BAB I PENDAHULUAN. dan kualitas hidupnya harus berkembang dengan baik terutama anak-anak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian. Yogyakarta berdiri di atas lahan dengan luas 2150 m 2 dengan luas

Perbandingan pengaruh promosi kesehatan menggunakan media audio dengan media audio-visual terhadap perilaku kesehatan gigi dan mulut siswa SD

Anak usia sekolah dapat didefinisikan sebagai anak-anak dengan. kategori usia 6-13 tahun untuk perempuan dan 6-14 tahun untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

NASKAH PUBLIKASI PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP MENYIKAT GIGI MELALUI EDUKASI AUDIO-VISUAL

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan gigi dan mulut mereka. Anak-anak beresiko mengalami

BAB I PENDAHULUAN. oleh Pemerintah (UU RI No. 36 Tahun 2009 Pasal 93). (Rahmawati dkk., 2011). Anak-anak yang berusia 6-12 tahun diseluruh

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWA KELAS V SD TENTANG PERAWATAN GIGI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Cuci tangan mengunakan sabun telah menjadi salah satu gerakan yang

EFEKTIFITAS STRATEGI UPSTREAM TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU HIDUP SEHAT GIGI MELALUI KONSELING PADA SISWA/I KELAS I SDN 12 PONTIANAK KOTA

BAB I PENDAHULUAN. menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG MENGGOSOK GIGI TERHADAP KEMAMPUAN MENGGOSOK GIGI PADA ANAK TK B

Universitas Sam Ratulangi Manado Jurnal e-gigi (eg), Volume 5 Nomor 1, Januari-Juni 2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. untuk meningkatkan derajat kesehatan. Perubahan perilaku dengan promosi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja atau young people adalah anak yang berusia tahun (World

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi oleh virus dengue

BAB I PENDAHULUAN. memiliki berbagai peranan atau fungsinya masing-masing. Peran dari. memperindah wajah (Suryawati, 2010).

EFEKTIVITAS MEDIA CERITA BERGAMBAR DAN ULAR TANGGA DALAM PENDIDIKAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT SISWA SDN 2 PATRANG KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. feses secara terus menerus lebih dari tiga kali dalam satu hari dan memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Promosi kesehatan merupakan pilar dalam. penyelenggaraan misi meningkatkan kesehatan masyarakat

BAB VII PENUTUP. 1. Lebih dari separoh responden mengalami karies gigi di Sekolah Dasar Negeri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang rutin dilaksanakan puskesmas dengan mengontrol status PHBS di masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, persepsi seseorang terhadap kesehatan, serta perkembangan. Jika

BAB I PENDAHULUAN. payudara. Untuk upaya mencegah risiko kanker payudara pemerintah. wanita di usia muda dapat terserang kanker payudara.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mufidah (2012) umumnya permasalahan keseh atan pada

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan gigi juga merupakan hasil interaksi antara kondisi fisik, mental dan

BAB I PENDAHULUAN. dimana sebanyak 129,98 juta jiwa merupakan penduduk dengan jenis kelamin

MEDIA AUDIO VISUAL DAN MEDIA KARTU BERGAMBAR TERHADAP KEMAMPUAN MENGGOSOK GIGI PADA ANAK PRA SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada anak usia sekolah dasar (Soebroto, 2009). mulut adalah penyakit jaringan keras gigi (karies gigi) dan penyakit

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP CUCI TANGAN PAKAI SABUN PADA SISWA SD NEGERI 157 KOTA PALEMBANG TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Oleh karena itu pembangunan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pencegahan penyakit dengan mengurangi atau menghilangkan faktor resiko

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik agar jangan sampai terkena gigi berlubang (Comic, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. setelah masa kanak-kanak dan sebelum dewasa, yaitu pada umur tahun

BAB I PENDAHULUAN. MDG dilanjutkan dengan program Sustainable Development Goals (SDGs)

BAB I PENDAHULUAN. Berencana secara komprehensif (Syaiffudin, 2006). untuk menggunakan alat kontrasepsi hormonal maupun non hormonal.

