EVALUASI IMPLEMENTASI KARTU OBSERVASI BAHAYA EVALUATION OF THE IMPLEMENTATION OF OBSERVATION CARD DANGER

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan permasalahan yang dipandang sangat diperhatikan berbagai organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

PENERAPAN PROGRAM BEHAVIOR BASED SAFETY (BBS) DAN KECELAKAAN KERJA DI PT INALUM KUALA TANJUNG TAHUN 2014

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

ABSTRAK PERBANDINGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SMA SWASTA DAN SMA NEGERI DI PONTIANAK TAHUN 2014

Perbedaan Tingkat Stres Kerja Operator SPBU ditinjau dari Shift Kerja ((Studi Di SPBU Kabupaten Ciamis Tahun 2014)

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DENGAN KEJADIAN KECELAKAAN KERJA PADA PEKERJA DI PT ANEKA ADHILOGAM KARYA CEPER KLATEN

PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PEMBIMBING AKADEMIK (PA) DENGAN SIKAP UNTUK BERKONSULTASI DI PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN STIKES AISYIYAH YOGYAKARTA

PERSEPSI ANAK SEKOLAH DASAR MENGENAI BAHAYA ROKOK (STUDI PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI PERKOTAAN DAN PEDESAAN DI KOTA DEMAK)

HUBUNGAN KEPATUHAN INSTRUKSI KERJA DENGAN PERILAKU AMAN PEKERJA BAGIAN PRODUKSI DI PT ANEKA ADHILOGAM KARYA, CEPER, KLATEN

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH FAKTOR FAKTOR DETERMINAN UNSAFE ACTION KARYAWAN DI UNIT PAPER MILL 5/6/9 BAGIAN PRODUKSI 5/6 PT. BARUTAMA KUDUS 2015

BAB I PENDAHULUAN. dalam sistem perdagangan dunia di samping isu lingkungan, produk bersih, HAM, pekerja anak, dan pengupahan (Ramli, 2010).

PENGARUH POTENSI BAHAYA TERHADAP RISIKO KECELAKAAN KERJA DI UNIT PRODUKSI INDUSTRI MIGAS PT. X ACEH TESIS. Oleh ADE IRMA SURYANI /IKM

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI USIA DINI TERHADAP KESIAPAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS V SD MUHAMMADIYAH KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2012

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN FAKTOR PENGETAHUAN KARYAWAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR)

BAB 6 HASIL PENELITIAN

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU SMA KALAM KUDUS MEDAN. Charles Fransiscus Ambarita Surel :

BAB I PENDAHULUAN. kesusilaan dan perlakuan yang sesuai harkat dan martabat manusia serta nilainilai

BAB 1 : PENDAHULUAN. ditandai dengan semakin berkembangnya prindustrian dengan mendayagunakan

PERBANDINGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SMA SWASTA DAN SMA NEGERI DI PONTIANAK TAHUN 2014

HUBUNGAN KEPATUHAN INSTRUKSI KERJA DENGAN KEJADIAN KECELAKAAN KERJA PADA BAGIAN PRODUKSI DI PT. ANEKA ADHILOGAM KARYA CEPER KLATEN

ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI GANGGUAN MENSTRUASI PADA SISWI KELAS 2 SMA X KOTA BANDUNG TAHUN 2015

PENGARUH PENYULUHAN PERAWAT TERHADAP PERILAKU PENGGUNAAN MASKER PADA KARYAWAN DI PT. INDONESIA TRI SEMBILAN

Latar Belakang Keselamatan dalam bekerja merupakan suatu hal yang selalu diinginkan oleh para pekerja dalam melakukan pekerjaannya. Rasa aman dalam li

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah jenis korelasi atau explanatory yaitu mengkaji

UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim Pengembangan Jurnal Universitas Airlangga Kampus C Mulyorejo Surabaya

Jumlah total skor jawaban tertinggi dari kuesioner.

