BAB VI PENUTUP. kesimpulan mengenai strategi Baitul Maal Al-Muthi in dalam menggalang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PROFIL LEMBAGA, PEROLEHAN ZAKAT PENDISTRIBUSIANNYA PADA FAKIR MISKIN DAN ANALISA. Lembaga Amil Zakat (LAZ) Masjid Nurul Huda merupakan lembaga

BAB I PENDAHULUAN. gerakan pendidikan dan dakwah (Muhammad Hakiki, 2011). masih sangat tradisional, sehingga kegiatan-kegiatan filantropi kurang

LAPORAN AKTIFITAS YBM PLN JANUARI

BAB I PENDAHULUAN. muslim dengan jumlah 88,1 persen dari jumlah penduduk indonesia

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam memahami zakat masih sedikit di bawah shalat dan puasa.

BAB V PENUTUP. Studi ini didesain untuk mengetahui efektivitas pelayanan Badan

Dr. Mulyaningrum Bakrie School of Management Jakarta, Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Permasalahan kemiskinan senantiasa menarik dikaji karena merupakan masalah serius

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk indonesia mencapai 252,20 juta jiwa (BPS: 2015). Dimana

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB VI PENUTUP. 1. Pengelolaan zakat mal di BAZIS desa Slumbung dan LAZ Desa Bedug.

BAB IV TAHU MERCON SEBAGAI PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI DOMPET DHUAFA SEMARANG DALAM PENDAYAGUNAAN ZAKAT

LAPORAN AKTIVITAS JANUARI - FEBRUARI T A H U N UNIT YBM PLN PUSAT DAN DANA KKS

BAB IV ANALISIS PENDAYAGUNAAN DANA ZAKAT DALAM PROGRAM PENUMBUHAN WIRAUSAHA BARU. kesejahteraan masyarakat terutama untuk mengentaskan masyarakat dari

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 13 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA SOLOK

BAB I PENDAHULUAN. yang mampu serta menjadi unsur dari Rukun Islam, sedangkan Infaq dan Shodaqoh

BAB I PENDAHULUAN. Zakat Center Thoriqotul Jannah (Zakat Center) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. jelas dan tegas dari kehendak Tuhan untuk menjamin bahwa tidak seorang pun. ternyata mampu menjadi solusi bagi kemiskinan.

I. PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan sebuah fenomena umum yang terjadi pada negara-negara

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. Adapun kesimpulan yang dapat diambil oleh penulis dari hasil penelitian

Perkembangan Proporsi Investasi DP BNI :

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data dari Badan Perencana Pembangunan (Bappenas) menyatakan bahwa jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan juga berarti akses yang rendah dalam sumber daya dan aset produktif untuk

PERSETUJUAN PEMBIMBING

SUMMARY REPORT PENGELOLAAN ZAKAT

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah diperoleh temuan-temuan penelitian yang berjudul Peran Pengelola

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PENGELOLAAN DANA ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH DI KJKS BMT ISTIQLAL PEKALONGAN

BAB IV PENDAYAGUNAAN DANA ZAKAT DI BAZNAS KOTA SEMARANG UNTUK PENGEMBANGAN USAHA MIKRO. A. Program Pelaksanaan BAZNAS Kota Semarang dala Pendayagunaan

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Key Success Factor BAZNAS

BAB I PENDAHULUAN. sebanyak 38,4 juta jiwa (18,2%) yang terdistribusi 14,5% di perkotaan dan 21,1% di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemiskinan merupakan bahaya besar bagi umat manusia dan tidak

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan di akhirat nanti. Islam sangat memegang tinggi prinsip solidaritas yang

BAB I PENDAHULUAN. yang berlawanan dengan semangat dan komitmen Islam terhadap. yang sejahtera dan baik yang menjadi tujuan utama mendirikan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. dasar lingkungan yang memadai dengan kualitas perumahan dan permukiman

BAB IV\ ANALISIS DATA. A. Analisis Pengelolaan Zakat, Infaq, dan Shadaqah di BAZNAS Kota

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan hal yang terpenting bagi setiap Negara,

BAB I PENDAHULUAN. selalu mengalami peningkatan. Berdasarkan data pertumbuhan terakhir yang

BAB I PENDAHULUAN. oleh Bangsa Indonesia. Pada satu sisi pertumbuhan ekonomi Indonesia terus menunjukkan

BAB III ANALISIS PENDISTRIBUSIAN ZAKAT BAITUL MAAL HIDAYATULLAH KUDUS

BAB V PENUTUP Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Membicarakan masalah kemiskinan berarti membicarakan suatu masalah yang

