BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan dalam insidensi, prevalensi, dan tingkat. morbiditas serta mortalitasnya (Gregg, Li, & Wang, 2014).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya peningkatan tekanan darah sistemik sistolik diatas atau sama dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. nefrologi dengan angka kejadian yang cukup tinggi, etiologi luas, dan sering diawali

BAB I PENDAHULUAN. progresif dan lambat, serta berlangsung dalam beberapa tahun. Gagal ginjal

BAB I PENDAHULUAN. Banyak penyebab dari disfungsi ginjal progresif yang berlanjut pada tahap

KARYA TULIS ILMIAH CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) AKIBAT TERAPI ERYTHROPOIESIS-STIMULATING AGENT (ESA) PADA PASIEN GAGAL GINJAL TERMINAL

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yang

BAB I PENDAHULUAN. yang progresif dan irreversibel akibat berbagai penyakit yang merusak nefron

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Di

I. PENDAHULUAN. urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner dan Suddarth, 2002)

BAB I PENDAHULUAN. dunia sehingga diperlukan penanganan dan pencegahan yang tepat untuk

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan sindrom klinis yang bersifat

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang bersifat progresif dan irreversibel yang menyebabkan ginjal kehilangan

I. PENDAHULUAN. mempertahankan homeostasis tubuh. Ginjal menjalankan fungsi yang vital

PERBEDAAN PENYEBAB GAGAL GINJAL ANTARA USIA TUA DAN MUDA PADA PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIK STADIUM V YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. bersifat progresif dan irreversible. Dimana kemampuan tubuh gagal untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan suatu keadaan klinis

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronis (Chronic Kidney Disease / CKD) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. (WHO, 2007) dan Burden of Disease, penyakit ginjal dan saluran kemih telah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN penduduk Amerika menderita penyakit gagal jantung kongestif (Brashesrs,

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya semakin meningkat setiap tahun di negara-negara berkembang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terminal yang menjalani hemodialisa rutin di unit hemodialisa RS

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu komplikasi yang dapat terjadi pada pasien penyakit ginjal kronik

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Gagal ginjal adalah masalah kesehatan dunia. Prevalensi yang semakin meningkat, tingginya biaya, dan

BAB I PENDAHULUAN. dan progresif, kadang sampai bertahun-tahun, dengan pasien sering tidak

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari tiga bulan, dikarakteristikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan 8 16% di dunia. Pada tahun 1999 berdasarkan data Global burden of

Hubungan Hipertensi dan Diabetes Melitus terhadap Gagal Ginjal Kronik

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik merupakan kerusakan ginjal atau penurunan kemampuan

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana S-1. Disusun oleh : ELYOS MEGA PUTRA J FAKULTAS KEDOKTERAN

BAB I PENDAHULUAN. Kajian epidemiologi menunjukkan bahwa ada berbagai kondisi yang. non modifiable yang merupakan konsekuensi genetik yang tak dapat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan jumlah. penderita gagal ginjal pada tahun 2013 telah meningkat 50% dari tahun

BAB.I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Diabetes Melitus adalah penyakit kelainan metabolik yang memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit gagal ginjal adalah kelainan struktur atau fungsi ginjal yang ditandai

Hubungan Kejadian Anemia dengan Penyakit Ginjal Kronik pada Pasien yang Dirawat di Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUP dr M Djamil Padang Tahun 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik (PGK) atau chronic kidney disease (CKD) adalah

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN DENGAN KADAR UREUM DAN KREATININ DARAH PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan utama di negara maju dan berkembang. Penyakit ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. atau hipertensi merupakan masalah kesehatan yang serius dan masalah ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. didefenisikan sebagai kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan berupa

PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang Penelitian. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu penyakit metabolik yang memiliki

I. PENDAHULUAN. pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal (Suwitra, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan sifatnya irreversibel, ditandai dengan kadar ureum dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskular sekarang merupakan penyebab kematian paling

I. PENDAHULUAN. Gagal jantung merupakan sindrom yang ditandai dengan ketidakmampuan

BAB I PENDAHULUAN. Disease: Improving Global Outcomes Quality (KDIGO) dan the Kidney Disease

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Adanya kelainan struktural atau fungsional pada. ginjal yang berlangsung selama minimal 3 bulan disebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah salah satu penyakit dengan risiko

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari mulai faal ginjal normal sampai tidak berfungsi lagi. Penyakit gagal ginjal

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) termasuk ke dalam penyakit

BAB I PENDAHULUAN. bersifat progresif dan ireversibel. Gangguan fungsi ginjal ini terjadi ketika

BAB I PENDAHULUAN. dapat terjadi secara akut dan kronis. Dikatakan akut apabila penyakit berkembang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi. menular pada saluran napas bawah, tepatnya menginfeksi

BAB I PENDAHULUAN. yang progresif dan lambat yang biasanya berlangsung beberapa tahun.