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI ORANG TUA DALAM MEMANFAATKAN ALAT-ALAT PERMAINAN EDUKATIF DI RUANG ANAK RS. BAPTIS KEDIRI ABSTRACT

PERILAKU TIDAK AMAN (UNSAFE BEHAVIOUR) PADA PEKERJA DI UNIT MATERIAL PT. SANGO CERAMICS INDONESIA SEMARANG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TKBM DI PELABUHAN PEKANBARU TAHUN 2015

BAB IV. Pendidikan SMP SMA DIII S1 S2 Jumlah 2.9% 100% S2 3% SMP 29% DIII 15%

PENGARUH PENERAPAN PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI PT. DJITOE INDONESIAN TOBACCO SURAKARTA

*Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor yang..., Yuda Rizky, FKM UI, Universitas Indonesia

HUBUNGAN PERSEPSI K3 KARYAWAN DENGAN PERILAKU TIDAK AMAN DI BAGIAN PRODUKSI UNIT IV PT. SEMEN TONASA

Bagian Ilmu Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi

IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN METODE HIRADC PADA PERUSAHAAN PENGOLAHAN KAYU

HUBUNGAN ANTARA UMUR DAN BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA MONTIR PERBENGKELAN DI DESA KIAWA KECAMATAN KAWANGKOAN UTARA KABUPATEN MINAHASA

BAB III METODE PENELITIAN

UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT JURUSAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

ANALISIS PERILAKU AMAN PADA PEKERJA KONSTRUKSI DENGAN PENDEKATAN BEHAVIOR-BASED SAFETY (STUDI DI WORKSHOP PT. X JAWA BARAT)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI DEPARTEMEN PRODUKSI PT. X

HUBUNGAN SUPERVISI DENGAN PENDOKUMENTASIAN BERBASIS KOMPUTER YANG DIPERSEPSIKAN PERAWAT PELAKSANA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD BANYUMAS JAWA TENGAH

HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DAN LAMA PAPARAN LAYAR MONITOR KOMPUTER DENGAN KELELAHAN MATA PADA KARYAWAN BAA BAU DAN IT UMS

BAB III METODA PENELITIAN. A. Jenis/ Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan. wawancara menggunakan kuesioner dengan pendekatan cross sectional.

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

LAPORAN TUGAS AKHIR. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya. Restu Fahmia R

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan disebabkan oleh perbuatan yang tidak selamat (unsafe act), dan hanya

ABSTRACT. Keywords : Occupational Safety and Health (K3), individual characteristics, knowledge attitudes, behaviors

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN PERTUMBUHAN BALITA DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN

Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat JURNAL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

PENILAIAN SAFETY CLIMATE PEKERJA TERHADAP STATUS KARYAWAN DAN TINGKAT PENDIDIKAN. (Studi Kasus pada Pekerja Workshop Di PT PAL Indonesia)

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU KARYAWAN LAPANGAN PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PLN) BANDUNG TERHADAP KESELAMATAN DAN KECELAKAAN KERJA 2010

PERSEPSI PERAWAT TENTANG PENDELEGASIAN TUGAS KEPALA RUANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEPUASAN KERJA PERAWAT

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA PEKERJA DI UNIT KERJA PRODUKSI PENGECORAN LOGAM

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam UU RI Nomor 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja dituliskan

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN:

Evaluasi Penerapan Prosedur Operasional Sistem Mananejem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di PT. PETROKIMIA GRESIK

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN. Hal ini dimungkinkan karena di PT. Pertamina (Persero) RU V selalu

RELATION BETWEEN KNOWLEDGE AND ADOLESCENT POSITION ABOUT HIV-AIDS WITH BEHAVIOR OF SEX BEFORE MARRIEDINDIUM SMA PGRI 1 SEMARANG ABSTRAK

DINASTI TUNGGAL DEWI J

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN KERJA PADA KARYAWAN PT KUNANGGO JANTAN KOTA PADANG TAHUN 2016

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA KADER POSYANDU FACTORS RELATED TO THE PERFORMANCE CADRE IN POSYANDU

