1 MODEL PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMETAAN PIKIRAN PADA SISWA KELAS IX MTs. AT-TAQWA SINGAJAYA KABUPATEN GARUT TAHUN AJARAN 2011/2012 M A K A L A H Disusun oleh : IRNA IRAWATI NIM. 1021.0259 PROGRAM STUDI PBS INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) SILIWANGI BANDUNG 2012
2 MODEL PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMETAAN PIKIRAN PADA SISWA KELAS IX MTs. AT-TAQWA SINGAJAYA KABUPATEN GARUT TAHUN AJARAN 2011/2012 Irna Irawati NIM. 1021.0259 Program Studi PBS Indonesia Sekolah Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Siliwangi Bandung 2012 ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan dan kreativitas siswa dalam menulis cerita pendek, penelitian ini memberikan gambaran tentang perencanaan pembelajaran menulis cerpen dengan menggunakan metode pemetaan pikiran, mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran menulis cerpen dengan menggunakan metode pemetaan pikiran, dan mendeskripsikan hasil pembelajaran menulis cerpen dengan menggunakan metode pemetaan pikiran. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Eksperimen. Data penelitian diperoleh dengan menggunakan instrurnen penelitian berikut: lembar observasi, Catatan lapangan, lembar wawancara,dan lembar jurnal siswa. Prosedur pelaksanaan tindakan melalui tahapan berikut : 1) perencanaan tindakan; 2) pelaksanaan tindakan; 3) analisis data; 4) refleksi. Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai observer sedangkan guru kelas sebagai pengajar. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan kemampuan siswa setelah mengikuti pembelajaran menulis cerpen dengan menggunakan metode pemetaan pikiran. Berdasarkan hasil penelitian terhadap hasil siswa dalam menulis cerpen, diketahui bahwa kemampuan menulis cerpen siswa dengan menggunakan metode pemetaan pikiran meningkat mulai dari Pretes hingga Postes. Pada pretes, skor tertinggi siswa sebesar 82,6 dan skor terendah sebesar 64,7. Sebanyak empat orang siswa berada dalam kategori cukup dan satu orang siswa berada pada kategori kurang. Kategori baik terdiri dari empat orang, bahkan pada pembelajaran ini pun terdapat siswa yang berkategori sangat baik. Pada Postes, skor tertinggi sebesar 87,25 dan skor terendah sebesar 74,25, semua siswa berada pada kategori baik dengan perolehan nilai yang tidak jauh berbeda. Adapun skor rata-rata kemampuan menulis cerpen Pretes sebesar 73,7, pada Postes meningkat menjadi 80,75. Kata kunci : Menulis cerpen, Pemetaan Pikiran PENDAHULUAN KTSP dalam ruang lingkup Bahasa Indonesia mencakup kemampuan bersastra dan berbahasa. Kedua kemampuan itu meliputi empat aspek, yaitu aspek mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Keempatnya terintegrasi dalam pembelajaran. Dapat dikatakan bahwa hal tersebut tidak terlepas dari fungsi utama bahasa yaitu sebagai alat komunikasi antar penutur untuk berbagai keperluan dan situasi pemakaian. Berdasarkan permasalahan yang penulis temukan, pengajaran sastra dewasa ini dirasa belum maksimal diterapkan oleh para guru di sekolah. Akibatnya masih banyak siswa yang menemukan kesulitan dalam bersastra khususnya dalam menulis cerpen. Padahal menurut Rahmanto ( 1989 : 16 ) "Pengajaran sastra dapat membantu pendidikan secara utuh apabila cakupannya meliputi empat manfaat, yaitu : membantu keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan menjunjung pembentukan watak." Jika pembelajaran sastra disampaikan dengan metode yang tepat, manfaat pembelajaran sastra akan dirasakan oleh para siswa. Nilai-nilai serta pesan moral yang ada dalam sastra akan dihayati para siswa yang selanjutnya akan dipraktikkan dalam kehidupan seharihari. Pada tahap akhir, melalui pembelajaran sastra yang tepat, kreativitas siswa akan terbina sehingga mampu menghasilkan berbagai produk sastra, salah satunya adalah cerpen. Permasalahan yang paling signifikan yang ada di kelas IX MTs. At-Taqwa Singajaya Kabupaten Garut dalam hal menulis cerpen adalah sulitnya menemukan persoalan dan menuangkan ide, karena kedua hal tersebut paling penting dalam menulis khususnya menulis cerpen, maka minat siswa dalam menulis cerpen sangat rendah. Hal tersebut menyebabkan siswa tidak dapat menulis cerpen dengan baik. Kalau ditelusuri lebih lanjut mungkin masih ada penyebab lain dari pihak guru karena hal ini juga sangat berpengaruh