ABSTRAK. Kata kunci: Menggosok gigi, perilaku, pendidikan kesehatan.

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian one group pretest-posttest design. Adapun rancangan O 1 X O 2. Gambar 2.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan pengarahan harusnya dimulai sejak anak usia prasekolah. Perkembangan yang penting pada anak prasekolah terdiri dari

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

GASTER, Vol. 7, No. 2 Agustus 2010 ( )

BAB I PENDAHULUAN. kuman dan bakteri sehingga dapat menimbulkan penyakit. Keluhan terhadap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Tempat Penelitian

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Penelitian untuk mengetahui perbedaan status kebersihan gigi dan mulut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan anak dibawah lima tahun (Balita) merupakan bagian yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

STUDI EKSPERIMEN PENGGUNAAN MEDIA LEAFLET DAN VIDEO BAHAYA MEROKOK PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. faktor genetik yang menjadi potensi dasar dan faktor lingkungan yang. hambatan pada tahap selanjutnya (Soetjiningsih, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. bahwa 90% dari anak didunia mengalami masalah kerusakan gigi. Hasil Riset Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. keseluruhan (Lossu dkk.,2015). Dengan memiliki gigi dan mulut yang sehat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. akan menghambat fungsi seseorang dalam kehidupannya (Turner et al, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu prioritas Kementrian Kesehatan saat ini adalah meningkatkan status

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MELALUI AUDIO VISUAL TERHADAP PERILAKU PERSONAL HYGIENE ANAK KELAS IV DI SDN 2 JAMBIDAN BANGUNTAPAN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. merupakan generasi penerus bangsa. Middle childhood merupakan masa. usia tahun untuk anak laki-laki (Brown, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan, intelektualitas, dan produktivitas yang tinggi. Ketiga hal ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. Gigi dan mulut merupakan alat pencernaan mekanis manusia. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan gigi dan makanan sehat cenderung dapat menjaga perilaku hidup sehat.

(Kajian Pada SD Negeri Minomartani 1 Yogyakarta) Satya Bagus Pradita 1, Alfini Octavia 2. Abstract

dilaporkan ke pelayanan kesehatan sehingga jumlah yang tercatat tidak sebesar angka survey (Dinas Kesehatan Provinsi Riau, 2011).

Putri Kusumawati Priyono

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. penanganan secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Gelar S 1 Keperawatan. Oleh: WAHYUNI J

BAB I PENDAHULUAN. 2006). Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah individu yang unik dan memerlukan perhatian khusus untuk

BAB I PENDAHULUAN. Usia toddler merupakan usia anak dimana dalam perjalanannya terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa sekolah. Anak

PENGARUH PELATIHAN DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG BALITA (DTKB) TERHADAP MOTIVASI DAN KETRAMPILAN KADER DI DUSUN SORAGAN NGESTIHARJO KASIHAN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara, atau disebut sebagai karsinoma mamae merupakan

Diyah Paramita Nugraha 1, Mujahidatul Musfiroh 2, M. Nur Dewi 2 INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau biasa juga disebut sebagai PHBS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan pada bayi merupakan suatu proses yang hakiki, unik, dinamik,

TRIAD OF CONCERN KELOMPOK 3.B. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi. Universitas Sumatera Utara. Jalan Alumni No. 2 Kampus USU Medan PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut memiliki peranan yang besar dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang. Di Indonesia penyakit diare menjadi beban ekonomi yang

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. yang optimal meliputi kesehatan fisik, mental dan sosial. Terdapat pendekatanpendekatan

A n d a l a s D e n t a l J o u r n a l P a g e 39

BAB III METODE PENELITIAN. design dengan rancangan time series design, dimana dilakukan beberapa

BAB 1 PENDAHULUAN. Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis dimana terjadi

BAB I PENDAHULUAN. membangun manusia seutuhnya yang dapat dilakukan melalui berbagai. dimasa yang akan datang, maka anak perlu dipersiapkan agar dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Karies gigi adalah proses perusakan jaringan keras gigi yang dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan nutrisi bayi (Roesli, 2005). Pemberian ASI sangat bermanfaat bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. Global Adult Tobacco survey (GATS) pada tahun 2011 menunjukkan bahwa

