MODEL PEMBELAJARAN BERBICARA MENCERITAKAN TOKOH IDOLA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KOMUNIKATIF PADA SISWA KELAS VII SMPN 2

Transkripsi

1 MODEL PEMBELAJARAN BERBICARA MENCERITAKAN TOKOH IDOLA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KOMUNIKATIF PADA SISWA KELAS VII SMPN 2 TAROGONG GARUT TAHUN PELAJARAN 2011/2012 MAKALAH Oleh Susilawati DAN SEKOLAH T INGG I KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) SILIWANGI BANDUNG 2012

2 MODEL PEMBELAJARAN BERBICARA MENCERITAKAN TOKOH IDOLA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KOMUNIKATIF PADA SISWA KELAS VII SMPN 2 TAROGONG GARUT TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Susilawati Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Sekolah Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Siliwangi Bandung 2012 ABSTRAK Permasalahan yang ada pada skripsi ini adalah tentang guru yang kurang memikirkan cara dan solusi untuk mengaktifkan kegiatan pembelajaran, kurangnya motivasi siswa dalam pembelajaran, pendekatan yang digunakan guru yang berpusat pada guru belum meningkatkan hasil pembelajaran yang berarti. Hal ini perlu di cermati karena dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) interaksi antara guru dengan siswa itu penting, dan pembelajaran sekarang adalah pembelajaran berpusat pada siswa bukan pada guru. Berdasarkan alasan itulah, skripsi ini disusun untuk mendapatkan jawaban mengenai kelayakan pendekatan komunikatif dalam pembelajaran berbicara menceritakan tokoh idola, peningkatan motivasi siswa dalam belajar dan peningkatan hasil pembelajaran. Pelaksanaan penerapan pendekatan komunikatif pada pembelajaran berbicara menceritakan tokoh idola di kelas VII D SMPN 2 Tarogong berjalan dengan lancar dan baik. Meskipun terdapat beberapa kendala dalam pelaksanaan pembelajaran, namun hal itu dapat diatasi dengan baik. Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan dengan berpatokan pada rencana pembelajaran yang telah ditentukan dengan berpatokan pada pendekatan komunikatif. Hasil tes antara pretes dan postes penggunaan pendekatan komunikatif pada pembelajaran berbicara menceritakan tokoh idola di kelas VII-D SMPN 2 Tarogong menunjukkan bahwa pendekatan ini memberikan pengaruh terhadap kernampuan siswa, ini terbukti dari aktivitas guru dan siswa yang meningkat, siswa percaya diri berbicara didepan kelas atau didepan temantemannya, bertanya dan saling mengajari, guru membuat media pembelajaran, dan mengamati kegiatan belajar siswa dengan menghampiri siswa. Sedangkan dari hasil pembelajaran terbukti keefektifanya dari nilai berbicara menceritakan tokoh idola siswa yang semakin meningkat. Nilai yang diperoleh dari pretes yaitu nilai yang tertinggi 82, yang terendah adalah 33 dan nilai rata-rata adalah 62, peningkatan terjadi pada postes yaitu nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 38 nilai yang terendah adalah 55 dan nilai rata-rata adalah 70. Kata Kunci : Berbicara, Pendekatan Komunikatif PENDAHULUAN Pendekatan pembelajaran berbicara merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan berbicara siswa. Oleh karena itu, seorang guru harus dapat memilih pendekatan yang tepat untuk digunakan dalam pembelajaran berbicara. Penggunaan pendekatan yang tepat bukan hanya terfokus pada guru sebagai pengajar. Akan tetapi dalam penggunaan pendekatan yang tepat akan melibatkan aktifitas siswa sebagai pembelajar sehingga terjadi sebuah sinkronisasi antara guru dengan siswa. Berkenaan dengan hal tersebut kemampuan berbicara siswa perlu ditingkatkan. Guru harus menyadari bahwa pada suatu saat siswa harus dapat berbicara dihadapan orang banyak atau dalam formal. Guru juga dapat menggunakan pendekatan yang efektif dan menarik untuk pengajaran berbicara. Salah satu pendekatan pembelajaran yang cukup menarik untuk digunakan dalam melatih siswa adalah pendekatan komunikatif. Pendekatan komunikatif ini bertujuan agar pembelajar dapat menggunakan bahasa yang dipelajarinya untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari atau