3 terhadap proses belajar menulis cerpen bagi siswa. Hal lain yang menyebabkan kurangnya minat siswa dalam menulis cerpen adalah pemilihan media yang kurang tepat karena akan menyebabkan penyajian materi yang kurang baik pula. Hal ini dapat terlihat jika guru sedang berbicara di depan, karena guru tidak menggunakan media dan metode yang tepat maka perhatian siswa tidak terfokus sepenuhnya pada pembelajaran. Maka dari itu diperlukan juga metode yang menunjang terhadap pembelajaran. Untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis khususnya menulis cerpen, penulis akan menerapkan sebuah metode yang dapat membantu siswa dalam menghadapi kesulitan menulis cerpen. Metode yang digunakan penulis adalah "Metode Pemetaan Pikiran". Hernowo ( 2003 : 141 ) berpendapat bahwa "Pemetaan pikiran adalah cara yang sangat baik untuk menghasilkan dan menata gagasan sebelum memulai menulis, pemetaan pikiran bisa dikatakan jaminan hilangnya rintangan yang dihadapi penulis." Dengan menggunakan metode pemetaan pikiran, terlebih dahulu siswa akan membuat peta pikiran sesuai dengan imajinasi mereka. Peta pikiran yang dibuat oleh siswa terdiri dari kata kunci, gambar, dan warna - warna yang menarik. Dengan demikian pikiran mereka akan terbuka untuk mengalirkan ide -ide yang ada di kepala mereka. Dengan menggunakan metode pemetaan pikiran ini siswa tidak akan merasa jenuh dalam pembelajaran menulis cerpen. Semua ide yang terpendam dan yang mengendap di kepala akan keluar dengan sendirinya hanya karena melihat gambar dan kata kunci yang ada pada peta pikiran. KAJIAN TEORI DAN METODE Pengertian Pembelajaran Pembelajaran adalah sebuah model atau proses yang dilakukan secara sengaja agar memahami, mengerti, menghayati, dan menilai sebagai sasaran pembelajaran. Pengertian Menulis Tarigan (1992:21) berpendapat bahwa "Menulis adalah suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara langsung". Lebih lanjut dikatakan bahwa menulis adalah melukiskan lambang - lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang -lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu. Pengertian Cerpen Sumardjo ( 1994 : 7 ) mengungkapkan "Menurut wujud fisiknya cerpen adalah cerita yang pendek. Cerita yang dapat dibaca dalam sekali duduk, atau cerita yang terdiri dari 500 kata sampai 5000 kata". Lebih lanjut Sumardjo (1994 : 10) mengemukakan "Cerita pendek harus berupa cerita atau narasi ( bukan analisa argumentatif) yakni fiktif (tidak benar -benar telah terjadi tapi bisa terjadi kapan saja dan dimana saja) serta relatif pendek. Cerita fiktif yang pendek berdasarkan realitas tersebut hanya mengandung satu kejadikan untuk satu efek bagi pembaca". Sekaitan dengan pendapat di atas, Tarigan (dalam Syarifah, 2008 : 12) menyebutkan bahwa "Cerpen adalah cerita rekaan yang masalahnya jelas, singkat, padat, dan terkonsentrasi pada satu peristiwa". Pengertian Metode Pemetaan Pikiran Metode Pemetaan Pikiran (Buzan, 2004 : 4 ) merupakan alat yang paling hebat yang membantu otak berfikir secara teratur dan sesederhana itu! (Buzan, 2004 :4) Metode ini akan membuka pikiran siswa, sehingga siswa dapat memetakan ide yang ada di pikirannya untuk dituangkan ke atas kertas baik itu berupa gambar, simbol, ataupun tulisan. Dalam membuat cerpen, siswa tinggal melihat kata kunci yang terdapat pada peta pikiran, setelah itu siswa mengaplikasikannya ke dalam sebuah kalimat. Dengan melihat gambar, simbol, ataupun tulisan dijamin siswa tidak akan kesulitan dalam menuangkan kata -kata untuk dijadikan sebuah cerpen. Metode Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode eksperimen. Desain eksperimen yang digunakan adalah kuasi eksperimen tanpa kelas kontrol ( Time Series Design). Pada dasarnya desain kuasi ekperimen terbagi menjadi dua, yaitu Time Series Design dan Non equivalent Control Group Design (Sugiyono, 2010 : 114). Dalam penelitian kuasi eksperimen ini kelompok yang akan digunakan tidak dapat dipilih secara random (Sugiyono, 2010. 