2016 PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN ANDRAGOGI TERHADAP KETERAMPILAN PESERTA DIKLAT FAMILY DEVELOPMENT SESSION 2015 DI BBPPKS REGIONAL II BANDUNG

dokumen-dokumen yang mirip
2015 PERSEPSI ALUMNI TERHADAP PELATIHAN MANAJEMEN KESEJAHTERAAN SOSIAL DI BBPPKS BANDUNG

JURNAL. Oleh Fikri Nurcahya NIM

PELATIHAN PENDAMPING SOSIAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN FASILITASIPROGRAM KELOMPOK USAHA BERSAMA DI BBPPKS REGIONAL II BANDUNG

EFEKTIVITAS PELATIHAN PERLINDUNGAN ANAK TERHADAP TENAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL MASYARAKAT (TKSM)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iwan Sholahudin, 2014

2015 MANAJEMEN DIKLAT TEKNIS SUBSTANTIF DI BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEAGAMAAN BANDUNG

2016 PERAN BIMBINGAN KARIR, MOTIVASI MEMASUKI DUNIA KERJA DAN PENGALAMAN PRAKERIN TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA SMK

2015 PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING PADA PELAKSANAAN PRAKTIK PENYULUHAN KELUARGA OLEH MAHASISWA PROGRAM STUDI PKK FPTK UPI

P EDAGOGIA : Jurnal Ilmu Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan-pelayanan sosial personal yang tergolong sebagai pelayanan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dengan tujuan mencapai kehidupan yang lebih baik dari

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Kursus dan Pelatihan merupakan dua satuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Novita Kostianissa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dan pengurangan kemiskinan yang absolut (Todaro, 2000).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fajar Nugroho Muttaqin, 2016

BAB I PENDAHULUAN. wilayah tanah air Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

2016 PENYELENGGARAAN PELATIHAN KEPEMIMPINAN DENGAN METODE FAST (FATHONAH,AMANAH,SHIDDIQ,TABLIGH) DALAM MENUMBUHKAN JIWA KEPEMIMPINAN PEMUDA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

2015 ANALISIS PROGRAM DIKLAT PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL (PERENCANAAN PARTISIPATIF) DI BALAI DIKLAT KEHUTANAN KADIPATEN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Adi Setiawan Nurpratama, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dessy Asri Astrianty, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. masalah kompleks yang telah membuat pemerintah memberikan perhatian khusus

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Hasil Training Need Analysis (TNA) BBPPKS Bandung dalam Mendukung

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara Lintang

BAB I PENDAHULUAN. multidimensional, yang dapat ditandai dengan keberadaan pengangguran,

BAB I PENDAHULUAN. dan perubahan struktur ekonomi di dalam negeri. Menurut Undang Undang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Imas Suryatini, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki keunikan dan istimewa. Anak-anak sangat membutuhkan orang tua

EVALUASI PROGRAM FAMILY DEVELOMPENT SESSION

2015 ANALISIS KETERAMPILAN GURU DALAM MEMBERIKAN VARIASI STIMULUS PADA PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR

II. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah dan desentralisasi yang efektif berlaku sejak tahun 2001

Info Grafis PENDIDIKAN KEPENDUDUKAN DIREKTORAT KERJASAMA PENDIDIKAN KEPENDUDUKAN BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL TAHUN 2017

MEKANISME PELAKSANAAN. Referensi Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016, Bab III - VI

2015 PENGARUH MINAT BELAJAR DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI

BAB I PENDAHULUAN. sektor perindustrian ini adalah dengan cara mengembangkan industri kecil.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

FORUM KOORDINASI DEWAN RISET DAERAH SE-SUMATERA Periode Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung merupakan salah satu kota yang memiliki potensi besar untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. maksud dan tujuan tertentu, dimana usaha-usaha untuk mewujudkan maksud

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan masalah yang bersifat kompleks dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lidia Susantii, 2015 Optimalisasi partisipasi orang tua dalam pengelolaaan program di PAUD EAGLE

2015 PROSES PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENYELENGGAARAN PROGRAM DESA VOKASI

KETERAMPILAN BIDANG BOGA PADA PELAKSANAAN KKN POSDAYA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA BOGA

BAB I PENDAHULUAN. dari kesadaran manusia akan pentingnya sumber daya manusia yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pendidikan nasional berfungsi mengembangkan. kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. Kemiskinan telah membuat pengangguran semakin bertambah banyak,

