BAB I PENDAHULUAN. khususnya yang diterbitkan oleh Pemerintah atau lebih dikenal sebagai Surat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. pembiayaan alternatif selain pembiayaan melalui perjanjian pinjaman (loan

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA TAHUN 2008

INDEX. Indexes atau. INDOBeX pada. Indonesia yang. Risiko (DJPPR) (ISIX)

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT BERHARGA NEGARA TAHUN 2009

PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA (SUN)

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT BERHARGA NEGARA TA 2010

Surat Berharga Syariah Negara

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA TAHUN 2007

SIARAN PERS. PT PENILAI HARGA EFEK INDONESIA INDONESIA BOND PRICING AGENCY Dalam Rangka Tutup Tahun 2013

Press Release Monthly Bond Market Review September Depresiasi Rupiah Tekan Pasar Obligasi Domestik

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal syariah. Masalah asymmetric information yang dihadapi oleh industri

SUN SEBAGAI INSTRUMEN PEMBIAYAAN DEFISIT APBN

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pemicu kenaikan jumlah nominal utang pemerintah Indonesia (DJPU,

NAIK LAGI, UTANG PEMERINTAH RI KINI RP 3.323,36 TRILIUN

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PELATIHAN MANAJEMEN OBLIGASI DAERAH TAHAP MIDDLE/2

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan dana pada surat berharga (financial asset) yang diharapkan akan

PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015

Yield. Curve Surat. yield yield. Oktober Yield to maturity (%) Spread (%) Sep Oct 15

BAB I PENDAHULUAN. yang membeli obligasi disebut pemegang obligasi (bondholder) yang akan menerima

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan dengan surat utang (debt instrument), misalnya obligasi. Keuntungan dari

BAB I PENDAHULUAN. bersifat hutang dikenal dengan nama obligasi (Husnan, 2001:4).

BAB I PENDAHULUAN. Peran pasar modal sebagai lembaga intermediasi dalam perekonomian

Alamat Redaksi: Grup Neraca Pembayaran dan Pengembangan Statistik Departemen Statistik Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara, Lantai 15 Jl.

BAB I. Surat Utang Negara (SUN) atau Obligasi Negara. Sesuai dengan Pasal 1 Undang-

LAPORAN HASIL PENJUALAN SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. Tidak mengherankan jika masih banyak pendapat yang beranggapan bahwa status

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal mempunyai peranan penting bagi perkembangan ekonomi. suatu negara khususnya secara makro. Kehadiran pasar modal dapat

Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Direktorat Surat Utang Negara.

Monthly Market Update

PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu negara seperti Indonesia. Belanja Pemerintah tersebut dipenuhi

2 Mengingat d. bahwa penerapan prinsip kehati-hatian tersebut sejalan dengan upaya untuk mendorong pendalaman pasar keuangan domestik; e. bahwa penera

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan, yaitu modal sendiri dan utang. Utang bisa didapatkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal di Indonesia saat ini semakin berkembang, dengan

MEMILIH INVESTASI REKSA DANA TAHUN 2010

I. PENDAHULUAN. Investasi merupakan suatu daya tarik bagi para investor karena dengan

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Obligasi dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)

Juni 2017 RESEARCH TEAM

BAB I PENDAHULUAN. taraf hidup rakyat banyak. Perbankan sendiri merupakan perantara keuangan

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/1/PADG/2017 TENTANG PELAKSANAAN LELANG SURAT BERHARGA NEGARA DI PASAR PERDANA

BAB I PENDAHULUAN. dapat diperoleh dari modal. Tujuan utama seorang penanam modal dalam

BAB I PENDAHULUAN. Konsep keuangan berbasis syariah Islam (Islamic finance) dewasa ini telah

BAB IV HASIL PENELITIAN

Pasar Obligasi Domestik Bullish, ICBI Catat Rekor Tertinggi Januari 2016: Asing Catatkan Net Inflow

PROSPEK INVESTASI SURAT UTANG NEGARA

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Modal memegang peranan penting dalam perusahaan untuk pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat dua jenis Dana Pensiun menurut Undang-Undang Nomor 11. tahun 1992 tentang Dana Pensiun. Kedua jenis Dana Pensiun itu

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi dan keuangan syariah yang tumbuh dan berkembang pesat dapat menjadi

ANALISIS INVERSTASI DAN PORTOFOLIO

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk melakukan hedging kewajiban valuta asing beberapa bank. (lifestyle.okezone.com/suratutangnegara 28 Okt.2011).

