Gambar 2 Peta lokasi penelitian.

dokumen-dokumen yang mirip
3. METODE PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian berada di dalam wilayah Kabupaten Administratif

3 METODE PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian

3. METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2. Jenis dan Sumber Data

KESESUAIAN EKOWISATA SELAM DI PULAU MANDANGIN KABUPATEN SAMPANG

BAB III METODE PENELITIAN

KERUSAKAN TERUMBU KARANG KARIMUNJAWA AKIBAT AKTIVITAS TRANSPORTASI BATUBARA

3 METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

METODE KERJA. Penelitian ini dilakukan pada Bulan Juli sampai dengan Bulan Oktober Lokasi

3 METODOLOGI PENELITIAN

LINE INTERCEPT TRANSECT (LIT)

3. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis deskriptif kuantitatif dengan pengambilan

BAB III METODE PENELITIAN

Jenis data Indikator Pengamatan Unit Sumber Kegunaan

3 BAHAN DAN METODE. KAWASAN TITIK STASIUN SPOT PENYELAMAN 1 Deudap * 2 Lamteng * 3 Lapeng 4 Leun Balee 1* PULAU ACEH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

By : ABSTRACT. Keyword : Coral Reef, Marine Ecotourism, Beralas Pasir Island

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERSENTASE TUTUPAN DAN TIPE LIFE FORM TERUMBU KARANG DI PULAU MANDANGIN KABUPATEN SAMPANG

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Terumbu Karang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODA PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

THE CORAL REEF CONDITION IN SETAN ISLAND WATERS OF CAROCOK TARUSAN SUB-DISTRICT PESISIR SELATAN REGENCY WEST SUMATERA PROVINCE.

METODE SURVEI TERUMBU KARANG INDONESIA Oleh OFRI JOHAN, M.Si. *

ANALISIS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG EKOSISTEM TERUMBU KARANG SEBAGAI EKOWISATA BAHARI DI PULAU DODOLA KABUPATEN PULAU MOROTAI

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai Desember 2013.

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan kegiatan penelitian ini berlangsung selama 2 bulan dihitung

BAB III METODE PENELITIAN. Fakultas Pertanian, Universitas Negeri Gorontalo pada bulan Mei sampai Juli

KONDISI EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI KEPULAUAN TOGEAN SULAWESI TENGAH

Bentuk Pertumbuhan dan Kondisi Terumbu Karang di Perairan Teluk Tomini Kelurahan Leato Selatan Kota Gorontalo

3. METODE. Tabel 1 Posisi geografis stasiun penelitian.

KONDISI TERUMBU KARANG DAN IKAN KARANG PERAIRAN TULAMBEN BALI Tyas Ismi Trialfhianty 09/288367/PN/11826 Manajemen Sumberdaya Perikanan

3. METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia berada tepat di pusat segi tiga karang (Coral Triangle) suatu

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

THE CORAL REEF CONDITION IN BERALAS PASIR ISLAND WATERS OF GUNUNG KIJANG REGENCY BINTAN KEPULAUAN RIAU PROVINCE. By : ABSTRACT

3. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei - Juli Lokasi penelitian adalah di kawasan

KESESUAIAN EKOWISATA SNORKLING DI PERAIRAN PULAU PANJANG JEPARA JAWA TENGAH. Agus Indarjo

BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI

3. METODE PENELITIAN

KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK WISATA SELAM DAN SNORKELING DI PULAU BIAWAK, KABUPATEN INDRAMAYU

Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Makassar Untuk Keperluan Budidaya

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

METODE PENELITIAN. Lokasi dan objek penelitian analisa kesesuaian lahan perairan Abalon ini

BAB I PENDAHULUAN. ekosistem lamun, ekosistem mangrove, serta ekosistem terumbu karang. Diantara

IDENTIFIKASI POTENSI DAN PEMETAAN SUMBERDAYA PULAU-PULAU KECIL

EKOSISTEM LAUT TROPIS (INTERAKSI ANTAR EKOSISTEM LAUT TROPIS ) ANI RAHMAWATI JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS PERTANIAN UNTIRTA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar dengan jumlah pulaunya yang