II. KAJIAN PUSTAKA. keterampilan dalam bekerja. Peningkatan profesionalisme guru atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mega Wulandari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, pertanyaan penelitian, hipotesis dan definisi operasional yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik material maupun spiritual. Untuk

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. mengkhawatirkan dengan dampak buruk ekonomi dan sosial yang semakin besar

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Cahyo Budi Santoso, 2015

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 41 SERI E

I. PENDAHULUAN. orang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka yaitu sandang, pangan, dan papan.

BAB I PENDAHULUAN. berjenjang. Jenjang pendidikan merupakan tahap dalam pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan prasyarat utama untuk memperbaiki derajat kesejahteraan rakyat.

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. manusialah yang menjalankan fungsi-fungsi manajemen yaitu POAC ( Planning,

DIPA BADAN URUSAN ADMINISTRASI TAHUN ANGGARAN 2014

I. PENDAHULUAN. Dalam hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia,

URGENSI SIPD DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan optimal sesuai dengan potensi pribadinya sehingga menjadi

BAB. I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu wahana pendidikan

Bidang Bina Pendidik Dan Kependidikan (BPTK) DINAS PENDIDIKAN BANDUNG BARAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang memberikan kontribusi terhadap rata-rata hasil pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhannya sesuai dengan kehidupan yang layak. Kemiskinan

BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dan bangsa Indonesia sedang memasuki abad ke-21, era

JAMINAN SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan di Indonesia sudah tidak bisa di tutup-tutupi, tercatat pada bulan Maret 2015 menurut Badan Pusat Statistik Indonesia yang diakses secara [online] dirilis pada 15 September 2015 yaitu: Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis kemiskinan) mencapai 28,59 juta orang (11,22 persen), bertambah sebesar 0,86 juta orang dibandingkan dengan kondisi September 2014 yang sebesar 27,73 juta orang (10,96 persen). (BPS, 2015: diakses dari penduduk miskin 2015) Dari penjelasan diatas dapat dijabarkan kembali presentase penduduk miskin dari segi yang lebih sempit. Data BPS-Indonesia yang diakses secara [online] dirilis pada 15 September 2015 menjelaskan presentase penduduk miskin di daerah perkotaan dan perdesaan yaitu: Pada September 2014 sebesar 8,16 persen, naik menjadi 8,29 persen pada Maret 2015, kenaikannya yaitu sebanyak 0,29 juta orang (dari 10,36 juta orang pada September 2014 menjadi 10,65 juta orang pada Maret 2015). Sementara presentase penduduk miskin di daerah pedesaan naik dari 13,76 persen pada September 2014 menjadi 14,21 persen pada Maret 2015, adapun kenaikannya yaitu sebanyak 0,57 juta orang (dari 17,37 juta orang pada September 2014 menjadi 17,94 juta orang pada Maret 2015). Pada periode September 2014-Maret 2015, baik indeks kedalaman kemiskinan (P1) dan indeks keparahan kemiskinan (P2) cenderung mengalami kenaikan. (BPS, 2015: diakses dari penduduk miskin 2015) Dilihat dari data BPS- Indonesia diatas bisa dikatakan bahwa tingkat kemiskinan di Indonesia semakin memburuk dan mengalami kenaikan baik di daerah perkotaan maupun pedesaan. Kemiskinan yaitu kondisi yang dimana seseorang tidak mampu memenuhi kebutuhan primer atau dasar seperti makanan, pakaian, tempat tinggal, pendidikan dan kesehatan. Kemiskinan merupakan masalah global, ada yang memahaminya secara komparatif dan subjektif adapun yang melihatnya dari segi moral dan evaluatif. Penyebabnya bisa oleh kelangkaan bahan pemenuhananya ataupun sulitnya akses untuk memenuhi kebutuhan dasar tersebut. (Adami, hal. 1) 1

