BAB 6 PENUTUP. hingga masa transisi demokrasi. Beberapa ahli, misalnya Samuel Decalo, Eric. politik, yang akarnya adalah kekuatan politik militer.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada dasarnya lahir dalam kancah

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul MILITER

PERAN POLITIK MILITER DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sesuai dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 30 ayat (3) yaitu

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V PENUTUP Kesimpulan

II. KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Cikal bakal lahirnya TNI (Tentara Nasional Indonesia) pada awal

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Orde Baru lahir dari tekad untuk melakukan koreksi total atas kekurangan sistem politik yang

BAB I PENDAHULUAN. pelaku sepenuhnya dari kedaulatan rakyat Indonesia, Presiden sebagai kepala

BAB I PENDAHULUAN. pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyikapi RUU. tentang Keistimewaan Yogyakarta. Kurang lebih

Embrio Sosiologi Militer di Indonesia

PEMBANGUNAN PERDAMAIAN DAN ARAH KEBIJAKAN PROLEGNAS TAHUN Ignatius Mulyono 2

Amanat Presiden RI pada Peringatan HUT TNI Ke-64, Senin, 05 Oktober 2009

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya dan berbatasan langsung dengan beberapa negara lain. Sudah

I. PENDAHULUAN. mejalani kehidupan dengan baik tanpa adanya komunikasi. Menurut Carl I.Hovland,

BAB I PENDAHULUAN. yaitu masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang dalam satu kesatuan yang bulat dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

Bab II Perawatan Kendaraan Tempur di Lingkungan TNI AD

BAB I PENGANTAR. Republik Indonesia. Suasana keterbukaan pasca pemerintahan Orde Baru

REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

PROSES PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN SENJATA API OLEH ANGGOTA TNI di DENPOM IV/ 4 SURAKARTA

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENGANTAR Latar Belakang. demokrasi sangat tergantung pada hidup dan berkembangnya partai politik. Partai politik

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat hakiki dalam menjamin kelangsungan hidup negara tersebut.

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN BELA NEGARA

TEORI-TEORI POLITIK. P. Anthonius Sitepu. Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2012

BAB II PERKEMBANGAN DEMOKRASI DI INDONESIA YANG DITUANGKAN DALAM UNJUK RASA (DEMONSTRASI) SEBAGAI HAK DALAM MENGEMUKAKAN PENDAPAT

PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG

BAB 4 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME

FISIP IP UNJANI CIMAHI 2017 MILITER DAN POLITIK DOSEN : DR. AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI

BAB V. Kesimpulan. Perubahan sosial di Yogyakarta dipengaruhi oleh perubahan-perubahan pola

BAB I PENDAHULUAN. Partai politik merupakan organisasi politik yang dapat berperan sebagai

BAB I PENGANTAR. samapta dalam rangka proses regenerasi kepemimpinan di tubuh TNI AD.

BAB 5 KESIMPULAN. kebutuhan untuk menghasilkan rekomendasi yang lebih spesifik bagi para aktor

BAB I PENGANTAR. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 30 berbunyi

SEJARAH DAN PENGARUH MILITER DALAM KEPEMIMPINAN DI INDONESIA

(Tempo.co, 4 Juni 2012) mengatakan perusahaan perusahaan milik negara (BUMN) menjadi berantakan setelah dicampuri orang orang dari partai politik.

BAB 1 PENDAHULUAN. Dari sekitar 50 negara yang lahir pasca Perang Dunia II ( ), hanya

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA

2015 KAJIAN PEMIKIRAN IR. SUKARNO TENTANG SOSIO-NASIONALISME & SOSIO-DEMOKRASI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. bahwa sudah dari awal kemerdekaan, keberadaan militer di indonesia sebagai

Sambutan Presiden RI Pd Pertemuan dg Veteran dan Pejuang Perang..., tgl 23 Mar 2014, di Bali Minggu, 23 Maret 2014

POLITICS AND GOVERNANCE IN INDONESIA:

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Oleh DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd Materi Ke-2 Dinamika Penerapan Demokrasi

BAB I PENDAHULUAN. Alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik

MI STRATEGI

KEBIJAKAN PENGINTEGRASIAN KOMPONEN PERTAHANAN NEGARA

KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. penjajahan mencapai puncaknya dengan di Proklamasikan Kemerdekaan. kita mampu untuk mengatur diri sendiri. 1

LAPORAN KOMISI I DPR RI TENTANG PEMBERIAN PERSETUJUAN PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PANGLIMA TNI DALAM RAPAT PARIPURNA DPR RI TANGGAL 7 FEBRUARI 2006

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global.

