BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perbankan syariah di Indonesia cukup pesat, terlihat dari semakin kuatnya struktur kelembagaan syariah di Indonesia akhirnya membuahkan hasil yaitu tumbuh dan berkembangnya Bank Umum Syariah dan badan usaha lain yang menerapkan prinsip syariah. Hal ini terjadi karena adanya keyakinan yang kuat di kalangan masyarakat muslim bahwa perbankan konvesional itu mengandung unsur riba yang dilarang agama Islam. Rekomendasi hasil lokakarya ulama tentang bunga dan perbankan itu ditunjukan kepada Majelis Ulama Indonesia (MUI) kepada pemerintah dan seluruh umat islam (Heri Sudarsono, 2004:32). Undang Undang No 21 yang disahkan pada tanggal 16 Juli 2008 memiliki ketentuan umum mengenai Perbankan Syariah, yaitu asas dari kegiatan usaha Perbankan Syariah adalah prinsip syariah, demokrasi ekonomi, dan prinsip kehatihatian. Yang dimaksud dengan berasaskan prinsip syariah adalah kegiatan usaha yang tidak mendandung riba, maisir, gharar, objek haram dan menimbulkan kezaliman. Sedangkan yang dimaksud dengan berasaskan demokrasi ekonomi adalah kegiatan usaha yang mengandung nilai keadilan, kebersamaan, pemerataan, dan kemanfaatan. Peranan utama Bank Indonesia dalam pengembangan Bank Syariah adalah dalam mewujudkan iklim yang kondusif bagi perkembangan Bank Syariah yang sehat dan konsisten (istiqamah) terhadap prinsip-prinsip syariah. Atau lebih konkritnya adalah dalam mewujudkan perbankan syariah yang mampu menggerakan sektor riil melalui kegiatan pembiayaan berbasis ekuitas dalam kerangka tolong menolong dan menuju kebaikan guna mencapai kemashlahatan umat (Bank Indonesia, 2003:195). Menurut data yang dilihat dari Statistik Perbankan Syariah pada Bank Indonesia 2011 (September 2011) secara kuantitas, pencapaian Perbankan 1
Syariah sungguh membanggakan dan terus mengalami peningkatan dalam jumlah bank, yaitu berdasarkan data Statistik Perbankan Syariah yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia pada tahun 2011 jumlah bank syariah telah mencapai 34 unit yang terdiri atas 11 Bank Umum Syariah dan 23 Unit Usaha Syariah. Selain itu, jumlah Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) telah mencapai 154 unit pada periode yang sama. Pertumbuhan Perbankan Syariah yang pesat ini selain dikarenakan adanya potensi pasar yang mendapat sambutan yang cukup hangat dari masyarakat, juga tidak lepas dari dukungan pemerintah, para ulama, dan regulasi Bank Indonesia yang terus mengakomodasi kebutuhan regulasi industri dan membuka kesempatan yang lebih luas kepada perbankan dan investor untuk menjalankan kegiatan usaha Bank Syariah (Amir Machmud dan Rukmana, 2009:65). Perkembangan perbankan yang cukup pesat ini memerlukan pengawasan dan pengendalian. Di Indonesia dilakukan oleh Bank Indonesia sebagai Bank Sentral yang mempunyai peran vital dalam menciptakan kinerja lembaga keuangan yang sehat, khususnya perbankan. Penciptaan kinerja lembaga perbankan seperti itu dilakukan melalui mekanisme pengawasan dan regulasi. Pengawasan dan regulasi tersebut antara lain Bank Indonesia melakukan evaluasi kinerja baik kinerja keuangan maupun kinerja non keuangan untuk perbankan termasuk Perbankan Syariah. Dalam hal pengawasan bank, menurut aturan Bank Indonesia (Bank Indonesia, 2003: 194), Bank Indonesia menentukan prinsip-prinsip dasar tersebut menjadi suatu standar yang direkomendasikan oleh Basel Committee on Banking Supervision, Bank for International Settelement (BIS) untuk diterapkan di berbagai Negara dan mencakup 7 aspek kelembagaan, perizinan, ketentuan tentang kehati-hatian, metode pengawasan, informasi, masalah kewenangan, dan pengawasan lintas negara atau batas. Ketujuh aspek ini kemudian dituangkan dalam prinsip-prinsip dasar pengawasan perbankan yang efektif, yaitu : 1. Tujuan utama pengawasan adalah untuk memelihara kepercayaan masyarakat dan memelihara system keuangan. Tujuan tersebut dimaksudkan 2