2 Pemenuhan kebutuhan tersebut bisa diatasi oleh pendidikan dan pelatihan. Seperti yang dikutip dari peters dalam buku Kamil (2012) bahwa: Pendidikan meliputi penyebaran hal yang bermanfaat bagi mereka yang terlibat didalamnya. Dan dijelaskan dalam tujuan pelatihan dalam buku Kamil (2012) bahwa: Pelatihan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan bakat seseorang. Masyarakat merupakan kumpulan manusia yang mendiami suatu tempat. Manusia seperti halnya makhluk hidup lainnya, akan mengalami suatu perkembangan. Dalam buku Slavin (2011, Jilid 1) menyatakan bahwa: Perkembangan manusia merujuk kepada bagaimana orang tumbuh, menyesuaikan diri, dan berubah sepanjang perjalanan hidupnya, melalui perkembangan fisik, perkembangan kepribadian, perkembangan sosioemosi, perkembangan kognisi (pemikiran) dan perkembangan bahasa. Berdasarkan hal tersebut dikatakan bahwa manusia harus berkembang dari segi fisiknya, mental maupun pendidikannya. Salah satu proses untuk memberikan pendidikan kepada manusia yaitu dengan cara melatih. Menurut pendapat Edwin B Flippo (dalam Kamil, 2012) mengemukakan bahwa pelatihan adalah tindakan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan seorang pegawai untuk melaksanakan pekerjaan tertentu. Pelatihan memiliki tujuan untuk meningkatkan keterampilan karyawan ataupun peserta pelatihan. Menurut kutipan Simanora (1995) dalam buku Kamil (2012) mengelompokan tujuan pelatihan kedalam lima bidang, yaitu: 1. Memutakhirkan keahlian para karyawan sejalan dengan perubahan teknologi; 2. Mengurangi waktu belajar bagi karyawan untuk menjadi kompeten dalam pekerjaan; 3. Membantu memecahkan masalah operasional; 4. Mempersiapkan karyawan untuk promosi; dan 5. Mengorientasikan karyawan terhadap organisasi. Menurut PERMENDIKBUD No 81 Tahun 2013 tentang pendirian satuan pendidikan nonformal Bab I pasal 1: Pelatihan adalah satuan pendidikan non formal yang diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

3 Penyelenggaraan pelatihan tidak selamanya sukses, dari hasil penelitian dilapangan kegiatan pelatihan sering disalah gunakan baik oleh penyelenggara maupun oleh peserta pelatihan. Penyalahgunaan ini bisa dilihat dari penyelengaraan pelatihan yang apa adanya, maupun bagi peserta saat mengikuti pelatihan hanya berniat untuk mendafatkan sertifikat atau lain sebagainya. Disamping masih adanya penyimpangan dalam pelatihan, masih banyak pula lembaga atau organisasi yang mengedepankan nilai-nilai pendidikan dan pembelajaran yang baik dalam penyelenggraan pendidikan. Syarat suatu pelatihan yang baik yaitu pemberian pengalaman kepada seseorang untuk mengembangkan tingkah laku (pengetahuan, skill,dan sikap) agar mencapai sesuatu yang di inginkan. Jangan disamakan dengan pengajaran untuk belajar suatu deretan mata pelajaran yang pesertanya hanya duduk dalam ruangan. Akan tetapi masih banyak cara yang digunakan untuk belajar bahkan diantaranya lebih efektif. Andragogi adalah suatu ilmu dan seni untuk membantu orang dewasa belajar. (Suprijanto: 2012) Pendidikan orang Dewasa atau disebut juga dengan andragogi tidak hanya sekedar diketahui, tetapi harus dapat diaplikasikan dalam setiap tahap kegaiatan belajar agar proses interaksi dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Untuk itu, jumlah peserta dalam setiap kelas tidak lebih dari 30 orang. Pendidikan dan pelatihannya dapat dilaksanakan di mana saja, dengan suasana informal, tempat sederhana, murah dan menyenangkan. (Basleman:2011) Dalam buku Basleman dan Mappa (2011, hlm. 158) Pendekatan pembelajaran orang dewasa dalam suatu pelatihan tidak luput dari proses dan metode pembelajaran yang memegang peranan penting dalam penyusunan strategi dan pelaksanaan kegiatan belajar dan membelajarkan. Proses dan metode pembelajaran dalam pelatihan tidak luput dari peran instruktur atau widiyaiswara yang membantu proses berjalannya pembelajaran. Sarana dan prasaranapun sangat berperan penting supaya pembelajaran tidak bersifat monoton dan membosankan. Pelatihan bisa diselenggarakan dari program pemerintah atau top down dan bisa pula yang sesuai dengan keinginan masyarakat atau buttom up. Sementara untuk penyelenggaraannya ada yang dilakukan oleh pemerintah maupun oleh organisasi-organisasi yang menaungi masyarakat seperti karang

