2015 KAJIAN PENGARUH PENAMBAHAN BIONUTRIEN S267 TERHADAP PRODUKTIVITAS TANAMAN KELAPA SAWIT TM-03

dokumen-dokumen yang mirip
, 2015 PENGARUH KEKASARAN DASAR SALURAN TERHADAP DISTRIBUSI KECEPATAN PADA SALURAN TERBUKA

BAB I PENDAHULUAN. Kesuburan tanah merupakan kemampuan tanah menyediakan unsur hara

2015 KAJIAN PENGARUH APLIKASI BIONUTRIEN S267 TERHADAP PRODUKTIVITAS TANAMAN KELAPA SAWIT TM-08

BAB I PENDAHULUAN. setiap hari tumbuhan membutuhkan nutrisi berupa mineral dan air. Nutrisi yang

@BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Nutrien tersebut memiliki

BAB I PENDAHULUAN. sumber energi yang digunakan untuk menyusun berbagai komponen sel selama

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan memerlukan nutrien berupa mineral dan air untuk pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Unsur hara adalah nutrisi atau zat makanan yang bersama-sama dengan air

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

Kajian Potensi Bionutrien CAF dengan Penambahan Ion Logam Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Padi (Oryza Sativa L.)

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan memerlukan nutrien berupa mineral, air dan unsur hara untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan akan pangan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut dilakukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah

BAB I PENDAHULUAN. Bionutrien merupakan suatu bahan organik yang mengandung nutrisi yang

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau merupakan salah satu tanaman pangan yang banyak dibudidayakan

BAB I PENDAHULUAN. Kandungan zat gizi yang lengkap dalam menu makanan yang sehat dan seimbang

Analisis Kuantitatif Unsur Hara Daun Kelapa Sawit Pada Pelepah Ke-17 Sebagai Langkah Optimasi Hasil Panen Kelapa Sawit

BAB I PENDAHULUAN. dalam peradaban manusia. Untuk setiap pertumbuhannya, tanaman memerlukan zat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Lokasi Pengambilan Sampel, Tempat, dan Waktu Penelitian

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hampir 100 perusahaan atau pabrik kelapa sawit baik milik

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... BAB 1 PENDAHULUAN... 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Jagung manis (Zea mays saccharata) merupakan salah satu komoditas pertanian

I. PENDAHULUAN. pokok bagi sebagian besar rakyat di Indonesia. Keberadaan padi sulit untuk

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman

I. PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor penentu produksi. Selama ini untuk mendukung

ISSN X Jurnal AGROTEK Vol 5, No 6 April 2017

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk),

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai

BAB I PENDAHULUAN. hewan atau manusia, seperti pupuk kandang, pupuk hijau, dan kompos,

I. PENDAHULUAN. Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan salah satu tanaman sayuran yang

PENDAHULUAN. Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan komoditas yang mendapat

BAB I. PENDAHULUAN A.

I. PENDAHULUAN. Teknologi revolusi hijau di Indonesia digulirkan sejak tahun 1960 dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang terletak di daerah tropis dengan

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eva Tresnawati, 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di

I. PENDAHULUAN. pupuk tersebut, maka pencarian pupuk alternatif lain seperti penggunaan pupuk

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kubis adalah kalori (25,0 kal), protein (2,4 g), karbohidrat (4,9 g), kalsium (22,0

BAB I PENDAHULUAN. tunggang dengan akar samping yang menjalar ketanah sama seperti tanaman dikotil lainnya.

I. PENDAHULUAN. atau jamu. Selain itu cabai juga memiliki kandungan gizi yang cukup

I. PENDAHULUAN. Cabai rawit kathur (Capsicum frutescens) merupakan komoditas rempah-rempah

TINJAUAN PUSTAKA. (brassicaceae) olek karena itu sifat morfologis tanamannya hampir sama, terutama

PENGOLAHAN PUPUK PADAT DAN CAIR OLEH PUSAT INOVASI AGROTEKNOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) atau yang sering disebut Brambang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. Tingkat konsumsi sayuran rakyat Indonesia saat ini masih rendah, hanya 35

BAB I PENDAHULUAN Indonesia menguasai ekspor pasar minyak sawit mentah dunia sebesar

PENDAHULUAN. Dewasa ini kebutuhan jagung untuk pakan sudah lebih dari 50% kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum) merupakan komoditas sayuran yang memiliki nilai

TINJAUAN PUSTAKA. sangat diperlukan untuk memprediksi produktivitas kelapa sawit tersebut dalam

PENERAPAN BIONUTRIEN KPD PADA TANAMAN SELADA KERITING (Lactuca sativa var. crispa)

PERANGKAT UJI PUPUK ORGANIK (PUPO) (ORGANICFERTILIZER TEST KIT )

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat

BAB I PENDAHULUAN. sayur yang paling diminati oleh masyarakat Indonesia. Harga tanaman

Ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan masih merupakan kendala. yang dihadapi oleh para peternak khususnya pada musim kemarau.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. bumbu masakan, untuk menambah cita rasa dan kenikmatan makanan. Tanaman

I. PENDAHULUAN. Indonesia, namun sampai saat ini perhatian masyarakat petani kepada kacang

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

II. TINJAUAN PUSTAKA

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Tinggi tanaman padi akibat penambahan jenis dan dosis amelioran.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjadi menarik sehingga mampu menambah selera makan. Selada umumnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Panjang akarnya dapat mencapai 2 m. Daun kacang tanah merupakan daun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK DI KABUPATEN JEMBRANA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang hijau termasuk suku (famili) leguminoseae yang banyak

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi untuk tanaman dan

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KOTORAN AYAM DAN PUPUK KOTORAN KAMBING TERHADAP PRODUKTIVITAS TANAMAN CABAI MERAH KERITING (Capsicumannum L.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hidroponik yang ada yaitu sistem air mengalir (Nutrient Film Technique). Konsep

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pertanian organik itu sendiri diantaranya untuk menghasilkan produk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia, meskipun sebagai bahan makanan pokok,

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung manis merupakan tanaman yang sangat responsif terhadap

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Kulit Buah Jarak Pagar

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (Subagyo, dkk, 2000). Namun demikian, tanah Ultisol ini memiliki kandungan

I. PENDAHULUAN. terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pupuk merupakan suatu bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara bagi tanaman. Bahan tersebut dapat berasal

BAB I PENDAHULUAN. berbagai keunggulan nyata dibandingkan dengan pupuk kimia. Pupuk organik dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tanaman kelapa sawit (Elais guineensis) merupakan salah satu tanaman tropis yang memiliki banyak manfaat. Bagian kelapa sawit yang dimanfaatkan adalah minyak sawit kasar atau crude palm oil (CPO) dan minyak yang berasal dari inti, palm kernel oil (PKO). Manfaat utama tanaman kelapa sawit adalah sebagai bahan baku pembuatan minyak goreng. Selain itu, manfaat lain dari tanaman kelapa sawit di antaranya sebagai bahan makanan, kosmetik, obat-obatan, juga digunakan di berbagai industri berat maupun ringan. Dilihat dari segi manfaatnya, tanaman kelapa sawit memiliki peranan yang sangat penting untuk kehidupan. Namun, hal tersebut tidak dibarengi dengan peningkatan produksi minyak kelapa sawit. Faktor-faktor penyebab penurunan produksi buah kelapa sawit salah satunya yaitu masalah hama, asupan nutrisi untuk tanaman yang kurang baik, maupun kesuburan tanah. Permasalahan utama yang terjadi di PT. CG adalah permasalahan nutrisi. Kondisi yang terjadi di lapangan saat ini adalah tanaman kelapa sawit tidak mendapatkan asupan pupuk yang baik, padahal pupuk sendiri merupakan sumber nutrisi yang utama. Selain itu, pupuk berperan dalam meningkatkan kesuburan tanah yang berakibat pada peningkatan produktivitas tanaman. Kesuburan tanah merupakan kemampuan tanah menyediakan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangannya. Kondisi di perkebunan kelapa sawit PT. CG saat ini mengalami kekurangan nutrisi karena sudah lebih dari tiga tahun tidak diberi pupuk. Padahal, kebutuhan nutrisi untuk tanaman kelapa sawit sangatlah penting guna menunjang produktivitas buah. Nutrisi yang diperlukan tanaman

secara umum dibagi kedalam 2 kelompok unsur hara, yaitu unsur hara makro dan mikro. Unsur hara makro terdiri dari N, P, K, Mg, Ca, dan S. Unsur hara makro yang paling penting yang dibutuhkan kelapa sawit adalah N, P, dan K. Karena unsur hara tersebut dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak. Ketiga unsur hara tersebut biasanya berupa pupuk anorganik. Pupuk yang sering digunakan perkebunan umumnya Urea, TSP (triple super posphate), MOP (Muriate of Potash), dan Kieserite (Pahan, 2007). Sedangkan unsur hara mikro terdiri dari ion-ion logam, diantaranya: Cu 2+, Zn 2+, Fe 3+, Mn 2+,Ni 2+, dan Co 2+. Unsur hara mikro dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang sedikit. Unsur hara mikro yang biasanya dibutuhkan tanaman kelapa sawit adalah Mn, Cu, Zn, dan B. Nutrisi yang berada di dalam tanah diserap tanaman melalui akar agar tanaman dapat tumbuh dengan baik. Penyediaan nutrisi bagi tanaman dapat dilakukan dengan cara penambahan pupuk. Pada saat ini para petani banyak menggunakan pupuk anorganik yang dinilai memiliki kandungan unsur hara yang tinggi dan nutriennya pun mudah diserap. Padahal, pemakaian pupuk anorganik dengan dosis tinggi secara terusmenerus dalam kurun waktu yang lama telah memberikan dampak negatif terhadap tanah dan lingkungan (Lee et al, 2002). Dalam Permentan No.2/Pert/Hk.060/2/2006, tentang pupuk organik dan pembenah tanah, ditemukan bahwa pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk mensuplai bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pupuk organik merupakan pupuk yang berasal dari tanaman maupun dari kotoran hewan. Pupuk organik yang biasa digunakan pada tanaman kelapa sawit biasanya berasal dari daun kering maupun pelepah sawit itu sendiri. Salah satu jenis pupuk anorganik yang biasa digunakan yaitu pupuk