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PEMBENTUK BUDAYA KESELAMATAN KERJA DENGAN SAFETY BEHAVIOR DI PT DOK DAN PERKAPALAN SURABAYA UNIT HULL CONSTRUCTION

SKRIPSI HUBUNGAN PENERAPAN KOMUNIKASI EFEKTIF PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN DI RSUD DR. ADNAAN WD PAYAKUMBUH TAHUN 2016

Hubungan Pengetahuan Pasien dan Praktik Petugas Pasien BPJS Dengan Waktu Pelayanan Rawat Jalan Diloket Di RSUD Dr. Adhyatma, MPH Semarang Tahun 2016

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU KADER POSYANDU DALAM PELAYANAN MINIMAL PENIMBANGAN BALITA

PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG KB PRIA DI KABUPATEN DEMAK (Studi Pada Masyarakat Pesisir Dan Masyarakat Kota di Kabupaten Demak)

Wijayanti, et al, Substandard Actions Pada Pekerja Proyek Konstruksi Jember Icon, Kabupaten..

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT DI RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO

Program Studi Diploma IV Bidan Pendidik Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Yogyakarta

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan nasional, titik berat pembangunan nasional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Implementasi Kartu observasi bahaya atau HOC (Hazard Observation Card) Implementasi merupakan aspek yang sangat penting

Fakultas Kesehatan Masyarakat*, Universitas Sam Ratulangi*

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan yaitu cross sectional, yaitu mempelajari dinamika

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : NUR AINI NIM :

KETERLAKSANAAN USAHA KESEHATAN SEKOLAH (UKS) DI SMP MUHAMMADIYAH 8 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013, Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013 Online di

TESIS. Untuk memenuhi persyaratan Mencapai derajat Sarjana S2. Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsentrasi Administrasi Rumah Sakit

HUBUNGAN KEPATUHAN INSTRUKSI KERJA DENGAN PERILAKU AMAN PEKERJA BAGIAN PRODUKSI DI PT ANEKA ADHILOGAM KARYA, CEPER, KLATEN

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... LEMBAR PENGESAHAN... PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN...

ABSTRAK PERBEDAAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU SISWA-SISWI SMA NEGERI X DENGAN SMA SWASTA X KOTA BANDUNG TERHADAP INFFEKSI MENULAR SEKSUAL

Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Karyawan Dengan Penerapan Manajemen Budaya Keselamatan Dan

AISYAH: JURNAL ILMU KESEHATAN 2 (2) 2017, Available online at

BAB III METODE PENELITIAN. experimental) dengan pendekatan control group pretest postest design untuk

ANALISIS PENGARUH ACTIVATOR DAN CONSEQUENCE TERHADAP SAFE BEHAVIOR PADA TENAGA KERJA DI PT. PUPUK KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2013

HUBUNGAN KOMPENSASI DAN DISIPLIN KERJA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA TENAGA KEPERAWATAN DI RSJ. PROF. DR. V. L. RATUMBUYSANG MANADO

BAB V PEMBAHASAN. Dengan mendefinisikan target-target BBS, berarti perusahaan telah

BAB 5 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

SKRIPSI HUBUNGAN TEMPERATUR DAN KEBISINGAN DENGAN KELELAHAN SUBJEKTIF INDIVIDU DI PT X JAKARTA

HUBUNGAN ANTARA SHIFT

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

GAMBARAN PENGETAHUAN BAHAYA MEROKOK TERHADAP KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA MASYARAKAT DI DUSUN NGEBEL, KASIHAN BANTUL

Transkripsi:

J. Kesehat. Masy. Indones. 10(2): 2015 ISSN 1693-3443 EVALUASI IMPLEMENTASI KARTU OBSERVASI BAHAYA Suryatno Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Semarang ABSTRAK Latar belakang : Hazard Observation Card( HOC)merupakan alat bantu dalam proses inspeksi terhadap potensi bahaya bagi setiap karyawan. Penyebab kecelakaan kerja 88% dikarenakan adanya unsafebehavior, sebanyak 10% dikarenakan unsafe condition dan 2% tidak diketahui. Program implementasi HOC merupakan bentuk perilaku budaya K3 dalam pencegahan maupun pengendalian terhadap risiko kecelakaan kerja. Tujuan: mengevaluasi di perusahaan MontD Or Oil Tungkat Ltd. Metode :penelitiankuantitatif ini menerapkan metode survey dan desain cross sectional. Variabel bebas adalah pendidikan, masa kerja dan jabatan. Variabel terikat adalah kualitas. Sampel penelitian adalah karyawan staff dan non staff MontD Or Oil Tungkal Ltd sebanyak 67 responden. Analisis menggunakan uji Kruskal Wallisdan mann-whiteney test.hasil :pendidikan responden terbanyak adalah SMA (52,2%), Responden dengan masa kerja terbanyak 5 tahun (64.2%), Sebagian besar responden dengan jabatan non staff (70.1%). Uji hubungan pendidikan dengan kualitas implementasi kartu observasi bahaya p-value 0,009. Uji hubungan masa kerja dengan kualitas implementasi kartu observasi bahaya p-value 0,507 dan uji hubungan jabatan dengan kualitas implementasi kartu observasi bahayap value 0,001. Kesimpulan : bahaya berhubungan dengan pendidikan dan jabatan. Kata kunci : Hazard Observation Card (HOC), Pendidikan, Masa Kerja dan Jabatan EVALUATION OF THE IMPLEMENTATION OF OBSERVATION CARD DANGER ABSTRACT Hazard Observation Cardis tool to assist of inspection process of potensial hazard to employee. Causes of accidents are 88% due to unsafe behavior, 10% due to unsafe condition and 2% unknown cause. Implementation hazard observation card program is behavior shape of safety culture to effort prevention and controlling accident risk.porpose :to evaluate implementation quality of hazard observation cardat MontD Or Oil Tungkal Ltd. Method :this quantitative of research is apply with survey method and cross-sectional design. Independent variable are education, work period and position. The dependent variable is implementation quality of hazard observation card. Sample research are staff and non-staff employees of MontD'Or Oil Tungkal Ltd with 67 respondents. Analysis data using Kruskal- Wallis and Mann whiteney test.result : The most study of respondents are Senior High School (52.2%), the most work period of respondents are 5 years (64,2%), the most position of respondents are non staff (70.1%). Relationship test between education and implementation quality of hazard observation card obtained p-value 0.008, relationship testbetween work period and implementation quality of hazard observation card p-value0.507 and relationship test between position and implementation quality of hazard observation card p-value 0,001. Conclusion : implementation quality of hazard observation cardrelated with study and position. Key Words :Hazard Observation Card (HOC), Education, Work Period and Position 54