4 taruna, ormas-ormas masyarakat dll. Adapun penyelenggara pelatihan yang dilakukan oleh pemerintah yaitu dibawah balai kediklatan disetiap instansi pemerintahan ataupun lembaga-lembaga pelatihan yang terkait dengan pemerintah. Salah satu instansi yang menyelenggarakan pelatihan khususnya dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat yaitu Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS). BBPPKS berperan sebagai unit pelaksanaan teknis yang mempunyai tugas utama untuk menempa dan membentuk sumber daya manusia yang berkualitas di bidang kesejahteraan sosial. Merujuk pada Profil BBPPKS Regional II Bandung dibagi kedalam 6 Regional kerja, salah satunya BBPPKS Regional II yang berada di Lembang Bandung. Sasaran dari BBPPKS Regional II Bandung ini yaitu para tenaga kesejahteraan sosial dilingkungan Departemen Sosial, Pemerintah Daerah dan Instansi terkait serta Tenaga Kesejahteraan Sosial Masyarakat (TKSM) seperti Organisasi Sosial, Lembaga Sosial Masyarakat, Yayasan dan Panti Sosial serta lembaga Sosial lainnya. TKSM yaitu bidang yang mengelola pelatihan atau diklat yang berhubungan langsung dengan masyarakat bukan dengan lembaga pemerintahan seperti yang dilakukan oleh Diklat TKSP. Diklat TKSM ini bertujuan untuk mendorong dan menyadarkan masyarakat supaya bisa menjadi Pekerja Sosial yang bisa membantu menangani kesejahteraan sosial di masyarakat. Salah satu diklat yang dilakukan oleh TKSM ini adalah diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) atau lebih dikenal dengan diklat Family Development Session (FDS). Merujuk pada pedoman diklat Family Development Session 2015, diklat Family Development Session atau disingkat dengan kata FDS adalah salah satu diklat di BBPPKS Regional II Bandung yang menerapkan pembelajaran andragogi. Diklat ini ada sebagai lanjutan dari Diklat Program keluarga Harapan (PKH) yang sejak tahun 2007 Pemerintah Indonesia telah menggulirkan Program Bantuan Tunai Bermasyarakat (BTB) melalui program PKH ini. Program ini merupakan program Nasional sebagai upaya membangun sistem perlindungan sosial kepada Keluarga Sangat Miskin (KSM) melalui bidang pendidikan dan kesehatan. Sudah kita ketahui dari data BPS-Statistick Indonesia

5 diatas bahwa angka kemiskinan di Indonesia sangat buruk, diharapkan melalui program tersebut mampu memutus rantai kemiskinan melalui adanya kesempatan bagi ibu hamil dan anak usia sekolah pendidikan dasar untuk mengakses fasilitas pendidikan dan kesehatan. Pemberian bantuan dengan persyaratan atas kepatuhan mengakses fasilitas tersebut belum secara optimal mencapai tujuan. Hal ini ditunjukan dengan rendahnya pemeliharaan kesehatan ibu hamil, perawatan anak dibawah dua tahun (baduda) yang tidak memadai, ketidaktahuan ibu terhadap manfaat Air Susu Ibu (ASI) serta buruknya perlakuan keluarga terhadap anak. Kondisi tersebut karena ketidaktahuan atau ketidakperdulian KSM terhadap pentingnya kesehatan dan pendidikan diakibatkan oleh rendahnya tingkat pendidikan atau akses informasi yang terbatas. Sebagai bagian dari upaya percepatan pengentasan kemiskinan melalui pencapaian tujuan PKH diperlukan program Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) yang dikenal dengan Family Development Session (FDS). Program ini bertujuan memberikan kesadaran kepada KSM untuk bertindak mandiri dalam hal pengasuhan dan pendidikan anak, pengelolaan ekonomi dan perencanaan usaha, kesehatan dan gizi serta perlindungan anak. Sasaran program FDS ini adalah peserta PKH dengan status masa transisi yaitu kondisi masih sangat miskin dan memenuhi syarat PKH yang dimulai pada tahun ketujuh selama tiga tahun. Pada masa transisi peserta PKH tetap menerima bantuan PKH dan menerima tambahan kegiatan FDS. FDS dilakukan melalui proses pendampingan dalam pertemuan bulanan. Pendamping PKH sebagai mitra kerja pemerintah, merupakan komponen kunci dalam program FDS, karena tidak hanya berperan sebagai petugas yang memonitor kepatuhan KSM tetapi juga berperan sebagai fasilitator. Maka perlu mempersiapkan pendamping PKH sebagai tenaga fasilitator yang memiliki kemampuan profesional dan berkualitas, memiliki pengetahuan, kemampuan, keterampilan dan komitmen yang tinggi demi mensukseskan program ini. Mengingat penting dan strategisnya posisi pendamping PKH dalam program FDS, Kementrian Sosial melalui Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Regional II Bandung melaksanakan Diklat Family Development Session (FDS) PKH yang dimulai dari tahun 2014, dalam