114). Sebelum dilakukan perlakuan, kelompok diberi pretes untuk mengetahui kemampuannya. Setelah itu, kelompok diberi perlakuan yang telah direncanakan. Terakhir adalah dilakukan postes, sebagai bentuk penilaian terhadap hasil perlakuan. Pada desain ini observasi dilakukan sebanyak dua kali, yaitu sebelum eksperimen dan sesudah eksperimen. Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut: O X 1 O2 Keterangan : O 1 = hasil pretes X = perlakuan dengan menggunakan teknik kolase O2 = hasil postes Tahapan - tahapan pada penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut. 1. Tahapan studi pendahuluan, meliputi: 1) identifikasi masalah, 2) analisis masalah, dan
4 3) rumusan masalah. 2. Tahapan pelaksanan penelitian, meliputi: 1) perencanaan, 2) pelaksanaan, 3) observasi, dan 4) refleksi. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Deskripsi Perencanaan Tindakan Pretest Rekapitulasi Data Pretes Tabel 4.3 Rentang skor : 60-95 No siswa Nilai Jumlah Ratarata Penilai Penilai II 1 65 I 75 140 70 2 65 70 135 67,5 3 70 80 130 75 4 75 71 146 73 5 80 75 155 77,5 6 85 76 161 80,5 7 83 80 163 81,5 8 87 83 170 85 9 80 80 160 80 10 88 81 169 84,5 Keterangan : 1) Penilai 1, Siti Nuraeni, S.Pd. (Guru Bahasa Indonesia Kelas IX MTs. At-Taqwa Singajaya Kabupaten Garut) 2) Penilai II Irna Irawati (Peneliti / observer) Interpretasi Data Pretes Hasil kemampuan siswa dalam menulis cerpen pada Pretes ini masih berada pada kategori cukup, tetapi perolehan skornya masih tergolong rendah. Tergambar dalam tabel perolehan nilai siswa berikut. Rekapitulasi Skor Menulis Cerpen Siswa Pretes No siswa Skor Skor Juml Rata Kategori 1 holistik 70 analiti k63 ah 133 -rata 66,5 Cukup 2 67,5 62 129,5 64,7 Kurang 3 75 62,8 137,8 68,9, Cukup 4 73 67 140 70 Cukup 5 77,5 70 147,7 73,7 Cukup 6 80,5 70,5 151 75,5 Baik 7 81,5 72 153, 76,7 Baik 8 85 77,8 5162, 81,4 Baik 9 80 79,8 8159, 79,9 Baik 10 84,5 80,7 8165, 3 82,6 Baik Dari perolehan skor di atas, terlihat bahwa skor aspek analitik dan holistik mengalami perbedaan rentang nilai. Satu siswa dari skor analitiknya berada pada kategori kurang, akan tetapi secara holistik dia dianggap cukup. Sehingga kategori secara umum berada pada kondisi baik. 2 75 77 152 76 3 80 75 155 77,5 4 71 68 139 69,5 5 75 70 145 72,5 6 77 72 149 74,5 7 78 75 153 76,5 8 70 70 140 70 9 80 75 145 72,5 10 85 70 155 77,5 Hasil Penelitian Postes Rekapitulasi Skor Holistik Menulis Cerita Pendek Postes Rentang skor : 60 95 No siswa Nilai Jmlh Ratarata Penilai I Penilai II 1 70 65 135 67,5 Keterangan: 1) Penilai I Siti Nuraeni, S.Pd (Guru Bahasa Indonesia MTs. At-Taqwa Singajaya ) 2) Penilai II Irna Irawati (Peneliti / observer) Interpretasi Data Postes Hasil kemampuan siswa dalam menulis cerpen pada Pretesni masih berada pada kategori baik, dan perolehan skornya tergolong baik pula. Tergambar dalam tabel perolehan nilai siswa berikut ini. No siswa Skor Holistik Skor Analitik Jmlh Ratarata kateg ori 1 67,5 81 148,5 74,25 Cukup 2 76 81,5 157,5 78,75 Baik 3 77,5 81,5 159 79,5 Baik 4 69,5 82,5 152,3 76,15 Baik 5 72,5 83,3 155,8 77,9 Baik 6 74,5 83,5 158 79 Baik 7 76,5 83,8 160,3 80,15 Baik 8 70 84,2 154,2 77,1 Baik 9 72,5 86,2 158,7 79,35 Baik 10 77,5 88,5 86 87,25 Sangat baik Rekapitulasi nilai di atas menunjukkan rentang antara skor holistik dan analitik tidak terlalu jauh. Hal ini terjadi karena para peniliai sudah lebih paham dan jeli membaca pedoman penilaian yang ada. Selain itu siswa pun sudah mengerti betul unsur - unsur pembangun cerpen, serta penerapan metode pemetaan pikiran dalam menulis cerpen. Pembahasan Hasil Penelitian Pada pretes, empat orang siswa berada pada kategori cukup dengan perolehan nilai antara 66,5 s.d 73,7