3 dalam formal. Menurut penilaian Christopher dan Henry Widdowson (dalam Azies dan Alwasilah), kita perlu memberikan perhatian yang cukup memadai kepada pengajaran bahasa yang menekankan kemahiran komunikatif daripada hanya memperhatikan perkembangan penguasaan strukturstruktur kalimat (Azies dan Alwasilah 1996:2). KAJIAN TEORI DAN METODE Pengertian Berbicara Tarigan (1985:15) mengemukakan bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekpresikan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan. Suhendar dan Supinah (1992:1-2) menyatakan bahwa berbicara merupakan proses bentuk pikiran yang bermakna. Sesuai dengan kedua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa berbicara merupakan suatu proses komunikasi, proses perubahan wujud, perubahan perasaan menjadi wujud ujaran atau bunyi bahasa yang bermakna, yang disampaikan kepada orang lain. Berbicara merupakan suatu peristiwa menyampaikan maksud (ide, pikiran. perasaan) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan (ujaran) sehingga maksud tersebut dipahami oleh orang lain. Pengertian Pendekatan komunikatif Pendekatan komunikatif merupakan pendekatan yang berlandaskan pada pemikiran bahwa kemampuan menggunakan bahasa dalam berkomunikasi merupakan tujuan yang harus dicapai dalam pembelajaran bahasa. Di dalam konsep pendekatan komunikatif terdapat konsep kompetensi komunikatif. Menurut Tarigan Kompctensi komunikatif adalah kemampuan untuk menerapkan kaidah-kaidah gramatikal suatu bahasa untuk membentuk kalimat-kalimat yang benar secara gramatikal dan untuk mengetahui di mana menggunakan kalimat-kalimat tersebut dan untuk siapa (Tarigan 1990:31). Richard, Platt, Weber (daiam Parera) menyatakan bahawa Pendekatan komunikatif merupakan satu pendekatan dalam pengajaran bahasa kedua dan bahasa asing yang menekankan tujuan pembelajaran bahasa adalah kemampuan berkomunikasi. Pendekatan komunikatif telah dikembangkan para linguis penerap dari Inggris sebagai reaksi pendekatan yang berdasarkan tata bahasa seperti pendekatan aural-oral. METODE PENELITIAN Pada penelitian ini kelas merupakan laboratorium untuk uji coba pembelajaran. Variabel-variabelnya adalah siswa, guru, materi pelajaran, proses menulis, dan kondisi kelas. Penelitian ini bukan untuk mendapat pengetahuan tentang hubungan kausal antara variabel-varibel pembelajaran mendengarkan pemahaman dengan menggunakan pendekatan komunikatif, tapi untuk mengukur tingkat keberhasilannya, untuk keberhasilan penelitian ini di perlukan data-data yang akurat dan memadai. Oleh karena itu penelitian inipun menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif tidak hanya terbatas pada pengumpulan dan penyusunan data saja. akan tetapi meliputi analisa dan interpretasi tentang arti data itu. karena itu dapat terjadi sebuah penyelidikan deskriptif membandingkan persamaan dan perbedaan fenomena tertentu lain mengambil bentuk studi komperatif atau mengukur suatu dimensi seperti sebagai bentuk studi kuantitatif, angkat tes, interviu, dan lain -lain Teknik Penelitian Data dalam penelitian ini diperoleh dari kegiatan pembelajaran keterampilan berbicara, yaitu setiap aktifitas yang dilakukan selama penelitian berlangsung. Pengumpulan data dapat diuraikan