BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. kelamin yang berlainan seorang laki laki dan seorang perempuan ada daya saling

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kekal yang di jalankan berdasarkan tuntutan agama. 1. berbeda. Pernikahan juga menuntut adanya penyesuaian antara dua keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Perkawinan Tahun 1974, melakukan perkawinan adalah untuk menjalankan kehidupannya dan

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. wanita telah sepakat untuk melangsungkan perkawinan, itu berarti mereka

b. Hutang-hutang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami isteri; dan

BAB I PENDAHULUAN. Hak dan kewajiban tersebut harus dipenuhi oleh pasangan suami istri yang terikat

BAB I PENDAHULUAN. mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat lepas dari hidup

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1989, dan telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006,

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara pada umumnya. Sebuah keluarga dibentuk oleh suatu. tuanya dan menjadi generasi penerus bangsa.

Nomor: 0220/Pdt.G/2010/PA.Spn. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA LAWAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, suami istri memikul suatu tanggung jawab dan kewajiban.

BAB 1 PENDAHULUAN. kebijakan dan saling menyantuni, keadaan seperti ini lazim disebut sakinah.

BAB III TAHAPAN DAN PROSES MEDIASI DI PENGADILAN AGAMA PANDEGLANG

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan di alam dunia berkembang biak. Perkawinan merupakan salah

Lex Administratum, Vol. V/No. 5/Jul/2017. Kata kunci: Penyelesaian sengketa, harta bersama, agunan, perceraian.

BAB I PENDAHULUAN. bahagia dan kekal yang dijalankan berdasarkan tuntutan agama. 1

P U T U S A N. Nomor: 0072/Pdt.G/2010/PA.Spn BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

SKRIPSI. Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum. Oleh:

BAB 1 PENDAHULUAN. menegakkan rumah tangga (keluarga) yang bahagia dan berdasarkan

BAB I. Pendahuluan. melaksanakan tugas dan kewajibannya masing-masing dalam membangun keluarga

P E N E T A P A N. NOMOR : 138/Pdt.G/2010/PA.Pso BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat manusia sebagai makhluk sosial tidak

PUTUSAN. Nomor 1087/Pdt.G/2014/PA.Plg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

SALINAN P U T U S A N Nomor 144/Pdt.G/2011/PAJP BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan usia muda merupakan perkawinan yang terjadi oleh pihak-pihak

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah perkawinan yang dimulai dengan adanya rasa saling cinta dan kasih sayang

P E N E T A P A N Nomor 016/ Pdt.G/2014/PA.Mtk. BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIIM

PANDUAN WAWANCARA. proses mediasi terhadap perkara perceraian? b. Apa ada kesulitan dalam menerapkan model-model pendekatan agama?

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan di dalamnya tercipta rasa sakinah, mawaddah dan rahmah

PENETAPAN Nomor: 0050/Pdt.G/2013/PA.Ntn BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIEM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MELAWAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dinyatakan pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

Perkara Tingkat Pertama Cerai Gugat. Langkah-langkah yang harus dilakukan Penggugat (Istri) atau kuasanya :

BAB I PENDAHULUAN. istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga ( Rumah Tangga ) yang bahagia

P E N E T A P A N Nomor 0449/Pdt.G/2015/PA.Plg

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Allah SWT dari kaum laki-laki dan perempuan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga telah memicu terbentuknya skema-skema persaingan yang ketat dalam segala

PENETAPAN. Nomor 0847/Pdt.G/2014/PA.Plg. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. (hidup berkelompok) yang biasa kita kenal dengan istilah zoon politicon. 1

BAB IV. A. Analisa terhadap Prosedur Mediasi di Pengadilan Agama Bangkalan. cepat dan murah dibandingkan dengan proses litigasi, bila didasarkan pada

P U T U S A N. Nomor: 0043/Pdt.G/2011/PA.Spn. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA LAWAN

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak mampu. Walaupun telah jelas janji-janji Allah swt bagi mereka yang

Nomor 0446/Pdt.G/2015/PA.Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PERTIMBANGAN MAJELIS HAKIM MENOLAK GUGATAN REKONVENSI DALAM. PUTUSAN No: 1798 / Pdt.G/2003/PA.Sby

diajukan oleh pihak :

P U T U S A N Nomor : 0198/Pdt.G/2010/PA.Spn.

