RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 4/PUU-XIII/2015 Penerimaan Negara Bukan Pajak (Iuran) Yang Ditetapkan Oleh Peraturan Pemerintah I. PEMOHON PT. Gresik Migas, dalam hal ini diwakili oleh Bukhari dalam kedudukannya sebagai Direktur Utama. KUASA HUKUM Ahmad Wirawan Adnan, SH, dan Mochamad Sentot, SH., berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 6 November 2014. II. III. OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materiil Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak dan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi terhadap Undang-Undang Dasar 1945. KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI Pemohon menjelaskan, bahwa ketentuan yang mengatur kewenangan Mahkamah Konstitusi untuk menguji Undang-Undang adalah: 1. Pasal 24 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945, yang menyatakan Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang di bawahnya dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi. 2. Pasal 24C ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945, yang menyatakan Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar, memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar, memutus pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum. 3. Pasal 10 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi, yang menyatakan menguji Undang-Undang terhadap Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 4. Pasal 29 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, yang menyatakan Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk: (a) menguji Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 5. Pasal 7 juncto Pasal 9 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan mengatur secara hierarki kedudukan Undang-Undang Dasar 1945 lebih tinggi dari Undang-
Undang oleh karenanya tidak boleh bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945. 6. Bahwa berdasarkan ketentuan tersebut di atas, maka Mahkamah Konstitusi berwenang untuk memeriksa dan mengadili permohonan Pemohon a quo. IV. KEDUDUKAN HUKUM (LEGAL STANDING) PEMOHON Pemohon adalah badan hukum yang didirikan menurut hukum Negara Republik Indonesia berdasarkan Akta Pendirian Nomor 43 tanggal 29 November 2007, dibuat di hadapan Notaris Arif Hidajat, SH. M.Si, mendapatkan pengesahan dari Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum (AHU) Kementerian Hukum dan HAM RI Nomor AHU-08065.AH.01.01 Tahun 2008, tanggal 19 Februari 2008 dan pembayar pajak (tax payer) sebagaimana dibuktikan dengan NPWP Nomor 02.713.727.2-612.000 atas nama PT. Gresik Migas diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pajak, Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Pemohon merasa dirugikan dan/atau berpotensi dirugikan dengan berlakunya Pasal 2 ayat (3), Pasal 3 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak dan Pasal 48 ayat (2), Pasal 49 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi. V. NORMA-NORMA YANG DIAJUKAN UNTUK DI UJI A. NORMA FORMIL Norma yang diujikan, yaitu: Pasal 2 ayat (3) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang belum tercakup dalam kelompok Penerimaan Negara Bukan Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Pasal 3 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 Tarif atas jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dalam Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah yang menetapkan jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang bersangkutan. Pasal 48 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 Anggaran biaya operasional Badan Pengatur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 didasarkan pada anggaran pendapatan dan belanja negara dan iuran dari Badan Usaha yang diaturnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 49 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 Ketentuan mengenai struktur organisasi, status, fungsi, tugas, personalia, wewenang dan tanggung jawab serta mekanisme kerja Badan Pelaksana dan Badan Pengatur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41, Pasal 42, Pasal 43, Pasal 44, Pasal 45, Pasal 46, Pasal 47, dan Pasal 48 diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
B. NORMA UNDANG-UNDANG DASAR 1945 Norma yang dijadikan sebagai dasar pengujian, yaitu : Pasal 23A UUD 1945 Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan Undang-Undang. Pasal 28D ayat (1) UUD 1945 Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan dan perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum. Pasal 28H ayat (4) UUD 1945 Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapapun. VI. ALASAN-ALASAN PEMOHON UNDANG-UNDANG A QUO BERTENTANGAN DENGAN UUD 1945 1. Pasal 2 ayat (3) frasa ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah dan Pasal 3 ayat (2) frasa ditetapkan dalam Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 bertentangan dengan Pasal 23A UUD 1945, karena Pemerintah atas perintah Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 menerbitkan PP yang mewajibkan Pemohon untuk membayar sejumlah iuran setiap bulannya kepada Badan Pengatur (BPH- Migas); 2. Pasal 2 ayat (3) frasa ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah dan Pasal 3 ayat (2) frasa ditetapkan dalam Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 bertentangan dengan Pasal 28D ayat (1) UUD 1945, karena Pemerintah telah memaksakan pengaturan Penerimaan Negara Bukan Pajak dalam kegiatan usaha hilir gas bumi tersebut dalam PP-Iuran secara sepihak, dimana Pemohon sebagai subyek hukum memiliki hak untuk dapat memberikan masukan dan selanjutnya menyetujui melalui wakil-wakilnya di DPR-RI, terhadap penetapan jenis, besaran/tarif, dan tata cara pembayaran Penerimaan Negara Bukan Pajak yang dimaksudkan dalam pasal a quo, apabila merujuk pada ketentuan Pasal 23A UUD 1945; 3. Pasal 2 ayat (3) frasa ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah dan Pasal 3 ayat (2) frasa ditetapkan dalam Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 bertentangan dengan Pasal 28H ayat (4) UUD 1945, karena hingga saat ini Pemohon sebagai entitas yang taat hukum harus membayar sejumlah iuran kepada Badan Pengatur (BPH-Migas) berdasarkan PP-Iuran; 4. Berdasarkan risalah pembahasan (memorie van toelichting) RUU APBN Tahun Anggaran 2006 yang dikeluarkan oleh Bagian Arsip dan Dokumentasi Sekretariat Jenderal DPR-RI Pemerintah sebenarnya sama sekali tidak pernah mengemukakan kepada DPR-RI terkait rencana
penetapan jenis dan tarif Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) melalui PP-Iuran; 5. Pasal 48 ayat (2) khususnya pada frasa sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan Pasal 49 khususnya pada frasa dan Pasal 48 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, bersifat multi interpretatif, melanggar asas lex certa/ asas kejelasan rumusan dalam pembentukan peraturan perundang-undangan dan bertentangan dengan Pasal 23A, Pasal 28D ayat (1), dan Pasal 28H ayat (4) UUD 1945. VII. PETITUM 1. Mengabulkan permohonan Pemohon untuk seluruhnya; 2. Menyatakan Pasal 2 ayat (3) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 Indonesia Nomor 3687) sepanjang mengenai frasa ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah, bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 3. Menyatakan Pasal 3 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 Indonesia Nomor 3687) sepanjang mengenai frasa ditetapkan dalam Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 4. Menyatakan Pasal 48 ayat (2) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4152) sepanjang mengenai frasa sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, bertentangan dengan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 5. Menyatakan Pasal 49 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4152) sepanjang mengenai frasa dan Pasal 48, bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
6. Menyatakan Pasal 2 ayat (3) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 Indonesia Nomor 3687) sepanjang mengenai frasa ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah, tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat; 7. Menyatakan Pasal 3 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 Indonesia Nomor 3687) sepanjang mengenai frasa ditetapkan dalam Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat; 8. Menyatakan Pasal 48 ayat (2) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4152) sepanjang mengenai frasa sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat; 9. Menyatakan Pasal 49 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4152) sepanjang mengenai frasa dan Pasal 48, tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat; 10. Atau menyatakan Pasal 2 ayat (3), Pasal 3 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3687) dan Pasal 48 ayat (2), Pasal 49 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4152) bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 secara bersyarat (conditionally unconstitutional), sepanjang mengenai frasa ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah pada Pasal 2 ayat (3), frasa ditetapkan dalam Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah pada Pasal 3 ayat (2) UU Penerimaan Negara Bukan Pajak,
frasa sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku pada Pasal 48 dan frasa dan Pasal 48 pada Pasal 49 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi; 11. Menyatakan Pasal 2 ayat (3), Pasal 3 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3687) dan Pasal 48 ayat (2), Pasal 49 Undang- Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4152), tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat secara bersyarat (conditionally unconstitutional), sepanjang mengenai frasa ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah pada Pasal 2 ayat (3), frasa ditetapkan dalam Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah pada Pasal 3 ayat (2) UU Penerimaan Negara Bukan Pajak, frasa sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku pada Pasal 48 ayat (2) dan frasa dan Pasal 48 pada Pasal 49 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi; 12. Memerintahkan pemuatan putusan ini dalam Berita Negara Republik Indonesia sebagaimana mestinya. Apabila Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi berpendapat lain, maka para Pemohon memohon putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono).