BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
|
|
- Ida Salim
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak adalah indiviu yang unik dan mempunyai kebutuhan sesuai dengan tahap perkembangannya. Sebagai individu yang unik anak mempunyai berbagai kebutuhan yang berbeda satu dengan yang lain sesuai dengan usia tumbuh kembang. Kebutuhan tersebut dapat meliputi kebutuhan fisiologis, psikologis, sosial dan spiritual (Hidayat, 2006). Menurut Freud anak usia 6-12 tahun sering disebut masa pertengahan atau masa laten yaitu masa tenang dan nyaman. Anak laki-laki lebih sering bergaul dengan teman sejenis, begitu juga anak perempuan. Oleh karena itu periode ini disebut juga dengan homoseksual alamiah. Pada masa sekolah ini pertumbuhan anak lebih cepat dibandingkan dengan pada masa pra sekolah. Keterampilan dan intelektual makin berkembang, senang bermain dan berkelompok dengan teman berjenis kelamin sama (Narendra dkk dalam Astuti, 2014). Memahami masa anak-anak adalah periode yang sangat menentukan kualitas hidupnya pada saat dia dewasa nanti. Kita harus memperhatikan kesehatan anak karena anak pada usia sekolah sudah mengenal pergaulan baik di lingkungan keluarga, sekolah dan lingkungan bermain sehingga pada usia ini anak rentan terjangkit suatu penyakit. Ketika perawatan diri (PHBS) tidak dapat dipertahankan maka akan memudahkan terjadinya suatu penyakit bahkan bisa berakibat pada kematian (Potter & Perry dalam Astuti, 2014). Dampak dari tidak berphbs itu banyak sekali, yang pertama dampak dari tidak mencuci tangan dengan baik adalah diare, ISPA, infeksi cacing, sakit mata dan penyakit kulit. Untuk yang kedua yaitu dampak tidak memelihara kesehatan rambut, mulut dan kuku yaitu ketombe pada kepala, rambut 1
2 2 bercabang, berukutu dan berjamur. Pada mulut bisa terjadi gigi berlubang, sakit gigi, karang gigi, dan bau mulut. Pada kuku dampaknya adalah kuku yang panjang dan kotor akan menjadi tempat bersarangnya berbagai macam bibit penyakit misalnya bersarangnya telur cacing pada kuku yang jarang dibersihkan. Telur cacing tersebut akan ikut masuk ke dalam tubuh melalui makanan yang dipegang dengan tangan yang kukunya kotor. Dan dampak tidak berphbs yang ketiga adalah dampak dari jajan sembarangan yaitu adanya virus entamoeba hystolytica. Virus ini menginfeksi saluran pencernaan melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi ataupun dari tangan yang kotor. Infeksi parasit ini bisa menyebar dari saluran pencernaan sampai saluran darah pada tahap lanjut. Infeksi farasit ini bisa menyebabkan disentri sampai radang hati. Dampak lainnya dari kurang dilaksanakan PHBS diantaranya yaitu suasana belajar yang tidak mendukung karena lingkungan sekolah yang kotor, menurunnya semangat dan prestasi belajar dan mengajar di sekolah, menurunkan citra sekolah di masyarakat umum (Astuti, 2014). Berdasarkan Word Health Organization (WHO) (2007) menyebutkan bahwa setiap tahun anak Indonesia meninggal akibat diare, sementara data Dipertemen Kesehatan menunjukkan diantara 1000 penduduk terdapat 300 orang yang terjangkit penyakit diare sepanjang tahun (Dinkes Jateng, 2010), anemia padaanaksekolah 23,2% (YKB, 2007) dan MajalahInteraksi (2007) menyebutkansekitar 3% anak-anakmulaimerokoksejakkurangdari 10 tahun. Sementara itu masih banyak ditemukan data-data penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah. Akan tetapi meskipun demikian untuk hidup berphbs masih sangat kurang meskipun itu mudah dan nyaman dilakukan, manfaatnya bagus untuk kesehatan (Maryunani, 2013). Dalam Jurnal Epidemiologi dan Penyakit Bersumber Binatang (Epidemiology and Zoonosis Journal). Hasil laporan bulanan program kecacingan Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan tahun 2010 berdasarkan jumlah kasus dan kunjungan kasus atau golongan umur di Puskesmas Rawat
3 3 Inap Cempaka sebanyak 36 anak terinfeksi cacing kremi dan 1 orang terinfeksi cacing kait. Infeksi akibat cacing ini dapat mengakibatkan terjadinya anemia, gangguan gizi, pertumbuhan dan kecerdasan dan apabila terjadi infeksi terus menerus akan menurunkan kualitas sumber daya manusia. Infeksi dapat terjadi pada semua umur, baik pada balita, anak-anak ataupun orang dewasa. Infeksi paling banyak terjadi pada anak usia sekolah dasar disebabkan anak pada usia tersebut yang paling banyak kontak dengan tanah. Penelitian oleh (Purba), diperoleh hasil bahwa kebiasaan memotong kuku oleh siswa SD menunjukkan, sebanyak 6 dari 39 siswa yang tidak membiasakan diri untuk memotong kukunya menderita kecacingan. Hal ini menunjukkan bahwa kebiasaan memotong kuku dapat mengurangi terjadinya kecacingan. Berdasarkan pengamatan, di SDN Cempaka 1 Kota Banjarbaru masih banyak siswa yang mempunyai kuku panjang dan kotor, bermain di halaman sekolah tanpa menggunakan alas kaki, sanitasi dan hygiene lingkungan sekolah yang masih kurang (Faridan dkk, 2013). Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) itu sendiri adalah bentuk perwujudan paradigma sehat dalam budaya perorangan, keluarga dan masyarakat yang berorientasi sehat, bertujuan untuk meningkatkan, memelihara dan melindungi kesehatannya baik fisik, mental, spiritual maupun sosial. Selain itu juga program perilaku hidup bersih dan sehat bertujuan memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, kelompok, keluarga, dengan membuka jalur komunikasi, informasi dan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku sehingga masyarakat sadar, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat melalui pendekatan pimpinan (advocacy), bina suasana (social support) dan pemberdayaan masyarakat (empowerment). Dengan demikian masyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri terutama pada tatanannya masing-masing (Depertemen Kesehatan Republik Indonesia [Depkes RI] dalam Astuti, 2014).
