5. HASIL RANCANGAN 5.1 Hasil Rancangan pada Tapak Perletakan massa bangunan pada tapak dipengaruhi oleh massa eksisting yang sudah ada pada lahan tersebut. Di lahan tersebut telah terdapat 3 (tiga) gedung tinggi yaitu yang paling tinggi memiliki 40 lantai, sedangkan 2 (dua) yang lainnya memiliki 24 lantai dan 20 lantai. Pada ide awal Perletakan massa bangunan berada di tengah-tengah lahan, berada diantara 3 (tiga) bangunan tinggi. Namun apabila massa diletakkan di tengah-tengah, ternyata ada kemungkinan akan membuat ruang kota yang telah dibentuk oleh keberadaan 3 buah bangunan tinggi tersebut akan rusak, lahan terbuka yang luas akan semakin sempit, padahal adanya sebuah ruang terbuka hijau yang berkualitas diantara 3 bangunan tinggi tersebut sangat berpotensi. Oleh karena itu, dan setelah diasistensikan pada dosen pembimbing, maka perletakan massa bangunan dipindah dan akhirnya Jakarta Music Arena diputuskan berada menempel pada salah satu bangunan tinggi yang ada. Lalu dipilihlah menempel pada gedung yang memiliki tinggi 24 lantai, karena pada bangunan tersebut masih terdapat cukup luas lahan yang tersedia dan akan memberikan ruang terbuka yang lebih luas pula pada blok kawasan tersebut dibandingkan apabila massa bangunan menempel diantara ke-2 bangunan lainnya. Gambar 47 Perspektif Mata Burung 54
Untuk mencapai bangunan Jakarta Music Arena, terdapat dua pintu masuk utama yang berada di Jalan Metro Pondok Indah dan di jalan yang baru akan dibuat nanti sesuai dengan masterplan yang ada. Pengunjung yang memakai kendaraan pribadi, dapat langsung masuk melalui pintu utama yang berada di jalan Metro Pondok Indah. Disana terdapat drop off tepat di depan pintu masuk ke gedung Jakarta Musik Arena, ataupun dapat langsung menuju ke basement untuk langsung memarkirkan kendaraannya. Sirkulasi dari bangunan Jakarta Music Arena sangatlah terkait terhadap penyelenggaraan sebuah pertunjukkan di gedung ini. Untuk daerah loading area terletak disamping bangunan sehingga tidak akan mengganggu aktifitas pengunjung yang datang dari pintu utama. Bagian VIP dan artis memiliki lobi khusus sehingga mereka juga tidak akan terganggu. Di bagian sisi sebelah timur, pada lantai dasar terdapat area retail dan restoran yang langsung terhubung dengan area pedestrian yang dibatasi oleh arcade. Gambar 48 Site Plan Dengan lahan yang luas dan memiliki gedung-gedung pencakar langit yang besar, maka peletakan pintu masuk yang berada di pinggir dekat dengan jalur pedestrian di luar tapak diharapkan pengunjung akan disediakan ruang terbuka hijau yang sangat besar. 55
Jakarta Music Arena seperti yang telah disampaikan pada bab-bab sebelumnya, adalah sebuah tempat orang-orang mencari hiburan sehingga karakter bangunan ini bersifat non-formal, lebih komersial, terbuka untuk umum, dan dapat mengakomodasi gaya hidup masyarakat Jakarta yang sangat haus akan tempat-tempat hiburan. 5.2 Hasil Rancangan pada Bangunan Beberapa studi bentuk dilakukan untuk mencapai gubahan masa sesuai dengan citra yang diinginkan. Pada tahap skematik dicari bentukan masa yang dapat merepresentasikan Jakarta Music Arena sebagai tempat berkumpulnya para pecinta music maka bangunan yang terlihat harus merepresentasikan sebuah tempat multifungsi bagi semua pertunjukkan musik. Selain itu terdapat konsep iconic building yang terwujud dalam bangunan satu masa dengan bentuk yang jelas/bold. Preseden seperti ini didapat dari gedung Esplanade- Singapura yang menampilkan sosok durian dengan menggunakan cladding kaca. Gambar 49 Esplanade,Singapura (sumber : Internet) Bentuk bangunan Jakarta Music Arena memiliki bentuk massa tunggal yang organik dan non-formal. Hal tersebut dimaksudkan agar dapat 56
