a methodology which is applicable to analyse quantitatively of freight transport demands is immediately needed, as a tool of problem formulation and founding better solution. This research focuses on the effort to represents quantitatively of freight transport demands within the region of Jawa Island, by using mathematical model. The model applied is Simultaneous Model or Direct Demand Model which uses spatial interaction's approach and basically is developed from the gravity model. This aggregate model is callibrated by using aggregated data i.e. ; origin and destination (O-D) of freight movement, sosio-economic, and general impedance of transport, in the base year of 1988. The model parameters then were examined by using statistical technique and reasonability criteria to obtain the best selected model. This study also attempts to identify the factors affected the model development process and results. The Mode-Specific Model obtained from this research appear unsatisfactorily results, only the rail transportation mode presents a realistic model which is statisticaly sound and fulfil reasonability criteria. This mode-spesific model with small figures in coefficient of determination R 2 of 0,27 0,37, indicates that correlation between socio-economic and freight transport demand is remaining low. In the model of air transportation even the value of R 2 is higher of 0,71 0,96, however the reasonability criteria is not fulfiled, as well as for sea transportation which obtains R 2 of 0,25 0,36. Concerning the volume distribution of freight movement catagorized by distance intervals, both of air and sea transportation modes show, that freight flows increase following the increase of the travel distances. This is similar with trend of travel time and cost of freight transportation. This indicate that the model approach is unfit with the carracteristic of air and sea freight transportations within the region of Jawa Island. The Abtract-Mode Model which is synthesized from three transportation modes (i.e; rail, air and sea), also appear an unsignificant result in term of both in the figure of R 2 and reasonability criteria. Although the value of R 2 is higher than the rail transport mode-specific model of 0,46 0,68, the elasticity of travel time and cost of freight transportation contain of unexpected or wrong sign (positive). This coinsides with the less of competition among those three modes. The modal split of freight transportation shows that more than 99 % of freight movements in Jawa Island predominantly transported by rail. This indicates that the competetion among those three modes is very low, and therefore this model is not suitable to replicate the condition.