BAB I PENDAHULUAN. merupakan fenomena yang tidak asing lagi di dalam kehidupan masyarakat.

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT

TABEL 1 GAMBARAN UMUM TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) KURUN WAKTU 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2011

JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL PROVINSI BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 31 OKTOBER 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kemiskinan merupakan hal klasik yang belum tuntas terselesaikan

I. PENDAHULUAN. masalah kompleks yang telah membuat pemerintah memberikan perhatian khusus

PREVALENSI BALITA GIZI KURANG BERDASARKAN BERAT BADAN MENURUT UMUR (BB/U) DI BERBAGAI PROVINSI DI INDONESIA TAHUN Status Gizi Provinsi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan fenomena umum yang terjadi pada banyak

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN

I. PENDAHULUAN. orang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka yaitu sandang, pangan, dan papan.

Nusa Tenggara Timur Luar Negeri Banten Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi. Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara.

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA BARAT MARET 2016 MULAI MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi

DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

- 1 - KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/HUK/2018 TENTANG PENETAPAN PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN TAHUN 2018

REKAPITULASI DATA PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL (PMKS) PER PROVINSI TAHUN 2012 SUMBER DATA : DINAS SOSIAL PROVINSI

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

NO KASUS PERLINDUNGAN ANAK RIAU JAMBI BENGKULU

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakh

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya

Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Kalimantan Timur* Menurut Sub Sektor Bulan September 2017

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

. Keberhasilan manajemen data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat, lengkap, dan selalu termutakhirkan.

INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER Provinsi DKI Jakarta TAHUN 2011

Estimasi Kesalahan Sampling Riskesdas 2013 (Sampling errors estimation, Riskesdas 2013)

DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA

2

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah penduduk adalah salah satu input pembangunan ekonomi. Data

Fungsi, Sub Fungsi, Program, Satuan Kerja, dan Kegiatan Anggaran Tahun 2012 Kode Provinsi : DKI Jakarta 484,909,154

LAUNCHING RENCANA AKSI NASIONAL PANGAN DAN GIZI (RAN-PG) TAHUN

Pendahuluan Landasan Hukum Hak-Hak Anak Batasan Usia Anak

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Jumlah Akomodasi, Kamar, dan Tempat Tidur yang Tersedia pada Hotel Bintang Menurut Provinsi,

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh negara-negara berkembang adalah disparitas (ketimpangan)

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

BAB I PENDAHULUAN. hasil berupa suatu karya yang berupa ide maupun tenaga (jasa). Menurut Dinas. kualitas kerja yang baik dan mampu memajukan negara.

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Pada September 2000 sebanyak 189 negara anggota PBB termasuk

Pembimbing : PRIHANDOKO, S.Kom., MIT, Ph.D.

Rekapitulasi Luas Penutupan Lahan Di Dalam Dan Di Luar Kawasan Hutan Per Provinsi Tahun 2014 (ribu ha)

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan aset dan generasi penerus bagi keluarga, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. sejarah ekonomi dan selalu menarik untuk dibicarakan. Pengangguran adalah

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Arsip Nasional Re

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN KONSUMSI MARET 2017

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2016

LAPORAN BULANAN SIDANG PARIPURNA BAGIAN DUKUNGAN PELAYANAN PENGADUAN BULAN JULI 2017

INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER Provinsi DKI Jakarta TAHUN 2012

BAB II DESKRIPSI DAN PROFIL PENDERITA DIABETES

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL

BAB 1 PENDAHULUAN. himpun menyebutkan bahwa jumlah pekerja perempuan di sebagian besar daerah

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Pembinaan. Pengawasan. Perubahan.

SURVEI NASIONAL LITERASI DAN INKLUSI KEUANGAN 2016

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

2013, No.1531

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK INDONESIA MARET 2017 MENURUN

PROFIL KEMISKINAN DI MALUKU TAHUN 2013

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

SOLUSI MASALAH IBU KOTA JAKARTA. Sebuah Pemikiran Alternativ dari Perspektif Demografi Sosial

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2016

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pembangunan. Pembangunan pada dasarnya adalah suatu proses

Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Kalimantan Timur* Menurut Sub Sektor Bulan Oktober 2017

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPPENAS. Pelimpahan Urusan Pemerintahan. Gubernur. Dekonsetrasi. Perubahan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

RILIS HASIL AWAL PSPK2011

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN II-2016

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN

Pertumbuhan Simpanan BPR/BPRS. Semester I Tahun 2013

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR ECERAN RUPIAH FEBRUARI 2016