P U T U S A N Nomor : 027/Pdt.G/2009/PA.Dgl

BAB I PENDAHULUAN. perceraian, tetapi bukan berarti Agama Islam menyukai terjadinya perceraian dari

BAB II PERKAWINAN DAN PUTUSNYA PERKAWINAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki, ada daya saling menarik satu sama lain untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. setelah melakukan musyawarah dengan para shahabatnya. pikiran, gagasan ataupun ide, termasuk saran-saran yang diajukan dalam

Langkah-langkah yang harus dilakukan Pemohon (Suami) atau kuasanya :

BAB IV CERAI TALAK DALAM PERSPEKTIF YURIDIS. DALAM PUTUSAN PERKARA NO. 0181/Pdt.G/2013/PA.Gs PENGADILAN AGAMA GRESIK

PUTUSAN. Nomor : 0745/Pdt.G/2014/PA.Plg BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

MEDIASI. Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan

TELAAH TINGGINYA PERCERAIAN DI SULAWESI UTARA (STUDI KASUS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA)

Mahkamah Agung yang berfungsi untuk melaksanakan kekuasaan. wewenang yang dimiliki Pengadilan Agama yaitu memeriksa, mengadili,

PENETAPAN. NOMOR 58/Pdt.G/2013/PA.Pts DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Hulu, sebagai Penggugat; MELAWAN

Nomor 1315/Pdt.G/2014/PA.Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N 46/Pdt.G/2012/PA.Dgl BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGGUGAT ; MELAWAN TERGUGAT ;

BAB I PENDAHULUAN. undang-undang tersebut diberlakukan. Pada prinsipnya masyarakat jahiliyah

BAB IV ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA TENTANG CERAI GUGAT DENGAN ALASAN IMPOTEN. A. Prosedur Cerai Gugat Dengan Alasan Impoten

BAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah makhluk sosial yang harus diakui keberadaanya, dalam membentuk keluarga, masyarakat dan negara. Anak juga merupakan

PUTUSAN. Nomor : 1239/Pdt.G/2013/PA.Plg BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

TENTANG DUDUK PERKARANYA

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.

BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA TENTANG DUDUK PERKARA

PENETAPAN NOMOR : 051/Pdt.G/2014/PA.Pkc. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama

SKRIPSI PROSES PENYELESAIAN PERCERAIAN KARENA FAKTOR KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (STUDY KASUS DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. antara mereka dan anak-anaknya, antara phak-pihak yang mempunyai

PUTUSAN Nomor 015/Pdt.G/2014/PA.Mtk

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, sebagai kehendak Sang pencipta yang telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

PUTUSAN Nomor : 1339/Pdt.G/2009/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

P U T U S A N. Nomor 0318/Pdt.G/2015/PA.Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M E L A W A N :

P U T U S A N Nomor 0804/Pdt.G/2015/PA.Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat dan saling berinteraksi. Manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa. adanya atau dengan membentuk sebuah keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri. Ikatan lahir ialah

PUTUSAN Nomor : 301/Pdt.G/2011/PA.Pkc.

P U T U S A N. Nomor: 0891/Pdt.G/2012/PA.Plg BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN Nomor : 259/Pdt.G/2013/PA.Pkc.

SEKITAR PENCABUTAN GUGATAN Oleh : H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu

P U T U S A N Nomor : 326/Pdt.G/2011/PA.Pkc BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA.

P E N E T A P A N Nomor : 05/Pdt.G/2010/PA.Pkc BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. keperdataan. Dalam hubungan keperdataan antara pihak yang sedang berperkara

P U T U S A N Nomor XXXX/Pdt.G/2015/PA.Ktbm DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor 0879/Pdt.G/2014/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

FUNGSI PERJANJIAN KAWIN TERHADAP PERKAWINAN MENURUT UNDANG- UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

SALINAN PUTUSAN Nomor : 126/Pdt.G/2013/PA.Pkc. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MELAWAN

Nomor: 0148/Pdt.G/2010/PA.Spn. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor: 0108/Pdt.G/2010/PA.Spn.