1.1 Latar Belakang Masalah

Mei Index. +9,79%ytd. negatif dari dalam lebih. Rate. pasar obligasi. INDOBeXG Total

BAB I PENDAHULUAN. Bentuk pembiayaan yang berasal dari eksternal salah satunya yaitu dana dari

BAB IV ANALISIS RESIKO FINANSIAL

ARTIKEL PASAR MODAL MEMBANTU PEREKONOMIAN Purbaya Yudhi Sadewa Senior Economist Danareksa Research Institute

Seri ORI004. Direktorat Surat Berharga Negara Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Departemen Keuangan Republik Indonesia

Press Release Review Pasar Obligasi Indonesia November Tren Inflasi Turun, Pasar Obligasi Berlanjut Bullish

I. PENDAHULUAN. dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Menurut data Departemen Keuangan

I. PENDAHULUAN. Seolah tiada habis-habisnya pembicaraan seputar krisis ekonomi. berkepanjangan yang melanda lndonesia sejak pertengahan tahun 1997 dan

Obligasi Daerah Dinilai Dapat Mempercepat Pembangunan Daerah

XXI. Resume Investasi Obligasi Ritel Indonesia Seri 10danSimulasi Perhitungan ORI 10. PPA Univ. Trisakti

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PMK.08/2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan perekonomian suatu negara tidak terlepas dari peran perbankan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. penting sebagai media investasi dan wadah penyediaan modal bagi perusahaan untuk

TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/21

RINGKASAN EKSEKUTIF DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN. keputusan investasi perusahaan, dimana pada setiap sumber pendanaan ada biaya

BAB I PENDAHULUAN. paling penting, badan usaha diusahakan terus menerus memperoleh keuntungan

No. 17/32/DPSP Jakarta, 13 November SURAT EDARAN

BAB I PENDAHULUAN. akan sangat mempengaruhi iklim usaha di Indonesia. Para pelaku bisnis harus

2015, No Mengingat dengan cara private placement di Pasar Perdana Domestik dengan mencabut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 192/PMK.08/2013 tent

10,3% Perbankan Tresuri dan Internasional. Tinjauan Bisnis. Rp 162,5 triliun

RINGKASAN EKSEKUTIF DAFTAR ISI

PENGGUNAAN SPN 3 BULAN SEBAGAI PENGGANTI SBI 3 BULAN DALAM APBN (Perspektif Bank Indonesia)

PENGUATAN IKNB MELALUI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PERUMAHAN BERBASIS PASAR MODAL. Tim Riset SMF

PERSPEKTIF PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN DENGAN SURAT UTANG NEGARA, ORI

BELI. Kang Iman cari. Perbankan Tresuri dan Internasional. Tinjauan Bisnis. 01 Ikhtisar Data Keuangan. 03 Profil Perusahaan. 05 Tata Kelola Perusahaan

Perkembangan Utang Negara (Pinjaman Luar Negeri & Surat Utang Negara),

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pesatnya perkembangan sukuk saat ini karena tingginya likuiditas di

No. 16/22/DPM Jakarta, 24 Desember 2014 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh pertumbuhan

Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Direktorat Surat Utang Negara.

NAMA JABATAN : Kepala Seksi Analisis Pasar Surat Utang Negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB 1 PENDAHULUAN. dana, untuk memperjual belikan surat-surat berharga yang kegiatannya dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah liberalisasi sektor keuangan di Indonesia bisa dilacak ke belakang,

I. PENDAHULUAN. memberikan kontribusi terhadap perekonomian Indonesia. menjadi financial nerve-centre (saraf finansial dunia) dalam dunia ekonomi

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 9 /SEOJK.05/2016 TENTANG DASAR PENILAIAN INVESTASI DANA PENSIUN, BENTUK DAN SUSUNAN SERTA TATA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti

Investor Daily 10/06/2016, hal. 14 (Berita Photo) Kinerja Prima BNI Life EX-CC-AAJI