4 4 Mencegah lebih baik daripada mengobati atau dalam ungkapan bahasa inggris prevention is better than cure, kata bijak yang tepat dalam meningkatkan derajat kesehatan. Salah satunya upaya yang dapat dilakukan oleh perawat untuk meningkatkan derajat kesehatan adalah melakukan pendidikan kesehatan melalui metode yang efektif diharapkan dapat menerapkan kebiasaan PHBS pada dirinya sendiri dan keluarga dalam waktu yang relatif lama (Astuti, 2014). Manfaat perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di sekolah antara lain terciptanya sekolah yang bersih dan sehat sehingga peserta didik terlindungi dari berbagai gangguan dan ancaman penyakit, meningkatnya semangat proses belajar mengajar, citra sekolah sebagai institusi pendidikan semakin meningkat sehingga mampu menarik minat orang tua (masyarakat), meningkatnya citra pemerintah daerah dibidang pendidikan (Depkes, 2006). Untuk ini berkaitan dengan PHBS, Kepmenkes No. 852/Menkes/SK/XI/2008 menjelaskan tentang strategi nasional sanitasi total berbasis masyarakat yang tertuang dalam pernyataan bahwa, pemerintah telah memberikan perhatian di bidang hygiene dan sanitasi dengan menetapkan open defecation free serta peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat pada tahun 2009 dalam rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) tahun Hal ini sejalan komitmen pemerintah dalam mencapai Millenium Development Goals(MDGs) tahun Yaitu meningkatkan akses air minum dan sanitasi dasar secara berkesinambungan kepada separuh dari proporsi penduduk yang belum mendapat akses (Astuti, 2014). Hidup bersih dan sehat adalah dambaan setiap manusia. Karena semua kegiatan dan aktivitas manusia di dunia ini sangat bergantung pada kebersihan dan kesehatan. Dalam membentuk pribadi yang sehat tidak datang dengan sendirinya, sehat itu harus diusahakan. Salah satunya dengan pendidikan kesehatan. Beberapa upaya atau usaha dalam menjaga kesehatan
5 5 tubuh kita, yakni antara lain memelihara kebersihan badan atau kulit, kebersihan rambut, kebersihan kuku, kebersihan gigi dan rongga mulut, perawatan kaki dan sepatu serta pemeliharaan pakaian (Maryunani, 2013). Selanjutnya mengenai pengertian pendidikan kesehatan adalah suatu upaya atau kegiatan untuk menciptakan perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Artinya, pendidikan kesehatan berupaya agar masyarakat menyadari atau mengetahui bagaimana cara memelihara kesehatan mereka, bagaimana menghindari atau mencegah hal-hal yang merugikan kesehatan mereka dan kesehatan orang lain, kemana seharusnya mencari pengobatan jika sakit dan sebagainya (Notoatmodjo, 2007). Untuk sasaran dari pendidikan kesehatan di Indonesia berdasarkan kepada program pembangunan Indonesia yaitu masyarakat umum dengan berorientasi pada masyarakat pedesaan. Masyarakat dalam kelompok tertentu (wanita, pemuda, remaja, kelompok lembaga pendidikan dari TK sampai perguruan tinggi baik sekolah swasta maupun negeri) dan sasaran individu dengan teknik pendidikan kesehatan individu (Susilo, 2011). Penelitian tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) terutama untuk personal hygieneyang akan saya lakukan menggunakan teknik pendidikan kesehatan dengan media audio visual. Dimana media audio visual adalah salah satu alat peraga yang didalamnya dapat membantu menstimulasi indera mata (penglihatan) dan indera telinga (pendengaran), pada waktu proses penyampaian bahan pendidikan atau pengajaran (Machfoedz & Suryani, 2013). Media audio visual mempunyai banyak keuntungan atau manfaat yang sangat membantu dalam memberikan informasi kepada siswa, dapat membantu peserta didik dalam memenuhi sebuah materi atau ilmu, peserta didik akan lebih berkonsentrasi dan berimplikasi pada pamahaman mereka sendirikerena
6 6 alat pendengaran dan penglihatan digunakan secara bersamaan sehingga membutuhkan konsentrasi yang besar. Begitu pula pada pendidik, akan lebih mudah menyampaikan materi kepada murid, lebih mudah mengkondisikan kelas dengan cara menarik perhatian murid. Selain hal tersebut, waktu yang dibutuhkan saat memberikan bahan ajarpun akan lebih efisien dan dapat menjadikan pendidik lebih inovatif dan kreatif karena dapat berkreasi dengan media tersebut ( dalam Astuti, 2014). Media audio visual adalah alat peraga yang mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran pendidikan. Menurut penelitian para ahli indera, yang paling banyak menyalurkan pengetahuan ke dalam otak adalah mata. Kurang lebih 75% sampai 87% diperoleh melalui mata. Sedangkan 13% sampai 25% lainnya tersalur melalui indera yang lain, salah satunya adalah indera telinga. Dari sini dapat disimpulkan bahwa alat audio visual lebih mempermudah cara penyampaian dan penerimaan informasi atau bahan pendidikan. Media audio visual juga salah satu alat yang dapat membantu menegakkan pengetahuan-pengetahuan yang telah diterima oleh manusia, sehingga apa yang diterima akan lebih lama tinggal atau disimpan di dalam ingatan. Pendidikan kesehatan dengan menggunakan media audio visual akan mempengaruhi perilaku seseorang melalui pengetahuan yang didapatnya, karena semakin banyak indera yang digunakan untuk menerima sesuatu, maka semakin banyak dan semakin jelas pula pengertian atau pengetahuan yang diperoleh. Dengan perkataan lain, alat peraga ini dimaksudkan untuk mengerahkan indera sebanyak mungkin kepada suatu objek, sehingga mempermudah persepsi (Machfoedz & Suryani, 2013). Pada penelitian yang akan saya lakukan ini menekankan pada perilaku hidup bersih dan sehat terutama personal hygiene pada anak sekolah dasar kelas III-VI yang sebelumnya diberikan pendidikan kesehatan dengan media audio visual tentang personal hygiene. Pada pendidikan kesehatan ini akan