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

STATISTIK PENDUDUK PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014

2012, No

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2011

BASIS DATA TERPADU UNTUK PROGRAM BANTUAN SOSIAL

KEPUTUSAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR HK.03.01/VI/432/2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Tabel I.1 Pertumbuhan Produksi Tahunan Industri Mikro dan Kecil YoY menurut Provinsi,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2012

Jumlah Akomodasi, Kamar, dan Tempat Tidur yang Tersedia pada Hotel Bintang Menurut Provinsi,

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Jumlah Ternak yang dipotong di rumah potong hewan (RPH) menurut Provinsi dan Jenis Ternak (ekor),

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterlibatan ibu rumah tangga dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga merupakan fenomena yang tidak asing lagi di dalam kehidupan masyarakat. Kompleksnya kebutuhan hidup berbanding lurus dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mengakibatkan ibu rumah tangga harus turut serta dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga. Bukan hanya di kota, bahkan di desa desa di seluruh Indonesia, ibu rumah tangga berperan sebagai pengatur kehidupan ekonomi rumah tangga. Kemiskinan merupakan salah satu faktor pendorong ibu rumah tangga bekerja. Tidak bisa dipungkiri bahwa kemiskinan mempunyai pengaruh terhadap kualitas hidup bangsa dan Negara. Kemiskinan juga menjadi persoalan kompleks yang banyak mempengaruhi kehidupan bermasyarakat. Mulai dari kualitas kesehatan, pendidikan, angka kematian, angka kelahiran, angka kecukupan gizi dan dimensi kehidupan yang lainnya sangat dipengaruhi oleh kemiskinan. Menurut data sensus BPS 2013 dapat dilihat angka kemiskinan yang ada di Indonesia adalah 2.772.778.000 penduduk. Banyak program yang dilakukan pemerintah untuk menekan angka kemiskinan, namun kemiskinan bukanlah persoalan yang gampang untuk dituntaskan. Bahkan pengentasan kemiskinan adalah salah satu tujuan utama dari Millenium Development Goals atau yang lebih sering disebut MDG s. Hal ini mengindikasikan bahwa persoalan kemiskinan tentunya sudah menjadi masalah sosial yang mendunia. 16

Tabel 1.1 Jumlah penduduk Miskin Indonesia Provinsi Jumlah penduduk Miskin (000) Aceh Sumatera utara Sumatera barat Riau Kepulauan Riau Jambi Sumatera Selatan Bangka Belitung Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa tengah DI Yogyakarta Jawa timur Bali Nusa tenggara barat Nusa tenggara timur Kalimantan barat Kalimantan tengah Kalimantan selatan Kalimantan timur Sulawesi utara Gorontalo Sulawesi tengah Sulawesi selatan Sulawesi barat Sulawesi tenggara Maluku Maluku utara Papua Papua Barat Kota Desa Kota+Desa 158.04 679.38 837.42 667.47 693.13 1360.60 10853 246.21 354.74 159.53 338.75 498.28 91.27 32.90 124.17 109.07 172.68 281.75 370.86 714.94 1085.80 2027 46.96 67.23 99.59 216.91 316.50 224.21 919.73 1143.93 412.79 0.00 412.79 2554.06 1684.90 4238.96 381.18 268.01 649.19 1771.53 2790.29 4561.83 324.43 208.15 532.59 1531.89 3216.53 4748.42 109.20 86.76 195.95 385.31 431.31 816.62 105.70 886.18 991.88 78.53 303.38 381.92 39.45 109.37 148.83 61.21 128.28 189.50 98.48 154.20 252.68 60,08 137.48 197.56 23.88 171.22 195.10 71.65 315.41 387.06 154.40 651.95 806.35 29.87 124.82 154.69 45.79 268.30 314.09 47.58 259.44 307.02 11.17 73.62 84.79 35.61 828.50 864.11 14.06 211.40 225.46 Indonesia 10356.69 17371.09 27727.78 Sumber: BPS Sebagai pelaku ekonomi, ibu rumah tangga bekerja untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Untuk daerah perkotaan kebanyakan ibu rumah tangga bekerja sebagai wanita karir yang bekerja di perkantoran, ataupun mempunyai usaha sendiri, mulai dari mengolah butik hingga menjadi pembantu rumah tangga. Tidak 17