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN AUDIOVISUAL TENTANG HIV/AIDS TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA KELAS X SMK N 1 BANTUL NASKAH PUBLIKASI

PERBEDAN PENGETAHUAN SEBELUM DAN SESUDAH DIBERI PENYULUHAN GIZI MENGGUNAKAN MEDIA POWER POINT DI SD NEGERI KARANGASEM III SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Anak usia prasekolah adalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak-anak merupakan generasi penerus bangsa, sehingga kesehatan dan kualitas hidupnya harus berkembang dengan baik terutama anak-anak usia sekolah. Pada masa usia sekolah anak-anak dianjurkan untuk ditanamkan kebiasaan menjaga kesehatan. Sebab, anak-anak berpotensi untuk menjadi agen perubahan dilingkungan sekitarnya (Sulastri, et al., 2014). Anak usia sekolah didefinisikan sebagai anak berusia 6 tahun sampai 13 tahun bagi perempuan, dan 6-14 tahun untuk anak laki-laki. Anak usia sekolah ini adalah fase akhir dari masa anak-anak (Jahja, 2011). Biasanya, anak-anak usia sekolah sudah memiliki kematangan dari berbagai aspek meliputi intelektual, motorik, bahasa, moral, emosi, sosial, dan penghayatan agama sehingga sudah cukup baik untuk diajak berdiskusi mengenai pengembangan dirinya dan perkembangan kesehatan lainnya (Yusuf, 2011). Tujuh tahun terakhir permasalahan gigi dan mulut pada anak-anak merupakan permasalahan yang masih sering terjadi. Akan tetapi, permasalahan ini sering kali dijadikan prioritas kesekian bagi anak dan orangtua. Sebagian besar anak dan orang tua masih berpendapat bahwa kegiatan merawat kesehatan gigi dan mulut adalah kegiatan yang tidak terlalu penting (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014; Rizkika, et al., 2014). 1

2 Gigi adalah organ pendukung yang terdapat di dalam rongga mulut. Gigi memiliki peran penting untuk proses pengolahan makanan seperti memotong, merobek, dan mengunyah. Akan tetapi, gigi dan mulut dapat di jadikan sebagai pintu utama masuk dan berkembang biaknya bakteri dan kuman. Sehingga, dapat memicu permasalahan pada gigi dan mulut (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014; Muttaqin & Sari, 2013; Tandilangi, et al., 2016). Timbulnya permasalahan pada gigi dan mulut dapat menggambarkan perilaku seorang menjaga dan merawat kesehatan tubuhnya. Sebab, gigi memiliki satu kesatuan dengan anggota tubuh yang lainnya (Rahim, 2015). Yogyakarta adalah salah satu dari provinsi di Indonesia dengan tingkat permasalahan gigi dan mulut yang cukup tinggi. Berdasarkan data RISKESDAS tahun 2013, tingkat kejadian permasalahan gigi dan mulut provinsi Yogyakarta sebanyak 32,1%. Angka ini mengalami peningkatan sebanyak 8,5% dari tahun 2007 (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014). Anak-anak merupakan kelompok usia yang rentan terhadap penyakit termasuk penyakit pada gigi dan mulut (Papilaya, et al., 2016). Berdasarkan data RISKESDAS tahun 2013, anak-anak berusia 5-9 tahun di Indonesia mengalami permasalahan gigi dan mulut sebanyak 28,9%. Angka tersebut mengalami peningkatan sebanyak 7,3% dari tahun 2007 (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014).