OVERVIEW investasi obligasi. 1/51

Februari 2017 RESEARCH TEAM

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/21/PBI/2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dekade terakhir, pasar obligasi di Indonesia berkembang cukup pesat ditandai dengan semakin beragamnya instrumen utang yang dapat memenuhi kebutuhan investor yang lebih besar. Berbagai instrumen obligasi, khususnya yang diterbitkan oleh Pemerintah atau lebih dikenal sebagai Surat Berharga Negara (SBN) telah dapat mengakomodir kebutuhan, baik investor lokal maupun asing. Pasar obligasi di Indonesia mulai tumbuh secara signifikan ditandai dengan penerbitan rekap obligasi oleh pemerintah pada tahun 1999 yang dilanjutkan dengan kegiatan perdagangan di tahun berikutnya (Hadad, Wibowo, & Handoko, 2003). Saat itu, pertumbuhan pasar obligasi ditopang oleh kondisi makroekonomi Indonesia yang baik. Dalam perkembangannya, di Indonesia telah diterbitkan beragam jenis instrumen dengan nilai total obligasi yang terus meningkat. Jenis yang beragam tersebut, meliputi Obligasi Negara (ON) seri fixed dan variable coupon, zero coupon, Obligasi Negara Ritel (ORI), Surat Perbendaharaan Negara (SPN), dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN), dalam mata uang rupiah dan valuta asing, serta obligasi korporasi, seperti straight bonds, amortized bonds, callable/putable bonds, sukuk korporasi (mudharabah, ijarah, dll), dan MTN (Medium Term Notes) 1

(IBPA, 2016). Penerbitan obligasi di Indonesia didominasi oleh pemerintah melalui Kementerian Keuangan (Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko) yang memiliki kewenangan untuk menerbitkan Surat Berharga Negara dan Bank Indonesia yang memiliki kewenangan untuk mengeluarkan Sertifikat Bank Indonesia. Sementara itu, obligasi korporasi di lain pihak juga tumbuh meskipun tidak sama pesatnya dengan Surat Berharga Negara (IBPA, 2016). Menurut OJK, outstanding obligasi korporasi per akhir Desember 2015 berjumlah 249,6 triliun rupiah (10,36 persen dari total outstanding obligasi di Indonesia), sedangkan Surat Berharga Negara berdenominasi rupiah (selanjutnya disebut Surat Berharga Negara) berjumlah 2.409,9 triliun rupiah (89,64 persen) (OJK, 2016). Nilai outstanding Surat Berharga Negara yang diperdagangkan di pasar sekunder telah tumbuh secara signifikan, dari 31,6 triliun rupiah pada tahun 2000 menjadi 2.120,6 triliun rupiah pada akhir tahun 2015. Hingga Desember 2015, terdapat 155 seri surat utang pemerintah dan sukuk, serta 410 seri surat utang korporasi dan sukuk di pasar sekunder. Data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko menunjukkan bahwa di awal perkembangannya, mayoritas investor Surat Berharga Negara berasal dari perbankan (287,564 miliar rupiah atau 72 persen dari total outstanding), reksadana (53,983 miliar rupiah atau 14 persen dari total outstanding), dan asuransi (27,081 miliar rupiah atau persen dari total outstanding). Sisanya seperti asing, dana pensiun dan sekuritas masing-masing 2

tidak lebih dari 5 persen. Gambaran mengenai profil investor SBN berdenominasi rupiah dapat dilihat dari grafik di bawah ini: Dec 2015 Dec 2014 Dec 2013 Dec 2012 Dec 2011 Dec 2010 Dec 2009 Dec 2008 Dec 2007 Dec 2006 Dec 2005 Bank Bank Indonesia Reksadana Asuransi Asing Dana Pensiun Lainnya 0% 100% Gambar 1. Grafik Profil Investor SBN Berdenominasi Rupiah 2005 s.d. 2015 Sumber : Asian Bonds Online Berdasarkan grafik di atas, proporsi profil investor mengalami pergerakan seiring dengan perkembangan tahun. Proporsi kepemilikan perbankan secara bertahap mengalami penurunan sebesar -2 persen sampai -4 persen tiap kuartal hingga akhir tahun 2015. Demikian pula kepemilikan reksadana juga berkurang secara gradual, namun masih berada pada kisaran penurunan dibawah -1 persen per kuartal. Sejak tahun 2006 hingga akhir tahun 2015, kepemilikan reksadana tercatat hanya 4 kali mengalami penurunan di atas -1 persen yakni -1,23 persen dan -1,04 persen di kuartal ketiga dan keempat tahun 2006. Penurunan yang cukup tajam terjadi pada kuartal ketiga tahun sebelumnya sebesar -3,72 persen dan kuartal selanjutnya sebesar -6,98 persen. 3