untuk dapat meminimalkan risiko serta kerugian masyarakat penyimpan dan maupun bagi para kreditur. 2. Otoritas pengawas harus mendorong terciptanya disiplin pasar melalui pengaturan dan pengawasan yang baik. 3. Untuk dapat menjalankan tugasnya secara efektif, otoritas pengawas harus mempunyai independensi dan kewenangan yang cukup untuk pengambilan suatu keputusan. 4. Otoritas pengawas harus memiliki pemahaman yang tinggi mengenai bisnis perbankan dan dapat memastikan bahwa risiko yang dihadapi oleh bank telah ditangani dengan sebaik-baiknya. 5. Pengawasan yang efektif mensyaratkan adanya penilaian terhadap profil risiko dari masing-masing bank, dan sumber daya yang cukup telah dialokasikan secara cukup untuk hal tersebut. 6. Pengawasan bank harus dapat memastikan bahwa bank memiliki sumber daya yang cukup untuk menangani risiko yang dihadapi, termasuk kecukupan modal, manajemen yang sehat, serta system akuntansi dan pengendalian yang cukup 7. Perlu adanya kerjasama yang erat antara otoritas pengawas di suatu Negara dengan otoritas pengawas di Negara lain, khususnya untuk bank-bank yang beroperasi secara internasional. Evaluasi kinerja keuangan dilakukan dengan cara menilai tingkat kesehatan bank. Bank Indonesia melakukan penilaian tingkat kesehatan Bank Syariah melalui Peraturan Bank Indonesia No. 9/1/PBI/2007 yang dalam penilaiannya menggunakan pendekatan CAMELS (Capital, Asset, Management, Earning, Liquidity dan Sensitivity Market Risk). Namun dalam meneliti tingkat kesehatan keuangan suatu bank hanya dilihat dari aspek keuangannya saja yaitu Capital, Asset, Earning, Liqudity, dan Sensitivity Market Risk, karena aspek Management bukan bagian dari aspek keuangan suatu perusahaan (Rianto, Heru: 2011). Bank yang sehat akan tumbuh dan berkembang dengan baik, sehingga mampu menjaga kepentingan dan kepercayaan masyarakat serta mampu memberikan kontribusi bagi perkembangan ekonomi nasional. Untuk dapat 3
menjalankan fungsinya dengan baik, bank harus mempunyai modal yang cukup, menjaga kualitas asetnya dengan baik, dikelola dengan baik dan dioperasikan berdasarkan prinsip kehati-hatian, menghasilkan keuntungan yang cukup untuk mempertahankan kelangsungan usahanya, serta memelihara likuiditasnya sehingga dapat memenuhi kewajibannya setiap saat. Selain itu, suatu bank harus senantiasa memenuhi berbagai ketentuan dan aturan yang telah ditetapkan, yang pada dasarnya berupa berbagai ketentuan yang mengacu pada prinsip-prinsip kehati-hatian di bidang perbankan. Bank Syariah sudah beroperasi di Indonesia sejak tahun 1992. Salah satu Bank Syariah besar di Indonesia adalah Bank Syariah Mandiri. Bank Syariah Mandiri lahir pada tahun 1999, kehadiran Bank Syariah Mandiri ini sesungguhnya merupakan hikmah sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan moneter 1997-1998. Sebagaimana diketahui, krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis multi-dimensi termasuk di panggung politik nasional, telah menimbulkan beragam dampak negatif yang sangat hebat terhadap seluruh sendi kehidupan masyarakat, tidak terkecuali dunia usaha. Dalam kondisi tersebut, industri perbankan nasional yang didominasi oleh bank-bank konvensional mengalami krisis luar biasa. Pemerintah akhirnya mengambil tindakan dengan merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia. Dilihat dari profilnya, PT Bank Syariah mandiri hadir, tampil, dan tumbuh sebagai bank yang mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang melandasi kegiatan operasionalnya. Harmoni antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah Mandiri dalam kiprahnya di perbankan Indonesia. Bank Syariah Mandiri hadir untuk bersama membangun Indonesia menuju Indonesia yang lebih baik. Selain itu menurut data yang dilihat dari Laporan Manajemen PT Bank Syariah Mandiri pada tahun 2010, aset bank syariah berkembang pesat selama tahun 2010 total asset meningkat Rp10,44 triliun dari Rp22,04 triliun tahun 2009 ke Rp32,48 triliun tahun 2010. Pada saat yang sama perbankan syariah meningkat sebesar Rp31,42 triliun atau 47,54 triliun dari Rp66,10 triliun tahun 2009 ke Rp97,52 triliun tahun 2010, dan Bank Syariah Mandiri memiliki 507 unit 4