BAB V PEMBAHASAN. A. Pola Manajemen Pengelolaan Dana Zakat di Lembaga Amil Zakat Baitul. Maal Hidayatullah dan Al-Haromain Kabupaten Trenggalek

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V PENGEMBANGAN STRATEGI PENGGALANGAN DANA UNTUK PENDIDIKAN. melakukan pengembangan strategi penggalangan dana Rumah Zakat dan Lembaga

Modul 3 Sub Topik: Kegiatan Sosial Berkelanjutan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

PERANAN PKK DALAM MENDUKUNG PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN SEBAGAI SUMBER GIZI KELUARGA. Oleh: TP. PKK KABUPATEN KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. Perdesaan (PNPM-MP) salah satunya ditandai dengan diberlakukannya UU No. 6

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh anak-anak yang dianggap masih

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PENGELOLAAN DANA SOSIAL PADA YAYASAN AL-JIHAD SURABAYA

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQOH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hak-hak sipil dan kebutuhan hajat hidup orang banyak itu harus atau

LAPORAN AKHIR USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

BAB III PENYAJIAN DATA

Lampiran. Harap diisi dulu kolom data diri berikut sebelum memulai pengisian kuesioner. Nama Perusahaan Bagian

Site Report Tim (IV) Kegiatan Sosial Waktu : Mei 2009 Lokasi : Pasuruan Jawa Timur

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu kewajiban yang bersifat dogmatis dan hanya mengandung

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. oleh peneliti maka didapat beberapa kesimpulan, yaitu:

BISNIS MINI Oleh: Deny Yogaswara Bidang: Kewirausahaan

BAB I PENDAHULUAN. Menciptakan. Manifestasi dari kesadaran tersebut, bagi manusia akan tercapai

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan internasional yang lazim disebut dengan Global Governance. Peranan

BAB III TINJAUAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. manusia khususnya bangsa Indonesia, dan tidak sedikit umat yang jatuh

BAITUL MAAL BAHTERA. Lembaga Amil Zakat Infaq & Shadaqah. SK.Walikota Pekalongan. Nomor : 451.1/02711 Tgl. 29 Desember 2004

PEMERINTAH KOTA PADANG

Pertanyaan Penelitian 1 : Bagaimana Pola kegiatan sosial yang diprakarsai dan dilaksanakan oleh BKM?

BAGIAN PEREKONOMIAN DINAS PERTANIAN ,95 JUMLAH

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan garis pantai terpanjang ke-4 di

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

IV.B.22. Urusan Wajib Sosial

BAB II GAMBARAN UMUM LAZIS IMRA A. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN LAZIS IMRA

BAB V PROFIL KELEMBAGAAN DAN PENYELENGGARAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM MP) DESA KEMANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Evaluasi pelaksanaan..., Arivanda Jaya, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad M. Saefuddin, Ekonomi dan Masyarakat dalam Perspektif Islam, (Jakarta: CV Rajawali, 1987), h.71.

BAB I PENDAHULUAN. 1 G. Kartasapoetra, Praktek Pengelolaan Koperasi, Jakarta: Rineka Cipta, 2013, h.5

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini makin sering terdengar ungkapan ya ng mengatakan. bahwa dunia moder n sudah memasuki era informasi.

IV.B.22. Urusan Wajib Sosial

PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT DALAM KONSEP MINAPOLITAN

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. karena dibekali dengan akal dan pikiran dalam bertindak. Manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. mengendalikan tujuan perusahaan. Good Corporate Governance yang. seringkali digunakan dalam penerapannya di perusahaan-perusahaan,

Manajemen Aset Wakaf Jumat, 01 November :16

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Potensi zakat, baik penerimaan maupun pendistribusiannya cukup besar.

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) merupakan ibadah yang tidak hanya

yang diwajibkan Allah kepada orang-orang yang berhak. mensucikan orang yang mengeluarkannya dan menumbuhkan pahala. Sedangkan

BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN

Koperasi Ekonomi Rakyat Nusantara Gedung Arthaloka Lantai 9, Jl. Jenderal Sudirman Kav.2, Jakarta Tel :

Program Pengentasan Kemiskinan melalui Penajaman Unit Pengelola Keuangan

BAZNAS KOTA YOGYAKARTA INDIKATOR KINERJA KUNCI Periode 1 Januari s/d 31 Desember Tahun 2017

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG. Nomor 24 Tahun 2004 Seri E PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan lahiriyah dan batiniyah saja tetapi juga keseimbangan,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V PEMBAHASAN. orang laki-laki dan 49 orang perempuan. Dengan donatur terbesar adalah