PENETAPAN. Nomor 365/Pdt.G/2015/PA.Ppg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Nomor: 0192/Pdt.G/2010/PA.Spn. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan kodrat manusia, setiap manusia

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang. Sudah menjadi kodrat alam, bahwa dua orang manusia dengan jenis kelamin yang berlainan seorang laki laki dan seorang perempuan ada daya saling menarik satu sama lain untuk hidup bersama. Dalam hal ini alam pikiran orang tidaklah mesti atau selalu ditujukan pada hal bersetubuh antara dua orang manusia tadi. Pada umumnya dapat dikatakan hal bersetubuh ini merupakan faktor pendorong yang penting untuk hidup bersama tadi, baik dengan keinginan mendapat anak turunannya sendiri, maupun hanya untuk memenuhi hawa nafsu belaka 1. Perkawinan merupakan kebutuhan hidup seluruh umat manusia sejak zaman dahulu sampai dengan saat ini, karena perkawinan merupakan masalah aktual untuk dibicarakan dalam maupun diluar percaturan hukum. Pengerian perkawinan menurut Undang Undang nomor 1 Tahun 1974 adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Dari perkawinan akan timbul hubungan hukum antara suami isteri berupa ikatan yang menimbulkan hak dan kewajiban, kemudian dengan lahirnya anak anak, menimbulkan hubungan hukum antara orang tua dan anak anak mereka, dari perkawinan mereka memiliki harta kekayaan dan timbulkan suatu hukum dengan antara mereka dengan harta kekayaan tersebut. 1960, halaman : 6 1 R. Wirjono Prodjodikoro, Hukum perkawinan di Indonesia, Sumur Bandung Jakarta,

Umum nya setiap orang berniat untuk menikah sekali seumur hidupnya saja. tidak pernah terbersit bila dikemudian hari harus bercerai lalu menikah lagi dengan orang lain atau memilih untuk tetap sendiri, namun pada kenyataannya justru tidak sedikit pasangan suami istri, yang akhirnya harus memilih berpisah atau bercerai. Faktor ketidakcocokan dalam sejumlah hal, seperti berbeda persepsi serta pandangan hidup, paling tidak menjadi beberapa penyebab terjadinya perceraian. Sebagai mahluk individu, seorang manusia selalu ingin berinteraksi satu dengan yang lain untuk membentuk kerukunan, kedamaian satu dengan yang lainya dan mempunyai suatu kepentingan yang dimiliki oleh masing masing individu, dimana ada masyarakat disitu ada hukum (ibi societas ibi ius), terkait dengan hukum yang ada dalam suatu masyarakat, dalam setiap hukum yang dikenal oleh masyarakat seperti, hukum agama dan hukum adat serta hukum positif, semua sudah mengatur tentang tata cara dan sah tidaknya suatu perkawinan dan dalam beberapa beberapa hukum tersebut mengakui juga adanya perceraian, dan membuat tata cara bercerai dan bagaimana cara penyelesaian sengketa yang terjadi setelah perceraian, baik melalui jalur pengadilan maupun diluar pengadilan. Sebelum membahas lebih jauh, perlu diketahui bahwa dalam mengajukan gugatan perceraian, alasan memilih bercerai menjadi pertimbangan penting bagi pengadilan untuk menindak lanjuti gugatan cerai tersebut. Karena itu penggugat harus memiliki alasan bercerai juga menjadi pertimbangan atau tolak ukur bagi pengadilan dalam memutuskan sejumlah persoalan lain yang terkait erat dengan

proses perceraian itu sendiri. Misalnya perebutan hak asuh anak, kebutuhan perkembangan mental anak, tuntutan permohonan nafkah serta persengketaan harta gono-gini, oleh karena itulah diperlukan suatu kemampuan untuk menjembatani permasalahan-permasalahan tersebut agar dapat selesai dengan sebagai mana mestinya. Dalam pasal 38, Undang Undang No.1 tahun 1974 tentang Perkawinan menentukan bahwa pada perjalanannya perkawinan dapat saja berakhir, yaitu ketika jika disebabkan oleh kematian, perceraian, atau atas keputusan pengadilan. Perceraian hanya dapat dilakukan di depan pengadilan, baik itu karena suami yang telah menjatuhkan cerai (talak), ataupun karena isteri yang menggugat cerai adat memohonkan hak talak sebab sighat taklik talak 2. Sebenarnya dalam agama islam ketika suami mengucapkan talak maka saat itu juga lah terjadi perceraian antara suami dengan istrinya tetapi karena masyarakat tersebut hidup dalam suatu negara maka, perceraian pun dilakukan dengan ikut campurnya negara untuk mengawasi dan melihat serta mengatur tata cara perceraian sesuai dengan yang telah diatur dala hukum positif yang berlaku dalam suatu negara. Dan tujuan dari negara itu ikut serta dalam perceraian tersebut adalah sebgai pelindung dari segala hal yang timbul baik hak maupun kewajiban sebagai akibat hukum dari perceraian yang dialami oleh suami maupun isteri, begitu juga anak yang telah ada selama perkawinan dan harta harta yang dikumpulkan selama terikat dalam suatu perkawinan nya dan bagaimana tentang perjanjian pra nikah sebelum menikah. 2 Budi Susilo, Prosedur gugatan cerai,pustaka yustisia, Jakarta, 2007, halaman : 17.