ISSN 1693-3443 J. Kesehat. Masy. Indones. 10(2): 2015 PENDAHULUAN Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan upaya penting yang ada dalam proses operasional dalam perusahaan, khususnya pada masyarakat yang beralih dari kebiasaan lama kepada kebiasaan yang baru, perubahan ini dapat menimbulkan berbagai masalah yang bila tidak ditanggulangi dapat menimbulkan akibat yang lebih besar. 1 Kejadian hampir celaka atau near miss disebabkan oleh faktor tindakan tidak aman (unsafe act) atau perilaku tidak aman (unsafe behavior) yang dapat meningkatkan kecelakaan kerja menjadi lebih serius. Penelitian yang dilakukan oleh National Safety Council (NSC) menyatakan bahwa 88% penyebab kecelakaan kerja dikarenakan adanya unsafe behavior, sebanyak 10% dikarenakan unsafe condition dan 2% tidak diketahui. 2 Mencegah kecelakaan kerja dapat dilakukan dengan fokus mengurangi unsafe behavior. Identifikasi unsafe act atau unsafe behavior dapat dilakukandengan berbagai cara. Salah satunya dengan melakukan pendekatan perilaku yaitu Behavior Based Safety (BBS). Behavior Based Safety (BBS) adalah sebuah prosesyang menciptakan kemitraan keamanan antara manajemen dan tenaga kerja dengan fokus yang berkelanjutan terhadap perhatian dan tindakan setiap orang serta perilaku selamat, sehingga pelaksanaan BBS di perusahaan dapat dijadikan salah satu solusi untuk mencegah dan mengurangi kejadian kecelakaan kerja termasuk di industri Oil and Gas. 3 Dalam proses pembentukan dan perubahan perilaku manusia terdapat faktor-faktor yang berpengaruh, di antaranya faktor umur, lama kerja, pendidikan, jabatan, sikap, reward and punishment, pengawasan, safety promotions, standard operating procedure (SOP), pelatihan K3. 4 METODE Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah kuantitatif bersifat explanatory dengan metode pengambilan data adalah metode survey yang pendekatan digunakan desain penelitian cross sectional. Pendekatan cross sectional merupakan pendekatan dimana variabel diukur secara bersamaan untuk mengambarkan kondisi pada saat tertentu itu saja.analisis univariat digunakan untuk melihat deskripsi masing-masing variabel independen dan dependen yang meliputi nilai distribusi frekuensi, mean, median, modus dan standart deviasi. Analisis bivariat Untuk menganalisis hubungan pendidikan dan jabatan yang dihubungkan dengan bahaya dengan menggunakan Kruskal Wallis dengan tingkat kepercayaan sebesar 5%. Untuk menganalisis hubungan masa kerja dengan kualitas dengan menggunakan uji mannwhiteney test dengan tingkat kepercayaan sebesar 5%. Untuk menganalisis perbedaan pada setiap jenjang pendidikan yang dihubungkan dengan kualitas kartu observasi bahaya denganmenggunakan uji mannwhiteney test dengan tingkat kepercayaan sebesar 5%. 55

J. Kesehat. Masy. Indones. 10(2): 2015 ISSN 1693-3443 HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Analisis Univariat a. Pendididkan Mayoritas responden berpendidikan SMA sebanyak 35 orang(52,2%). Distribusi pendidikan responden dapat dilihat pada Grafik 1. Grafik 1Distribusi Pendidikan Responden b. Masa Kerja Sebagian besar responden memiliki masa kerja 5 tahun sebanyak43 orang (64,2%). Masa kerja responden tertinggi 9 tahun, terendah 1 tahun dengan rerata sebesar 5,94 tahun dengan simpangan baku sebesar 2,59 tahun. Distribusi masa kerja responden dapat dilihat pada Grafik2. Grafik 2Distribusi Masa Kerja Responden 56

ISSN 1693-3443 J. Kesehat. Masy. Indones. 10(2): 2015 c. Jabatan Dari jumlah respoden yang diteliti sebanyak 67 orang, didapatkan hasil bahwa responden yang memiliki jabatan sebagai Staff sebanyak 20 orang (29,9%) dan responden yang memiliki jabatan Non Staff sebanyak 47 orang (70,1%). Grafik 3. Distribusi Jabatan Responden d. Kualitas Implementasi Kartu Observasi Bahaya (HOC) Mayoritas responden memiliki kualitas dengan kategori sangat baik sebanyak 40 orang (59,7%). Dengan skor tertingi sebesar 100, terendah sebesar 35 dengan rerata sebesar 88,6 dan simpangan baku sebesar 16,08. Grafik 4.Distribusi Kualitas Implementasi kartu observasi bahaya 57