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

BAB VI PENUTUP Penutup berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang diperoleh. Seperti kesimpulan mengenai strategi Baitul Maal Al-Muthi in dalam menggalang dana ZIS, program-program yang dilaksanakan oleh Baitul Maal dengan mendayagunakan ZIS, serta bentuk filantropi yang diimpelementasikannya. Berikut ini adalah kritik dan sarannya, 6.1. KESIMPULAN Kampung Maguwo, dengan jumlah warga muslim yang mendominasi, memiliki potensi yang cukup besar dalam filantropi Islamnya, dan LAZ Baitul Maal Al-Muthi in dalam penggalangan dana ZIS dirasa sudah cukup mampu menyerap potensi ZIS yang ada di Kampung Maguwo. Tidak hanya pada momen Ramadhan saja, namun juga pada bulan-bulan lainnya melalui program Tabungan Koin Akhirat. Pada program TKA, pemasukan yang ada pada tahun 2013 mencapai lebih dari 50 juta rupiah. Bahkan jumlah ini lebih besar dari jumlah zakat pada tahun tersebut, namun fluktuatifnya perolehan jumlah dana TKA menjadi pekerjaan penting bagi Baitul Maal Al-Muthi in. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa kurangnya informasi yang didapatkan oleh warga saat pengambilan dana TKA periode ke-tiga. 111

Ini menandakan bahwa kurangnya sosialisasi kepada warga mengenai waktu penarikan kotak TKA tersebut. Belum lagi Baitul Maal Al-Muthi in terkendala oleh kurangnya tenaga lapangan, namun titik penting dari adanya program TKA adalah telah mampu meningkatkan partisipasi warga Maguwo untuk peduli dengan sesamanya. Dari dana TKA tersebut digunakan untuk membantu warga Maguwo yang awalnya kurang berkemampuan dalam hal ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan lain-lain, agar dapat meningkatkan kapasitasnya. Dana ZIS yang dapat dikumpulkan oleh Baitul Maal Al- Muthi in tersebut, dipergunakan untuk melaksanakan berbagai program kegiatan, seperti program pemberdayaan ekonomi masyarakat, program santunan, dan juga program stimulan. Pelaksanaan pemberdayaan ekonomi masyarakat pada bidang peternakan khususnya ternak ayam, ternyata terkendala oleh faktor eksternal, yakni mewabahnya virus flu burung yang menyebabkan kematian pada ayam-ayam milik kelompok ternak tersebut. Hal itu mengakibatkan adanya kerugian yang dialami dan program ini terpaksa berhenti. Meskipun begitu, pada awalnya peternak tetap merasakan hasil dari penjualan ayam ternak mereka. Setidaknya hal tersebut mampu menjadi sebuah pembelajaran bagi warga yang ikut serta dalam program tersebut dan mendapatkan ilmu tentang cara beternak ayam. 112

Sebenarnya bisa saja kegiatan ini diteruskan dengan memberikan bantuan lagi pada peserta tersebut, namun keengganan peserta dan adanya rasa trauma pada warga menjadikan mereka tidak mau mencoba untuk kembali beternak ayam, dan beberapa dari mereka akhirnya mencoba peruntungan pada kegiatan budidaya ikan lele. Warga yang ikut sertad alam program perikanan lele dirasa telah mampu meningkatkan pendapatannya. Kegiatan perikanan lele ini sebenarnya tak luput dari mewabahnya penyakit jamur yang menyebabkan banyaknya ikan lele yang mati, namun mereka berusaha untuk melanjutkan kegiatan tersebut. Saat ini, warga telah memiliki kolam ikan permanen yang terbuat dari batako (sebelumnya terbuat dari terpal yang pinggirnya ditumpuk dengan genteng). Dari kegagalan yang pernah terjadi, warga kini mengantisipasi munculnya jamur dengan memasukkan buah pace ke dalam kolam, selain itu juga makanan lele sesekali diselingi dengan daun pepaya. Hasilnya saat ini telah dirasakan oleh warga. Dari 11.000 ekor lele yang dibudidayakan, selama proses ngingu ikan hingga siap untuk dipanen, ikan lele yang mati tidak lebih dari 20 ekor. Pada program usaha mikro seperti usaha jahitan dan juga pengepul barang bekas juga mengalami perkembangan. Dilihat dari aspek kebutuhan yang terpenuhi seperti ibu Sri (penjahit) yang mampu membiayai anaknya hingga bangku kuliah, selain itu juga usaha pengepul 113