Bab 4 Hasil Dan Pembahasan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Gorontalo Utara, yang meliputi 4 stasiun penelitian yaitu:

3 METODE PENELITIAN. Gambar 4 Lokasi Penelitian di Perairan TWAL Gili Indah.

3. METODOLOGI. Koordinat stasiun penelitian.

Keterkaitan Antara Sistem Zonasi dengan Dinamika Status Ekosistem Terumbu Karang di Taman Nasional Wakatobi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. analisa Indeks Keanekaragaman (H ) Shannon Wienner, Indeks Dominansi (D)

LAPORAN REEF CHECK DI PERAIRAN KRUENG RAYA DAN UJONG PANCU ACEH BESAR DI SUSUN OLEH

3. METODOLOGI PENELITAN

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

Pemanfaatan jenis sumberdaya hayati pesisir dan laut seperti rumput laut dan lain-lain telah lama dilakukan oleh masyarakat nelayan Kecamatan Kupang

Kajian Kesesuaian Wisata Selam dan Snorkeling di Perairan Tulamben, Karangasem, Bali

Parameter Fisik Kimia Perairan

III. METODE PENELITIAN

VI. KESESUAIAN LAHAN DAN DAYA DUKUNG FISIK KAWASAN WISATA BAHARI

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

KAJIAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI PULAU TIKUS BENGKULU

BAB III METODE PENELITIAN. Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo pada bulan September-Oktober 2012.

3 METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE KERJA. A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober sampai dengan bulan

3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan

3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan

PERSENTASE TUTUPAN KARANG HIDUP DI PULAU ABANG BATAM PROVINSI KEPULAUAN RIAU

1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN

STUDI KESESUAIAN PANTAI LAGUNA DESA MERPAS KECAMATAN NASAL KABUPATEN KAUR SEBAGAI DAERAH PENGEMBANGAN PARIWISATA DAN KONSERVASI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kecamatan Anggrek, Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo. Peta lokasi

3 METODE PENELITIAN. Tabel 1. Letak geografis stasiun pengamatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian tingkat kesesuaian lahan dilakukan di Teluk Cikunyinyi,

3. METODOLOGI ' ' ' ' ' Tg. Gosong. Dongkalang ' ' ' ' '

III. METODE PENELITIAN. Lokasi dan objek penelitian analisis kesesuaian perairan untuk budidaya

BAB III METODE PENELITIAN. Tabel 3. Alat-alat Penelitian

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN. secara langsung. Perameter yang diamati dalam penelitian adalah jenis-jenis

TEKNIK PENGUKURAN DAN ANALISIS KONDISI EKOSISTEM TERUMBU KARANG

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan November di perairan Pulau Kelagian, Provinsi Lampung.

ANALISIS POTENSI BIOFISIK DAN KESESUAIAN LOKASI WISATA, PANTAI DATO KABUPATEN MAJENE ABSTRAK

3. METODE PENELITIAN

KONDISI TUTUPAN KARANG PULAU KAPOPOSANG, KABUPATEN PANGKAJENE KEPULAUAN, PROVINSI SULAWESI SELATAN

Transkripsi:

29 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pulau Pasi, Kecamatan Bontoharu, Kabupaten Kepulauan Selayar, Provinsi Sulawesi Selatan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2010. Stasiun pengamatan ditentukan berdasarkan keterwakilan lokasi dengan mempertimbangkan kondisi lingkungan dengan menempatkan stasiun pengamatan untuk karang sebanyak 10 (sepuluh) stasiun pada bagian utara, barat dan selatan pulau, sedangkan untuk pengamatan kualitas air peruntukan budidaya laut sebanyak 7 (tujuh) stasiun dilakukan pada bagian utara Pulau Pasi (Gambar 2). Pada sisi Timur Pulau Pasi tidak dilakukan pengamatan dikarenakan kondisi perairan yang berada dalam selat yang sempit dan merupakan alur pelayaran tradisional. 120 22'30" 120 24'00" 120 25'30" 120 27'00" 120 28'30" 6 7 8 5 6 ð 9 4 ð ð P. Pasi ð 10 3 ðtg. Gosong ð 2 ð 7 1 Benteng P. Selayar 5 Kahu-Kahu Dongkalang 4 3 2 1 6 13'30" 6 4'30" 6 4'30" 6 6'00" 6 7'30" 6 9'00" 6 6'00" 6 7'30" 6 9'00" 6 10'30" 6 10'30" 6 12'00" 6 00' 120 20' 120 40' 6 12'00" 6 00' 6 20' 6 13'30" 6 20' 120 22'30" Peta Lokasi Penelitian W Sekala 1:120.000 1 0 2Km N S E 120 24'00" 120 25'30" Keterangan: Garis Pantai Sungai Daratan Pengamatan T.Karang ð Pengamatan Kualitas Air 120 27'00" Kedalaman (m): 0-5 5-10 10-20 20-30 30-50 50-100 > 100 Gambar 2 Peta lokasi penelitian. 120 20' 120 40' 120 28'30" Penutupan Lahan/Tipe Substrat: Karang Campur Pasir Kebun Lamun Campur Pasir Mangrove Pasir Pemukiman Tegal/Ladang Terumbu Karang

30 3.2 Kerangka Penelitian Penelitian ini akan mengkaji tentang penyusunan zonasi multiguna di kawasan konservasi laut Pulau Pasi Kabupaten Kepulauan Selayar, Provinsi Sulawesi Selatan. Adapaun tahapan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Melakukan inventarisasi data yang dibutuhkan (data primer dan data sekunder); b. Menganalisis data dan informasi awal tentang kondisi lokasi penelitian kemudian dibuat rancangan sementara zona inti KKLD Pulau Pasi; c. Melakukan survey, pengumpulan data dan informasi serta verifikasi tentang kondisi lapangan; d. Menawarkan rancangan sementara zona inti KKLD kepada stakeholder (masyarakat, nelayan, pemerintah daerah terkait); e. Pengumpulan persepsi masyarakat dan pemerintah lokal tentang kegiatan apa saja yang dapat dilakukan di dalam KKLD; f. Melakukan analisis dan kompilasi data untuk kemudian di overlay sehingga didapatkan model zonasi multiguna KKLD Pulau Pasi; g. Pembuatan peta KKLD yang didalamnya termasuk batas KKLD dan zonasi multiguna. 3.3 Rancangan Penelitian 3.3.1 Jenis Data dan Instrumen Jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini terdiri atas 2 (dua) macam, yaitu data primer dan sekunder. a. Data primer, berupa data kondisi biofisik lokasi penelitian dan kondisi sosial budaya. Jenis data biofisik yang diambil berupa persentase tutupan karang dan kepadatan ikan karang (ikan target/ekonomis penting dan ikan indikator). Data sosial mencakup informasi tentang kondisi umum nelayan dan persepsi atau keinginan masyarakat dan pemerintah daerah tentang rancangan zonasi multiguna KKLD. b. Data sekunder, didapatkan dari hasil kajian pustaka dan informasi lainnya dari pemerintah setempat yang dianggap dapat memberikan informasi yang berguna dalam mendukung penelitian ini.

31 Instrumen yang digunakan pada saat pengolahan sampai dengan penyusunan thesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Perangkat keras yang terdiri dari satu set komputer jinjing (Notebook); b. Perangkat lunak yang terdiri dari Ms Excel, Ms Word dan Arcview 3.3; c. GPS (Global Positioning System), alat ukur untuk mengetahui posisi dan koordinat lintang dan bujur di permukaan bumi; d. Citra satelit Lansat 7 ETM+ hasil olahan dan Peta Laut terbitan Dishidros AL. 3.3.2 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara pengamatan, pengukuran dan telaah langsung di lapangan dengan alat bantu instrument yang telah disiapkan. Pengumpulan data ekologi dilakukan secara visual dengan alat bantu Scuba Set. 3.3.2.1 Parameter Fisika Kimia Perairan Pengukuran parameter fisika kimia perairan yang diamati pada masingmasing stasiun penelitian merupakan data pendukung yang akan digunakan dalam menganalisis kondisi lingkungan penelitian. Parameter yang telah ditentukan kemudian diukur langsung dilapangan dengan menggunakan instrumen yang telah disipkan sehingga hasilnya didapatkan langsung melalui pembacaan skala yang ditunjukkan oleh instrumen yang digunakan tersebut. Pengukuran parameter fisika kimia perairan yang diamati pada setiap stasiun meliput i kedalaman, suhu, salinitas, kecerahan, kecepatan arus, ph, oksigen terlarut, serta substrat dasar dilakukan dengan metode sebagai berikut: a. Kedalaman Pengukuran kedalaman perairan pada stasiun pengamatan terumbu karang dilakukan dengan mencatat kedalaman yang ditunjukkan oleh depth meter pada scuba set, sedangkan pengukuran kedalaman pada stasiun pengamatan kualitas air dilakukan dengan menggunakan grab sampler yang ditenggelamkan ke dasar perairan kemudian dihitung panjang tali yang berada di dalam perairan.