7 7 memaparkan pengetahuan tentang cara, manfaat dari PHBS pada anak sekolah dasar sehingga diharapkan dengan pengetahuan tersebut dapat meningkatkan perilaku kebersihan mereka. Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan di SDN Margasari Ulu Kabupaten Tapin Kalimantan Selatan pada tanggal 18 November 2016 terhadap 10 siswa kelas III-VI didapatkan 7 anak mempunyai kebiasaan tidak menggosok gigi secara teratur, 10 anak mempunyai kebiasaan jajan sembarang, 5 anak terdapat gigi berlubang, berkarang dan berwarna kunig, 10 anak mempunyai kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum makan, 4 anak selalu berpakaian tidak rapi, 6 anak mempunyai kebiasaan tidak memotong kuku tangan dan kaki setiap satu minggu sekali sedangkan untuk usaha kesehatan sekolah (UKS) di SD tersebut belum berjalan sesuai aturan meskipun sudah tersedia obat P3K dan ruang UKS di sekolah tersebut. Dari hasil wawancara pada salah satu guru yang mengajar disana mengatakan bahwa tidak pernah dilakukannya pendidikan kesehatan. Melihat data yang demikian maka perlu diadakannya pendidikan kesehatan tentang PHBS pada anak-anak di SDN Margasari Ulu. Karena kita ketahui bahwa anak-anak adalah bagian dari suatu komunitas yang paling semangat, antusias dan terbuka dengan hal-hal baru dan sebagai agen perubahan perilaku dengan cara memberikan pendidikan kesehatan sejak dini. Marilah kita membiasakan untuk berphbs dimulai dari diri kita sendiri. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh pendidikan kesehatan dengan media audio visual terhadap perilaku hidup bersih dan sehat (personal hygiene) pada siswa kelas III-VI di SDN Margasari Ulu Kabupaten Tapin.
8 8 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan fenomena yang ada maka peneliti dapat merumuskan masalah penelitian dan pertanyaan penelitian. Adapun rumusan masalah adalah Apakah Ada Pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan Media Audio Visual Terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (Personal Hygiene)pada Siswa Kelas III-VI di SDN Margasari Ulu Kabupaten Tapin?. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan Umum Diketahuinya pengaruh pendidikan kesehatan dengan media audio visual terhadap perilaku hidup bersih dan sehat (personal hygiene)pada anak usia sekolah di SDN Margasari Ulu Kabupaten Tapin Tujuan Khusus Mengidentifikasi perilaku anak usia sekolah sebelum diberikan pendidikan kesehatan perilaku hidup bersih dan sehat (personal hygiene)dengan media audio visual Mengidentifikasi perilaku anak usia sekolah sesudah diberikan pendidikan kesehatan perilaku hidup bersih dan sehat (personal hygiene)dengan media audio visual Mengidentifikasi perilaku anak usia sekolah sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan perilaku hidup bersih dan sehat (personal hygiene)dengan media audio visual. 1.4 Manfaat Penelitian Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan Meningkatkan kemampuan perawat dalam memahami karakteristik anak usia sekolah dasar dalam mendukung tumbuh kembang dan pemahaman tentang perilaku hidup
9 9 bersih dan sehat (personal hygiene) sehingga dapat memperluas wawasan dalam melaksanakan tugas praktik keperawatan komunitas dalam lingkungan sekolah Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai panduan untuk penelitian selanjutnya dalam mengembangkan model dan program bagi keperawatan keluarga dan komunitas khususnya anak usia sekolah dasar yang terkait dengan penerapan perilaku hidup bersih dan sehat (personal hygiene) Bagi Ilmu Pengetahuan Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi pengelola pelayanan kesehatan agar dapat Mengembangkan program PHBS khususnya personal hygienepada anak usia sekolah dasar Mengembangkan program PHBS khususnya personal hygienepada keluarga anak usia sekolah dasar Mengembangkan kemitraan untuk mendukung PHBS khususnya personal hygienedi tatanan sekolah maupun rumah tangga Bagi Pengguna Bagi siswa SDN Margasari ulu Memberi wawasandan pengetahuan sekaligus mengevaluasi perilaku hidup bersih dan sehat (personal hygiene) ditatanan pendidikan serta diharapkan dapat bermanfaat sebagai bekal pengetahuan anak didik dalam berperilaku hidup bersih dan sehat Bagi pengelola SD Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pendidik dalam meningkatkan pendidikan kesehatan PHBS kepada
10 10 anak didiknya dengan media audio visual sehingga anakanak dapat lebih mengerti pentingnya personal hygieneuntuk kehidupan sehari-hari Bagi Puskesmas Hasil penelitian perilaku hidup bersih dan sehat (personal hygiene)dengan media audio visual ini dapat dijadikan masukan dan pertimbangan bagi Puskesmas dalam meningkatkan pelayanan dan pendidikan kesehatan PHBS pada anak, khususnya anak usia sekolah Bagi institusi pendidikan Universitas Muhammadiyah Banjarmasin Menambah wacana bagi pembaca di perpustakaan dan informasi ilmiah mengenai pentingnya metode dalam pendidikan kesehatan perilaku hidup bersih dan sehat (personal hygiene)dengan media audio visual Bagi peneliti Hasil penelitian ini semoga dapat menambah pengetahuan dan keterampilan serta memperoleh pengalaman dalam melakukan penelitian dibidang keperawatan dan memberikan informasi sebagai bahan masukan penelitian yang akan datang Bagi peneliti selanjutnya Penelitian perilaku hidup bersih dan sehat (personal hygiene) dengan media audio visual ini bermanfaat untuk menambah wawasan bagi pembaca serta sebagai sumber pustaka atau referensi bagi peneliti selanjutnya, sesuai dengan permasalahan yang belum teridentifikasi dengan media audio visual.