Sejak Edisi Pertama diterbitkan pada tahun 2008 sudah banyak perubahan yang terjadi baik

Kementerian Dalam Negeri 2017

Bab Satu Pendahuluan. Ciptaan: NN.

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum di Indonesia sebagai salah satu upaya mewujudkan negara

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD

BAB I PENGANTAR. strategis guna menghadapi tantangan tugas ke depan. Sistem pertahanan negara

RELEVANSI TEORI MARHAENISME DALAM MENJAWAB TANTANGAN ZAMAN DI ERA KAPITALISME GLOBAL SKRIPSI ANWAR ILMAR

I. PENDAHULUAN. dilakukan dengan keikutsertaan partai politik dalam pemilihan umum yang

TUGAS MANDIRI IMPLEMENTASI PANCASILA DI ERA SETELAH REFORMASI

KONSEPSI DAN IMPLEMENTASI SISHANKAMRATA SEBAGAI SISTEM PERTAHANAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN SKRIPSI.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 6 PENUTUP 6.1. Temuan Penelitian

BAB 1 PENINGKATAN RASA SALING PERCAYA DAN HARMONISASI ANTARKELOMPOK MASYARAKAT

Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

I.PENDAHULUAN. telah disaksikan tata pola penguasa negara. Jika dilihat kembali awal berdirinya Orde

BAB IV PEMODELAN DAN REKOMENDASI PENYELESAIAN KONFLIK PAPUA. 4.1 Pemodelan Konflik Papua (Matrik Payoff Konflik)

BAB 4 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME

RUANG LINGKUP PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (PPKN)

BAB I PENDAHULUAN. pesan secara massal, dengan menggunakan alat media massa. Media. massa, menurut De Vito (Nurudin, 2006) merupakan komunikasi yang

Nugroho Notosusasnto, Norma-Norma dalam Penulisan Sejarah, Jakarta: Departemen Pertahanan dan Keamanan, 1971, hlm. 17.

KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) TAHUN PELAJARAN 2016/2017. Nomor Soal. Kelas VII Norma 1. Konstitusi dan Proklamasi. Hak Asasi Manusia 6

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilu 1955 merupakan pemilihan umum pertama dengan sistem multi partai yang dilakukan secara terbuka,

KEDUDUKAN KONSTITUTIONAL KEPOLISIAN DALAM TATA-PEMERINTAHAN NEGARA. Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH.

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL

72. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B)

MAKALAH KEKUASAAN KEHAKIMAN & PEMBERANTASAN KORUPSI

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL

- 2 - Nasional Indonesia, dan Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia;

HAK MANTAN NARAPIDANA SEBAGAI PEJABAT PUBLIK DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA

Bab I MENEMUKENALI POLA PELIBATAN TNI AD DALAM POLITIK. penelitian, Indonesia sebagai negara yang lahir pasca kolonial memiliki tentara

74. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E)

POLICY BRIEF ANALISIS EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PENGUATAN SISTEM PERTAHANAN NEGARA

KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN PPKn

OEPARTEMEN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA BUKU PUTIH PERTAHANAN INDONESIA

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 7 TAHUN 2012

C. Mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB I PENDAHULUAN. keadilan sosial. Didalamnya sekaligus terkandung makna tugas-pekerjaan yang harus

MATERI UUD NRI TAHUN 1945

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa

POLITIK HUKUM KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA AGUSMIDAH

Transkripsi:

BAB 6 PENUTUP 6.1 Kesimpulan Militer Indonesia merupakan kasus yang menarik bagi studi mengenai Militer dan Politik. Selain keterlibatan dalam sejarah kemerdekaan, selama tiga dekade militer Indonesia juga menjadi kekuatan politik utama dibawah rezim Orde Baru. Studi-studi terdahulu telah melihat militer dalam berbagai masa, dari era penjajahan (cikal bakal), pascakemerdekaan atau Orde Lama, Orde Baru, hingga masa transisi demokrasi. Beberapa ahli, misalnya Samuel Decalo, Eric Nordlinger, Ulf Sundhaussen, Samuel Huntington, Harold Crouch, dan S.B. Yudhoyono, juga turut memberi pandangan perihal keterlibatan militer dalam politik, yang akarnya adalah kekuatan politik militer. Dalam penelitian ini, untuk sampai kepada fokus penelitian, yaitu ketahanan kekuatan politik pasca Orde Baru di Indonesia, saya mengombinasikan bahasanbahasan penelitian terdahulu tersebut untuk menganalisis fenomena yang terjadi pasca Orde Baru. Hal ini juga yang kemudian menjadi perbedaan fundamen antara penelitian ini dengan penelitian terdahulu. Studi ini juga menjadi kajian yang menarik, mengingat pascareformasi kita mulai memasuki era demokrasi. Sementara, militer menjadi pilar dalam rezim otoritarian Orde Baru. Tidak sampai disana, Dwi Fungsi ABRI, hak politik militer, dan fraksi ABRI di parlemen juga dihapus. Namun, pasca Orde Baru militer masih menjadi kekuatan politik, meskipun tidak kekuatan utama seperti halnya ketika Orde Baru dulu. Desain kekuatan politik militer kemudian direlevansikan dengan situasi demokrasi kini.

Saya memulai penelitian dengan pertanyaan mengapa militer masih menjadi kekuatan politik pasca Orde Baru di Indonesia. Mempelajari literatur-literatur tentang sejarah TNI menjadi langkah awal yang saya lakukan. Dilanjutkan dengan wawancara pihak-pihak yang terlibat maupun pihak yang memiliki kepakaran dalam bidang militer dan politik. Setelah itu, saya mengombinasikan dengan fenomena kontemporer serta teori-teori yang relevan. Langkah-langkah inilah yang kemudian melahirkan pandangan baru dalam menjawab pertanyaan penelitian. Terjawabnya pertanyaan penelitian, bersifat serta merta dengan lahirnya cara pandang baru dalam melihat fenomena kekuatan politik militer pasca Orde Baru. Penemuan dari penelitian ini memperlihatkan bahwa beberapa hipotesis yang telah dianjurkan dalam literatur terdahulu, serta pandangan beberapa ahli, tidak relevan lagi dalam melihat fenomena kekuatan politik militer pasca Orde Baru. Ketidakrevelan ini bukan dalam arti temuan penelitian ini mematahkan pendapat ahli ataupun menyalahkannya. Namun, dalam artian temuan penelitian ini menjadi cara pandang baru untuk melihat kekuatan politik pasca Orde Baru, dan mampu menjelaskannya. Pendapat ahli tersebut tidak relevan untuk melihat kekuatan politik militer dimasa ini, karena perubahan dinamika yang signifikan pasca Orde Baru. Artinya, data dan observasi empirik pasca Orde Baru menunjukkan hal yang berbeda. Berdasarkan proposisi yang telah ditetapkan dalam bab I skripsi ini, ada beberapa penemuan kunci: pertama, kekuatan politik militer memiliki dimensi ketahanannya, sehingga menjadi kokoh.