5 sedangkan ada satu orang siswa yang berada pada kategori kurang dengan perolehan skor sebesar 64,7. jadi walaupun ada siswa yang masih termasuk ke dalam kategori kurang, peroleh an nilai mereka masih tetap berada pada rentang tertinggi untuk kategori tersebut. Berbeda halnya dengan siswa yang termasuk kategori cukup, peroleh an nilai mereka masih tetap berada pada rentang rendah (66,5 ) tetapi masih ada yang mendekati nilai rentang «nggi ( 73,7 ) dalam kategori itu. Pada Postes, satu orang siswa yang berada pada kategori cukup dengan perolehan nilai 74,25 sedangkan yang memperoleh nilai sangat baik dengan poin 87,25. itu pun hanya satu orang. Secara umum perolehan skor mengalami peningkatan dari siklus sebelumnya. Peningkatan ini cukup signifikan dan berimbas pada perubahan kategori skor, siswa yang tadinya cukup menjadi kategori baik. Tingkat Kemampuan Menulis Cerpen Siswa Pretes dan Postes Tingkat penguasaan Skor Pretes Postes Tingkat kemampuan tertinggi 82,6 87,25 Tingkat kemampuan terendah 64,7 74,25 Tingkat kemampuan rata - rata 73,7 80,75 Pada pretes, siswa melakukan pembelajaran menulis cerpen dengan metode pemetaan pikiran. Siswa diberi kebebasan untuk menentukan tema cerita. Ternyata hasilnya masih belum begitu memuaskan karena banyak sekali kesulitan -kesulitan yang siswa hadapi. Hal ini tercermin dalam tingkat kemampuan rata -ratanya sebesar 73,7 dan berada pada kategori cukup. Pada Postes pembelajaran memanfaatkan teknik pemodelan berupa contoh peta pikiran beserta cerpennya, hasilnya mengalmai peningkatan menjadi 80,75. Guru selalu memulai pembelajaran dengan memberi ulasan terhadap karya yang ditulis siswa pada siklus sebelumnya, sehingga siswa memahami kekurangan dan kelebihan cerpennya. Keantusiasan siswa pada pembelajaran dalam Pretesni sangat luar biasa. Berdasarkan tabel tingkat kemampuan menulis cerpen di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa dalam menulis cerpen cenderung meningkat. Hal ini sebagai bukti bahwa upaya meningkatkan kreativitas menulis cerpen siswa dengan menggunakan metode pemetaan pikiran cukup efektif. SIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses dan hasil belajar siswa dalam menulis cerpen dengan menggunakan metode pemetaan pikiran mengalami peningkatan. a) Pretes Perolehan skor tertinggi siswa adalah sebesar 82,6 poin kategori baik, skor terendah sebesar 64,7 poin kategori kurang, sedangkan skor rata-rata siswa pada Pretesni sebesar 73,7 poin dengan kategori cukup. b) Postes Perolehan skor tertinggi siswa adalah sebesar 87,25 poin kategori sangat baik, skor terendah sebesar 74,25 poin kategori baik, sedangkan skor rata-rata siswa pada Pretesni sebesar 84,75 poin dengan kategori baik. Peningkatan yang terjadi pada Pretesni sangat signifikan sehingga memperoleh kategori sangat baik Proses pengajaran yang dilakukan guru pun mengalami kemajuan yang cukup berarti. Hal ini tampak dari hasil observasi yang dilakukan terhadap guru. Berdasarkan hasil observasi dan refleksi setiap pembelajaran diperoleh gambaran mengenai kelemahan-kelemahan yang harus diperbaiki dari setiap pembelajaran. Oleh karena itu, dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode pemetaan pikiran, persoalan yang dihadapi siswa dalam menulis cerpen dapat diatasi sehingga kemampuan dan kreativitas siswa pun meningkat atau lebih baik. DAFTAR PUSTAKA Aminudin. 2004. Pegantar Apresiasi Karya Sastra. Garut : PT. Sinar Baru Algensindo. Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Jakarta: Rineka Cipta. Buzan, T. 2004. Mind Map untuk Meningkatkan Kreativitas. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Depdiknas. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. De Porter, Bobi. 2000. Quantum Learning. Garut : Kaifa. Hernowo. 2004. Quantum Writing. Garut : Mizan. Latifah. S, N. 2010. Penggunaan Metode Konstektual untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Cerpen Siswa Kelas X SMP N 14 Garut. FPBS UPI: Tidak diterbitkan. Mulyasa, E. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Garut : PT. Remaja Rosdakarya. R, B. 1989. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta : Kanisius. Sastromihardjo, A. 2010. Pendidikan danlatihan Profesi Guru ( PPLG) Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SMP. Garut : UPI
6 Sumarjo, J. 2004. Seluk Beluk dan Petunjuk Menulis Cerita Pendek. Garut: Pustaka Tarigan, H.G. 1992. Menulis Sebagai Suatu Ketemapilan Berbahasa. Garut : Angkasa.