32 b. Suhu dan Salinitas Pada pengukuran parameter suhu perairan dan salinitas dilakukan dengan menggunakan alat Thermometer dan Hand-refraktometer dengan membaca skala yang ditunjukkan oleh instrumen tersebut. c. Arus Kecepatan arus diukur dengan menggunakan floater drudge pada setiap lokasi pengamatan, arah arus ditentukan dengan menggunakan kompas, yakni menentukan posisi titik awal pelepasan Floater drauge sampai pada posisi terakhirnya terakhirnya. Waktu yang ditempuh Floater drauge sampai talinya menegang kemudian dicatat untuk perhitungan kecepatan arus. d. Oksigen terlarut dan ph Pada pengukuran parameter oksigen terlarut (DO) dan ph dilakukan dengan menggunakan alat DO meter dan ph meter dengan membaca skala yang ditunjukkan oleh instrumen tersebut 3.3.2.2 Kondisi Terumbu Karang Pengambilan data karang dilakukan dengan menggunakan metode Line Intercept Transect (LIT) untuk melihat persentase penutupan karang. Transek atau ditempatkan sejajar dengan garis pantai pada setiap stasiun pengamatan dengan panjang 50 meter, pengamatan dilakukan sepanjang 30 meter dengan 3 (tiga) kali ulangan dalam 1 (satu) transek yaitu masing-masing pada jarak 0-10 meter, 20-30 meter dan 40-50 meter dengan interval antar ulangan 10 (sepuluh) meter. Pengamatan dilakukan dengan mencatat bentuk pertumbuhan karang dan substrat yang berada di bawah garis transek dengan ketelitiaan dalam ukuran centimeter (Coremap II-LIPI 2007; English et al. 1997; Hill & Wilkinson 2004). Kategori bentik yang diamati dalam penelitian adalah sebagai berikut:

33 Tabel 2 Bentik kategori dalam pengambilan data kondisi terumbu karang BENTUK DESKRIPSI ACB Acropora bentuk koloni bercabang ACT Acropora bentuk koloni mendatar / meja ACS Acropora bentuk koloni sub massive ACE Acropora bentuk koloni merayap ACD Acropora bentuk koloni menjari CM Non Acropora dengan bentuk koloni Massive CS Non Acropora dengan bentuk koloni Sub Massive CF Non Acropora dengan bentuk koloni lembaran CE Non Acropora dengan bentuk koloni merayap CB Non Acropora dengan bentuk koloni bercabang AA Pertumbuhan makro algae yang mengelompok CA Algae berkapur CHL Karang genus Heliopora CME Karang genus Millepora CMR Karang dari famili Fungiidae DC Karang baru mati (bleaching) DCA Karang mati sudah ditumbuhi algae tapi masih kelihatan bentuk koloninya HA Makroalgae dari genus Hallimeda MA Makroalgae OT Biota-biota yang berassosiasi dengan terumbu karang R Patahan karang mati, masih terpisah dan belum ditumbuhi coraline algae RCK Batuan beku atau cadas S Pasir SC Soft Coral SI Pasir halus/lumpur SP Sponge TA Makroalgae berbentuk filamen ZO Biota Zooanthid Sumber: English et al. 1997; Coremap II-LIPI 2007 3.3.2.3 Ikan Karang Pengambilan data ikan karang menggunakan metode Underwater Fish Visual Census (UVC) dengan melakukan pencatatan jumlah ikan yang nampak dalam daerah transek sabuk, dimana posisi dan panjang transek ini sama dengan posisi LIT. Sensus dilakukan dengan radius pandang 5 (lima) meter di atas jalur transek yang telah di pasang (2.5 m sebelah kiri dan 2.5 m sebelah kanan garis transek) sehingga luas bidang yang teramati pada setiap transeknya adalah 5 x 50m = 250 m 2 (Coremap II-LIPI 2007; English et al. 1997; Hill & Wilkinson 2004). Ikan karang yang diamati dibagi kedalam 3 (tiga) kelompok: a. Ikan-ikan target, yaitu ikan ekonomis penting dan biasa ditangkap untuk konsumsi. Biasanya mereka menjadikan terumbu karang sebagai tempat