jenis TSP. Penggunaan kedua jenis pupuk ini tentu memiliki kelebihan dan kekurangan. Salah satu kelebihan pupuk organik ini adalah mudah ditemukan di alam, sedangkan kekurangannya dari segi jumlah kandungan nutrisi yang belum tentu mencukupi kebutuhan tanaman. Sedangkan untuk pupuk TSP, kelebihannya adalah ketersediaannya asupan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan tanaman. Namun, pupuk anorganik juga memiliki kekurangan, yaitu kurang ramah lingkungan karena terbuat dari bahan kimia sintetis, salah satu dampaknya terhadap lingkungan adalah mengakibatkan pengerasan tanah. Salah satu upaya untuk menciptakan pupuk organik yang mudah diaplikasikan dan mampu memberikan pertumbuhan dan produksi yang tinggi telah dilakukan, yaitu bionutrien. Bionutrien adalah pupuk cair yang terbuat dari ekstrak tanaman dengan menggunakan zat kimia yang tidak berbahaya, sehingga bionutrien ini aman bagi lingkungan. Penelitian mengenai bionutrien telah dilakukan sejak tahun 2006 oleh tim peneliti Kelompok Bidang Kajian (KBK) Kimia Lingkungan Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dengan memanfaatkan ekstrak tanaman potensial yang digunakan sebagai sumber nutrisi. Penelitian yang telah dilakukan di antaranya aplikasi bionutrien terhadap tanaman padi, cabai merah keriting, kentang, selada kering, dan selada bokor. Aini (2008) dalam penelitiannya menemukan laju pertumbuhan selada keriting sebesar 0,040 hari -1 dengan menggunakan bionutrien KPD. Hasil penelitian selanjutnya telah ditemukan konstanta laju pertumbuhan tanaman padi dengan menggunakan bionutrien AMA dosis 0.5% dan PBAG dosis 0.25% masing-masing sebesar 0.1280 minggu -1 dan 0.1190 minggu -1 (Paqih, 2014). Penelitian mengenai bionutrien PBAG terus dikembangkan. Pengembangan penelitian bionutrien PBAG menghasilkan bionutrien baru,

yaitu bionutrien S267 yang merupakan kombinasi antara bionutrien PBAG dan ditambahkan dengan bahan kimia lainnya. Bionutiren S267 difokuskan pada tanaman keras. Objek penelitian bionutrien S267 diaplikasikan terhadap tanaman kelapa sawit, karena tanaman kelapa sawit merupakan salah satu komoditi ekspor terbesar di Indonesia. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian terhadap tanaman kelapa sawit. Pada tahap penelitian ini dilakukan aplikasi bionutrien S267 terhadap tanaman kelapa sawit, untuk menentukan dosis optimum bionutrien S267. Aplikasi diterapkan terhadap tanaman kelapa sawit TM-3. TM-3 merupakan tanaman yang sudah menghasilkan buah selama 3 tahun. Usia ini dipilih karena pada usia tersebut merupakan usia yang paling produktif untuk tanaman kelapa sawit. Dengan dilakukannya penelitian tersebut diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap produktivitas hasil panen. 1.2. Rumusan Masalah Masalah yang akan diteliti pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana dosis optimum dalam aplikasi bionutrien S267 pada tanaman kelapa sawit TM-3? 2. Bagaimana pengaruh bionutrien S267 terhadap pertumbuhan bunga betina tanaman kelapa sawit TM-3? 3. Bagaimana pengaruh bionutrien S267 terhadap nilai produksi (jumlah massa tandan per pohon, massa tandan rata-rata, dan randemen minyak) yang dihasilkan tanaman kelapa sawit TM-3? 1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui dosis optimum dalam aplikasi bionutrien S267 pada tanaman kelapa sawit TM-3

2. Mengetahui pengaruh bionutrien S267 terhadap pertumbuhan bunga betina tanaman sawit TM-3 3. Mengetahui pengaruh bionutrien S267 terhadap nilai produksi (jumlah massa tandan per pohon, massa tandan rata-rata, dan randemen minyak) yang dihasilkan tanaman kelapa sawit TM-3. 1.4. Manfaat Penelitian Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk pengembangan bionutrien S267 untuk meningkatkan produktivitas tanaman kelapa sawit.