J. Kesehat. Masy. Indones. 10(2): 2015 ISSN 1693-3443 2. Analisis Bivariat Analisis bivariat digunakan untuk menghubungkan antara variabel bebas yaitu pendidikan, masa kerja dan jabatan dengan variabel terikat yaitu bahaya. a. Distribusi silang antara pendidikan dengan kualitas implementasi kartu observasi bahaya. Mayoritas responden yang mendapatkan nilai skor implementasi kartu observasi bahaya sangat baik sebanyak 18 orang (51,4%) berasal dari jenjang pendidikan SMA. Distribusi silang antara pendidikan dengankualitas implementasi kartu observasi bahaya dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Distribusi silang antara pendidikan dengan bahaya Pendidika n Kurang Cukup Baik Sangat baik SD 1 (20 %) 1 (20%) 2 (40%) 1 (20%) SMP 2 (22,2%) 1 (11,1%) 1 (11,1%) 5 (55,6%) SMA 2 (5,7%) 3 (8,6%) 12 (34,3%) 18 (51,4%) PT 0 (0%) 0 (0%) 2 (11,1%) 16 (88,9%) b. Distribusi silang antara masa kerja dengan kualitas kartu observasi bahaya Mayoritas responden yang memiliki masa kerja lebih dari 5 tahun bahaya sangat baik yaitu sebanyak 24 orang (55,8%). Distribusi silang antara masa kerja dengan kualitas dapat dilihat pada tabel 2. Tabl 2. Distribusi silang antara masa kerja dengan kualitas Masa kerja Kurang Cukup Baik Sangat baik 5 tahun 1(4,2%) 3(12,5%) 4(16,7%) 16(66,7%) 5 tahun 4(9,3%) 2(4,7%) 13(30,2%) 24(55,8% 58

ISSN 1693-3443 J. Kesehat. Masy. Indones. 10(2): 2015 c. Distribusi silang antara jabatan dengan kualitas implementasi kartu observasi bahaya Mayoritas responden dengan jabatan non staff memiliki kualitas sangat baik sebanyak 22 orang(46,8%). Mayoritas responden dengan jabatan staff memiliki kualitasimplementasi kartu observasi bahaya sangat baik sebanyak 18 orang. Tabel 3. Distribusi silang antara masa kerjadengan kualitas implementasi kartuobservasi bahaya Jabatan Kurang Cukup Baik Sangat baik on staff 5(10,6%) 5(10,6% 15(31,9%) 22(46,8%) Staff 0(0%) 0(0%) 2(10,0%) 18(90,0%) d. Hubungan antara pendidikan, jabatan dan masa kerja dan jabatan dengan kualitas implementasi kartu observasi bahaya. Hubungan antara pendidikan dan jabatan dengan kualitas implementasi kartu observasi bahaya.di uji dengan Kruskall wallis. Hubungan antara masa kerja dengan bahaya di uji dengan Mann Whitney test. Hubungan setiap variabel dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Hubungan antara pendidikan, masa kerja dan jabatan dengan kualitas Variabel p-value Keterangan 1.Pendidikan 0,009 Ada hubungan 2.Masa kerja 0,507 Tidak ada hubungan 3.Jabatan 0,001 Ada hubungan Berdasarkan tabel 4.menunjukkan bahwa ada hubungan antara pendidikan dengan kualitas implementasi kartu observasi bahaya dengan p-value sebesar 0,009. Tidak ada hubungan antara masa kerja dengankualitas implementasi kartu observasi bahaya dengan p-value sebesar 0,504. Ada hubungan antara jabatan dengan kualitas implementasi kartu observasi bahaya dengan p-value 0,001. e. Perbedaan setiap jenjang pendidikan dengan kualitas implementasi kartu observasi bahaya. Perbedaan setiap jenjang pendidikan dengan kualitas implementasi kartu observasi bahaya di uji dengan mann withney test. Hasil uji dapat dilihat pada tabel 5. 59