barang bekas milik bapak Sriyono juga mampu menambah armada motornya menjadi 3 buah. Program selanjutnya yang dilaksanakan dengan mendayagunakan ZIS adalah program santunan yang terdiri dari 6 sub program, yakni santunan pendidikan, santunan kesehatan, pembebasan hutang, korban bencana, sembako dan bedah bumi. Warga yang mengajukan bantuan terlebih dahulu membuat surat pengantar dari ketua RT setempat yang nanti akan digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi pengurus Baitul Maal Al-Muthi in. Program santunan pendidikan berupa pemberian bantuan biaya SPP, buku, dan lain-lain. Biaya tersebut tidak diberikan utuh, namun biasanya Baitul Maal hanya memberikan sebagian saja dari bukti pembayaran yang ada dari sekolah. Selain itu, ada juga program Sukses Ujian Nasional yang diselenggarakan bagi siswa-siswa yang hendak mengikuti ujian nasional di sekolah. Program ini bekerjasama dengan Primagama. Santunan kesehatan berupa pemeriksaan dan berobat gratis bagi warga yang menerima kartu sehat. Ada juga bantuan rawat inap bagi warga Maguwo yang dirawat dirumah sakit, sedangkan warga tersebut tidak mendapat Jamkesmas atau semacamnya. Biaya yang diberikan juga tidak seutuhnya diberikan pada yang bersangkutan. Namun besarnya biaya dipertimbangkan pula oleh pihak pengurus sesuai dengan informasi 114

yang didapatkan pihak pengurus mengenai warga yang perlu dibantu tersebut. Pembebasan hutang sejauh ini telah membantu salah satu keluarga yang terjerat hutang karena membutuhkan biaya pengobatan yang sangat besar sedangkan warga yang bersangkutan sama sekali tidak memiliki biaya. Santunan korban bencana tidak setiap saat ada, sejauh ini baru ada program bantuan ini saat bencana erupsi merapi yang terjadi pada tahun 2010 / 2011. Pada program santunan sembako, memiliki sasaran lansia yang sudah tidak produktif lagi, apalagi lansia yang keluarga jauh dari Maguwo, sehingga tidak ada yang ngopeni. Pada program bedah bumi, sejauh ini dirasa belum tersosialisasikan dengan baik, sebab belum ada penggunaan dana ZIS untuk program ini. Selain program pemberdayaan masyarakat dan program santunan, terdapat pula program stimulant yang berisi bantuan pembangunan gedung panti asuhan, pembinaan bagi pengajar TPA Al- Muthi in, dan kegiatan amil atau pengelolaan zakat. Pembangunan gedung panti asuhan dibantu oleh Baitul Maal Al- Muthi in, namun tidak dengan dana yang utuh, panti asuhan sendiri juga berupaya mencari sponsor lain dari pembangunan gedung tersebut. Saat ini sudah terdiri dari 3 lantai. Anak asuhnya berjumlah 54 anak. Pembinaan bagi pengajar TPA yakni pemberian gaji kepada fisabilillah. Meskipun tidak seberapa jumlahnya, namun bisa memacu 115

pengajar tersebut untuk tetap bersemangat dalam mendidik santri-santri TPA, sedangkan untuk amil lebih banyak digunakan untuk pembelian alat tulis kantor dan peralatan-peralatan yang dibutuhkan menjelang pembagian zakat fitrah seperti plastik untuk membungkus sembako dan juga saat idhul adha, yakni untuk membeli perlatan yang mendukung proses penyembelihan dan pembagian hewan kurban. Berbagai program yang dilaksanakan dengan mendayagunakan ZIS tersebut merupakan praktik dari filantropi Islam. Dalam filantropi sendiri terdiri dari dua bentuk, yakni filantropi tradisional dan filantropi untuk keadilan sosial. Contoh dari bentuk filantropi tradisional yang dilaksanakan oleh Baitul Maal Al-Muthi in adalah program santunan dan program stimulan yang lebih bersifat karitatif, sedangkan filantropi untuk keadilan sosial adalah program pemberdayaan ekonomi yang bersifat berkelanjutan. Karitas atau yang biasa disebut sebagai filantropi tradisional memang diarahkan pada pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar yang mendesak, sedangkan filantropi modern bertujuan mempromosikan prakarsa-prakarsa keadilan sosial yang berjangka panjang (Aileen Shaw dalam Irfan Abubakar, 2006). Bentuk-bentuk filantropi tersebut ternyata bukan saling meniadakan satu sama lain, namun keduanya saling mendukung dan melengkapi. Hal ini dipengaruhi oleh kebutuhan manusia yang terdiri 116