jaringan kantor pelayanan yang besar di seluruh wilayah Indonesia. Berikut ini adalah grafik pertumbuhan asset PT Bank Syariah Mandiri dan Perbankan Syariah: Gambar 1.1. Grafik Pertumbuhan Aset PT Bank Syariah Mandiri dan Perbankan Syariah tahun 2005 2010 (dalam triliun rupiah) 120 100 80 60 40 20 0 97,52 66,1 49,56 30,6 36,54 32,48 20,88 8,27 9,56 12,86 17,07 22,04 2005 2006 2007 2008 2009 2010 BSM Perbankan Syariah Sumber: Laporan Manajemen PT Bank Syariah Mandiri tahun 2010. Dari grafik diatas menunjukan perkembangan aset PT Bank Syariah Mandiri dan Perbankan Syariah di Indonesia sama- sama mengalami peningkatan yang pesat dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2010. Melihat fenomena uraian diatas dapat menjadi sebuah alasan Penulis memilih PT Bank Syariah Mandiri untuk melakukan penelitian ini yang dianalisis untuk membuat Tugas Akhir yang berjudul Analisis Tingkat Kesehatan Keuangan PT Bank Syariah Mandiri Periode 2006-2011 (Melalui Pendekatan Peraturan Bank Indonesia No. 9/1/PBI/2007). 1.2 Rumusan Masalah dan Batasan Masalah 1.2.1 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka masalah yang dapat dianalisis adalah; 5
1. Bagaimana kategori tingkat kesehatan keuangan PT Bank Syariah Mandiri periode 2006-2011, apakah tergolong sehat, cukup sehat, atau tidak sehat? 2. Pada posisi peringkat berapa kesehatan keuangan PT Bank Syariah Mandiri periode 2006-2011 dengan melihat rasio keuangannya. 1.2.2 Batasan Masalah Adapun yang menjadi pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut 1. Menganalisis kategori tingkat kesehatan keuangan PT Bank Syariah Mandiri dengan melihat laporan keuangannya sesuai Peraturan Bank Indonesia No. 9/1/PBI/2007 yang dalam penilaiannya menggunakan pendekatan CAMELS (Capital, Asset, Management, Earning, Liquidity dan Sensitivity Market Risk). Namun dalam penelitian ini hanya digunakan aspek keuangannya saja yaitu Capital, Asset, Management, Earning, Liquidity dan Sensitivity Market Risk. 2. Menilai posisi peringkat kesehatan keuangan PT Bank Syariah Mandiri dengan menghitung rasio-rasio keuangannya yaitu, rasio permodalan (solvability), rasio aktivitas produksi (KAP), rasio rentabilitas, rasio likuiditas (Liquidity), rasio sensitivitas terhadap risiko pasar ( sensitivity to market risk ). 3. Metode pengumpulan data untuk menganalisis kinerja keuangan PT Bank Syariah Mandiri ini dilakukan berdasarkan observasi, yang kemudian data-data tersebut dianalisis dengan menggunakan software EXCEL 2007. 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kesehatan keuangan PT Bank Syariah Mandiri pada periode 2006 sampai periode 2011 dengan melihat aspek keuangannya. 6
1.3.2 Manfaat Penelitian 1. Bagi Perusahaan, dapat mempertimbangkan hasil penelitian ini sebagai bahan evaluasi suatu bank dalam mengevaluasi keuangannya agar dikelola dengan lebih baik lagi untuk tahun selanjutnya. 2. Bagi ilmu pengetahuan, dapat dijadikan bukti nyata penerapan ilmu manajemen keuangan syariah. 3. Bagi peneliti, sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian lebih lanjut yang berhubungan dengan sistem penilaian kesehatan keuangan suatu bank syariah. 1.4 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan Tugas Akhir ini diuraikan dalam 5 bab secara terpisah, yaitu : 1. Bab I Pendahuluan Bab ini berisi uraian tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. 2. Bab II Tinjauan Pustaka Bab ini menguraikan pengertian mengenai perbankan syariah, fungsi dan peran bank syariah, tujuan bank syariah, konsep operasional perbankan syariah, prinsip operasional bank syariah, laporan keuangan bank syariah, tujuan laporan bank syariah, kinerja keuangan bank syariah, pengertian tingkat kesehatan bank syariah, analisis rasio keuangan, analisis Camels, dan penelitian terkait. 3. Bab III Metode Penelitian Bab ini menjelaskan pengantar, kerangka penelitian, data penelitian, sifat dan kegunaan penelitian, objek penelitian, dan definisi variabel dan teknik analisis data. 7
4. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab ini menjelaskan mengenai analisis data menggunakan pendekatan PBI No.9/1/PBI/2007, pembahasan hasil penelitian kondisi kesehatan Bank Syariah Mndiri tahun 2006 sampai dengan 2011. 5. Bab V Penutup Bab ini menguraikan secara singkat mengenai kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian yang telah dilakukan dan rekomendasi sekait dengan hasil penelitian. 8