BAB I PENDAHULUAN. dengan angka kejadian yang masih cukup tinggi. Di Amerika Serikat, UKDW

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

ABSTRAK PERAN ERITROPOIETIN TERHADAP ANEMIA ( STUDI PUSTAKA)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Glomerulonefritis akut masih menjadi penyebab. morbiditas ginjal pada anak terutama di negara-negara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta Unit Gamping. Data dikumpulkan pada bulan

BAB I PENDAHULUAN. mengukur hemoglobin pada sejumlah volume darah. Kadar normal hemoglobin

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan angka morbiditas secara global sebesar 4,5 %, dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Singapura dan 9,1% di Thailand (Susalit, 2009). Di Indonesia sendiri belum ada

BAB I PENDAHULUAN. besar oleh karena insidensinya yang semakin meningkat di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) merupakan kumpulan gejala klinis

BAB I PENDAHULUAN. banyak pabrik-pabrik yang produk-produk kebutuhan manusia yang. semakin konsumtif. Banyak pabrik yang menggunakan bahan-bahan

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh

BAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan umumnya bersifat irreversibel, ditandai dengan kadar

BAB I PENDAHULUAN. buruk, dan memerlukan biaya perawatan yang mahal. 1 Jumlah pasien PGK secara

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini mampu

B A B I PENDAHULUAN. pembangunan dalam segala bidang. Pertumbuhan ekonomi yang baik,

BAB I PENDAHULUAN. menghambat kemampuan seseorang untuk hidup sehat. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan lambat. PGK umumnya berakhir dengan gagal ginjal yang memerlukan terapi

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Anemia adalah berkurangnya volume sel darah merah atau menurunnya

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Gangguan ginjal akut (GnGA), dahulu disebut dengan gagal ginjal akut,

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Ginjal merupakan salah satu organ utama dalam tubuh manusia yang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. ginjal. Dari data American Heart Association tahun 2013 menyebutkan bahwa di

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular (PTM), merupakan penyakit kronik yang tidak. umumnya berkembang lambat. Empat jenis PTM utama menurut WHO

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dari sekian banyak kasus penyakit jantung, Congestive Heart Failure

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Acute kidney injury (AKI) telah menjadi masalah kesehatan global di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis atau End Stage Renal Desease (ESRD) merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. keluhan maupun gejala klinis kecuali sudah terjun pada stadium terminal (gagal

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam jangka waktu yang lama (Noer, Soemyarso, 2006). Menurut (Brunner

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gagal ginjal terminal merupakan masalah kesehatan yang selalu mengalami peningkatan dalam insidensi, prevalensi, dan tingkat morbiditas serta mortalitasnya (Gregg, Li, & Wang, 2014). Angka kematian akibat gagal ginjal terminal terus meningkat di banyak Negara berkembang, termasuk di Indonesia (Arsono, 2005; Bradbury, Wang, & Critchlow, 2008). Insidensi gagal ginjal terminal di Indonesia diduga sebesar 100-150 tiap 1 juta penduduk per tahun (Widiana, 2007). Penyakit ini merupakan tahap terakhir dari perjalanan penyakit ginjal kronik (Price & Wilson, 2002). Penyakit ginjal kronik adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan fungsi ginjal karena adanya kerusakan dari parenkim ginjal yang bersifat kronik dan irreversibel. Kerusakan ini menyebabkan penurunan laju filtrasi glomerulus, sehingga darah tidak dapat dibersihkan dari sampah-sampah metabolisme (Levey & Coresh, 2003). Selain menurunkan laju filtrasi glomerulus, kerusakan parenkim ginjal akan menyebabkan penurunan produksi erythropoietin endogen (Stauffer & Fan, 2014). Normalnya, erythropoietin endogen diproduksi oleh sel peritubular ginjal pada lapisan korteks (Wu, Tiwari, & Messer, 2007). Erythropoietin endogen berfungsi untuk mempercepat produksi dan proliferasi eritrosit 1

2 ketika jumlah eritrosit berkurang. Kerusakan progresif pada penyakit ginjal kronik akan menyebabkan fibrosis pada tubulus dan jaringan interstisial ginjal, sehingga sel peritubular juga mengalami fibrosis. Berkurangnya jumlah sel peritubular yang fungsional mengakibatkan produksi erythropoietin endogen menjadi sangat berkurang (Phrommintikul, 2007). Tanpa adanya erythropoietin endogen, produksi dan proliferasi eritrosit tidak dapat berlangsung, sehingga terjadilah anemia yang berhubungan dengan peningkatan resiko kejadian penyakit jantung dan kematian (McClellan& Flanders, 2002). Pemberian erythropoiesis-stimulating agent bertujuan untuk menggantikan erythropoietin endogen yang produksinya sangat berkurang tersebut. Harapannya, proses pembentukan eritrosit dapat berlangsung dengan normal, sehingga jumlah eritrosit di dalam tubuh tetap cukup. Hasil dari penelitian oleh Macdougal (2008) menunjukkan bahwa erythropoiesis-stimulating agent sangat efektif untuk memperbaiki anemia pada gagal ginjal kronis. Oleh karena itu, pemberian erythropoiesisstimulating agent saat ini menjadi standar terapi pada pasien gagal ginjal kronis dengan Hb < 10,0 g/dl (KDIGO, 2013). Meskipun anemia dapat diperbaiki, angka kejadian congestive heart failure pada pasien gagal ginjal terminal tidak berkurang, bahkan justru meningkat. Artinya, erythropoiesis-stimulating agent tidak memberikan outcome penyakit kardiovaskular yang lebih baik, tetapi justru memberikan outcome yang lebih buruk (Swedberg, Young, &

3 Anand, 2013). Hubungan antara terapi ESA dengan kejadian congestive heart failure kemudian menjadi penting diteliti karena penyakit kardiovaskular merupakan penyebab tersering kematian pada pasien gagal ginjal terminal yang menjalani hemodialisa rutin (Fukuma, Yamaguchi, & Hashimoto, 2012). Di dalam agama Islam, jantung merupakan organ yang sangat penting, sesuai dengan hadits Ingatlah, dalam tubuh manusia itu ada segumpal daging. Kalau segumpal daging itu baik, maka akan baiklah seluruh tubuhnya. Tetapi, bila rusak, niscaya akan rusak pula seluruh tubuhnya. Segumpal daging itu bernama qolbu (jantung), Hadits riwayat Bukhari dan Muslim. Berdasarkan hadits tersebut, agar seluruh tubuh manusia menjadi baik, maka jantung juga harus baik. Oleh karena itu, segala bentuk penyakit jantung harus diatasi agar organ-organ tubuh yang lain dapat berfungsi dengan baik. B. Rumusan Masalah 1. Apakah terdapat hubungan antara kejadian congestive heart failure dengan riwayat terapi erythropoiesis-stimulating agent pada pasien gagal ginjal terminal? 2. Apakah pasien gagal ginjal terminal yang mendapatkan terapi erythropoiesis-stimulating agent lebih beresiko mengalami congestive

4 heart failure daripada pasien gagal ginjal terminal yang tidak mendapatkan terapi tersebut? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui hubungan antara kejadian congestive heart failure dengan riwayat terapi erythropoiesis-stimulating agent pada pasien gagal ginjal terminal. 2. Untuk mengetahui besarnya probabilitas kejadian congestive heart failure pada pasien gagal ginjal terminal setelah mendapatkan terapi erythropoiesis-stimulating agent dibandingkan dengan pasien yang tidak mendapatkan terapi tersebut. D. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk merancang standar terapi pemberian erythropoiesisstimulating agent pada pasien gagal ginjal terminal. E. Keaslian Penelitian Penelitian yang akan dilakukan berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Singh (2006) oleh karena outcome yang dicari berbeda. Outcome yang dicari pada penelitian ini adalah adanya congestive heart failure, sedangkan penelitian Singh peneliti jumlah hemoglobin. Selain itu

5 metode yang digunakan juga berbeda. Singh menggunakan desain trial, sedangkan penelitian ini menggunakan desain observasi. Wagner (2011) pernah melakukan penelitian cohort pada pasien gagal ginjal terminal dengan hasil tingginya konsentrasi erythropoietin endogen berhubungan dengan peningkatan mortalitas. Penelitian ini berbeda dengan penelitian Wagner karena variabel independen pada penelitian ini adalah pemberian erythropoiesis-stimulating agent, bukan konsentrasi erythropoietin endogen. Selain itu, outcome yang dicari juga berbeda, dimana penelitian ini mencari outcome adanya congestive heart failure, bukan mortalitas. Sebuah penelitian meta-analysis yang dilakukan oleh Phrommintikul (2007) memberikan hasil bahwa pemberian erythropoiesisstimulating agent pada pasien penyakit ginjal kronis dengan tujuan meningkatkan hemoglobin sampai ke nilai tertentu justru akan meningkatkan resiko kematian. Penelitian yang akan dilakukan berbeda dengan penelitian Phrommintikul tersebut terkait dengan outcome yang dicari, dimana penelitian ini mencari outcome adanya congestive heart failure, bukan kematian.