34 pemijahan dan sarang/daerah asuhan. Ikan-ikan target ini diwakili famili Serranidae, Lutjanidae, Lethrinidae, Nemipteridae, Caesionidae, Siganidae, Haemulidae dan Acanthuridae; b. Ikan-ikan indikator, yaitu jenis-jenis ikan karang yang khas mendiami daerah terumbu karang dan menjadi indikator kesuburan ekosistem daerah tersebut. Ikan-ikan indikator diwakili famili Chaetodontidae, Pomachantidae, Zanclidae, dan beberapa spesies dari famili Acanthuridae, Scorpaenidae, Balistidae dan Scaridae; c. Ikan-ikan major, merupakan jenis-jenis ikan berukuran kecil, 5 25 cm, dengan karakteristik pewarnaan yang beragam sehingga dikenal sebagai ikan hias. Kelompok ini umumnya ditemukan melimpah, baik dalam jumlah individu maupun jenisnya, serta cenderung bersifat teritorial. Ikan-ikan ini sepanjang hidupnya berada di terumbu karang, diwakili famili Pomacentridae, Apogonidae, Labridae, dan Blenniidae. Metode LIT dan UVC seperti pada gambar dibawah ini: 5 m 50 m Gambar 3 Metode LIT dan UVC. 3.3.2.4 Kondisi Sosial Masyarakat Pengambilan data sosial dilakukan pada ketiga desa yang ada di Pulau Pasi, pemilihan responden dilakukan secara sengaja (purposive sampling) yaitu dengan memilih masyarakat yang terdiri dari dari nelayan, tokoh masyarakat dan aparat pemerintah yang ditemui dilapangan. Pengumpulan data melalui wawancara dengan responden (interview) dan pengamatan lapangan (observasi) dengan menggunakan kuisioner. Pengumpulan data persepsi masyarakat tentang keberadaan KKLD dan rencana zonasinya juga dibutuhkan sebagai data tambahan yang dapat mendukung dalam penetapan Pulau Pasi sebagai KKLD di Kabupaten Selayar. Responden

35 juga diberikan kesempatan untuk menilai dan memberi masukan pada rancangan zonasi multiguna KKLD Pulau Pasi berdasarkan kepentingan dan kebutuhan mereka serta memetakan daerah yang biasanya dijadikan sebagai lokasi penangkapan. Selain itu juga dibutuhkan informasi seluruh stakeholder (masyarakat, nelayan, pemerintah daerah) tentang kegiatan apa saja yang ingin atau dapat dilakukan didalam KKLD. Hal ini tentunya diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam model pengelolaan KKLD di Pulau Pasi. 3.3.2.5 Data Sekunder Data sekunder bersumber dari data dan informasi yang relevan dengan penelitian, yang diinventarisir dari berbagai sumber yaitu dari berbagai lembaga/instansi terkait, seperti Dinas Kelautan dan Perikanan, COREMAP II Selayar, Badan Pusat Statistik. 3.4 Batas dan Zonasi KKLD Penentuan batas dan zonasi multiguna Kawasan Konservasi Laut Daerah akan mempermudah pemerintah daerah dalam upaya pelestarian dan monitoring terhadap ekosistem di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Tahapan pembuatan peta zonasi dan batas KKLD disajikan dibawah ini: Data dan Informasi Awal Peta Awal Survey Lapangan Konsultasi Publik Proses Overlay Peta Batas dan Zonasi Multiguna KKLD Gambar 4 Bagan tahapan pembuatan peta zonasi KKLD.