11 Ruang Lingkup Penelitian Ruang Lingkup Materi Lingkup mata ajaran pada penelitian ini adalah keperawatan anak dan lingkup materi adalah pendidikan kesehatan perilaku hidup bersih dan sehat (personal hygiene)pada siswa sekolah dasar kelas III-VI karena anak usia sekolah dasar sangat rentan terhadap berbagai masalah kesehatan Ruang Lingkup Responden Responden yang diambil dalam penelitian ini adalah siswa kelas III- VI yang sekolah di SDN Margasari Ulu tahun Dengan alasan sudah dapat mengerti tentang perilaku yang berdampak terhadap kesehatan Ruang Lingkup Tempat Penelitian ini dilaksanakan di SDN Margasari Ulu Kabupaten Tapin tahun 2016 karena masih banyak terdapat siswa sekolah dasar yang belum memiliki kebiasaan yang menunjukkan perilaku hidup bersih sehat khususnya personal hygiene, dan belum pernah dilakukannya pendidikan kesehatan Ruang Lingkup Waktu Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober 2016 sampai dengan Juli 2017 dengan lingkup kegiatan dari penyusunan proposal penelitian sampai dengan laporan hasil penelitian. 1.6 Penelitian Terkait Berdasarkan studi pendahuluan, penelitian tentang Pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan Media Audio Visual Terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (Personal Hygiene) pada Siswa Kelas III-VI di SDN Margasari Ulu
12 12 Kabupaten Tapin 2016 belum pernah dilakukan, namun ada beberapa penelitian yang serupa, antara lain yang dilakukan oleh Nurmilawaty (2011), yang berjudul Gambaran Pelaksanaan Personal Hygiene pada Siswa Madrasah Ibtidaiyah Swasta Al-Miftah Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah Kalimantan Selatan Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan pelaksanaan personal hygiene pada siswa Madrasah Ibtidaiyah Swasta Al-Miftah Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Metode penelitian ini adalah observasi dengan melakukan pengamatan secara langsung kepada responden, instrument yang digunakan adalah lembar observasi atau lembar check list. Sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 60 orang yaitu siswa Madrasah Ibtidaiyah Swasta Al-Miftah Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Hasil penelitian mengenai PHBS pada 60 responden, diketahui kebersihan kulit 55% kurang bersih dalam penyakit gatal-gatal dan panu, kebersihan kuku 55% sangat tidak bersih dalam kebersihan kuku yang panjang dan kotor, kebersihan gigi 58,3% kurang bersih dalam kebersihan gigi yang kuning dan caries, kebersihan rambut 71,7% kurang bersih dalam kebersihan rambut yang berketombe, bercabang, berminyak dan kebersihan pakaian 51,7% kurang bersih dalam kebersihan pakaian yang lusuh dan noda. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka dapat diketahui bahwa sebagian besar atau hampir 50% responden memiliki kebiasaan perilaku hidup bersih yang kurang, hal ini dipengaruhi oleh tingkat pendidikan orang tua responden yang sebagian besar atau 46,6% sekolah dasar (SD) Lia Puspita Sari (2015), yang berjudul Pengaruh Media Audio Visual dalam Pembelajaran Personal Hygiene (Cuci Tangan) Bersih pada Anak Tunagrahita Sedang di SDLB Negeri Pangeran Wijayakrama Pelaihari. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh media audio visual dalam pembelajaran Personal Hygiene (Cuci
13 13 Tangan) Bersih pada Anak Tunagrahita Sedang. Metode penelitian ini adalah quasi eksperimental design dengan menggunakan pendekatan one group pre test-post test design without control group yaitu peneliti ini hanya melakukan intervensi pada satu kelompok tanpa pembanding. Sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 25 orang yaitu anak dengan tunagrahita sedang yang berada di SDLB. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, berdasarkan uji wilcoxon yang telah dilakukan untuk mengukur pengaruh media audio visual dalam cuci tangan bersih terhadap kemampuan cuci tangan anak tunagrahita sedang di SDLB Negeri Pangeran Wijayakrama Pelaihari mempunyai pengaruh yang bermakna karena derajat (p value) sebesar 0,0001 dengan kesalahan (ɑ = 0,05) dan p value 0,05 dan 0,001 p 0,01 (Sugiyono, 2008). Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa pelatihan cuci tangan bersih dengan media audio visual mampu mengubah kemampuan cuci tangan anak tunagrahita sedang di SDLB Negeri Pangeran Wijayakrama Pelaihari. Penelitian yang akan dilakukan peneliti sekarang adalah Pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan Media Audio Visual Terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (Personal Hygiene) pada Siswa Kelas III-VI di SDN Margasari Ulu Kabupaten Tapin Perbedaan dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yaitu variabel penelitian, populasi, sampel, waktu dan tempat penelitian.