Dalam penelitian ini, terdapat analisis dan pemetaan mengenai bangunan kekuatan politik Militer, yang dipetakan dalam bentuk bangunan Piramida. Kekuatan politik militer bisa diibaratkan dengan konstruksi Piramida Kekuatan Politik Militer. Piramida ini terdiri dari fondasi utama atau pilarnya, kemudian struktur tengah, dan puncaknya ibarat Puncak Gunung Es. Puncak gunung es ini merupakan tampilan yang tampak dalam kekuatan politik militer pasca- Orde Baru. Puncak tersebut hanyalah tampilan dari luar, karena strukturnya masih ada dua lapis dibawahnya. Kedua, kekuatan politik militer pasca Orde Baru tidak lahir dari senjata, keterlibatan politik praktis ataupun cara-cara pretorial. Namun, kekuatan militer dalam politik telah terbangun sejak masa perjuangan, dan membentuk semacam bangunan yang kokoh. Ketiga, dengan andil perjuangan dan kepemilikan cara pandang tersendiri, militer Indonesia kemudian memiliki cara tersendiri dalam melihat dan menjaga stabilitas negara Indonesia. Keempat, militer Indonesia bukan alat negara yang bersifat mati dalam kehidupan bernegara. Meskipun militer merupakan alat pertahanan negara yang berpolitik sesuai dengan keputusan politik negara, namun dengan kekuatan politik tersebut militer tidak menjadi alat mati dalam negara. TNI juga terlibat dalam pembuatan kebijakan pertahanan, dan beberapa MoU dengan institusi sipil lainnya. Dengan temuan-temuan demikian, tidak heran apabila militer tetap menjadi salah satu kekuatan politik di Indonesia pasca Orde Baru. Meskipun penghapusan hak politik, Dwi Fungsi, dan Fraksi ABRI dilaksanakan pasca Orde Baru. Inilah

yang membuat militer Indonesia memiliki ketahanan dalam kekuatan politiknya. Ketahanan kekuatan politik tersebut tidak muncul layaknya seperti ketika posisi militer saat Orde Baru. Lebih lanjut, temuan ini tidak pula bersifat mutlak. Meskipun melahirkan pandangan baru, yang berguna untuk memperkaya khasanah kajian militer dan politik di Indonesia, tidak menutup kemungkinan munculnya penelitian berikutnya yang menjadi antitesis dari temuan ini. Studi ini akan terus berkembang dan menjadi pembahasan yang akan selalu memiliki daya tarik berbeda dari studi-studi lainnya. 6.2 Saran 6.2.1 Untuk Pemerintahan Sipil 1. Pemerintahan sipil harus mampu menciptakan dan menjamin terciptanya stabilitas politik dan pemerintahan. Kondisi-kondisi seperti ini sangat penting dalam menjamin kepentingan nasional, dan terhindar dari intervensi asing. Ketika asing sudah mengintervensi, imbasnya adalah kedaulatan negara. Jangan sampai keadaan demikian tidak tercipta, karena implikasinya adalah turun tangannya militer dalam menghadirkan stabilitas politik dan pemerintahan negara. 2. Menjamin kehidupan bernegara yang sesuai dengan UUD 1945 dan Pancasila. 3. Mengupayakan pemerataan pembangunan, terutama untuk daerah atau pulau terluar, terpencil, dan terbelakang. Jangan sampai daerah-daerah tersebut tidak

merasa menjadi bagian NKRI, karena imbasnya adalah terancamnya keutuhan NKRI. 4.Mendukung terciptanya militer Indonesia yang profesional, kuat, mandiri, dan sejahtera, baik dalam bentuk kebijakan maupun anggaran. 6.2.2 TNI 1. Tetap menjaga profesionalilitas dan menghindarkan institusi dari politik praktis, agar tidak menimbulkan polarisasi atau perpecahan dalam internal TNI. 2. Para elit militer harus satu suara dalam mencegah oknum-oknum TNI agar tidak bermain dalam politik praktis. 3. Memperbaiki dan menjaga komunikasi dengan Kementerian Pertahanan dalam hal pembuatan kebijakan pertahanan negara, serta agar tidak terjadi kembali kesalahan berkomunikasi. 4. Konsolidasi internal untuk memantapkan diri sebagai komponen utama pertahanan, serta mengklarifikasi isu-isu yang melibatkan perwira militer dalam kasus makar. 5. Secepatnya mengklarifikasi dan membersihkan diri dari isu-isu pelanggaran HAM di masa lalu. 6. Menghindari kekerasan kepada masyarakat sipil, mengingat jati diri TNI adalah tentara rakyat.

6.2.3 Untuk Penelitian Selanjutnya 1. Menganalisis perihal keterkaitan kesejahteraan prajurit TNI dengan profesionalitas militer. 2. Meneliti dan mengikuti perihal perkembangan wacana pengembalian hak politik TNI. 3. Mengembangkan pola relasi sipil-militer pasca Orde Baru. 4. Menelaah pengaruh Teritorial TNI dalam setiap gelaran Pilkada.