Dalam hal sebelum penyelesaian sengketa perceraian di dalam pengadilan maka pada sidang ke -1 ketika para pihak yang berperkara sudah dipanggil dan berada didalam ruang sidang maka hakim ketua wajib memberikan kesempatan pada para pihak untuk menyelesaikan sengketa diluar pengadilan (mediasi). Mediasi adalah upaya penyelesaian konflik dengan melibatkan pihak ketiga yang netral, yang tidak memiliki kewenangan mengambil keputusan yang membantu pihak-pihak yang bersengketa mencapai penyelesaian (solusi) yang diterima oleh kedua belah pihak 3. Dan dalam proses mediasi para pihak akan dipimpin oleh seorang mediator (mediator adalah orang yang dipilih oleh para pihak untuk menjaddi penengah dalam proses mediasi) untuk menjembatani kepentingan kepentingan para pihak, dalam pemilihan mediator para pihak berhak memilih mediator diantara; hakim bukan pemeriksa perkara pada pengadilan yang bersangkutan, dan advokat atau akademisi hukum. dalam salah satu fungsi hakim sebagai mediator wajib memanggil kedua belah pihak baik secara pribadi (in person) atau melebihi kuasanya duduk mendengar bersama kompromi menyelesaikan maslah dengan baik dan menuangkan pendapat masing masing dalam kesepakatan. 4 Agar tercapainya suatu kesepakatan maka dalam proses mediasi memakai asas itikad baik dalam perjalanan nya sesuai dengan Pasal 12 PERMA No 1 tahun 2008 menempuh mediasi dengan itikad baik. Jadi masing masing pihak harus mau memulai proses damai tersebut sehingga kelanjutan dari proses peradilan dapat berlanjut. 3 http://id.wikipedia.org/wiki/mediasi. Diakses tanggal 11 Juli 2013, pada pukul 20.00 WIB. 4. M. Yahya Harahap, Beberapa tinjauan mengenai sistem peradilan dan penyelesaian sengketa, PT Citra Aditya bakti,bandung, 2007, halaman : 243.

Mediasi sendiri berkembang di Indonesia karena melihat dan mengingat proses peradilan yang tejadi di Indonesia cukup memakan waktu dalam penyelesaian suatu kasus, dalam hal ini membahas tentang perceraian bisa memakan waktu 1-5 tahun untuk proses perceraiannya, akibat dari banyaknya kepentingan yang harus berpisah mulai dari harta sampai pada hak asuh anak dalam perkawinan. Oleh karena itu sebenarnya mediasi sebagai salah satu penyelesaian sengketa hadir untuk meminimalisir efek dari masalah yang hadir dalam sengketa perceraian. Tujuan dari mediasi ini pun sudah jelas yaitu menghasilkan suatu putusan perdamaian agar tidak ada lagi upaya hukum yang dilakukan para pihak dalam penyelesaian sengketa. Seharusnya majelis hakim dan advokat sebagai praktisi harus menduung lembaga damai ini. Sebenarnya banyak yang dapat dilakukan oleh advokat dalam memediasi para pihak, tetapi peran advokat dewasa ini kurang mendukung lembaga perdamaian ini, bahakan banyak advokad menginginkan sekali perkara berjalan sesuai denga proses hukum secara semaksimal mukngkin advokat sebagai pihak eksternal seharusnya dapat memahami penyeesaian sengketa alternatif, walaupun dengan lembaga perdamaian ini kemungkinan akan berkurang penghasilan nya, namun secara profesionalisme telah menunjukan wibawa nya, karena dapat mendamaikan para pihak yang bersengketa dan disisi lain hakim pun bekerja tidak begitu berat. 5. Penyelesaian sengketa alternatif ini sudah lama berkembang di beberapa negara hanya saja di Indonesia berjalan sangat lambat namun bukan merupakan hal baru dalam perkara perdata dan bisnis, dan penggunaan nya juga sangat efektif 5. Victor M. Situmorang,Perdamaian dan perwasitan dalam hukum acara perdata, PT rineke Cipta, Jakarta, 1993, halaman :25.