MANUSKRIP. Oleh : NURUL JANNAH NPM
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PERSONAL HYGIENE) PADA SISWA KELAS III-VI DI SDN MARGASARI ULU KABUPATEN TAPIN MANUSKRIP Oleh : NURUL JANNAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak pada hakikatnya merupakan aset terpenting dalam tercapainya keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa selanjutnya. Derajat kesehatan anak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan, persepsi seseorang terhadap kesehatan, serta perkembangan. Jika
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan itu sendiri sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (www.datastatistik-indonesia.com)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak usia sekolah merupakan tumpuan bagi masa depan bangsa. Mereka merupakan sasaran yang strategis untuk pelaksanaan program kesehatan, karena selain jumlahnya yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Organization/WHO), sekitar 2,2 juta orang meninggal dunia setiap tahunnya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usia sekolah merupakan usia penting dalam pertumbuhan dan perkembangan fisik anak. Periode ini juga disebut sebagai periode kritis karena pada masa ini anak mulai mengembangkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Anak usia sekolah merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Anak usia sekolah merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai resiko tinggi akan penyakit (Maryunani, 2013). Oleh karena itu, pada masa ini anak usia sekolah dasar
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di Indonesia merupakan bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya guna tercapainya negara yang kuat (Ratna, 2011).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia merupakan bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Masa usia sekolah disebut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sekolah merupakan aset atau modal utama pembangunan masa depan yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Masa usia sekolah disebut juga sebagai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (PHBS) dapat dilaksanakan di masyarakat, rumah tangga, dan sekolah. PHBS
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah program pemerintah yang diluncurkan pada tahun 2006 yang bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat tidak sehat
Lebih terperinciBAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Promosi Kesehatan di institusi pendidikan (Health Promoting School) yang dicanangkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, 2005) menggunakan model holistik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan kesehatan berupaya membangun perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat diharapkan mampu melakukan upaya pencegahan secara lebih efisein dan efektif.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi keberhasilan pembangunan bangsa. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk mencapai Indonesia sehat, yaitu suatu
Lebih terperinciEFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PHBS DI MTS MIFTAHUL ULUM KECAMATAN KEMLAGI KABUPATEN MOJOKERTO. Dwi Helynarti Syurandari*)
EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PHBS DI MTS MIFTAHUL ULUM KECAMATAN KEMLAGI KABUPATEN MOJOKERTO Dwi Helynarti Syurandari*) Abstrak Perilaku Hidup bersih dan Sehat merupakan sekumpulan perilaku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur, salah satu agenda riset nasional bidang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan visi pembagunan Indonesia tahun 2025 yaitu Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur, salah satu agenda riset nasional bidang sosial kemanusiaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. internal maupun eksternal. Menurut WHO, setiap tahunnya sekitar 2,2 juta
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Menurut WHO, setiap tahunnya sekitar 2,2 juta orang di negara berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Promosi kesehatan merupakan pilar dalam. penyelenggaraan misi meningkatkan kesehatan masyarakat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Promosi kesehatan merupakan pilar dalam penyelenggaraan misi meningkatkan kesehatan masyarakat dan pencegahan penyakit (Notoatmodjo et al., 2012). Target dari promosi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan kualitas hidupnya harus berkembang dengan baik terutama anak-anak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak-anak merupakan generasi penerus bangsa, sehingga kesehatan dan kualitas hidupnya harus berkembang dengan baik terutama anak-anak usia sekolah. Pada masa usia sekolah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Personal higiene adalah suatu usaha pemeliharaan kesehatan diri seseorang yang bertujuan mencegah terjangkitnya penyakit serta untuk memperbaiki status kesehatannya.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian sehat sesuai dengan UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.2. Latar Belakang Pengertian sehat sesuai dengan UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, dan spiritual yang memungkinkan setiap orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang mempunyai peranan besar dalam menentukan
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan merupakan salah satu bagian intergral dari pembangunan nasional yang mempunyai peranan besar dalam menentukan keberhasilan pencapaian tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selama lebih dari tiga dasawarsa, Indonesia telah melaksanakan berbagai upaya dalam rangka meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Departemen Kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sangat menekankan pada praktik-praktik kesehatan (Wong, 2009). Di dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mempertahankan kesehatan anak merupakan tanggung jawab orang tua, namun demikian sekolah-sekolah umum dan departemen kesehatan telah berkontribusi dalam upaya peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan fisik, mental dan sosial serta perlindungan dari segala