36 3.4.1 Penentuan Rancangan Sementara Penentuan rancangan awal zona inti ini dilakukan sebelum kegiatan survey berdasarkan informasi dan data sekunder yang telah ada. Dengan ditetapkannya rancangan zona inti akan memudahkan untuk melakukan kegiatan tahap selanjutnya. Rancangan awal ini kemudian akan ditawarkan ke stakeholder. 3.4.2 Konsultasi Publik Setelah penyusunan peta rancangan sementara zona inti KKLD, kemudian dilakukan konsultasi publik dengan mengumpulkan informasi tentang persepsi stakeholder terhadap rancangan awal yang ditawarkan. Data ini juga dikompilasi dengan data hasil wawancara tentang kondisi sosial masyarakat setempat dan data biofisik hasil survey. 3.4.3 Pembuatan Peta KKLD Data-data tersebut diatas kemudian dianalisis dan dilakukan tahapan interpretasi dari setiap komponen data tersebut, yaitu: (1) pembobotan dan skoring, (2) overlay, dan (3) pembuatan peta batas dan zonasi muiltiguna kawasan konservasi laut. Berikut adalah contoh penyajian batas KKLD: Tabel 3 Contoh batas kawasan konservasi laut daerah No Titik 1 2 3 n Sistem Koordinat Bujur Timur (BT) Lintang Selatan (LS) 3.5 Analisis Data Data yang dikumpulkan kemudian diolah dan dianalisis sesuai dengan informasi yang dibutuhkan. 3.5.1 Data Biofisik Analisa data biologi (English et al. 1997; COREMAP II-LIPI 2007; CRITC- LIPI 2006): a. Untuk menghitung persentase tutupan karang pada lokasi peneliian pada setiap stasiun pengamatan dihitung dengan rumus:

37 Panjang koloni karang % cover = x 100 % panjang transek b. Untuk menganalisis nilai keanekaragaman jenis mengikuti formulasi Shannon diversity index (H ) (Odum 1993) : H = - pi ln pi dimana : H = Indeks keanekaragaman Shannon Pi = proporsi kelimpahan individu dari satu individu ke i (ni/n) N = Total jumlah individu ni = Jumlah individu tiap jenis 3.5.2 Analisis Kesesuaian Zona Inti KKLD Penentuan kriteria kesesuaian lokasi untuk zonasi inti KKLD dilakukan dengan pembobotan dan skoring berdasarkan beberapa kriteria yang telah ditentukan. Kriteria untuk kesesuaian zona inti adalah sebagai berikut. Tabel 4 Pembobotan dan skoring zona inti KKLD No Kriteria Bobot Kategori Skor Kategori Skor Kategori Skor S1 S2 N Kriteria Ekologi 1 Persentase tutupan (%) 2 > 50 3 25-50 2 < 25 1 2 Keanekaragaman ikan 2 H' > 3 3 2<H'<3 2 H'<2 1 karang 3 Jumlah jenis ikan 1 100 3 40-99 2 < 40 1 4 Jenis Life Form 1 > 10 3 5-10 2 < 5 1 Kriteria Sosial 5 Spesies Ekonomis 1 Tinggi 3 Sedang 2 Rendah 1 6 Kepentingan Perikanan 2 Rendah 3 Sedang 2 Tinggi 1 7 Dukungan Masyarakat 2 Tinggi 3 Sedang 2 Rendah 1 dan Pemerintah 8 Jarak dari pemukiman 1 < 2 Km 3 2-3 Km 2 > 3 Km 1 Sumber : Modifikasi Salm et al. (2000); Soselisa (2006) Untuk mendapatkan kriteria penilaian zona inti maka perlu diketahui interval kelas untuk masing-masing kesesuaian dimana skor minimal 12 dan skor maksimal 36 dengan rumus:

38 ik = (36-12)/3 = 8 Dengan interval kelas 8 maka didapatkan kriteria kesesuaian untuk zona inti sebagai berikut: Sangat Sesuai (S1) : skor 29-36 Sesuai (S2) : skor 20-28 Tidak Sesuai (N) : skor 12-19 3.5.3 Analisis Kesesuaian Budidaya Laut Penentuan kelayakan perairan untuk pengembangan budidaya laut dilakukan dengan metode pembobotan. Data kondisi fisika dan kimia perairan Pulau Pasi dijadikan acuan dalam menentukan kriteria kelayakan lahan. Metode scoring atau pembobotan maksudnya setiap parameter diperhitungkan dengan pembobotan yang berbeda. Bobot yang digunakan sangat tergantung dari percobaan atau pengalaman empiris yang telah dilakukan. Semakin banyak sudah diuji coba, semakin akurat pula metode scoring yang digunakan.faktor-faktor utama kelayakan yang diperlukan untuk penempatan lokasi budidaya laut disajikan pada tabel berikut: Tabel 5 Kriteria kesesuaian budidaya laut No Parameter Bobot Kategori Skor Kategori Skor Kategori Skor S1 S2 N 1 Suhu ( o C) 1 28 30 3 25-<30 atau >30-32 2 <25atau >32 1 2 Arus (cm/det) 2 20 40 3 5-19 atau 41-50 2 <5 atau >50 1 3 Salinitas ( ) 1 30 33 3 28-29atau 34-35 2 <28 atau >35 1 4 Oksigen (mg/l) 2 7 8 3 5 <7 atau >8 10 2 <5 atau > 10 1 5 Kecerahan (%) 2 67-100% 3 33-66% 2 <33% 1 6 ph 1 7 8 3 6 <7 atau>8 8.5 2 <6 atau >8.5 1 7 Substrat dasar 2 Pasir 3 Pasir lumpur 2 Lumpur 1 8 Aksesibilitas 1 Mudah 3 Sedang 2 Susah 1 9 Keamanan 1 Tinggi 3 Sedang 2 Rendah 1 Sumber: Modifikasi dari DKP (2002), KLH (2004), Radiarta et al. (2003); Rachmansyah (2004). Untuk mendapatkan kriteria kesesuaian maka perlu diketahui interval kelas untuk masing-masing kesesuaian dimana skor minimal 12 dan skor maksimal 36 dengan rumus:

39 ik = (36-12)/3 = 8 Dengan interval kelas 8 maka didapatkan kriteria untuk masing-masing kelas kesesuaian sebagai berikut: Sangat Sesuai (S1) : skor 29-36 Sesuai (S2) : skor 20-28 Tidak Sesuai (N) : skor 12-19 3.5.4 Analisis Kesesuaian Wisata Bahari Penentuan kriteria kesesuaian lokasi untuk kesesuaian wisata bahari dilakukan dengan pembobotan dan skoring berdasarkan beberapa parameter yang telah ditentukan dan didapatkan dari hasil pengamatan lapangan. Berikut disajikan tabel kriteria kesesuaian untuk wisata bahari: Tabel 6 Kesesuaian wisata bahari No Parameter Bobot Kategori S1 Skor Kategori S2 Skor Kategori N 1 Kecerahan Perairan (%) 2 > 80 3 50-80 2 < 50 1 2 Tutupan Komunitas Karang (%) 3 > 75 3 40-75 2 < 40 1 3 Jenis lifeform 3 > 10 3 5-10 2 < 5 1 4 Jenis Ikan Karang 3 > 50 3 20-50 2 < 20 1 5 Kecepatan Arus (cm/det) 1 0-15 3 > 15-40 2 > 40 1 6 Lebar Hamparan Datar Karang 2 > 300 3 50-300 2 < 50 1 7 Kedalaman Terumbu Karang (m) 1 3-15 3 1-3 & 16-35 2 > 35 1 Sumber: Modifikasi Yulianda 2007 Untuk mendapatkan penilaian kesesuaian wisata bahari maka perlu diketahui indeks kesesuaian wisata untuk masing-masing lokasi. Nilai maksimum untuk kesesuaian wisata bahari adalah 45. Indeks kesesuaian wisata bahari ditentukan dengan rumus: Skor dimana: IKW = (N/Nmaks) x 100% IKW N Nmaks = Indeks Kesesuaian Wisata Bahari = Nilai Parameter ke-i (bobot x skor) = Nilai Maksimum Kategori Wisata Dari hasil perhitungan IKW kemudian dapat ditentukan kelayakan suatu lokasi sebagai wisata bahari berdasarkan kriteria:

40 Sangat Sesuai (S1) : skor 83-100% Sesuai (S2) : skor 50 - < 83% Tidak Sesuai (N) : skor < 50 3.5.5 Pemetaan Partisipatif Penentuan lokasi penangkapan (fishing ground) nelayan Pulau Pasi dilakukan dengan pemetaan partisipatif. Responden yang terdiri atas nelayan dimintai keterangan tentang lokasi tempat mereka menangkap ikan di sekitar pulau dan mencoba menunjukkannya pada peta lokasi penelitian yang telah disiapkan. 3.5.6 Analisis Deskriptif Data kualitatif yang diperoleh dari hasil interview dan observasi mengenai presepsi masyarakat tentang zonasi KKLD yang direncanakan, alternatif kegiatan yang dapat dilakukan di dalam KKLD serta informasi sosial lainnya dianalisis secara deskriptif untuk mendukung data biofisik yang didapatkan. 3.5.7 Analisis SWOT Untuk Strategi Zonasi Analisis SWOT adalah instrument perencanaaan strategis yang klasik. Dengan menggunakan kerangka kerja kekuatan dan kelemahan dan kesempatan ekternal dan ancaman, instrument ini memberikan cara sederhana untuk memperkirakan cara terbaik untuk melaksanakan sebuah strategi. Analisa SWOT (SWOT Analysis) adalah suatu metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor yang menjadi kekuatan (Strengths), Kelemahan (Weaknesses), Peluang (Opportunities), dan Ancaman (Threats) yang mungkin terjadi dalam mencapai suatu tujuan dari suatu pengelolaan. Untuk keperluan tersebut diperlukan kajian dari aspek lingkungan baik yang berasal dari lingkungan internal maupun eskternal (Rangkuti 2007). Faktor-faktor internal yang dapat dianalisis yaitu: Kekuatan (Strengths) dan Kelemahan (Weaknesses) Sedangkan faktor-faktor eksternal, yaitu: Peluang (Opportunities) dan

41 Ancaman (Threats) Berdasarkan hasil analisis faktor-faktor SWOT diatas ditetapkan strategistrategi pengelolaan seperti di bawah ini: FAKTOR-FAKTOR EKSTERNAL FAKTOR-FAKTOR INTERNAL (O) Opportunities/ Peluang (S) Strengths/Kekuatan. Strategi SO: Strategi menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang. (W) Weaknesses/ Kelemahan Strategi WO: Strategi meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang. Strategi ST: Strategi SO: (T) Threats/Ancaman Strategi menggunakan Strategi meminimalkan Gambar. Strategi kekuatan pengelolaan untuk berdasarkan mengatasi analisis kelemahan SWOT untuk ancaman. menghindari ancaman. Gambar 5 Penyusunan strategi pengelolaan berdasarkan analisis SWOT. 3.5.8 Analisis Spasial Dalam analisis secara spasial terlebih dahulu dilakukan pemetaan secara spasial berdasarkan paramater ekologis, oseanografi dan sosial yang diperoleh sehingga diperoleh peta tematiknya. Selanjutnya proses terakhir yang dilakukan dalam proses secara spasial adalah proses overlay dengan memperhatikan hasil analisis SWOT sehingga informasi yang didapatkan lebih tajam karena salah satu keunggulan teknologi SIG adalah kemampuannya dalam melakukan analisis spasial yaitu melalui proses overlay peta. Dari semua peta tematik yang merupakan variabel analisis, dilakukan proses overlay sehingga menghasilkan satu peta yang telah memiliki informasi spasial dari setiap tema untuk kemudian dapat ditentukan batas kawasan dan zona-zona dalam KKLD.