J. Kesehat. Masy. Indones. 10(2): 2015 ISSN 1693-3443 Tabel 5. Perbedaan setiap jenjang pendidikan dengan kualitas Jenjang pendidikan p-value Keterangan 1.SD dengan SMP 0,440 Tidak ada perbedaan 2.SD dengan SMA 0,120 Tidak ada perbedaan 3.SD dengan PT 0,001 Ada perbedaan 4.SMP dengan SMA 0,725 Tidak ada perbedaan 5.SMP dengan PT 0,034 Ada perbedaan 6.SMA dengan PT 0,006 Ada perbedaan Berdasarkan hasil uji beda antara jenjang pendidikan SD, SMP dan SMA menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dengan bahaya. Sedangkan hasil uji beda antara jenjang SD, SMP, SMA dengan PT menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan dengan kualitas. Hal ini menunjukkan bahwa antara jenjang pendidikan SD, SMP dan SMA mempunyai kualitas yang sama. Sedangkan jenjang pendidikan perguruan tinggi memiliki beda kualitas implementasi kartu observasi dibandingkan dengan jenjang pendidikan SD, SMP dan SMA. PEMBAHASAN 1. Hubungan antara tingkat pendidikan dengan kualitas impelementasi kartu observasi bahaya. Uji hubungan dengan Kruskal Wallis Test didapatkan nilai p-value 60 sebesar 0,009 (<0.005) sehingga disimpulkan ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan kualitas. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi pengetahuan yang dimiliki dan kemampuan untuk memahami segala sesuatu yang terjadi di sekitar akan semakin baik, termasuk dalam mengamati potensi bahaya yang terjadi di sekitarnya. Penelitian ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan yang dijalani seseorang diharapkan semakin banyak pengetahuan mengenai berbagai macam faham ilmu 5 dan sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Siagian Permana bahwa tingkat pendidikanseseorang berpengaruh terhadap perilaku keselamatan dan kesehatan kerja seseorang. 6 2. Perbedaan setiap jenjang pendidikan dengan implementasi kartu observasi bahaya Dilihat secara umum perbedaan implementasi kualitas kartu observasi bahaya antara jenjang pendidikan SD,

ISSN 1693-3443 J. Kesehat. Masy. Indones. 10(2): 2015 SMP, SMA tidak berbeda. Perbedaan hanya terjadi pada jenjang pendidikan PT. Dari hasil uji beda ini, menggambarkan bahwa jenjang pendidikan SD, SMP dan SMA mempunyai pemahaman tidak jauh berbeda tentang implementasi kartu observasi bahaya, sedangkan jenjang pendidikan PT menunjukkan hasil yang berbeda. Hal ini bisa disebabkan karena jenjang pendidikan SD, SMP dan SMA cenderung hanya bisa mendiskripsikan kejadian, sedangkan jenjang pendidikan PT mempunyai kemampuan untuk mendeskripsikan dan menganaslisa kejadian serta kemampuan bahasa yang lebih baik. Hasil uji ini tidak sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan yang dijalani seseorang diharapkan semakin banyak pengetahuan mengenai berbagai macam faham ilmu. 5 3. Hubungan antara masa kerja dengan kualitas implementasi kartu observasi bahaya Dari hasil uji Mann-Whitney Test diperoleh nilai p-value sebesar 0,507 (<0.05) sehingga disimpulkan tidak ada hubungan antara masa kerja dengan kualitas implementasi kartu observasi bahaya. Hal ini dimungkinkan masa kerja hanya di hitung selama pekerja bekerja di perusahaan yang menjadi lokasi penelitian ini, tidak memperhitungkan masa kerja di perusahaan sebelumnya. Dengan demikian bila pekerja telah mempunyai pengalaman di perusahaan sebelumnya, dapat memberi nilai lebih pada kualitas implementasi kartu observasi bahaya. Seseorang dengan masa kerja yang sebentar tetapi mempunyai pengetahuan yang baik dan cepat memahami segala sesuatu yang terjadi disekitar maka akan berpengaruh terhadap bagaimana seseorang melakukan pengamatanbahaya, memberi saran dan mengambil tindakan yang tepat serta dapat mengungkapkan ke dalam kartu observasi bahaya dengan baik.kenyataan di atas bertentangan dengan semakin lama masa kerja seseorang akan berpengaruh terhadap kinerja seseorang. Pengalaman yang diterima seseorang akan menjadi sebuah persepsi sehingga akan menentukan apakah pengaruh yang diterima secara positif maupun negatif. 7 4. Hubungan antara jabatan dengan kualitas implementasi kartu observasi bahaya Dari hasil uji Kruskal Wallis Test diperoleh p-value sebesar 0,001 (<0.05) sehingga disimpulkan bahwa ada hubungan antara jabatan dengan bahaya. Dengan semakin tingginya jabatan seseorang akan punya rasa tanggung jawab untuk membuat program kerja dari perusahaan berhasil. Rasa kepemimpinan tersebut akan mendorong dirinya untuk bisa menjadi lebih baik dari yang lain. Semakin ingin menambah pengetahuan dan pemahaman terhadap segala sesuatu. Dengan bertambahnya pengetahuan yang dimiliki akan berpengaruh terhadap kualitas pengamatan bahaya yang dilakukan dan cara mendeskripsikan ke dalam kartu observasi bahaya.hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa semakin tinggi jabatan seseorang maka tanggung jawab seseorang akan semakin besar dan akan berdampak terhadap adanya pemikiran dan tanggung jawab yang lebih besar pula. 8. 61