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan penerus cita-cita perjuangan bangsa dalam suatu negara yang sangat potensial bagi pembangunan nasional. Maka diperlukan bimbingan serta pembinaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak pada hakikatnya merupakan aset terpenting dalam tercapainya keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa selanjutnya. Derajat kesehatan anak
Lebih terperinciPEMBIASAAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE OLEH IBU KEPADA BALITA (USIA 3-5 TAHUN) DI KELURAHAN DERWATI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menjaga kebersihan diri merupakan salah satu upaya memelihara kesehatan dan pencegahan terhadap penyakit. Kebersihan diri atau personal hygiene adalah upaya
Lebih terperinciPEMBERIAN HEALTH EDUCATION MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENCUCI TANGAN PADA ANAK PRASEKOLAH ABSTRAK
PEMBERIAN HEALTH EDUCATION MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENCUCI TANGAN PADA ANAK PRASEKOLAH Dadang Kusbiantoro Program Studi S1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK Cuci Tangan Pakai Sabun merupakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan zat gizi yang lebih banyak, sistem imun masih lemah sehingga lebih mudah terkena
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Anak pra sekolah merupakan kelompok yang mempunyai resiko besar terkena gizi kurang. Hal ini dikarenakan pada usia tersebut tumbuh kembang anak dalam masa yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Personal hygiene adalah suatu cara pemeliharaan kesehatan diri seseorang baik fisik maupun psikis yang bertujuan untuk mencegah terjangkitnya penyakit serta memperbaiki
Lebih terperinciPENATALAKSANAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA SISWA SISWI KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI 1 CILEULEUS TASIKMALAYA
PENATALAKSANAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA SISWA SISWI KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI 1 CILEULEUS TASIKMALAYA INDA AINI NOOR FADILAH MA 0712072 INTISARI Perilaku hidup bersih dan sehat dapat dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki kelembaban tinggi. Pedikulosis kapitis merupakan infestasi kutu kepala Pediculus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kejadian infestasi kutu kepala di Indonesia cukup tinggi karena sering menyerang masyarakat luas, hal ini berkaitan dengan iklim negara kita yang tropis dan memiliki
Lebih terperinciPENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP CUCI TANGAN PAKAI SABUN PADA SISWA SD NEGERI 157 KOTA PALEMBANG TAHUN 2014
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP CUCI TANGAN PAKAI SABUN PADA SISWA SD NEGERI 157 KOTA PALEMBANG TAHUN 2014 NIKSON SITORUS, LUCI FRANSISCA POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG JURUSAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan, karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikologis seseorang.
Lebih terperinciDadang Kusbiantoro Program Studi S1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Lamongan
PEMBERIAN HEALTH EDUCATION MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENCUCI TANGAN PADA ANAK PRASEKOLAH Dadang Kusbiantoro Program Studi S1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK Cuci Tangan Pakai Sabun merupakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kulit banyak di jumpai di Indonesia, hal ini disebabkan karena
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kulit banyak di jumpai di Indonesia, hal ini disebabkan karena Indonesia beriklim tropis. Iklim tersebut yang mempermudah perkembangan bakteri, parasit maupun
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang harus dicapai, untuk itu diperlukan upaya-upaya dalam mengatasi
1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator harapan hidup manusia yang harus dicapai, untuk itu diperlukan upaya-upaya dalam mengatasi masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. untuk meningkatkan derajat kesehatan. Perubahan perilaku dengan promosi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program promosi perilaku hidup bersih dan sehat yang dikenal dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan salah satu pendekatan untuk mencegah penyakit melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan penduduk lansia umur 60 tahun ke. atas di seluruh dunia sangat cepat, bahkan lebih cepat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan penduduk lansia umur 60 tahun ke atas di seluruh dunia sangat cepat, bahkan lebih cepat dibandingkan dengan kelompok usia lainnya. Semakin meningkatnya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pasien mulai dari pasien yang tidak mampu melakukan aktivitasnya secara
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perawat memiliki peran dalam menjalankan tugasnya sesuai dengan hak yang dimiliki pasien dalam memperoleh perawatan yang baik (Asmadi, 2008). Peran tersebut dapat dilihat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan Case Fatility Rate (CFR) yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satu kebutuhan dasar manusia. Personal hygiene atau kebersihan diri
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam dunia Keperawatan, personal hygiene merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Personal hygiene atau kebersihan diri adalah upaya seseorang dalam memelihara
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. proporsinya yang tinggi dalam keseluruhan populasi rakyat Indonrsia
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) Populasi anak usia sekolah merupakan elemen yang cukup penting karena proporsinya yang tinggi dalam keseluruhan populasi rakyat Indonrsia (Reksoprodjo,
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN ORANG TUA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA ANAK USIA 3-6 TAHUN DI DI DESA PLOSOWAHYU KAB LAMONGAN
HUBUNGAN PENGETAHUAN ORANG TUA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA ANAK USIA 3-6 TAHUN DI DI DESA PLOSOWAHYU KAB LAMONGAN Arifal Aris Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Muhammadiyah Lamongan.......ABSTRAK....