dibandingkan dengan litigasi kepengadilan yang dianggap telalu formalistik dan terlalu berbiaya mahal. Dan oleh karena pemikiran pemikiran tersebut diatas, judul skripsi ini menyangkut tentang hal hal yang berkaitan dengan peranan mediator dalam suatu perkara tentang perceraian di pengadilan yang sesuai dengan aturan hukum yang berlaku. Adapun judul skripsi ini adalah PERANAN MEDIATOR DALAM SENGKETA PERCERAIAN MENURUT PERMA NO.1 TAHUN 2008 B. Rumusan masalah. Berdasarkan atas uraian tersebut pada latar belakang maka rumusan permasalahan yang akan dibahas serta dianalisis dengan bertitik tolak pada peraturan-peraturan yang berlaku, pendapat para sarjana, serta asas- asas hukum guna melengkapi pembahasan secara lengkap dan menyeluruh. Adapun permasalahan yang akan diangkat didalam skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana proses penyelesaian sengketa perceraian oleh mediasi oleh mediator. 2. Bagaimana faktor penunjang keberhasilan mediator dalam sengketa perceraian. 3. Apa yang menjadi faktor hambatan yang dihadapi oleh mediator dalam sengketa perceraian. C. Tujuan dan manfaat penulisan. Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah : 1. Untuk mengetahui alur proses dalam penyelesaian sengketa perceraian oleh mediator.

2. Untuk mengetahui faktor penunjang keberhasilan mediator dalam menyelesaikan sengketa perceraian. 3. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi oleh mediator dalam menyelesaikan sengketa perceraian. Selanjutnya penulisan skripsi ini, diharapkan bermanfaat untuk : 1. Manfaat secara teori Penulisan skripsi ini kiranya dapat bermanfaat untuk dapat memberikan masukan sekaligus menambah khasanah ilmu pengetahuan da literatur dalam dunia akademis, khususnya tentang hal-hal yang berhubungan dengan peranan mediator dalam penyelesaian sengketa perceraian menurut perma no 1 tahun 2008. Skripsi ini juga mendorong mahasiswa untuk mencoba mengembangkan teori yang pernah diperoleh di masa perkuliahan dengan fakta fakta yang ada didalam praktek peradilan perdata. 2. Manfaat secara praktis Secara prakstis penulisan skripsi ini dapat memberikan pengetahuan tentang pengertian, syarat-syarat perkawinan dan akibat yang timbul dari suatu perkawinan serta tentang pengertian, alasan, akibat perceraian secara umum. Peranan mediator dalam sengketa perceraian, dan sejauh mana perananan merdiator dalam memberikan solusi untuk berdamai dalam sengketa perceraian dan sejauh mana kewenangan dan kuasa dari medaiator

tersebut dalam memediasi para pihak yang bersengketa dalam kasus perceraian. D. Keaslian penulisan. Pembahasan skripsi ini dengan judul : PERANAN MEDIATOR DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERCERAIAN MENURUT PERMA NO 1 TAHUN 2008 ( Studi di Pengadilan Negeri Stabat) belum pernah ditulis dan belum pernah ada pembahasan sebelumnya. Hal ini didasarkan pada penelusuran yang dilakukan pada perpustakaan Fakultas Hukum dan Perpustakaan Universitas Sumatera Utara, akan tetapi ada hasil penelitian yang terdahulu yang bahasan nya hampir sama yaitu : 1. Skripsi yang disusun oleh Selly Herwina, dengan judul PERAN HAKIM MEDIATOR DALAM MENYELESAIKAN PERKARA PERDATA MENURUT PERMA NOMOR 1 TAHUN 2008. 2. Skripsi yang disusun oleh Achmad Fadil, dengan judul PERAN DAN PELAKSANAAN MEDIASI DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA PERDATA DI PENGADILAN NEGERI MEDAN (Analisis terhadap perkara yang diselesaikan melalui mediasi di Pengadilan Negeri Medan ) 3. Skripsi yang disusun oleh fanny dwi lestari, dengan judul EFEKTIFITAS MEDIATOR DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA DI PENGADILAN NEGERI (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Medan). E. Metode Penelitian