J. Kesehat. Masy. Indones. 10(2): 2015 ISSN 1693-3443 KESIMPULAN Umur responden terendah adalah 20 tahun, tertinggi 57 tahun dan rerata adalah 40,5 tahun. Responden yang berpendidikan SD sebanyak 5 orang (7,5%), responden yang berpendidikan SMP sebanyak 9 orang (13,4%), responden yang berpendidikan SMA sebanyak 35 orang (52,2%) dan responden yang berpendidikan Perguruan Tinggi (PT) sebanyak 18 orang (26,9%). Responden yang memiliki masa kerja <5 tahun sebanyak 24 orang (35,8%) dan responden yang memiliki masa kerja 5 tahun sebanyak 43 orang (64,2%).Responden yang memiliki jabatan sebagai Staff sebanyak 20 orang (29,9%) dan responden yang memiliki jabatan Non Staff sebanyak 47 orang (70,1%). Responden yang memiliki skor kurang sebanyak 5 orang (7,5%), cukup sebanyak 5 orang (7,5%), baik sebanyak 17 orang (25,4%) dan sangat baik sebanyak 40 orang (59,7%).Untuk setiap jenjang pendidikan SD dan SMP menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata (p-value 0,440). Untuk setiap jenjang pendidikan SD dan SMA menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata (p-value 0,120). Untuk setiap jenjang pendidikan SD dan PT menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata (p-value 0,001). Untuk setiap jenjang pendidikan SMP dan SMA menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata (p-value 0,725). Untuk setiap jenjang pendidikan SMP dan PT menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata (pvalue 0,034). Untuk setiap jenjang pendidikan SMA dan PT menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata (pvalue 0,006). Ada hubungan antara 62 pendidikan dengan kualitas (p-value 0,009). Tidak ada hubungan antara masa kerja dengan kualitas (p-value 0,507). Ada hubungan antara jabatan dengan kualitas implementasi kartu observasi bahaya (p value 0,001). DAFTAR PUSTAKA 1. Bernet, NB Silalahi. Rumoudang B Silalahi. Manajemen Keselamatan dankesehatan kerja. Jakarta. PT Pustaka Binaman Pressindo. 1995 2. National Safety Council. T.C. Gilchrest. Manajemen Stres Alih Bahasa Widyastutik. Jakarta: EGC.2004 3. Cooper, D.Behavior Safety a Framework for success. Indiana : BSMS Inc. 2009 4. Putri Helliyanti, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku TidakAman di Departemen Utility and Operation, PT. Indofood Sukses Makmur,Tbk Divisi Bogasari Flour Mills, 2009 5. Widayatun Rusmi Tri. 1999. Ilmu Perilaku M.A. 104 Buku PeganganMahasiswa AKPER. Jakarta: CV. Sagung Seto, 6. Muhibbinsyah. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung : PT Remaja Rosdakarya,2009

ISSN 1693-3443 J. Kesehat. Masy. Indones. 10(2): 2015 7. Suma mur. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta : CVHaji Masagung, 2009 8. Siangin Sondang P. Manajemen Sumber Daya Manusia edisi pertama. Jakarta. Bumi Aksara. 2011 63