3 Permasalahan gigi dan mulut yang paling sering dan paling umum dialami oleh anak-anak adalah gigi berlubang. Gigi berlubang adalah kondisi rusaknya struktur terkeras gigi (email gigi) akibat dari aktivitas mengkonsumsi makanan (Mumpuni & Pratiwi, 2013). Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul melakukan penjaringan kesehatan gigi dan mulut pada anak usia sekolah setiap tahunnya. Penjaringan dilakukan di 360 sekolah dasar sekabupaten Bantul. Berdasarkan hasil penjaringan, sebanyak 4.506 siswa (56,76%) mengalami gigi berlubang. Kecamatan Banguntapan I merupakan kecamatan dengan tingkat kejadian gigi berlubang pada anak usia sekolah terbanyak yaitu sebanyak 384 siswa (DINKES Kab. Bantul, 2016). Permasalahan gigi dan mulut pada anak dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti usia anak, cara menyikat gigi yang benar, kebiasaan anak makan-makanan yang manis, pemeriksaan gigi dan mulut ke puskesmas, serta kemampuan orang tua menjaga kesehatan gigi anak melalui membiasakan anak makan sayuran dan buah (Hermawan, et al., 2015). Permasalahan pada gigi dan mulut yang muncul dapat mengganggu kegiatan sehari-hari anak. Aktivitas istirahat anak menjadi tidak nyaman, aktivitas makan terganggu, mengurangi konsentrasi belajar dan dapat membatasi aktivitas bermain dengan teman sebaya (Monsenstein & OHG, 2014; Prasada, 2016). Setiap orang tua dan anak menginginkan kondisi gigi dan mulut yang sehat. Pada dasarnya, permasalahan gigi dan mulut dapat dicegah

4 sedini mungkin. Salah satunya dengan cara menanamkan kebiasaan menyikat gigi sejak kecil pada anak. Menyikat gigi yang baik dan benar dapat mewujudkan kondisi gigi dan mulut yang sehat dan kuat. Terwujudnya kondisi gigi dan mulut yang sehat juga harus didukung dengan terpenuhinya aspek pendidikan, ekonomi, dan pengetahuan untuk melakukan kegiatan menyikat gigi. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa pemahaman dan pelaksanaan kebiasaan menyikat gigi yang baik dapat mencerminkan kondisi kesehatan gigi dan mulut yang baik (Haryanti, et al., 2014; Rahim, 2015; Rizkika, et al., 2014). Pengetahun adalah aspek yang paling dominan agar terbentuknya suatu kebiasaan baru. Kurangnya pengetahuan anak untuk menyikat gigi dan mulut akan memberikan dampak pada sikap, kebiasaan dan tindakan anak dalam menjaga kondisi kesehatan gigi (Lossu, et al., 2015). Pengetahuan seseorang akan bertambah dengan adanya faktor-faktor yang mempengaruhi. Faktor-faktor tersebut diantarannya usia, pendidikan, pengalaman, sosial budaya, dan ekonomi. Semakin bertambahnya usia maka anak memiliki kematangan dalam berfikir, begitu pula dengan pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan lebih mudah menyampaikan informasi kepada anak (Mulyadi, 2015; Notoatmodjo, 2010; Wawan & Dewi, 2010). Kebiasaan merawat gigi dan mulut dapat terwujud dengan bertambahnya pengetahuan dan informasi. Penyaluran informasi ini dapat dilaksanakan dalam bentuk pemberian edukasi menyikat gigi yang benar.

5 (Papilaya, et al., 2016). Edukasi merupakan upaya penyaluran informasi untuk meningkatkan dan mengembangkan perilaku yang baik secara sadar dan terencana (Maulana, 2014). Pemberian edukasi menyikat gigi diharapkan dapat memberikan informasi kepada anak untuk merawat gigi dan mulut. Sehingga, anak-anak dapat meningkatkan kualitas hidup secara mandiri. Edukasi menyikat gigi akan memicu perubahan pengetahuan, sikap, dan tindakan anak agar tercapai kondisi kesehatan gigi dan mulut yang optimal (Papilaya,et al., 2016; Tandilangi, et al., 2016). Proses edukasi akan membawa anak untuk menjalani proses belajar agar mencapai hasil pembelajaran. Hasil dari proses belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya peran dari fasilitator belajar, penggunaan media edukasi, materi pembelajaran, dan metode pembelajaran yang digunakan (Kholid, 2014; Notoatmodjo 2010; Saberan, 2012; Putra, dkk, 2014). Penyampaian edukasi kesehatan dapat efektif dengan dukungan penggunaan media edukasi. Media edukasi atau alat peraga adalah segala sesuatu berupa alat yang dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan informasi (Saberan, 2012). Media edukasi secara umum dapat terbagi atas beberapa jenis yaitu media Audio Aids, Visual Aids, dan Audio-Visual Aids. Masing-masing media pembelajaran berkerja dengan menstimulasi panca indra manusia (Kholid, 2014; Notoatmodjo, 2010). Keefektifan media edukasi dapat dikatakan baik apabila dapat menstimulasi banyak panca indra. Media audio-visual merupakan media yang paling efektif karena menstimulus