6 rangka meningkatkan kompetensi pendamping PKH sebagai upaya persiapan pelaksanaan FDS di lokasi treatment melalui proses pembelajaran yang inovatif yang mengedepankan praktik melalui pembelajaran andragogik lebih besar dibandingkan dengan teoritik. BBPPKS Regional II Bandung telah melaksanakan Diklat FDS sebanyak dua kali yaitu pada tahun 2014 dan tahun 2015. Berikut adalah daftar peserta Diklat FDS tahun 2015 yang dikelompokan sesuai angkatannya. Tabel 1.1 Daftar Peserta Diklat FDS Tahun 2015 NO Angkatan Jumlah Peserta 1. Angkatan I 32 Orang 2. Angkatan II 32 Orang 3. Angkatan III 30 Orang 4. Angkatan IV 33 Orang 5. Angkatan V 33 Orang 6. Angkatan VI 32 Orang Total 192 Orang Sumber: Lampiran 11 Tercatat peserta Diklat FDS pada tahun 2015 yaitu sebanyak IV angkatan, yang setiap angkatannya rata-rata terdiri dari 32 peserta FDS yang sudah mengikuti Diklat pendamping PKH. Ruang lingkup peserta Diklat FDS sama dengan diklat-diklat yang diselenggarakan di BBPPKS yaitu peserta dari wilayah Regional II yang meliputi Provinsi Jawa Barat, Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Kalimantan Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Provinsi Banten dan Provinsi Lampung. Akan tetapi yang membedakannya yaitu pemetaan pelaksanaan Diklat FDS yang tidak hanya berpusat di BBPPKS Regional II Bandung saja melainkan pelaksanaan diklatnya disesuaikan dengan Provinsi masing-masing peserta. Hal ini dilakukan untuk menekan anggaran Diklat karena diklat FDS ini membutuhkan banyak biaya untuk media, modul dan toolkit yang digunakan untuk pelaksanaan pembelajaran

7 serta praktik. Kemudian hal itu dilakukan pula untuk mengefektifkan lokasi pendampingan bagi pendamping PKH yang menjadi peserta Diklat FDS. Adapun pemetaan peserta Diklat FDS Tahun 2015 yang dilaksanakan di BBPPKS Regional II Bandung adalah sebagai berikut. Tabel 1.2 Pemetaan Wilayah Peserta Diklat FDS 2015 No Wilayah (Kab/Kota) Angkatan Jumlah Peserta 1. Subang I 10 VI 10 2. Bandung I 7 IV 7 3. Bandung Barat I 2 IV 2 4. Garut I 9 IV 8 5. Jakarta Utara I 4 IV 5 6. Majalengka II 5 VI 5 7. Sukabumi II 7 V 8 8. Tasikmalaya II 7 VI 8 9. Bogor II 13 V 14 10. Sumedang III 9 VI 9 11. Cianjur III 11 V 9 12. Karawang III 10 IV 10 13. Kuningan IV 1 V 2 Total 192 Orang Sumber: Lampiran 11