jarang pula kita menemukan banyak ibu rumah tangga yang bekerja sebagai buruh pabrik. Namun, untuk kehidupan desa kebanyakan ibu rumah tangga bekerja di sektor informal karena terbatasnya akses produksi seperti lahan garapan tani, modal untuk membuka usaha, dan lainnya. Ibu rumah tangga di pedesaan umumnya bekerja sebagai petani, petani penggarap, pedagang eceran, pedagang kaki lima. Berikut adalah data sensus tani yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik tahun 2013 terkait pada perbandingan jumlah petani laki laki dan perempuan dalam sektor dan sub sektor pertanian. Tabel 1.2 Perbandingan Jumlah Laki laki dan Perempuan di Sektor Pertanian No Sektor/Subsektor Laki laki Perempuan Jumlah Absolut % Absolut % Absolut % Sektor Pertanian 117.3838 68,70 534.926 31,30 1.708.764 Sub Sektor 1 Tanaman Pangan 543.642 62,60 324.755 37,40 868.397 2 Holtikura 318.180 70,88 130.736 29,12 448.916 3 Perkebunan 815.571 76,80 246.412 23,20 1.061.983 4 Peternakan 369.217 62,11 225.245 37,89 594.462 5 Perikanan Budidaya Ikan 36.806 89,21 4.454 10,79 41.260 Penangkapan Ikan 39.336 96,61 1.379 3,39 40.715 6 Kehutanan 49.970 83,47 9.899 16,53 59.869 Sumber : http://www.bps.go.id ST2013 diakses tanggal 19 Mei 2015 pukul 12.59pm. 18

Sebagai pengurus rumah tangga, ibu rumah tangga memiliki tanggungjawab atas semua yang berkaitan dengan urusan rumah tangga. Mulai dari membereskan rumah hingga yang kompleks dan memakan waktu maupun tenaga, seperti mengasuh anak dan mengurus suami. Keterkaitan ibu rumah tangga dengan pekerjaan rumah tangga begitu erat dan tampaknya telah menjadi suatu yang telah diterima dalam masyarakat lainnya dan ibu rumah tangga itu sendiri. Peran wanita yang sangat vital adalah sebagai istri atau ibu dalam susunan keluarga, tentu wanita memiliki tanggung jawab yang besar terhadap anak-anaknya. Di sini wanita secara tidak disadari menjadi pemimpin bagi dirinya dan keluarganya khususnya untuk anak anak. Anak merupakan generasi penerus yang akan melanjutkan semua aspek kehidupan, baik di dalam bangsa maupun dalam kehidupan masyarakat. Sebagai generasi penerus, setiap anak berhak untuk mendapatkan yang terbaik dalam pemenuhan hak hak dasar mereka. Tidak bisa dipungkiri untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar anak tentunya harus didukung oleh keadaan sosial ekonomi dari orangtua anak. Memelihara kelangsungan hidup anak adalah tanggungjawab orangtua yang tidak boleh diabaikan. Walau demikian, hingga saat ini masih banyak kasus kasus bermunculan tentang pelanggaran hak anak, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Situasi krisis ini mulai merambah ke seluruh wilayah, dan semakin banyaknya berita berita yang muncul di media massa tentang pelanggaran hak anak. Misalnya, anak yang dilacurkan, anak yang dipekerjakan, siswa putus sekolah, anak jalanan, anak pengungsi dan lain lain. Yang perlu kita pahami kasus kasus tersebut sebenarnya adalah fenomena sosial yang perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah maupun masyarakat luas yang harus ditangani secara serius dan intensif. 19

Indonesia, diperkirakan secara kualitatif dan kuantitatif jumlah anak anak yang mengalami pelanggaran hak semakin mecemaskan, seperti ancaman eksploitasi, perampasan hak kemerdekaan, penelantaran, penganiayaan, dan berbagai bentuk pelanggaran hak anak. Krisis ekonomi, konflik sosial politik, bencana alam bukan saja melahirkan instabilitas politik dan tekanan kemiskinan yang maikin menyengsarakan, tetapi juga melahirkan ketidakstabilan, kemerosotan status sosial anak, serta menghabiskan sejumlah besar dana pembangunan yang seharusnya untuk pelayanan kesehatan, pendidikan, dan pelayanan sosial lainnya. Hampir setiap hari kita bisa melihat di media massa banyaknya kasus pelanggaran hak anak. Anak korban pelecehan seksual, anak yang tereksploitasi akibat pekerjaan yang di luar batas kemampuan anak, anak yang teraniaya, anak yang ditelantarkan, dan kisah kisah lainnya menunjukkan pada kita bahwa masih banyak sisi kelam di balik keceriaan dunia anak anak. Menurut Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), kasus anak yang berhadapan dengan hukum menempati posisi tertinggi. Hingga April 2015, ada 6.006 kasus anak yang berhadapan dengan hukum. Masalah pengasuhan mencapai 3.160 kasus, pendidikan 1.764 kasus, kesehatan dan napza 1366 kasus dan cybercrime atau pornografi mencapai 1.032 kasus. (sumber http://www.metronews.com rabu/22/72015 diakses tanggal 4 agustus 2015 pukul 21.32). Banyak kasus pelanggaran hak anak di Indonesia yang tercatat. Banyak hal yang menjadi faktor penyebab terjadinya pelanggaran hak anak. Kondisi sosial ekonomi keluarga sering menjadi alasan di balik tidak terpenuhinya hak anak. Namun seharusnya keterbatasan ekonomi bukan menjadi alasan untuk tidak memenuhi hak anak, karena anak merupakan tanggungjawab orangtua bahkan negara. Hal ini telah diatur di dalam Pasal 45 UU No. 1 tahun 1974 tentang Pokok pokok Perkawinan, 20