dari kebutuhan saat ini (kebutuhan jangka pendek yang mendesak) dan juga kebutuhan jangka panjang. Perlu digaris bawahi bahwa filantropi tradisional sebenarnya merupakan bentuk filantropi yang bersifat individual, namun pada praktik filantropi yang dilaksanakan oleh Baitul Maal Al-Muthi in memiliki motif publik, sebab ZIS telah dikelola oleh sebuah lembaga yang menggalang dana ZIS, bukan lagi seorang penderma yang langsung memberikan dermanya pada orang yang berhak menerima. Kegiatan filantropi yang dilaksanakan ternyata lebih berorientasi pada filantropi tradisional. Selain karena program santunan dan program stimulan jelas merupakan karitas, ternyata pada program pemberdayaan ekonomi masyarakatnya juga belum sepenuhnya berjalan sesuai dengan poin-poin dari filantropi untuk keadilan sosial, lebih bersifat sekedar pemberian modal bantuan yang sesekali dipantau perkembangannya dan setelah itu dilepas begitu saja oleh pihak Baitul Maal Al-Muthi in. Hal ini dikarenakan kurangnya tenaga lapangan, selain itu juga pengurus dari Baitul Maal Al-Muthi in memiliki pekerjaan lain di luar kepengurusannya di Baitul Maal Al-Muthi in sehingga kurang fokus dalam mengelola ZIS untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan dari Baitul Maal Al-Muthi n. Berarti, dapat disimpulkan bahwa masih adanya perbedaan antara keinginan Baitul Maal Al-Muthi in dalam mewujudkan visi, misi dan tujuannya dengan praktik yang ada di masyarakat. 117

Pada salah satu misinya, yakni mengembangkan zakat sebagai alternatif dalam pengentasan kemiskinan, dirasa masih belum terwujud, selain itu, misi selanjutnya adalah mendorong sinergi program pemberdayaan masyarakat juga belum sepenuhnya berjalan dengan baik. Program pemberdayaan ekonomi masyarakatnya kurang diimplementasikan dengan baik, perkembangannya juga kurang mendapat pemantauan. Sekalipun judul programnya adalah pemberdayaan ekonomi masyarakat, ternyata pelaksanaanya lebih mengarah pada bentuk filantropi tradisional, dengan kata lain, pendayagunaan ZIS oleh Baitul Maal Al-Muthi in, lebih didominasi pada bentuk filantropi tradisional. Padahal jika pelaksanaan pemberdayaan lebih serius lagi, upaya memberikan daya ataupun kekuatan pada yang belum memiliki daya tersebut dapat lebih optimal. Kegiatan pemberdayaan yang awalnya bersumber dari, oleh dan untuk masyarakat Maguwo ternyata belum bisa direalisasikan. Ini berarti bentuk Community Driven Dvelopment belum terlaksana dengan baik dan masih membutuhkan perubahan dalam pelaksanaannya. Termasuk usaha perwujudan visi, misi dan tujuan dari Baitul Maal Al-Muthi in juga belum dapat dicapai. Padahal jelas sekali bahwa Baitul Maal Al-Muthi in memiliki misi dan tujuan untuk meningkatkan kapasitas warga dengan program pemberdayaan ekonomi masyarakat guna mewujudkan kampung yang mandiri. 118

Selain alasan dari bentuk-bentuk kegiatan yang ada tersebut, ternyata juga ada alasan lain dari lebih dominannya bentuk filantropi tradisional. Ada tiga alasan penting, pertama berbedanya pemahaman mengenai ke-baitul Maal-an antara pembina yayasan Al-Muthi in dan pengurus Baitul Maal Al-Muthi in. Kedua, Kurangnya tenaga lapangan yang membantu dan memantau perkembangan kegiatan pemberdayaan masyarakat. Ketiga, kurang fokusnya pengurus Baitul Maal Al-Muthi in dalam menjalankan program-programnya karena memiliki pekerjaan lain diluar Baitul Maal. 6.2. SARAN Peneliti menyadari adanya keterbatasan waktu dan tenaga yang dimiliki, maka saran bagi penelitian selanjutnya adalah untuk mencari lebih detail mengenai pengelolaan dan juga pendayagunaan dana ZISnya. Selain itu, masih adanya kekurangan informasi yang didapatkan mengenai usaha dari Baitul Maal Al-Muthi in dalam menggalang dana ZIS di luar Maguwo. Peneliti lebih banyak memfokuskan pada penggalangan ZIS di dalam kampung Maguwo. Sehingga diharapkan pada penelitian selanjutanya juga lebih banyak mencari tahu mengenai penggalangan ZIS diluar Maguwo. 119