8 Dilihat dari tabel diatas peserta FDS yang mengikuti diklat di BBPPKS Rrgional II Bandung terbagi kedalam 13 wilayah, disetiap angkatannya terdapat peserta dari setiap wilayah yang heterogen. Program diklat FDS ini sebelumnya juga pernah diteliti oleh mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta, mengenai tingkat efisiensi, efektifitas dan responsivitas program Familly Development Session di kelompok Program Keluarga Harapan Desa Kebundalem Lor, Prambanan, Klaten. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) persentase efisiensi program Familly Development Session yaitu 84,0% berada pada kategori sangat baik. (2) Persentase efektivitas program Familly Development Session yaitu 85,7% berada pada kategori sangat baik. (3) Persentase responsivitas Familly Development Session yaitu 81,8% berada pada kategori sangat baik. (Nurcahya, 2015) Dilihat dari penelitian terdahulu peneliti ingin lebih menggali mengenai diklat FDS terutama dalam pembelajaran andragogi yang diterapkannya terhadap keterampilan peserta diklat. Prinsip pembelajaran yang diterapkan dalam modul FDS ini antara lain yaitu kesiapan, partisipasi, demokrasi, kapabilitas, penggunaan alat bantu dan praktis. Metode pembelajaran yang digunakan dalam diklat FDS ini adalah andragogi yang menekankan kepada partisipasi aktif dari peserta, pemanfaatan pengalaman peserta, peserta sebagai sumber belajar, belajar dari pelaksanaan praktik (learning by doing), penyajian kasus dan permasalahan yang terjadi selama ini dalam pelaksanaan PKH dan pengalaman-pengalaman peserta, dan penggunaan media belajar serta role play yang mampu menstimulasi seluruh indera dan keterampilan peserta. Adapun tujuan dari pelaksanaan Diklat FDS ini salah satunya yaitu untuk meningkatkan dan menerapkan pengetahuan, keterampilan serta sikap para pendamping PKH dalam penyelenggaraan FDS bidang pendidikan, ekonomi dan kesehatan serta perlindungan anak. Keterampilan adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan sesuatu menjadi lebih bernilai dan mempunyai arti. Keterampilan bisa didapatkan dengan cara berlatih untuk meningkatkan kemampuan sehingga akan menguasai salah satu bidang keterampilan. Penyelenggaraan FDS inipun salah satunya yaitu untuk meningkatkan keterampilan dengan pelaksanaan Diklat yang menggunakan pendekatan pembelajaran andragogi. Oleh karena itu penulispun tertarik untuk mengambil penelitian mengenai Pengaruh Pembelajaran Andragogi Terhadap

9 Peningkatan Keterampilan Peserta Diklat Family Development Session 2015 di BBPPKS Regional II Bandung. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti mengidentifikasi permasalahan yang mendukung penelitian ini, yaitu: 1. Pada bulan Maret 2015 menurut Badan Pusat Statistik Indonesia, jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 28,59 juta orang (11,22 persen). 2. Penduduk miskin di daerah perkotaan, kenaikannya yaitu sebanyak 0,29 juta orang (dari 10,36 juta orang pada September 2014 menjadi 10,65 juta orang pada Maret 2015) 3. Penduduk miskin di daerah pedesaan, kenaikannya yaitu sebanyak 0,57 juta orang (dari 17,37 juta orang pada September 2014 menjadi 17,94 juta orang pada Maret 2015) 4. Pendidikan dan pelatihan menjadi kunci penting guna mengatasi kemiskinan dan ketidaksejahteraan. 5. Salah satu aspek penting dalam pendidikan saat ini yang perlu mendapat perhatian adalah mengenai konsep pendidikan untuk orang dewasa. 6. Diklat Family Development Session atau disingkat dengan kata FDS adalah salah satu diklat di BBPPKS Regional II Bandung yang menerapkan pembelajaran andragogi. 7. Program ini merupakan program Nasional sebagai upaya membangun sistem perlindungan sosial kepada Keluarga Sangat Miskin (KSM) melalui bidang pendidikan dan kesehatan.. 8. Tercatat peserta Diklat FDS pada tahun 2015 yaitu sebanyak IV angkatan, dengan jumalh 192 rang peserta yang terbagi kedalam 13 wilayah di Jawabarat dan Jakarta Utara

10 9. Hasil penelitian mahasiswa PLS UNY, Fikri Nurcahya, menunjukkan bahwa: (1) persentase efisiensi program Familly Development Session yaitu 84,0% berada pada kategori sangat baik. (2) Persentase efektivitas program Familly Development Session yaitu 85,7% berada pada kategori sangat baik. (3) Persentase responsivitas Familly Development Session yaitu 81,8% berada pada kategori sangat baik 10. Tujuan dari pelaksanaan Diklat FDS ini salah satunya yaitu untuk meningkatkan dan menerapkan pengetahuan, keterampilan serta sikap para pendamping PKH dalam penyelenggaraan FDS bidang pendidikan, ekonomi dan kesehatan serta perlindungan anak. Berdasarkan identifikasi diatas, maka rumusan masalah dalam penelitin ini adalah Apakah terdapat pengaruh pendekatan pembelajaran andragogi terhadap keterampilan peserta Diklat Family Development Session 2015 di BBPPKS Regional II Bandung? Rumusan masalah penelitian skripsi ini dijabarkan kedalam dua pertanyaan penelitian yaitu sebagai berikut. 1. Bagaimana deskriptif pendekatan pembelajaran andragogi pada Diklat Family Development Session di BBPPKS Regional II Bandung? 2. Bagaimana pengaruh pendekatan pembelajaran andragogi terhadap keterampilan peserta Diklat Family Development Session 2015 di BBPPKS Regional II Bandung? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian yang berdasarkan rumusan masalah diatas yaitu: 1. Untuk mengetahui secara deskriptif pendekatan pembelajaran andragogi pada Diklat Family Development Session di BBPPKS Regional II Bandung. 2. Untuk mengetahui pengaruh pendekatan pembelajaran andragogi terhadap keterampilan peserta Diklat Family Development Session 2015 di BBPPKS Regional II Bandung. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari skripsi ini yaitu dilihat dari segi teoritis dan praktis.