1. Jenis dan sifat penelitian Jenis penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah dilakukan secara yuridis normatif. Penelitian yang dilakukan secara yuridis normatif ini merupakan penelitian yang dilakukan dan ditujukan pada peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang topik yang penulis angkat, kemudian melihat kesesuaian antara hal yang ditentukan dalam peraturan hukum tersebut dengan pelaksanaannya di lapangan berlakunya (dalam ini efektif atau tidak antara Peraturan Mahkamah Agung No.1 Tahun 2008 dengan mediasi sengketa perceraian yang dilaksanakan oleh mediator di Pengadilan dengan pelaksanaannya di Pengadilan Negeri Stabat) dengan melakukan wawancara langsung dengan hakim mediator Pengadilan Negeri Stabat. 2. Lokasi Penelitian Dalam penelitian skripsi ini, penulis melakukan penelitian di Pengadilan Negeri Stabat di Langkat, sebagai instansi yang wajib mematuhi peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan topik yang penulis bahas dalam skripsi ini. Penulis memilih tempat tersebut sebagai lokasi penelitian dengan pertimbangan tempat tersebut memenuhi karakteristik bagi penulis untuk mendapatkan gambaran mengenai masalah yang akan ditulis. 3. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini upaya pengumpulan data dilakukan dengan data primer dan data sekunder dengan menggunakan metode sebagai berikut : A. Data primer Wawancara yaitu melakukan penelitian langsung ke lapangan mengenai efektivitas dari peraturan hukum yang berkaitan dengan topik skripsi penulis terhadap

praktek di lapangan. Wawancara dilakukan antara penulis dengan hakim mediator yang melakukan mediasi dalam penyelesaian perkara perdata di Pengadilan Negeri Stabat. B. Data Sekunder Dilakukan dengan mempelajari dan meneliti berbagai sumber bacaan yang berkaitan dengan topik yang diangkat dalam skripsi ini. Seperti : buku-buku hukum, makalah hukum, majalah hukum, surat kabar, artikel hukum di internet, pendapat para sarjana yang di dunia hukum, dan bahan-bahan lainnya 4. Metode pengumpulan data Cara yang dipakai untuk mengumpulkan data yang berguna dalam penulisan skripsi yaitu dengan cara: A. Studi kepustakaan B. Studi lapangan 5. Alat pengumpulan data yang dilakukan penulis yaitu dengan wawancara dan kemudian pedoman wawancara analisa data dan kemudian dilakukan dengan kualitatif 6. Analisa Data yang dipakai adalah analisis kualitatif. Analisis kualitatif adalah riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Proses dan makna (perspektif subyek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Penelitian kualitatif jauh lebih subyektif daripada penelitian atau survei kuantitatif dan menggunakan

metode sangat berbeda dari mengumpulkan informasi, terutama individu, dalam menggunakan wawancara secara mendalam dan grup fokus. Sifat dari jenis penelitian ini adalah penelitian dan penjelajahan terbuka berakhir dilakukan dalam jumlah relatif kelompok kecil yang diwawancarai secara mendalam. Kualitas hasil temuan dari penelitian kualitatif secara langsung tergantung pada kemampuan, pengalaman dan kepekaan dari interviewer atau moderator group F. Sistematika penulisan. Untuk mepermudah di dalam pembahasan skripsi mengenai peranan mediator dalam penyelesaian sengketa perceraian menurut PERMA No 1 Tahun 2008, maka dalam hal ini akan dibagi kan dalam beberapa bab sistematika penulisan tersebut dibagi dalam 5 bab, yaitu sebagai berikut: Bab I. Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, permasalahan, tujuan dan manfaat penulisan, tinjauan kerpustakaan, metode penelitian, keaslian penulisan dan sistematika penulisan. Bab II Pengertian, syarat dan akibat perkawinan secara umum serta pengertian, alasan, akibat dari percerian secara umum akan dibahas. Bab III Mediasi pada umunya yang terdiri atas pengertian mediasi, mediasi sebagai sarana penyelesaian sengketa para pihak, dan fungsi mediasi dalam sengketa perceraian. Bab IV Proses penyelesaian sengketa oleh mediator dan, hambatan apa yg dihadapai oleh mediator dalam mendamaikan dan aspek apek hukum apa yang dipakai dalam sengketa perceraian melalui mediator.

BAB V Kesimpulan dan Saran Memuat kesimpulan dan saran atas hal yang dibahas dan diuraikan dalam bab-bab sebelumnya sebagai hasil analisis penulisan atas permasalahan dalam skripsi ini.