BAB I PENDAHULUAN. Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi. menular pada saluran napas bawah, tepatnya menginfeksi

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi menular pada saluran napas bawah, tepatnya menginfeksi parenkim paru (Mandell Wunderink, 2012). Prevalensi pneumonia di Indonesia berdasarkan diagnosis adalah 1,6% dengan prevalensi periode sebesar 0,2% (Riskesda, 2013). Pneumonia ada beberapa jenis yaitu : communityacquired pneumonia (CAP), hospital-acquired pneumonia (HAP), ventilator-associated pneumonia (VAP) (Mandell Wunderink, 2012). Community-acquired pneumonia adalah pneumonia yang terjadi akibat infeksi di luar rumah sakit. Di Amerika Serikat, terjadi kasus empat juta CAP tiap tahunnya dengan lebih dari pasien dihospitalisasi kematian terjadi tiap tahunnya. Agen infeksi tersering penyebab CAP adalah Streptococcus pneumoniae (Mandell Wunderink, 2012). Penyebab lain dari CAP adalah H. influenza, S. aureus, M. pneumonia, C. penumoniae, Legionella spp. HAP adalah pneumonia yang terjadi setelah 48 jam atau lebih dirawat di rumah sakit. Segkan VAP terjadi jam 1

2 2 atau lebih setelah penggunaan intubasi tracheal (Dahlan, 2010). Pneumonia terjadi akibat proliferasi patogen penginfeksi di alveolus yang masuk ke dalam tubuh paling sering melalui droplet yang kita hirup aya respon imunologis dari host yang terinfeksi (Mandell Wunderink, 2012). Salah satu faktor risiko dari pneumonia adalah congestive heart failure (CHF). CHF merupakan penyakit gagal jantung disertai dengan akumulasi cairan yang ditandai dengan aya edema, pembesaran hepar, pulmonary edema, distensi vena jugularis (Francis et al., 2008). Gejala yang dapat muncul adalah dyspnea, orthopnea, intoleransi aktivitas, batuk, nyeri dada, fatigue, penurunan berat ba (Sueta Keever, 2003). Hubungan pneumonia gagal jantung saling berkebalikan. Gagal jantung dapat menyebabkan pneumonia, tapi komplikasi pneumonia salah satunya adalah gagal jantung. Sehingga tak jarang pneumonia gagal jantung muncul pada pasien yang sama (Corrales-Medina et al., 2013). Pneumonia dapat menimbulkan penyakit jantung atau memperparah penyakit jantung yang sudah lebih dulu diderita pasien. Jika pasien pneumonia mempunyai riwayat penyakit jantung atau terjadi komplikasi

3 3 penyakit jantung maka mortalitasnya lebih tinggi dibanding pasien yang hanya menderita pneumonia (Corrales-Medina et al., 2013). Hal ini terbukti dari penelitian yang dilakukan oleh Thomsen et al. (2008). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pasien pneumonia dengan riwayat gagal jantung memiliki persentasi mortalitas dalam 30 hari sebanyak 24,4% segkan pada pasien tanpa riwayat gagal jantung sebesar 14,4%. Didapatkan juga ratio mortalitas (dalam 30 hari) untuk pasien yang memiliki riwayat gagal jantung sebesar 1,80 dibanding pasien tanpa riwayat gagal jantung. Untuk itu perlu diketahui prognosis dari penyakit agar dapat memberikan terapi yang sesuai. Salah satu skala prognosis pneumonia yang biasa digunakan adalah pneumonia severity index (PSI) CURB-65 (confusion, urea, respiraroty rate, blood pressure, and age 65 years). Namun, skala prognosis ini memiliki keterbatasan yaitu, PSI untuk mengidentifikasi pasien berisiko rendah sementara CURB- 65 untuk mengindentifikasi pasien berisiko tinggi. Maka banyak dilakukan penelitian mengenai prediktor untuk CAP salah satunya adalah red cell distribution width (). Red cell distribution width adalah variasi bentuk maupun volume dari sel darah merah yang