menentukan bahwa orangtua wajib memelihara dan mendidik anak anak yang belum dewasa atau dapat beridir sendiri. Orangtua merupakan yang pertama bertanggungjawab atas terwujudnya kesejahteraan anak baik secara rohani, jasmani, maupun sosial Pasal 9 UU No. 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak. Pada kenyataannya, banyak orangtua yang tidak menyadari hal ini. Tentu hal ini mempengaruhi perkembangan kehidupan anak. Anak yang dibesarkan dalam suasana konflik, cenderung mengalami keresahan jiwa, yang dapat mendorong anak melakukan tindakan tindakan negatif, yang dikategorikan sebagai kenakalan anak anak. Anak yang melakukan kenakalan, dapat dipengaruhi oleh latar belakang kehidupannya. Indonesia juga telah meratifikasi KHA (Konvensi Hak Anak) sebagai bentuk keseriusan dalam melindungi dan memenuhi hak hak anak. Terlebih dalam memperkuat komitmen negara terhadap perlindungan anak. Pemerintah Indonesia juga telah melakukan revisi terkait Undang undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Pemerintah kini telah mengesahkan peraturan perundang undangan tentang perlindungan anak melalui Undang undang Nomor 35 tahun 2014 tentang perubahan atas Undang Undang nomor 23 tahun 2002. Perubahan kebijakan ini semakin mempertegas perlindungan akan hak anak di antaranya menjamin kebutuhan kebutuhan fundamental anak seperti hak hidup, tumbuh, dan berkembang, berpartisipasi serta hak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan. Pengentasan kemiskinan di kalangan 237,6 juta penduduk Indonesia juga cukup mengesankan. Proporsi penduduk yang hidup kurang dari US$ 1 per hari turun dari 20,6% ditahun 1990 menjadi 5,9% di tahun 2008. Namun demikian, separuh dari penduduk Indonesia tidak punya lebih dari US$ 1,75 per hari untuk bisa hidup. Hidup 21

sangat dekat dengan garis kemiskinan menyebabkan kelompok populasi ini sangat rentan terhadap goncangan eksternal yang bisa dengan mudah mendorong mereka kembali ke dalam jurang kemiskinan. Kemiskinan anak di Indonesia bahkan lebih besar dari kemiskinan orang dewasa, yang dialami oleh 44,4 juta anak atau lebih dari 50% dari seluruh anak (sumber: http://www.unicef.org/indonesiajurnal1pdf diakses 15 Agustus 2015 pukul 21.35). Menurut Kementrian Sosial Republik Indonesia, masalah pelanggaran hak yang dialami oleh anak dipengaruhi oleh keterlambatan penanggulangan pelanggaran hak anak. Hal ini terjadi karena kelalaian atau ketidakmampuan orang tua dan keluarga melaksanakan kewajiban, sehingga kebutuhan jasmani, rohani maupun sosial anak tidak terpenuhi secara wajar. Masalah ketelantaran semakin menampakkan situasi terbatasnya atau minimnya ketersediaan sumber daya yang dimiliki oleh keluarga dan masyarakat untuk mengatasi permasalahan sosial khususnya pemenuhan hak anak. Berdasarkan data Kemensos, saat ini terdapat 230 ribu anak jalanan di Indonesia, dan melalui program-programnya Kemensos berkomitmen membuat Indonesia bebas anak jalanan tiga tahun dari sekarang (sumber: http://www.tribunnews.com/nasional/2011/08/25/jumlah-anak-jalanan-230-ribu-diindonesia diakses 14 agustus 2015 pukul 22.31). Selain kasus kasus pelanggaran hak anak berbau kekerasan, kebutuhan gizi anak juga merupakan hak anak yang harus dipenuhi. Kebutuhan gizi dan nutrisi mempengaruhi tumbuh kembang anak. Secara tidak langsung akan mempengaruhi kualitas perkembangan moral, etika, perilaku dari anak sehingga mereka mampu berinteraksi dan menjalankan fungsi sosialnya dengan baik. 22