Disisi lain, investor asing mengalami peningkatan yang paling signifikan diantara investor lain. Dari tahun 2014, proporsi investor asing meningkat antara 1 persen hingga 4,92 persen tiap kuartal. Dampak dari peningkatan proporsi investor asing ini menyebabkan pergeseran posisi investor mayoritas menjadi asing (606,080 triliun rupiah atau 38 persen dari total outstanding), perbankan (451 triliun rupiah atau 29 persen dari total outstanding), dan asuransi (192,290 triliun rupiah atau 12 persen dari total outstanding). Sementara itu, investor lain seperti reksadana, dana pensiun, sekuritas, dan lainnya masing-masing hanya memiliki kurang dari 10 persen dari total outstanding di akhir tahun 2015. Dari peningkatan jumlah investor asing tersebut, tercermin tingkat kepercayaan investor asing terhadap kondisi keuangan Indonesia yang tinggi. Akhir tahun 2015, Presiden Direktur The Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), Ignatius Girendroheru menyebutkan bahwa pasar Surat Berharga Negara masih menarik bagi para investor asing tidak hanya dikarenakan yield yang relatif lebih tinggi, namun juga kredit rating Indonesia yang positif (Wirayani, 2016). Pada bulan September 2015, yield Surat Berharga Negara dengan tenor 10 tahun berada pada posisi 9,09 persen. Angka ini berada jauh diatas negara tetangga seperti Singapura (2,85 persen), Malaysia (4.18 persen), dan Thailand (3.03 persen). Selain itu, performa dari Surat Berharga Negara di Indonesia juga menunjukkan perkembangan yang baik. Hal ini ditandai dengan semakin panjangnya profil jangka waktu instrumen dan pengurangan utang melalui mata uang asing. Dengan begitu, peningkatan secara tajam terhadap kepemilikan asing pada Surat Berharga Negara tidak dapat dielakkan. 4

Atas peningkatan proporsi investor asing pada Surat Berharga Negara tersebut, Gubernur Bank Indonesia menyatakan bahwa angka aman kepemilikan asing, yaitu dibawah 30 persen. Sementara pada akhir tahun 2015, asing sudah menduduki 38 persen dari total outstanding (Sukmana, 2015). Sejalan dengan pernyataan tersebut, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan bahwa porsi kepemilikan asing pada Surat Berharga Negara sebesar lebih dari 35 persen rawan pembalikan. Terlebih, angka tersebut relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan negara lain (Setiawan, 2015). Lebih lanjut, Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution menilai bahwa merosotnya nilai tukar Rupiah pada akhir tahun 2015 tidak hanya disebabkan karena faktor eksternal. Kondisi perekonomian dalam negeri juga turut serta memicu terpuruknya Rupiah. Besarnya dana asing dalam sistem perekonomian nasional yang terlihat dari Surat Berharga Negara membuat Rupiah rawan goyah. Peningkatan partisipasi asing dapat membantu menurunkan biaya utang dan membagi risiko secara lebih luas kepada masing-masing investor (Arslanap & Tsuda, 2014). Namun, disisi lain dapat meningkatkan risiko pembiayaan eksternal bagi pemerintah. Risiko ini pernah terjadi saat pasar mengalami penarikan dana keluar besar-besaran dan peningkatan yield secara tajam saat The Fed mengumumkan tapering of asset purchase pada tahun 2013. Risiko ini lebih terkait dengan siapa pemegang obligasi daripada bagaimana obligasi tersebut diterbitkan dan relatif tidak dapat dikontrol oleh pemerintah selama Surat Berharga Negara ini secara bebas diperdagangkan di pasar sekunder. 5