4 4 bersirkulasi di aliran darah. Terbukti dalam banyak penelitian bahwa nilai dapat digunakan sebagai prediktor untuk pneumonia gagal jantung. Dikatakan nilai lebih tinggi pada pneumonia gagal jantung semakin tinggi nilai maka morbiditas mortalitas makin tinggi (Lee et al., 2012). Red cell distribution width merupakan salah satu komponen dalam pemeriksaan complete blood count (CBC) (Lee et al., 2012). Walaupun banyak penelitian yang sudah dilakukan mengenai hasil yang didapat terbukti bahwa dapat dijadikan prediktor yang kuat dalam menentukan prognosis penyakit CAP gagal jantung, tapi mekanisme mengapa dapat dijadikan prekdiktor masih belum jelas. I.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan maka rumusan masalah yang diusulkan adalah : 1. Apakah pada pasien CAP dengan comorbid CHF dengan peningkatan memiliki proporsi lebih besar dibanding pasien CAP tanpa comorbid CHF dengan peningkatan nilai?

5 5 2. Apakah peningkatan nilai berhubungan dengan peningkatan risiko mortalitas pasien CAP dengan comorbid CHF? I.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan proporsi pasien CAP dengan tanpa comorbid CHF yang memiliki peningkatan nilai serta hubungan peningkatan nilai dengan peningkatan risiko mortalitas.

6 6 I.4. Keaslian penelitian Tabel 1.1. Keaslian penelitian No. Nama peneliti tahun Desain besar Variabel bebas 1. Jae Hyuk Lee et al., Eyal Braun et al., 2014 sampel Kohort retrosp ektif, 744 Kohort retrosp ektif 3815 Peningka tan nilai Peningka tan nilai Cara pengukuran Pengukuran dilakukan di rumah sakit Data klinis, catatan medis Variable tergantung Mortalitas morbiditas Mortalitas morbiditas Cara pengukuran Hasil Rekam medis Pasien CAP dengan angka kematian 90 hari n=100 (13.4%) dgn nilai <13,3 n=11 (5.6%), 13.3 <14.1 n=12 (17%), 14.1 <15.2 n=24 (12.6%), 15.2 n=53 (28.5%); p<0.001 Data Pasien CAP klinis, dengan nilai catatan 15, n=408 medis (16.8%); nilai >15, n=529 (38.1%), (p <0.001), (95%

7 7 CI ) 3. G. Michael Felker et al., Larry A. Allen et al., Yahya Al- Najjar et al., 2009 Kohort, Kohort, 1012 Kohort, 1087 NTproBNP Pemeriksaan darah rutin Automatic CBC Pemeriksaan darah lengkap penghitungan NT-proBNP Mortalitas morbiditas Mortalitas hospitalis asi mortalitas Kematian hospitalisa asi pasien kardiovasku lar gagal jantung dalam CHARM program Data dari STAMINA-HFP Hazard ratio 1,12 tiap kenaikan 1 SD, p = 0,006 Hazard ratio 1,09 tiap 1% kenaikan dengan p <0,001 Rekam medis Untuk prediktor outcome analisis univariat hazard ratio 1,27 dengan p < 0,001 analisis Kaplan-Meier hazard ratio 4,9 bila 15,2

8 8 I.5. Manfaat Penelitian 1. Bagi rumah sakit klinisi, memberikan bukti ilmiah mengenai perbandingan proporsi pasien CAP dengan tanpa comorbid CHF yang memiliki peningkatan nilai dengan peningkatan risiko mortalitas sehingga dapat menggunakan nilai sebagai salah satu pertimbangan parameter dalam pemeriksaan laboratorium yang digunakan untuk mengetahui prognosis pasien CAP. 2. Bagi peneliti, mengetahui hubungan nilai dengan mortalitas pada pasien CAP.