6 lebih banyak panca indra dibandingkan dengan media edukasi lainnya (Papilaya, et al., 2016). Penggunaan dan pemilihan media edukasi dapat disesuaikan dengan karakteristik dan usia anak. Anak-anak usia usia 7-11 tahun merupakan kelompok umur yang strategis untuk di jadikan sasaran edukasi. Dari segi kognitif anak usia sekolah berada pada fase anak dapat berfikir dengan logis dan matang serta terdapat peningkatan kemampuan daya ingat. Sedangkan, dari segi sosial, anak usia tersebut sudah dapat berkomunikasi dengan baik (Lossu, et al., 2015; Soetjiningsih & Ranuh, 2013). Peneliti telah melakukan studi pendahuluan pada bulan Januari 2017 di SD Muhammadiyah Kalangan. Peneliti memilih SD Muhammadiyah Kalangan dengan pertimbangan bahwa SD tersebut merupakan institusi pendidikan berbasis Muhammadiyah. Selain itu, SD Muhammadiyah Kalangan berada di wilayah Banguntapan I dan belum mendapatkan edukasi menyikat gigi bagi siswa kelas I di tahun 2016. Peneliti melakukan wawancara dan observasi dengan 10 siswadidapatkan hasil 8 dari 10 siswa menyukai makan-makanan manis, mengalami gigi berlubang, pernah mengalami nyeri gigi dan sakit gigi, jarang menyikat gigi sesudah makan, dan anak tidak meyikat gigi apabila tidak diingatkan oleh orang tua. Peneliti juga melakukan wawancara dengan guru mengenai media pengajaran yang dilakukan oleh guru. Guru mengatakan belum pernah menggunakan media edukasi audio-visual karena keterbatasan

7 fasilitas. Peneliti melakukan observasi di sekitar lingkungan sekolah tidak ditemukan informasi yang berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut. Berdasarkan hasil studi pendahuluan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh edukasi menyikat gigi secara audio-visual terhadap pengetahuan dan sikap siswa SD Muhammadiyah Kalangan Banguntapan, Yogyakarta B. Rumusan Masalah Apakah ada pengaruh edukasi menggosok gigi secara audio-visual terhadap pengetahuan dan sikap menggosok gigi siswa SD Muhammadiyah Kalangan Banguntapan Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh edukasi menggosok gigi secara audio-visual terhadap pengetahuan dan sikap menggosok gigi siswa SD Muhammadiyah Kalangan Banguntapan Yogyakarta. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi pengetahuan dan sikap menyikat gigi sebelum diberikan edukasi menyikat gigi pada siswa sekolah dasar kelas I sampai kelas V di SD Muhammadiyah Kalangan Banguntapan Bantul. b. Mengidentifikasi pengetahuan dan sikap menyikat gigi setelah diberikan edukasi menyikat gigi pada siswa sekolah dasar kelas I

8 sampai kelas V di SD Muhammadiyah Kalangan Banguntapan Bantul. c. Menganalisis pengetahuan dan sikap menyikat gigi sebelum dan setelah diberikan edukasi menyikat gigi pada siswa sekolah dasar kelas I sampai Kelas V di SD Muhammadiyah Kalangan Banguntapan Bantul. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Dapat dijadikan bahan referensi dan informasi di bidang keperawatan komunitas khususnya promosi kesehatan gigi dan mulut. 2. Manfaat Praktisi a. Bagi Sekolah Memberikan informasi kepada pihak sekolah sebagai instansi pendidikan untuk turut berperan aktif meningkatkan kondisi kesehatan gigi dan mulut pada siswa SD Muhammadiyah Kalangan Banguntapan Yogyakarta. b. Bagi Puskesmas Dapat dijadikan bahan pertimbangan kepada puskesmas wilayah Banguntapan untuk meningkatkan usaha promosi kesehatan dan pelayanan kesehatan gigi dan mulut.