Menurut Riset Kesehatan Dasar yang dilakukan oleh Kementrian Kesehatan, masih banyak balita Indonesia yang mengalami gizi buruk dan gizi kurang. Data anak yang mengalami gizi buruk dan gizi kurang akan disajikan pada tabel berikut. Tabel 1.3 Balita yang Mengalami Gizi Buruk dan Gizi Kurang Tahun Gizi Buruk Gizi Kurang 2007 2010 5.4 4.9 13.0 13.0 2013 5.7 Sumber : Riskesdas 2013 13.9 Keluarga sebagai salah satu kelompok masyarakat terkecil turut mengambil peran yang sangat penting dalam pemenuhan kebutuhan dasar anak. Sebagaimana telah diatur di dalam Undang Undang, bahwa keluarga bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup anak. Keluarga turut berperan serta dalam pemenuhan kebutuhan anak seperti, pemenuhan kasih sayang, stabilitas emosional, pengertian, perhatian, pertumbuhan kepribadian, dan yang lainnya. Untuk memenuhi kewajiban orangtua sebagai penanggungjawab anak, perlu adanya pemanfaatan sumber daya untuk membantu pemenuhan kebutuhan anak. Oleh karena itu banyak ibu rumah tangga yang bekerja untuk menambah penghasilan keluarga dan membantu menopang kehidupan rumah tangga. Dengan demikian pemenuhan hak hak anak dapat di realisasikan secara maksimal. Kabuapaten Dairi merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di provinsi Sumatera Utara. Banyak ibu rumah tangga yang terlibat langsung dalam kegiatan pemenuhan kebutuhan keluarga. Kebanyakan dari ibu rumah tangga ini bekerja di sektor informal untuk membantu kondisi keuangan keluarga, karena kebutuhan keluarga yang kian lama kian kompleks. 23

Melihat banyaknya kasus pelanggaran hak anak yang masih terjadi di kabupaten Dairi ini, seperti anak putus sekolah, anak yang bekerja, dan lainnya, maka perlu mengetahui hak hak anak dengan baik. Tujuannya adalah untuk menekan angka pelanggaran hak anak yang terjadi di sekitar kita yang telah menjadi fenomena sosial yang cenderung diabaikan oleh masyarakat. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada latar belakang masalah, maka peneliti tertarik untuk meneliti pemenuhan hak anak di dalam keluarga dan dituangkan dalam penelitian berjudul Aktivitas Ekonomi Ibu Rumah Tangga dan Pemenuhan Hak Anak di Desa Belang Malum Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang, maka peneliti membatasi perumusan masalah sebagai berikut : Bagaimana aktivitas ekonomi ibu rumah tangga dan pemenuhan Hak Anak di Desa Belang Malum Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas ekonomi ibu rumah tangga dan pemenuhan hak anak di Desa Belang Malum Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi. 1.3.2 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dalam rangka: 24

a. Pengembangan model tentang pemenuhan kebutuhan hak anak, sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara fisik, sosial, intelektual dan moral. b. Pengembangan teori tentang keluarga untuk berkenaan dengan kebutuhan kebutuhan anak. 1.4 Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan penelitian ini terdiri dari enam bab sebagai berikut BAB I : PENDAHULUAN Bab ini berisikan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat, serta sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTIDAKA Bab ini berisikan uraian konsep yang berkaitan dengan masalah dan objek yang akan diteliti, kerangka pemikiran, defenisi konsep, dan defenisi operasional. BAB III : METODE PENELITIAN Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dna sampel, teknik pengumpulan data, serta analisis data. BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN Bab ini berisikan sejarah singkat, gambaran umum lokasi penelitian dan data data lain yang turut memperkaya karya ilmiah ini. 25

BAB V : ANALISIS DATA Bab ini berisikan uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian beserta analisisnya. BAB VI : PENUTUP DAFTAR PUSTAKA Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang bermanfaat sehubungan dengan penelitian yang dilakukan. 26