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Salah satu misi pembangunan kesehatan di Indonesia adalah menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) seperti yang rutin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesehatan menjadi bagian yang penting untuk dimiliki oleh setiap orang agar dapat melakukan aktifitas. Kesehatan dapat mempengaruhi kinerja seseorang dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Mufidah (2012) umumnya permasalahan keseh atan pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa usia sekolah merupakan masa yang dimulai dari usia 6 sampai mendekati 12 tahun yang memiliki berbagai label, dan masing-masing menguraikan karakteristik dari periode
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikemudian hari. Masalah kesehatan tersebut meliputi kesehatan umum,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia sekolah baik tingkat pra sekolah, sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas adalah suatu masa usia anak yang sangat berbeda dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare hingga menjadi salah satu penyebab timbulnya kesakitan dan kematian yang terjadi hampir di seluruh dunia serta pada semua kelompok usia dapat diserang oleh diare,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. umur termasuk murid Sekolah Dasar (SD) (Kepmenkes, 2010).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja atau young people adalah anak yang berusia tahun (World
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja atau young people adalah anak yang berusia 10-19 tahun (World Health Organization, 2011). Pada periode ini manusia mengalami masa transisi dengan kebutuhan kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare sampai saat ini merupakan penyebab kematian di dunia, terhitung 5-10 juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang masih tinggi (Kemenkes RI, 2011). Anak usia sekolah merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi (Kemenkes
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. investasi sumber daya manusia, serta memiliki konstribusi yang besar untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan sekaligus merupakan investasi sumber daya manusia, serta memiliki konstribusi yang besar untuk meningkatkan Indeks Pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, serta manfaat penelitian. A. Latar Belakang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) berdasarkan Keputusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut definisi World Health Organization (WHO), kematian. negara atau daerah adalah kematian maternal (Prawirohardjo, 1999).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut definisi World Health Organization (WHO), kematian maternal adalah kematian wanita waktu hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Menjadi tua ditandai dengan adanya kemunduran biologis yang terlihat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menjadi tua ditandai dengan adanya kemunduran biologis yang terlihat sebagai gejala-gejala kemunduran fisik, antara lain kulit mulai mengendur, timbul keriput, rambut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia masih banyak penyakit yang merupakan masalah kesehatan,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Di Indonesia masih banyak penyakit yang merupakan masalah kesehatan, salah satu diantaranya adalah penyakit infeksikecacingan yang ditularkan melalui tanah(soil transmitted
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Perry & Potter, 2005). Personal hygiene pada anak jalan jarang diperhatikan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Personal hygiene merupakan suatu usaha pemeliharaan kesehatan diri seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis yang bertujuan mencegah terjangkitnya penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (socially and economically productive life). Status kesehatan berkualitas
BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Program Indonesia Sehat tahun 2015 yang dicanangkan oleh pemerintah mendorong seluruh penduduk Indonesia untuk memiliki status kesehatan yang berkualitas secara sosial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sehat dalam keperawatan anak adalah keadaan kesejahteraan yang optimal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sehat dalam keperawatan anak adalah keadaan kesejahteraan yang optimal antara fisik, mental, dan sosial yang dicapai sepanjang kehidupan anak dalam rangka mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu kondisi perkembangan individu secara fisik, mental, spiritual, dan sosial
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesehatan Jiwa menurut Undang-undang kesehatan jiwa tahun 2014 adalah suatu kondisi perkembangan individu secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Cuci tangan mengunakan sabun telah menjadi salah satu gerakan yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cuci tangan mengunakan sabun telah menjadi salah satu gerakan yang dicanangkan oleh pemerintah. Cuci tangan pakai sabun mampu untuk mengurangi angka diare sebanyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada anak seluruh dunia, yang menyebabkan 1 miliyar kejadian sakit dan 3-5 juta kematian setiap
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian / lebih dari saluran nafas mulai hidung alveoli termasuk adneksanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan generasi penerus bangsa. Middle childhood merupakan masa. usia tahun untuk anak laki-laki (Brown, 2005).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Landasan teori Anak usia sekolah adalah investasi bangsa, karena anak merupakan generasi penerus bangsa. Middle childhood merupakan masa anak ketika berusia 5 10 tahun, sedangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh nilai-nilai individu dan kebiasaan yang dapat. mempengaruhi kesehatan dan psikologis seseorang.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebersihan merupakan hal yang penting, karena kebersihan dipengaruhi oleh nilai-nilai individu dan kebiasaan yang dapat mempengaruhi kesehatan dan psikologis seseorang.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI Pengertian pengetahuan
BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Pengertian pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek, baik melalui indra penglihatan,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Mewujudkan misi Indonesia sehat 2010 maka ditetapkan empat misi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mewujudkan misi Indonesia sehat 2010 maka ditetapkan empat misi pembangunan kesehatan, yaitu memelihara kesehatan yang bermutu (promotif), menjaga kesehatan (preventif),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup sehat (healthy life style), tetapi hal ini dipengaruhi oleh faktor. seseorang akan mengatakan betapa enaknya hidup sehat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan dapat diartikan sebagai keadaan sehat baik secara fisik, mentderajat kesehatan seseorang dipengarual dan spiritual dan sosial sehingga memungkinkan seseorang