memberikan suasana berbeda pada kawasan yang sebelumnya sudah dipenuhi oleh gedung-gedung perkantoran yang memiliki bentuk kaku terkesan terlalu formal. Bentuk bangunan yang cukup besar maka perlu diseimbangkan dengan penggunaan material yang akan memberikan kesan ringan dan transparan, seperti menggunakan konstriksi baja dan alumunium sebagai penutup bangunan serta menggunakan kaca sebagai material utama bangunan ini. Lebih spesifiknya, sebagai kulit pembungkusnya menggunakan material alumunium komposit. Fasade bangunan didominasi oleh tembok plester dan kaca. Penggunaan alumunium komposit terdapat pada seluruh selubung bangunan, namun pada lantai dasar, penggunaan material yang paling dominan adalah material kaca, sehingga membuat seakan-akan bangunan terlihat melayang tanpa ada struktur yang kokoh untuk menahannya. 5.3 Hasil Rancangan pada Struktur Struktur yang digunakan pada bangunan adalah struktur bentang lebar dengan menggunakan sistem portal. Kolom terbuat dari beton dengan ukuran 90x90cm untuk bangunan auditoriumnya sedangkan pada bagian yang lain menggunakan kolom beton yang berukuran 65x65cm. Rangka atap yang digunakan terbuat dari baja dengan kuda-kuda truss seperti yang digunakan pada bangunan yang memiliki bentang yang cukup lebar. Hal ini dilakukan agar ketinggian ruang yang dicapai tidak terlalu tinggi serta memaksimalkan keefisienan struktur sederhana. 57
5.4 Hasil Rancangan pada Utilitas Skema Pengkondisian udara dengan ac central Skema Sistem ME 58
Untuk penyelesaian masalah akustik pada bangunan ini hanya dikhusukan untuk menyelesaikan masalah akustik terhadap penggunaan sistem penguat suara secara elektronik, sehingga tidak perlu terlalu jauh memikirkan dan menghitung terlalu detail terhadap suara yang dihasilkan. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk pemiihan material pada interior auditorium agar dapat meredam suara yang terlalu besar yang ditimbulkan oelh sistem penguat suara. Hal yang sebaiknya lebih diperhatikan adalah penggunaan alat-alat elektronik yang biasanya memiliki beban yang cukup besar baik dari biaya, berat, dan perawatan yang cukup merepotkan maka perlu diperhatikan penggunaan struktur dan material yang akan dipakai pada interior bangunan. Dan untuk eksterior bangunan perlu dipikirkan material yang mudah perawatannya pula. 59
5.5 Gambar Prarancangan Setelah melalui proses perancangan, maka dihasilkan gambar-gambar prarancangan seperti terlampir dalam lembar-lembar berikut. Gambar-gambar tersebut disusun menurut urutan : Lembar 1/15 : Site Plan Lembar 2/15 : Ground Plan Lembar 3/15 : Denah Lantai Dasar Lembar 4/15 : Denah Lantai Satu Lembar 5/15 : Denah Lantai Dua Lembar 6/15 : Denah Lantai Tiga Lembar 7/15 : Denah Basement 1 Lembar 8/15 : Denah Basement 2 & 3 Lembar 9/15 : Tampak dan Potongan AA Lembar 10/15 : Tampak dan Potongan BB Lembar 11/15 : Tampak Lembar 12/15 : Potongan Prinsip B dan Detail Lembar 13/15 : Potongan Prinsip A Lembar 14/15 : Detail dan Denah Utilitas Lembar 15/15 : Perspektif Eksterior dan Interior 60
6. KESIMPULAN Jakarta Music Arena dirancang sebagai sarana publik yang mewadahi kegiatan pertemuan, pameran dan event-event khusus lainnya, bangunan yang berkapasitas 1500 orang penonton ini juga menghadirkan fasilitas-fasilitas antara lain sarana konvensi berupa auditorium musik yang dapat dipergunakan bagi berbagai jenis musik seperti musik popular hingga musik klasik namun yang tetap menggunakan sistem penguat suara. Terdapat pula assembly hall, serta sarana penunjang berupa ruang pers, retail, dan restoran. Memiliki lokasi di Jalan Raya Metro Pondok Indah, bangunan tersebut menempel pada bangunan perkantoran yang memiliki tinggi sekitar 24 lantai. Memiliki ruang terbuka hijau yang cukup besar sehingga kualitas ruang kota yang telah diciptakan oleh ketiga bangunan tinggi tersebut tidak berubah. Jakarta Music Arena sendiri memiliki tiga lantai dan tiga basement, dan dengan bentuk bangunan yang cukup menarik tersebut maka diharapkan akan menjadi ikon baru bagi Jakarta dan kawasan Pondok Indah khususnya. Perancangan Jakarta Music Arena ini merupakan perancangan arsitektur di ruang kota. Dan pemilihan lokasi yang berada di daerah yang padat dengan bangunan-bangunan berfungsi komersial dan perkantoran membuat luas lahan yang akan digunakan menjadi pertimbangan khusus. Hal tersebut dikarenakan daerah Pondok Indah memiliki lahan yang bernilai sangat mahal, oleh karena itu, setiap meter dari lahan akan sangat berharga apabila tidak dirancang dengan seoptimal mungkin. Namun juga harus tetap memikirkan ruang publik yang menjadi hak para pengunjung dan pejalan kaki. 61