9 c. Bagi Peneliti Penelitian ini dapat memberikan pengalaman dan pengetahuan baru bagi penulis, serta memotivasi penulis untuk mengasah diri meneliti hal-hal baru. d. Bagi Peneliti Lain Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber untuk penelitianpenelitian lainnya. E. Keaslian penelitian 1. Penelitian yang dilakukan oleh Papilaya, E.A., Zuliari, K., & Juliatri (2016) dengan judul Perbandingan pengaruh promosi kesehatan menggunakan media audio dengan media audio-visual terhadap perilaku kesehatan gigi dan mulut siswa SD. Penelitian ini dilakukan pada bulan April-Oktober 2016. Penelitian ini melibatkan responden sebanyak 56 siswa dengan usia 9-12 tahun. Metode penelitian menggunakan Quasi Experimental, dengan Pre Testand PostTest Group Design. Peneliti membagi responden menjadi 2 kelompok dengan berbeda perlakuan. Kelompok dibagi menjadi kelompok perlakukan promosi kelompok audio dan kelompok perlakuan promosi kelompok audio-visual. Peneliti ingin melihat perbandingan keefektifitasan antara penggunaan media audio dan media audiovisual. Perbedaan dari penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah waktu penelitian akan dilaksanakan pada Februari-April. Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode Pre Eksperimental dengan

10 desainone Group PreTest and PostTest. Peneliti hanya menggunakan media audio-visual sebagai media pembelajaran. Persamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama menggunakan media audio visual. 2. Pratama, R.K.O (2013) dengan judul Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku tentang kebiasaan berperilaku hidup bersih dan sehat siswa SDN 1 Mondong. Metode penelitian ini menggunakan Pre Eksperimental dengan desain One Group PreTest and Post Test. Teknik sampel yang digunakan adalah Total Sampling yang terdiri atas 52 siswa kelas IV dan kelas V. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah Variabel bebas yang akan diteliti oleh peneliti adalah edukasi menyikat gigi dan variabel terikat yang akan digunakan oleh peneliti adalah pengetahuan dan sikap. Perbedaan juga dapat dilihat dari subjek penelitian. Peneliti melibatkan siswa kelas I sampai kelas V yang memenuhi kriteria inklusi.persamaan dalam penelitian ini adalah dari metode penelitian yang digunakan yaitu Pre Eksperimental dengan desain One Group PreTest and Post Test dan teknik pengambilan sampel yang digunakan berupa Total Sampling. 3. Tandilangi, M., Mintjelungan, C., & Wowor, V.N.S. (2016) dengan judul Efektivitas dental health education dengan media animasi kartun terhadap perubahan perilaku kesehatan gigi dan mulut siswa SD Advent 02 Sario Manado. Penelitian ini menggunakan rancangan Quasi Eksperimental dengan desain Nonequivalent Control Group.

11 Pada penelitian ini, peneliti membentuk kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Subjek yang dijadikan responden penelitian adalah siswa SD dengan usia 10-12 tahun. Peneliti menggunakan rumus Slovin untuk mengetahui besar sampel untuk penelitian. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah peneliti menggunakan metode Pre Eksperimentaldengan desain One Group PreTest and PostTest. Sehingga, peneliti hanya melibatkan satu kelompok intervensi. Peneliti menggunakna teknik Total Sampling yaitu peneliti melibatkan keseluruhan populasi, yaitu siswa kelas I sampai dengan kelas V yang memenuhi kriteria inklusi usia 6-12 tahun. Persamaan dalam penelitian ini adalah peneliti menggunakan media audio visual berupa video animasi.