Lebih terperincisecara sosial dan ekonomis (Notoatmodjo, 2007).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sehat adalah kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia. Kepentingan kesegaran jasmani dalam pemeliharaan kesehatan tidak diragukan lagi, semakin tinggi tingkat kesehatan,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. diarahkan guna tercapainya kesadaran dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dari lingkungan baru inilah sifat dan perilaku manusia terbentuk dengan sendirinya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan merupakan bagian terpenting dan mendasar kehidupan manusia. Sejak dilahirkan manusia sudah berada dalam lingkungan baru dan asing baginya. Dari lingkungan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Dengan tubuh yang bersih meminimalkan risiko terhadap kemungkinan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebersihan diri merupakan langkah awal mewujudkan kesehatan. Dengan tubuh yang bersih meminimalkan risiko terhadap kemungkinan terjangkitnya suatu penyakit,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mengukur pencapaian keseluruhan negara. Pencapaian ini meliputi 3
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan sekaligus merupakan investasi sumber daya manusia, serta memiliki kontribusi yang besar untuk meningkatkan Indeks
Lebih terperinciPENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWA KELAS V SD TENTANG PERAWATAN GIGI
PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWA KELAS V SD TENTANG PERAWATAN GIGI Widhi Sumirat Dosen Akper Pamenang Pare Kediri Secara umum kesehatan mulut dan gigi telah mengalami peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indikator untuk menilai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indikator untuk menilai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di sekolah antara lain cuci tangan dengan air bersih dan sabun, jajan di kantin sekolah, Buang Air Besar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penduduk lansia terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2025
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di seluruh dunia pertumbuhan penduduk lansia umur 60 tahun ke atas sangat cepat, bahkan lebih cepat dibandingkan dengan kelompok usia lainnya. Semakin meningkatnya usia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULAUAN. optimal diselenggarakan upaya kesehatan dengan pemeliharan dan peningkatan
BAB I PENDAHULAUAN 1.1 Latar Belakang Derajat kesehatan bersifat dinamis (berubah setiap saat), dan dipengaruhi faktor internal dan eksternal. Maka untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal diselenggarakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Menua adalah proses menghilang kemampuan jaringan secara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menua adalah proses menghilang kemampuan jaringan secara perlahan-lahan untuk memperbaiki diri, mempertahankan struktur, dan fungsi normal sehingga tidak dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya (Sistem Kesehatan Nasional, 2009). Salah satu upaya. program nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup
Lebih terperinciPENGARUH PENYULUHAN KELOMPOK TERHADAP PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) TATANAN SEKOLAH PADA SISWA KELAS V SDN SRIBITAN KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA
PENGARUH PENYULUHAN KELOMPOK TERHADAP PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) TATANAN SEKOLAH PADA SISWA KELAS V SDN SRIBITAN KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: SRI WAHYUNI 201110201129
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU MENCUCI TANGAN DENGAN BENAR PADA SISWA KELAS V SDIT AN-NIDA KOTA LUBUKLINGGAU TAHUN 2013
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU MENCUCI TANGAN DENGAN BENAR PADA SISWA KELAS V SDIT AN-NIDA KOTA LUBUKLINGGAU TAHUN 2013 Zuraidah, Yeni Elviani Dosen Prodi Keperawatan Lubuklinggau Politeknik
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah merupakan tempat yang strategis dalam kehidupan anak, maka sekolah dapat difungsikan secara tepat sebagai salah satu institusi yang dapat membantu dan berperan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Target Millenium Development Goals (MDGs) ke-7 adalah setiap negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Target Millenium Development Goals (MDGs) ke-7 adalah setiap negara memastikan keberlanjutan lingkungan hidup, untuk itu setiap negara harus dapat mengurangi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi status kesehatan masyarakat. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal dapat diwujudkan jika masyarakat Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh Pemerintah (UU RI No. 36 Tahun 2009 Pasal 93). (Rahmawati dkk., 2011). Anak-anak yang berusia 6-12 tahun diseluruh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat termasuk di dalamnya adalah pelayanan kesehatan gigi dan mulut (Kemenkes RI, 2012). Pelayanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) khususnya Pneumonia masih merupakan penyakit utama penyebab kesakitan dan kematian bayi dan Balita. Pneumonia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang kini sedang menghadapi masalah kebersihan dan kesehatan. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang kesehatan dan gaya hidup yang tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rencana pembangunan jangka panjang bidang kesehatan RI tahun 2005 2025 atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku masyarakat yang diharapkan dalam Indonesia
Lebih terperinciGAMBARAN PERKEMBANGAN SOSIAL DAN KEMANDIRIAN PADA ANAK PRASEKOLAH USIA 4-6 TAHUN DI TK AL- ISLAH UNGARAN BARAT
GAMBARAN PERKEMBANGAN SOSIAL DAN KEMANDIRIAN PADA ANAK PRASEKOLAH USIA 4-6 TAHUN DI TK AL- ISLAH UNGARAN BARAT Fiktina Vifri Ismiriyam 1), Anggun Trisnasari 2), Desti Endang Kartikasari 3) Universitas
Lebih terperinciPengaruh Penyuluhan PHBS tentang Cuci Tangan Pakai Sabun terhadap Pengetahuan, Sikap dan Praktik Siswa Kelas V SDN Taman Kota Serang
Pengaruh Penyuluhan PHBS tentang Cuci Tangan Pakai Sabun terhadap Pengetahuan, Sikap dan Praktik Siswa Kelas V SDN Taman Kota Serang Nia Kurniatillah* Abstrak Penanaman nilai-nilai PHBS salah satunya Perilaku
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci : Tingkat pengetahuan, Dukungan keluarga Personal hygiene
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PERSONAL HYGIENE PADA SISWA DI SDN PANJANG WETAN IV KECAMATAN PEKALONGAN UTARA KOTA PEKALONGAN 6 Asep Dwi Prasetyo ABSTRAK Faktor faktor tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat. kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (DepKes RI, 2009).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pembangunan kesehatan
Lebih terperinciJurnal Harapan Bangsa, Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN
PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG PENYAKIT ISPA PADA BALITA SEBELUM DAN SETELAH DIBERIKAN PENDIDIKAN KESEHATAN DI PUSKESMAS ARIODILLAH PALEMBANG TAHUN 2012 Oleh : Amalia Dosen STIK Bina Husada
Lebih terperinciA. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri
A. Pengertian Defisit Perawatan Diri Kurang perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Maslim, 2001). Kurang perawatan diri adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau biasa juga disebut sebagai PHBS
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau biasa juga disebut sebagai PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran,
Lebih terperinciBAB1 PENDAHULUAN. Setiap individu merupakan manusia sosial, sehingga setiap individu dituntut
BAB1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap individu merupakan manusia sosial, sehingga setiap individu dituntut untuk dapat berpartisipasi aktif, kreatif dan berdaya guna dalam lingkungannya. Sebagai manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa lansia adalah masa perkembangan terakhir dalam hidup manusia. Dikatakan sebagai perkembangan terakhir, karena ada sebagian anggapan bahwa perkembangan manusia
Lebih terperinci