11 1. Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperluas ilmu kediklatan khususnya di konsentrasi pelatihan yang ada di Pendidikan Luar Sekolah UPI. b. Hasil penelitian ini juga diharapkan memberikan gambaran mengenai manfaat pembelajaran andragogi yang diterapkan dalam proses diklat atau pelatihan yang sesuai. c. Hasil penelitian ini pun diharapkan mampu memaparkan pengaruh pembelajaran andragogi yang diterapkan terhadap output keterampilan peserta diklat. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Instansi Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan rekomendasi yang positif bagi pihak-pihak yang berkepentingan yang berhubungan dengan kediklatan dan pembelajaran andragogi. b. Bagi Penulis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada penulis dalam menyelenggarakan diklat atau pelatihan dikemudian hari dengan menggunakan pembelajaran yang cocok digunakan dalam pelatihan, salah satunya menggunakan pembelajaran andragogi. E. Struktur Penulisan Skripsi Adapun struktur penulisan ini merujuk pada pedoman penulisan karya ilmiah (2015) tentang skripsi mengenai Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Andragogi Terhadap Keterampilan Peserta Diklat Family Development Session 2015 di BBPPKS Regional II Bandung ini yaitu: BAB I PENDAHULUAN Bab ini memaparkan konteks penelitian yang dilakukan, mulai dari latar belakang mengenai topik atau isu penelitian hingga permasalahan yang terjadi dan nantinya akan diteliti. Permasalahan dalam penelitian ini yakni mengenai apakah terdapat pengaruh pendekatan pembelajaran andragogi terhadap keterampilan peserta

12 Diklat Family Development Session 2015 di BBPPKS Regional II Bandung, data yang mendukung dan mendasari alasan peneliti melakukan penelitian ini, rumusan masalah yang terangkum atas dasar latar belakang, tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti serta manfaat yang dapat diperoleh dalam penelitian ini. BAB II KAJIAN PUSTAKA Bab ini memaparkan konteks mengenai teori-teori, penelitian terdahulu yang relevan yang menjadi landasan dalam penelitian. Pada Bab ini peneliti menguraikan teori mengenai pendekatan pembelajaran andragogi, konsep diklat, konsep Family Development Session serta penelitian terdahulu mengenai evaluasi program Family Development Session dan penerapan prinsip pendekatan pembelajaran orang dewasa pada program life skill. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini merupakan bagian yang bersifat prosedural, yakni menjelaskan alur penelitian dari pendekatan penelitian yang diterapkan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kuantitatif, kemudian instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuesioner sebagai instrumen pertama dan wawancara serta dokumentasi sebagai instrumen pendukung, tahap pengumpulan data yang digunakan yaitu penyebaran kuesioner secara online dan analisis yang digunakan yaitu menggunakan analisis regresi. BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN Bab ini memaparkan dua konteks utama yakni temuan penelitian berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data sesuai dengan urutan pertanyaan penelitian yang diuraikan dari perumusan masalah, serta menyampaikan pembahasan temuan penelitian untuk menjawab pertanyaan penelitian yang dirumuskan sebelumnya. BAB V KESIIMPULAN, SARAN DAN REKOMENDASI

13 Bab ini berisi simpulan dan rekomendasi, yang menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian sekaligus mengajukan hal-hal penting yang dapat dimanfaatkan dari hasil penelitian tersebut. Ada dua alternatif cara penulisan simpulan, yakni dengan cara butir demi butir atau dengan cara uraian padat.