sebagai berikut: 1) studi pendahuluan sampai teridentifikasi permasalahan; 2) pelaksanaan, analisis, dan refleksi terhadap pretes; 3) pelaksanaan, analisis, dan refleksi terhadap postes; 4) observasi aktifitas siswa berdasarkan kategori pengamatan yang telah ditetapkan selama pretes dan postes; 5) menganalisis tingkat keterampilan berbicara dengan mengambil tema menceritakan idola; dan 6) menganalisis sikap dan tanggapan terhadap pembeiajaran keterampilan berbicara melalui pendekatan komunikatif. HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan penelitian, penulis melakukan observasi dan studi pendahuluan terlebih dahulu. Kegiatan ini bertujuan untuk memperoleh gambaran umum tentang kemampuan siswa berbicara di depan kelas, khususnya kelas VII SMPN 2 Tarogong. Kegiatan yang dilakukan peneliti pada observasi adalah melakukan wawancara dengan guru bahasa Indonesia kelas VII SMPN 2 Tarogong yaitu berkaitan dengan keaktifan siswa berbicara. Menurut guru bidang studi kemampuan siswa dalam berbicara di depan kelas masih kurang atau dengan kata lain siswa belum mampu berbicara di depan kelas dengan baik, dikarenakan mereka tidak terbiasa berbicara di depan publik (di depan kelas atau dihadapan teman - temannya), dan belum terbiasa menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu dalam proses pembelajaran di

4 kelas, guru bidang studi belum menerapkan pendekatan pembelajaran yang sesuai. Deskripsi Hasil Pretes Siswa Hasil pretes membuktikan bahwa sebagian besar siswa memiliki nilai rata-rata kemampuan berbicara lebih dari 60. Rata-rata tersebut kurang memenehi standar berdasarkan KTSP yaitu 85% siswa memperoleh nilai lebih dari 60. Siswa yang mendapatkan nilai yang tergolong rendah ada 12 Siswa, sedangkan yang mendapatkan nilai sedang adalah 10 Siswa yaitu antar 60-69, sedangkan nilai tertinggi adalah 7 siswa yaitu antara Perolehan nilai tertinggi adalah 82, sedangkan nilai terendah adalah 39, nilai tertinggi siswa pada rentang , nilai terendah siswa berada pada rentan Meskupun demikian nilai siswa men gal ami peningkatan dibandingkan dengan nilai pada pendahuluan. Deskripsi Hasil Postes Siswa Hasil postes membuktikan bahvva sebagian besar siswa memiliki nilai rata-rata kemampuan berbicara lebih dari 60. Rata-rata tersebut telah memenuhi standar berdasarkan KTSP yaitu 85% siswa memperoleh nilai lebih dari 60. Siswa yang mendapatkan nilai yang tergolong rendah ada 4 Siswa, sedangkan yang mendapatkan nilai sedang adalah 9 siswa yaitu antar 60-69, sedangkan nilai tertinggi adalah 17 siswa yaitu antara Perolehan nilai tertinggi adalah 88, sedangkan nilai terendah adalah 55, nilai tertinggi siswa pada rentang , nilai terendah siswa berada pada rentan Pada Tes akhir ini, siswa mengalami peningkatan yang signifikan, walaupun ada beberapa siswa yang nilainya masih tergolong rendah. Namun secara keseluruhan siswa sudah mengalami peningkatan. Setelah pelaksanaan tes awal selesai, penulis bersama guru dan pengamat (rekan penulis atau teman) mengadakan diskusi tentang proses pembelajaran yang telah dilakukan di kelas yaitu tentang masalah-masalah yang menjadi kendala dalam pembelajaran. Identifikasi masalah aktifitas siswa dan kesulitan guru dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Pembahasan Hasil Penelitian Tujuan utama penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan berbicara menceritakan tokoh idola siswa dengan menggunakan pendekatan komunikatif. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya selalu menggunakan pendekatan komunikatif untuk digunakan sebagai penunjang berbicara menceritakan tokoh idolanya. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap pembelajaran berbicara dapat kita lihat beberapa kelemahan pada tes awal dan tes akhir. Tes Awal (pretes) 1. Mayoritas siswa Artikulasinya masih terjadi kesalahan dan sering mengulang itu dikarenakan siswa masih malu-malu atau kurang percaya diri dalam menceritakan tokoh idolanya 2. Rata-rata siswa masih menggunakan bahasa daerah dan dalam menceritakan tokoh idolanya terlalu cepat 3. Mayoritas siswa dalam mem ah ami isi ceritanya dan kata-katanya masih kurang. 4. Rata-rata siswa dalam penggunaan kosa kata secara teknis tepat dalam pembicaraan tentang masalah tertentu, tetapi penggunaan kosa kata umum bersifat berlebihan. 5. Kelancaran siswa dalam menceritakan tokoh idolanya kurang, dikarenakan siswa kurang menguasai isi ceritanya dan masih malu- malu atau kurang percaya diri. Tes Akhir (postes) 1. Penggunaan bahasa daerah masih ada tetapi sudah jarang 2. Siswa masih terlihat kurang percaya diri tetapi sudah banyak siswa yang berani. Dari paparan di atas dapat dilihat bahwa pada setiap pembelajaran perkembangan kemampuan siswa mengalami perbaikan seiring dengan proses pembelajaran yang diikutinya. Pada tes awal kelemahan siswa dalam berbicara menceritakan tokoh idolanya masih sangat rendah. Dari skor dapat kita lihat bahwa siswa sudah mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut dirasakan relatif karena ada beberapa siswa yang mengalami peningkatan yang pcsat ada juga siswa yang mengalami peningkatan sedikit. Pada tes awal 10 orang siswa berada pada kategori cukup dengan perolehan nilai antara 61-69, sedangkan ada 13 orang siswa memiliki nilai kurang yaitu Jadi rentan nilai siswa masih sangat rendah. Pada tes akhir 4 orang siswa berada pada katagori rendah yaitu pada rentan Poin yang tertinggi adalah 88, itu hanya satu orang saja. Namun secara keseluruhan siswa mengalami peningkatan yang cukup baik. SIMPULAN a. Proses pengajaran yang dilakukan guru pun mengalami kemajuan yang cukup berarti. Hal ini tampak dari hasil observasi yang dilakukan terhadap guru. Berdasarkan hasil observasi dan refleksi setiap pembelajaran diperoleh gambaran mengenai kelemahan-kelemahan yang harus diperbaiki dari setiap pembelajaran. b. Pendekatan komunikatif dalam pembelajaran berbicara menceritakan tokoh idola dapat

5 meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII-D SMPN 2 Tarogong. Ini terbukti dari nilai yang tertera di bawah ini: yang di dapat Siswa Tes awal perolehan nilai yang tertinggi 82, sedang 61 dan terendah 39. Sedangkan tes akhir nilai yang tertinggi 88, sedang 69, dan terendah 55. Dari tes awal ke tes akhir nilai siswa mengalami peningkatan yang optimal. DAFTAR PUSTAKA Arjad, G M Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta : Erlangga. Arikunto, S Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, S, et al Penelitian Tindak Kelas. Jakarta : Bumi Aksara Aziz, F, at al Pengajaran Bahasa KomunikatifTeori dan Praktik. Bandung : Remaja Rosdakarya. Departemen Pendidikan Nasional Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Dimyati, Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta Djojosuroto, et al Prinsip-prinsip Dasar dalam Penelitian Bahasa dan Sastra. Bandung: Nuansa Cendekia. Keraf, G Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Jakarta: Nusa Indah. Kunandar Guru Profesional Implementasi KTSP dan Persiapan Sertifikasi Guru. Jakarta: Raja Grafindo. Mulyasa, E Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya. Nurgiantoro, B Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFe Yogyakarta. Parera, J D Leksikon Istilah Pembelajaran Bahasa. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.