Di sisi lain, ditemukan adanya kaitan yang erat antara basis investor asing dengan likuiditas. Investor asing dinilai dapat menjadi katalis bagi pengembangan pasar Surat Berharga, khususnya dengan mendiversifikasi basis investor institusi dan menciptakan tingkat permintaan yang lebih besar. Investor institusi domestik merupakan investor buy and hold, sedangkan investor asing lebih cenderung melakukan ativitas perdagangan sehingga berkontribusi pada pasar yang lebih likuid. Investor asing dinilai dapat memberikan a quick win untuk memperdalam pasar obligasi domestik (Peiris, 2010). Pada dasarnya, investor mengharapkan pasar obligasi yang likuid. Pasar yang likuid akan lebih menarik, sebab aktivitas didalamnya menunjukkan minat investor yang tinggi terhadap obligasi tersebut (Handa & Schwartz, 1996). Selain itu, likuiditas merupakan penentu penting yang berpengaruh positif bagi spread harga bid dan harga ask (Chakravarty & Sarkar, 2003). Pada penelitian yang lain disimpulkan bahwa semakin tidak likuid suatu obligasi, maka harga obligasi tersebut akan semakin mahal. Hal ini disebabkan karena adanya biaya transaksi perdagangan obligasi didalamnya menjadi lebih tinggi yang pada akhirnya menurunkan return yang didapatkan para investor (Amihud & Mendelson, 1999). Kehadiran investor asing dalam Surat Berharga Negara telah menimbulkan kekhawatiran dari berbagai pihak, namun penelitian-penelitian yang telah dilakukan juga menunjukkan adanya konsekuensi positif terutama terkait peningkatan likuiditas di pasar sekunder yang dapat membuat yield Surat Berharga turun. 6

1.2. Perumusan Permasalahan Berdasarkan latar belakang diatas, masalah yang akan diteliti dan dinyatakan sebagai pernyataan penelitian adalah sebagai berikut: Bagaimana Pengaruh Kepemilikan Asing terhadap Likuiditas Surat Berharga Negara di Indonesia? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan di atas, tujuan dari penelitian ini untuk menguji pengaruh kepemilikan asing terhadap likuiditas Surat Berharga Negara di Indonesia selama periode pengamatan. 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat yang didapat dari penelitian ini,antara lain: 1. Bagi penelitian selanjutnya Memberikan informasi kepada peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti likuiditas Surat Berharga Negara di Indonesia dan kaitannya dengan profil investor khususnya investor asing. 2. Bagi Investor Memberikan informasi kepada investor yang memiliki portofolio investasi berupa Surat Berharga Negara mengenai pengaruh kepemilikan asing terhadap rasio turnoversurat Berharga Negara, sehingga dapat menjadi pertimbangan dan melakukan kalkulasi yang lebih mendalam mengenai strategi portofolionya. 7

3. Bagi Regulator Memberikan informasi mengenai pengaruh kepemilikan asing terhadap likuiditas Surat Berharga Negara sehingga dapat menjadi pertimbangan dalam pembuatan kebijakan yang lebih efektif. 1.5. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan penelitian ini akan disusun menjadi lima bab dengan urutan pembahasan sebagai berikut: Bab 1 Pendahuluan Bab ini merupakan bagian pertama yang beris penjelasan latang belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab 2 Landasan Teori Bab ini membahas mengenai teori-teori yang akan digunakan pada penelitian, yaitu Surat Berharga, Surat Berharga Negara, konsep likuiditas, dan rasio turnoverobligasi. Bab 3 Metode Penelitian Bab ini menjelaskan mengenai metode penelitian, yang terdiri dari deskripsi penelitian, data penelitian, periode waktu penelitian, sampel penelitian, definisi operasional, metode analisis data, keterbatasan penelitian, dan batasan penelitian. 8

9

Bab 4 Analisis dan Pembahasan Bab ini menyajikan pemaparan mengenai hasil analisis data kepemilikan asing dan likuiditas disertai dengan penjelasan mengenai hasil analisis tersebut, sehingga permasalahan penelitian dapat terjawab dalam bab ini. Bab 5 Kesimpulan dan Saran Bab terakhir ini merupakan bagian terakhir yang mencakup kesimpulan dari hasil pembahasan masalah dan saran-saran bagi investor dan regulator, serta bagi pengembangan penelitian di masa datang. 10